Anda di halaman 1dari 24

PRESENTASI KASUS

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

(DEMAM BERDARAH DENGUE)

Disusun Oleh:

Kinanthi Setya Pangestuningtyas

1102014145

Pembimbing:

dr. Didiet Pratignyo, Sp.PD-FINASIM

KEPANITERAAN DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON
MEI 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan berkah-Nya penulis dapat
menyelesaikan referat kepaniteraan klinik Ilmu Penyakit Dalam di RSUD Kota Cilegon yang
berjudul ”Dengue Hemorrhagic Fever”. Tujuan dari penyusunan laporan kasus ini adalah untuk
memenuhi tugas yang didapat saat kepaniteraan di RSUD Cilegon. Dari laporan kasus ini saya
mendapat banyak hal dan dapat lebih memahami terapi dan keadaan pasien.
Dalam menyusun laporan kasus ini tentunya tidak lepas dari pihak-pihak yang membantu
saya. Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnyakepada dr. Didiet Pratignyo, Sp.PD-
FINASIM atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya dalam menyusun laporan kasus ini. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman serta
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan presentasi kasus ini, kesalahan
dan kekurangan tidak dapat dihindari, baik dari segi materi maupun tata bahasa yang disajikan.
Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan dan kekhilafan yang dibuat. Semoga
presentasi kasus ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca dalam memberikan
sumbang pikir dan perkembangan ilmu pengetahuan di dunia kedokteran.
Akhir kata, dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu merahmati
kita semua.

Cilegon, Mei 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KataPengantar..............................................................................................2
Daftarisi.........................................................................................................3
Laporan kasus
1. Identitas .............................................................................................4
2. Anamnesis..........................................................................................5
3. Pemeriksaan fisik...............................................................................9
4. Pemeriksaan penunjang....................................................................12
5. Diagnosis..........................................................................................12
6. Diagnosis banding............................................................................13
7. Terapi...............................................................................................13
8. Prognosis..........................................................................................14
9. Follow up..........................................................................................14
Analisa kasus...............................................................................................15
Daftar Pustaka.............................................................................................47

3
PRESENTASI KASUS
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEGON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

Topik : Demam Berdarah Dengue


Penyusun : Kinanthi Setya Pangestuningtyas

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. A

Usia : 33 tahun

Pekerjaan : Karyawan

Agama : Islam

Alamat : Link. Kandung Bulus

No. CM : 099***

Pembiayaan : BPJS

Tanggal Berobat : 21 Mei 2018

Ruangan : Nusa Indah RSUD Cilegon

4
II. Anamnesa

Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 22 Mei 2018 di Nusa Indah RSUD Cilegon
pukul 12.00 WIB

o Keluhan Utama:
Demam tinggi sudah 4 hari SMRS

o Keluhan Tambahan:
OS mengeluh mengeluh menggigil, nyeri pada sendi dan tulang, lemas, tidak bertenaga,
mual, muntah dan nafsu makan menurun.

o Riwayat Penyakit Sekarang:


OS datang ke IGD RSUD Cilegon pada tanggal 21 Mei 2018 pukul 02.00 WIB dengan
keluhan demam tinggi sudah 4 hari, demam dirasakan sempat menurun pada hari ke 3. OS
juga mengeluh merasa mual dan muntah kurang lebih 6 kali SMRS. Biasanya mual dan muntah
timbul setelah makan. Tidak ada petechie, mimisan, BAB tidak hitam dan gusi berdarah. Os
mengeluh menggigil, nyeri pada sendi dan tulang, lemas, tidak bertenaga dan nafsu makan
menurun.
Pasien merasakan nyeri di bagian ulu hatinya saat ditekan ataupun tidak ditekan. Menurut
pengakuan OS, anak OS pasca dirawat di Rumah Sakit dengan keluhan yang sama dan petechie
pada kaki tangannya.

o Riwayat Penyakit Dahulu:


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama disangkal.
Riwayat pengobatan paru-paru sebelumnya disangkal.
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit hepatitis disangkal.
Riwayat penyakit hipertensi disangkal.
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat asma disangkal
OS memiliki alergi terhadap paracetamol dan natrium diklofenat

