Oleh :
Kristo A. Warong
17014101189
Supervisor Pembimbing :
dr. Abraham Maukar, SpOG (K)
Residen Pembimbing :
dr. Andrew B Ch Rattu
MANADO
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker leher rahim adalah keganasan dari leher rahim (serviks) yang
disebabkan oleh virus HPV (Human Papiloma Virus). Diseluruh dunia,
penyakit ini merupakan jenis kanker ke dua terbanyak yang diderita
perempuan.1Penyakit ini menduduki urutan keempat setelah karsinoma
mammae, kolorektum dan endometrium di Amerika Serikat. Saat ini di
seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1 juta perempuan menderita kanker leher
rahim dan 3-7 juta orang perempuan memiliki lesi prekanker derajat tinggi
(high grade dysplasia).2 Sementara itu angka kejadian di Indonesia tinggi dan
sebagian besar ditemukan pada stadium lanjut. Pada negara berkembang,
sampai 471.000 kasus baru ditemukan per tahun dan lebih dari 50%-nya
ditemukan pada stadium lanjut.3
Penelitian WHO tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000
kasus baru, dan 260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90%
diantaranya terjadi di negara berkembang. Angka insidens tertinggi ditemukan
di negara-negara Amerika bagian tengah dan selatan, Afrika timur, Asia
selatan, Asia tenggara dan Melanesia.1,2,4 Di Indonesia, kanker leher rahim
merupakan keganasan yang paling banyak ditemukan dan merupakan
penyebab kematian utama pada perempuan dalam tiga dasawarsa terakhir.
Diperkirakan insidens penyakit ini adalah sekitar 100 per 100.000 penduduk.5
Data patologi dari 12 pusat patologi di Indonesia menunjukkan bahwa kanker
leher rahim menduduki 26,4% dari 10 jenis kanker terbanyak pada
perempuan. Di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, 39,5%
penderita kanker pada tahun 1998 adalah kanker serviks. Data yang berhasil
dihimpun oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukan
bahwa angka kejadian kanker di Indonesia sampai saat ini diperkirakan setiap
tahun muncul sekitar 200.000 kasus baru dimana jenis terbesar kanker
tersebut adalah kanker serviks.6
Di Amerika Serikat, dalam 50 tahun terakhir insidens kanker leher
rahim turun sekitar 70%.9 Hal tersebut dimungkinkan karena adanya program
deteksi dini dan tatalaksana yang baik.2 Sebaliknya, di negara-negara
berkembang, angka penderita penyakit ini tidak mengalami penurunan,
bahkan justru meningkat akibat populasi yang meningkat.1,2,7 Padahal
penyakit ini dapat dicegah dengan deteksi dini lesi prankanker yang apabila
segera diobati tidak akan berlanjut menjadi kanker leher rahim.
Banyak alasan yang menyebabkan masih tingginya angka penderita,
oleh karena itu WHO menggariskan 4 komponen penting dalam program
penanganan kanker leher rahim nasional yaitu pencegahan primer, deteksi dini
melalui peningkatan kewaspadaan dan program skrining yang terorganisasi,
diagnosis dan tatalaksana, serta perawatan paliatif untuk kasus lanjut.1
Mengingat beratnya akibat yang ditimbulkan oleh kanker serviks
dipandang dari segi harapan hidup, lamanya penderitaan, serta tingginya biaya
pengobatan, sudah sepatutnya apabila kita memberikan perhatian yang lebih
besar mengenai latar belakang dari penyakit yang sudah terlalu banyak
meminta korban itu, dan segala aspek yang berkaitan dengan penyakit tersebut
serta upaya-upaya preventif yang dapat dilakukan.8
Oleh karena itu, pentingnya pengetahuan mengenai kanker serviks
untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kanker serviks.
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Mengendalikan angka mortalitas dan morbiditas kanker serviks dalam
masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab, gejala, pengobatan serta pencegahan penyakit
kanker serviks
b. Meningkatkan dan mendorong peran serta keluarga dan masyarakat dalam
pencegahan penyakit kanker serviks.