5
o Riwayat Penyakit Keluarga:
Terdapat anggota keluarga yang mengeluh keluhan yang sama dengan pasien
Riwayat DM pada keluarga disangkal
Riwayat TB paru pada keluarga disangkal
Riwayat asma dan alergi pada keluarga disangkal
Riwayat penyakit hipertensi pada keluarga disangkal

o Anamnesis Sistem:
Tanda checklist (+) menandakan keluhan pada sistem tersebut. Tanda strip (-) menandakan
keluhan di sistem tersebut disangkal oleh pasien.
Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Ikterus (-) Sianosis
(-) Lain-lain

Kepala
(-) Trauma (-) Nyeri kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri sinus

Mata
(-) Nyeri (-) Sekret
(-) Radang (-) Gangguan penglihatan
(-) Sklera Ikterus (-) Penurunan ketajaman penglihatan
(-) Congjungtiva Anemis

Telinga
(-) Nyeri (-) Tinitus
(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran
(-) Kehilangan pendengaran

6
Hidung
(-) Trauma (-) Gejala penyumbatan
(-) Nyeri (-) Gangguan penciuman
(-) Sekret (-) Pilek
(-) Epistaksis

Mulut
(-) Bibir (-) Lidah
(-) Gusi (-) Gangguan pengecapan
(-) Selaput (-) Stomatitis

Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorok (-) Perubahan suara

Leher
(-) Benjolan/ massa (-) Nyeri leher

Jantung/ Paru
(-) Nyeri dada (-) Sesak nafas
(-) Berdebar-debar (-) Batuk darah
(-) Ortopnoe (-) Batuk

Abdomen (Lambung / Usus)


(-) Rasa kembung (-) Perut membesar
(+) Mual (-) Wasir
(+) Muntah (-) Mencret
(-) Muntah darah (-) Melena
(-) Sukar menelan (-) Tinja berwarna dempul
(+) Nyeri perut (-) Tinja berwarna ter
(-) Benjolan

7
Saluran Kemih / Alat Kelamin
(-) Disuria (-) Kencing nanah
(-) Stranguri (-) Kolik
(-) Poliuria (-) Oliguria
(-) Polakisuria (-) Anuria
(-) Hematuria (-) Retensi urin
(-) Batu ginjal (-) Kencing menetes
(-) Ngompol (-) Kencing seperti air teh

Katamenis
(-) Leukore (-) Perdarahan
(-) Lain-lain (-)

Otot dan Syaraf


(-) Anestesi (-) Sukar menggigit
(-) Parestesi (-) Ataksia
(-) Otot lemah (-) Hipo/hiper-estesi
(-) Kejang (-) Pingsan / syncope
(-) Afasia (-) Kedutan (tick)
(-) Amnesis (-) Pusing (Vertigo)
(-) Lain-lain (-) Gangguan bicara (disartri)

Ekstremitas
(-) Bengkak (-) Deformitas
(-) Nyeri sendi (-) Sianosis

8
III. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan pada tanggal 21 Mei 2018 pukul 02.00 WIB (saat di IGD)
VITAL SIGNS:
- Kesadaran : Compos mentis
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Tekanan Darah : 100/70 mmHg
- Nadi : 80 kali/menit
- Respirasi : 26x kali/menit
- suhu : 37,90C
- BB/TB : 60kg/165cm

STATUS GENERALIS:
- Kulit : Berwarna coklat muda, suhu demam, dan turgor kulit baik.
- Kepala : Bentuk oval, simetris, ekspresi wajah terlihat lemah.
- Rambut : Hitam, lebat, tidak mudah dicabut.
- Alis : Hitam, tumbuh lebat, tidak mudah dicabut.
- Mata : Tidak exopthalmus, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil bulat dan isokor, tidak terdapat benda asing, pergerakan bola mata baik.
- Hidung : Tidak terdapat nafas cuping hidung, tidak deviasi septum, tidak ada
sekret, dan tidak hiperemis.
- Telinga : Bentuk normal, liang telinga luas, tidak ada sekret, tidak ada darah,
tidak ada tanda radang, membran timpani intak.
- Mulut : Bibir tidak sianosis, gigi geligilengkap, gusi tidak hipertropi, lidah
tidak kotor, mukosa mulut basah, tonsil T1-T1 tidak hiperemis.
- Leher :Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada submentalis,
subklavikula, pre-aurikula, post-aurikula, oksipital, sternokleidomastoideus, dan
supraklavikula. Tidak terdapat pembesaran tiroid, trakea tidak deviasi, dan Jugular
Venous Pressure bernilai 5+2 cmH2O.

9
- Thoraks : Normal, Simetris kiri dan kanan, tidak terlihat pelebaran vena, tak
terdapat spider nevy.
- Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri pada saat statis dan dinamis,
perbandingan trasversal : antero posterior = 2:1, tidak terdapat retraksi dan pelebaran
sela iga.
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, tidak terdengar adanya krepitasi,
fremitus taktil dan vokal kiri simetri kanan dan kiri.
Perkusi :Sonor pada seluruh lapangan paru dan terdapat peranjakan paru hati pada sela
iga VI.
Auskultasi: Suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
-Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midklavikula sinistra, dan tidak terdapat
thrill
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS V linea para sternalis dextra, batas jantung kiri
pada 2cm lateral ICS V linea midklavikula sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdapat murmur dan gallop
- Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris, datar,tidak tegang, tidak terdapat kelainan kulit,tidak
ditemukan adanya spider nevy. tidak terlihat massa, tidak pelebaran vena, tidak
terdapat caput medusa.
Auskultasi : Bising usus(+), bising aorta abdominalis tidak terdengar.
Palpasi : Supel, turgor baik, terdapat nyeri tekan pada epigastik. Tidak terdapat nyeri
lepas, tidak teraba massa, hepatomegaly (-) splenomegaly (-), Ballotement (-),
Undulasi (+).
Perkusi : Suara timpani di semua lapang abdomen, terdapat nyeri ketuk pada
epigastrium, shifting dullness (-).

- Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan

10
- Ekstremitas : Akral hangat, cappilary refill kurang dari 2 detik, Tidak terdapat udem
pada tungkai bawah, tidak terdapat palmar eritem, tidak terdapat clubbing
finger. Tidak terdapat ptekie pada tangan, dan paha. Rumple leede (-)

- Refleks fisiologis dan patologis : tidak dilakukan pemeriksaan.

IV. Pemeriksaan Penunjang


Laboratorium :
PEMERIKSAAN NORMAL
21/05 22/05 22/05 23/05 23/05 24/05 24/05 25/05

Hematologi

>140
GDS 113

12 – 16 gr/dl
15.8 15,5 14,9 14,2 13,8 14,1 13,7 13,8
Hemoglobin

Hematokrit 44,4 43,9 43,6 43,0 40,5 41,0 40,0 40,4


37 – 43 %

Leukosit 4.400 7.690 7.000 6.910 7.260 7.480 7.180 6.580


5.000 – 10.000 /uL

Trombosit 91000 63000 63000 65000 53000 65000 72000 92000


150.000 – 450.000/uL

Fungsi Hati

55 - - -
-
SGPT - - <31 U/l

- 46 - - -
- -
SGOT - <31 U/l

Fungsi ginjal

11
- - 43 - - -
Ureum - - 17-43 mg/dl

- 1,13 - - -
- -
Creatinin - 0,6 -1,2

IgG - Negative
Positive

IgM - Negative
Negative

V. Diagnosis
Diagnosis Kerja: DBD

VI. Diagnosis Banding


- DB
- Demam tifoid
- Leptospirosis
- Chikungunya

VII. Pemeriksaan yang Dianjurkan


Periksa Darah Perifer Rutin setiap 12 jam
Periksa Tanda Vital setiap 8 jam
Awasi kondisi umum dan tanda-tanda perdarahan
Mengawasi input dan output cairan

12
VIII. Terapi yang diberikan

IGD NUSA INDAH

 IVFD RL 30 tpm  IVFD NaCl 20 tpm


 Ibuprofen tab 3x400mg  Inj. Ceftriaxon 1x2 gr
 Inj. Ranitidine 2x1 amp  Ibuprofen tab 3x400
 Inj. Ondancetrone 3x4mg  Ondansentron 3x1
 Inj. Ranitidine 2x1 amp
 Omz 2x1
 Psidii 3x1