C. Sasaran Penyuluhan
Yang menjadi sasaran penyuluhan adalah masyarakat (khususnya wanita)
yang datang memeriksakan diri maupun pasien di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou
Manado.
D. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya
jawab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Materi Penyuluhan
1. Pengertian
Carsinoma serviks atau kanker serviks adalah pertumbuhan baru yang
ganas terdiri dari sel-sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan
sekitarnya dan menimbulkan metastasis.9 Kanker serviks merupakan suatu
keganasan pada bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang
vagina.10
c. Faktor eksogen
- merokok
- ko-infeksi dengan penyakit menular seksual lainnya
- penggunaan jangka panjang ( lebih dari 5 tahun) kontrasepsi oral. WHO
melaporkan risiko relatif pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1.19 kali
dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
4. Tanda dan Gejala
Lesi prakanker dan kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan sitologi. Boon dan Suurmeijer melaporkan bahwa
sebanyak 76% kasus tidak menunjukkan gejala sama sekali.8,11 Jika sudah terjadi
kanker akan timbul gejala yang sesuai dengan tingkat penyakitnya, yaitu dapat
lokal atau tersebar. Gejala yang timbul dapat berupa perdarahan pasca sanggama
atau dapat juga terjadi perdarahan diluar masa haid dan pasca menopause. Jika
tumornya besar, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan cairan berbau yang
mengalir keluar dari vagina. Bila penyakitnya sudah lanjut, akan timbul nyeri
panggul, gejala yang berkaitan dengan kandung kemih dan usus besar. Gejala lain
yang timbul dapat berupa gangguan organ yang terkena misalnya otak (nyeri
kepala, gangguan kesadaran), paru (sesak atau batuk darah), tulang (nyeri atau
patah), hati (nyeri perut kanan atas, kuning, atau pembengkakan) dan lain-lain.11
Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Lendir yang keluar
dari vagina ini semakin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan pada tahap ulseratif tumor. Namun, sumber lain menyebutkan
perdarahan pervaginam merupakan keluhan yang paling sering dirasakan oleh
seseorang yang menderita kanker serviks (43-54% kasus). Perdarahan yang
timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi
juga di luar senggama. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinis
yang lebih lanjut (stadium II atau III) terutama pada tumor yang bersifat
eksofilik. Perdarahan spontan saat defekasi akibat tergesernya tumor eksofitik
dari serviks oleh skibala merupakan keluhan yang membuat pasien
memeriksakan diri ke dokter. Adanya perdarahan spontan per vaginam saat
defekasi perlu dicurigai sebagai karsinoma serviks tingkat lanjut. Adanya bau
busuk yang khas memperkuatdugaan adanya karsinoma.8,11
Anemia akan menyertai perdarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri
akibat infiltrasi tumor ke serabut saraf, memerlukan pemeriksaan umum untuk
dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat khususnya pada lumen vagina
yang sempit dan dinding yang sklerotik serta meradang.8
A. Test IVA : test visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-
5%) dan larutan iodium lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang
terjadi setelah dilakukan olesan. Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel
yang mengalami displasia. Hasil interpretasi sesuai dengan klasifikasi IVA
adalah :
Hasil test positif : ditemukan plak putih yang tebal atau epitel acetowhite,
biasanya dekat dengan SSK.
Hasil test negatif : ditemukan permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi, nabothian cyst.
Kanker : ditemukan massa mirip kembang kol atau bisul.
Test pra kanker ini dianjuran bagi semua wanita berusia 30 dan 45 tahun.
Kanker serviks menempati angka tertinggi diantara wanita berusia 40-50
tahun, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi prakanker lebih
mungkin terdeteksi 10 sampai 20 tahun lebih awal. Wanita yang memiliki
faktor resiko juga merupakan kelompok yang paling penting untuk melakukan
tes.