IX. Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad sanactionam : ad bonam

13
Follow Up

Tanggal 22 Mei 2018

TD: 110/80 mmHg R: 20x/menit


N: 80x/menit S: 37,0 ̊C
S: O: A: P:
Demam sudah turun, o KU: TSS DHF Non farmakologis :
mual (+), penurunan o KS: CM  Tirah baring
nafsu makan (+), o Kepala: Normocephale  DPR /24 jam
pusing (+), nyeri ulu o Mata: CA (-/-) SI (-/-)  IVFD RL 20
hati(-), BAK normal o THT: dbn tpm
o Cor: BJI-BJII regular, Farmakologis :
G(-), M(-) Oral
o Pulmo: SNV, rh (-/-),  Ibuprofen
wh (-/-) 3x400
o Abd: buncit, tegang,  Ondansentron
pelebaran vena (-), BU 3x1
(+), aorta abdominalis  Inj. Ranitidine
tidak terdengar, 2x1 amp
shifting dullness (-),  Ceftriaxon 1x2
splenomegaly (-), (gr)
hepatomegaly (-),
 Omz 2x1
undulasi (-), NT (-)
 MP 2x 62,5
epigastrik.
 Psidii 3x1
o Eks: Edema (-), akral
 Curcuma 3x1
hangat.

14
Tanggal 23 Mei 2018

TD: 110/80 mmHg R: 20x/menit


N: 80x/menit S: 37,0 ̊C
S: O: A: P:
Demam sudah turun, o KU: TSS DHF Non farmakologis :
mual (+), penurunan o KS: CM  Tirah baring
nafsu makan (+), o Kepala: Normocephale  DPR /24 jam
pusing (+), nyeri ulu o Mata: CA (-/-) SI (-/-)  IVFD RL 20
hati(-), BAK normal o THT: dbn tpm
o Cor: BJI-BJII regular, Farmakologis :
G(-), M(-) Oral
o Pulmo: SNV, rh (-/-),  Ibuprofen
wh (-/-) 3x400
o Abd: buncit, tegang,  Ondansentron
pelebaran vena (-), BU 3x1
(+), aorta abdominalis  Inj. Ranitidine
tidak terdengar, 2x1 amp
shifting dullness (-),  Ceftriaxon 1x2
splenomegaly (-), (gr)
hepatomegaly (-),
 Omz 2x1
undulasi (-), NT (-)
 MP 2x 62,5
epigastrik.
 Psidii 3x1
o Eks: Edema (-), akral
 Curcuma 3x1
hangat.

15
Tanggal 24 Mei 2018

TD: 100/70 mmHg R: 20x/menit


N: 80x/menit S: 37,0 ̊C
S: O: A: P:
Demam sudah turun, o KU: TSS DHF Non farmakologis :
mual (+), penurunan o KS: CM  Tirah baring
nafsu makan (+), o Kepala: Normocephale  DPR /24 jam
pusing (+), nyeri ulu o Mata: CA (-/-) SI (-/-)  IVFD RL 20
hati(-), BAK normal o THT: dbn tpm
o Cor: BJI-BJII regular, Farmakologis :
G(-), M(-) Oral
o Pulmo: SNV, rh (-/-),  Ibuprofen
wh (-/-) 3x400
o Abd: buncit, tegang,  Ondansentron
pelebaran vena (-), BU 3x1
(+), aorta abdominalis  Inj. Ranitidine
tidak terdengar, 2x1 amp
shifting dullness (-),  Ceftriaxon 1x2
splenomegaly (-), (gr)
hepatomegaly (-),
 Omz 2x1
undulasi (-), NT (-)
 MP 2x 62,5
epigastrik.
 Psidii 3x1
o Eks: Edema (-), akral
 Curcuma 3x1
hangat.

16
ANALISA KASUS

1. Apakah penegakan diagnosis akhir pada pasien ini sudah benar?


Benar, dari hasil anamnesis demam tinggi sudah 4 hari, demam dirasakan menurun sejak hari ke
3. OS juga mengeluh merasa mual dan muntah > 3 kali selama 4 hari. Biasanya mual dan muntah
timbul setelah makan. Tidak didapatkan bitnik merah, mimisan, BAB tidak hitam dan Os
mengeluh menggigil, nyeri pada sendi dan tulang, lemas, tidak bertenaga, nafsu makan menurun
dan nyeri perut. Dari anamnesis di daparkan juga kondisi lingkungan rumah pasien yang mengarah
ketempat perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypty. Pemeriksaan penunjang hematokrik
meningkat, trombosit menurun, leukosit sempat turun kemudian normal, SGOT dan SGPT
meningkat.

2. Apakah diagnosis banding dari pasien tersebut?


Diagnosis banding Demam Dengue terdiri atas ( WHO, 2011) :

a. Infeksi virus golongan Arbovirus : Chikungunya

17
b. Penyakit virus lainnya
Misalnya : Measles, Rubella, dan berbagai virus lainnya, seperti : Epstein barr virus,
Enterovirus, Influenza, Hepatitis A, Hantavirus

c. Penyakit bakterial
Meningocuccaemia, Leptospirosis, Thypoid, Meliodosis, Rackettsial disease, Scarlet Fever

d. Penyakit parasit : Malaria

Pada fase awal demam dari demam berdarah dengue, diagnosis banding meliputi infeksi
spektrum luas oleh virus, bakteri, dan protozoa, sama halnya dengan diagnosis banding
dari demam dengue. Adanya trombositopenia disertai dengan hemokonsentrasi
membedakan demam berdarah dengue dengan penyakit yang lainnya. Hasil yang normal
dari ESR (Erythrocyte Sedimentation Rate) dapat membedakan dengue dengan infeksi
bakteri dan syok septik (WHO, 2011).

3. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat?

18
4. Apakah prognosis pada pasien ini?

Prognosis pada pasien ini quo ad vitam adalah bonam karena penyakit pada pasien saat ini tidak
mengancam nyawa. Untuk quo ad functionam bonam, karena organ-organ vital pasien masih
berfungsi dengan baik. Untuk quo ad sanactionam bonam karena kekambuhan pada DBD hanya
dapat terjadi jika terdapat reinfeksi oleh virus dengue. Dengan edukasi yang tepat, maka dapat
dilakukan tindakan pencegahan terjadinya infeksi virus dengue.

5. Kapan pasien dikatakan demam berdarah dengue?


 Demam mendadak terus menerus 2-7 hari tanpa sebab yang jelas, demam tinggi
dan turun pada hari ke 4-6
 Uji tourniquet (+)
 Adanya petechiae
 Hasil laboratorium : trombositopenia dan peningkatan hematokrit

5. Mengapa perlu dilakukan pemeriksaan serologi IgM dan IgG pada pasien DBD?

19
6. Apa yang menyebabkan trombositopenia pada pasien ini?
 Adanya suspensi sumsum tulang yang diakibatkan oleh limfosit T yang melepas
sitokin
 Adanya kompleks virus antibody
 Destruksi trombosit akibat infeksi virus yang mengenai trombosit dan
pemendekan masa hidup trombosit

7. Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada pasien?


- Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
- Kelainan ginjal akibat syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
- Edema paru dan/ atau gagal jantung seringkali terjadi akibat overloading pemberian
cairan pada masa perembesan plasma
- Syok yang berkepanjangan mengakibatkan asidosis metabolik & perdarahan hebat
(DIC, kegagalan organ multipel)
- Hipoglikemia / hiperglikemia, hiponatremia, hipokalsemia akibat syok
berkepanjangan dan terapi cairan yang tidak sesuai

8. Kapan Pasien dengan DBD boleh diperbolehkan pulang ?


 tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
 nafsu makan membaik
 secara klinis tampak perbaikan
 hematokrit stabil
 tiga hari setelah syok diatasi
 jumlah trombosit sudah meningkat > 50.000/ul
 tidak dijumpai distres pernafasan ( disebabkan oleh efusi pleura atau asidodis ).

9. Terapi apa yang diberikan pada pasien ketika sudah diperbolehkan pulang?
 Terapi yang diberikan yang bersifat simptomatik dan supportive

20
 Tirah baring, analgesic dan antipiretik diberikan untuk mengurangi lethargy,
malaise dan demam
 Paracetamol diberikan untuk demam dan nyeri
 Aspirin dan anti inflamasi

10. Edukasi yang disampaikan kepada pasien?


 Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
 Foging Focus dan Foging Masal
 Penyelidikan Epidemiologi
 Penyuluhan perorangan/kelompok untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
 Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DB

11. Apakah pencegahan yang dapat dilakukan?


Pencegahan yang dilakukan adalah dengan cara Pengendalian vector virus dengue.
Pengendalian vektor bertujuan (Purnomo, 2010) :

1. Mengurangi populasi vektor serendah – rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai
penular penyakit.
2. Menghindarkan terjadi kontak antara vektor dan manusia

Cara efektif untuk pengendalian vektor adalah dengan penatalaksanaan lingkungan


yang termasuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pemantauan aktivitas untuk
modifikasi faktor-faktor lingkungan dengan suatu pandangan untuk mencegah perkembangan
vektor dan kontak manusia-vektor-patogen. Pengendalian vektor dapat berupa (Purnomo,
2010):

1. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)


a. Melakukan metode 4 M (menguras, Menutup dan Menyingkirkan, dan monitor
tempat perindukan nyamuk) minimal 1 x seminggu bagi tiap keluarga,
b. 100% tempat penampungan air sukar dikuras diberi abate tiap 3 bulan
c. ABJ (angka bebas jentik) diharapkan mencapai 95%

21
2. Foging Focus dan Foging Masal
a. Foging fokus dilakukan 2 siklus dengan radius 200 m dengan selang waktu 1
minggu
b. Foging masal dilakukan 2 siklus diseluruh wilayah suspek KLB dalam jangka
waktu 1 bulan
c. Obat yang dipakai : Malation 96EC atau Fendona 30EC dengan menggunakan
Swing Fog
3. Penyelidikan Epidemiologi
a. Dilakukan petugas puskesmas yang terlatih dalam waktu 3x24 jam setelah
menerima laporan kasus
b. Hasil dicatat sebagai dasar tindak lanjut penanggulangan kasus
4. Penyuluhan perorangan/kelompok untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.
5. Kemitraan untuk sosialisasi penanggulangan DBD.

Kewajiban pelaporan kasus dalam tempo 24 jam ke Dinas Kesehatan tingkat II/Puskesmas
tempat tinggal pasien merupakan keharusan yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
560 tahun 1989 dengan tujuan kemungkinan terjadinya penularan lebih lanjut, penyakit DBD
dapat dicegah dan ditanggulangi sedini mungkin. Dengan adanya laporan kasus pada Puskesmas/
Dinas Kesehatan tingkat II yang bersangkutan, dapat dengan segera melakukan penyelidika
epidemiologi di sekitar tempat tinggal kasus untuk melihat kemungkinan resiko penularan

22
12. Bagaimana patogenesis terjadinya demam berdarah dengue?

23
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO.2009. Guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control. World Health
Organization Regional. New edition 2009.
2. World Health Organization-South East Asia Regional Office. 2011. Comprehensive
Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India:
WHO; 2011.p.1-67.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-dbd.pdf
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah
Dengue.http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Konsensus DBD
Depkes.http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/konsensus_dbd_all.pdf
6. WHO. 2010. Comprehensive Guidelines for Perevention and Control of Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever. WHO
7. Candra,Ayu. 2010. Demam Berdarah Dengue : Epidemiologi, Patogenesis dan Faktor Resiko
Penularan; Aspirator Vol 2. No. 2 Tahun 2010 : 110-119
8. Purnama, S. Gede. 2010. Pengendalian Vektor DBD. Denpasar : Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana.
9. Aji, F S P. 2016. Asuhan keperawatan pada demam berdarah dengue. Fakultas Ilmu Kesehatan.
UMP.

24

Anda mungkin juga menyukai