Gambar : sebelum (atas) dan sesudah (bawah) penggunaan asam asetat
1. Pemeriksaan sitologi (Pap Smear) : Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes
Papanicolaou (tes Pap) sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini,
tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitodiagnosis
didasarkan pada kenyataan, bahwa sel-sel permukaan secara terus menerus
dilepaskan oleh epitel dari permukaan traktus genitalis. Sel-sel yang
dieksfoliasi atau dikerok dari permukaan epitel serviks merupakan
mikrobiopsi yang memungkinkan kita mempelajari proses dalam keadaan
sehat dan sakit. Sitologi adalah cara skrining sel-sel serviks yang tampak sehat
dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis
secara histologik. Sitodiagnosis yang tepat tergantung pada sediaan yang
representatif, fiksasi dan pewarnaan yang baik, serta tentu saja interpretasi
yang tepat. Enam puluh dua persen kesalahan disebabkan karena pengambilan
sampel yang tidak adekuat dan 23 % karena kesalahan interpretasi. Supaya
ada pengertian yang baik antara dokter dan laboratorium, maka informasi
klinis penting sekali. Dokter yang mengirim sediaan harus memberikan
informasi klinis yang lengkap, seperti usia, hari pertama haid terakhir, macam
kontrasepsi (bila ada), kehamilan, terapi hormon, pembedahan, radiasi,
kemoterapi, hasil sitologi sebelumnya, dan data klinis yang meliputi gejala
dan hasil pemeriksaan ginekologik. Sediaan sitologi harus meliputi komponen
ekto- dan endoserviks. NIS lebih mungkin terjadi pada SSK sehingga
komponen endoserviks menjadi sangat penting dan harus tampak dalam
sediaan. Bila komponen endoserviks saja yang diperiksa kemungkinan negatif
palsu dari NIS kira-kira 5%.
3 .Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan
utamanya untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
Tujuan pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat
didiagnosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat
diperkirakan atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal
lain, pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang
kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama
walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar luas dan dalam fase
akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas
hidup yang
lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk penyakit
metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan
keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus
kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB
(Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain
Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker.6
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-
sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini
disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka
kepekaannya semakin rendah. Hal ini disebut Kemoresisten.15
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti
sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis
sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari
sel-sel kanker tersebut.
Pola pemberian kemoterapi15
1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel
kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor)
atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga
dengan pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada
kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.
Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga
operasi atau radiasi akan lebih berhasil guna.
Cara pemberian obat kemoterapi :15
1) Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau
dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat
tetesannya.
2) Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor
dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain Metrotexat, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara lain
Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4) Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®, Myleran®,
Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
5) Subkutan dan intramuskular
Pemberian subkutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah
L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian
per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6) Topikal
7) Intra arterial
8) Intracavity
9) Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak
pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu
diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan
pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang amat banyak ,
contohnya Bleocin
Tujuan pemberian kemoterapi :15,16
1) Pengobatan.
2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Efek samping kemoterapi :21
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4. Efek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Prognosis Karsinoma Serviks
A. Kesimpulan
Kanker Serviks adalah kanker primer yang terjadi pada jaringan leher rahim
(serviks) Sementara lesi prakanker, adalah kelainan pada epitel serviks akibat
terjadinya perubahan sel-sel epitel, namun kelainannya belum menembus lapisan
basal (membrana basalis).
Dalam stadium untuk CA serviks yaitu 0, I (IA1, IA2, IB1, IB2), II (IIA, IIB), III
(IIIA, IIIB), IV (IVA, IVB). Ca serviks bisa dilakukan dengan skrining kanker
serviks yang mudah dilakukan, deteksi dini secara skrining sitologi (pap smear)
atau melalui skrining visualisasi (iva).
Hasil skrining lesi pra kanker bukan merupakan diagnosis pasti , temuan hasil
abnormal harus ditindak lanjuti dengan pemeriksaan tes diagnostic dengan
pemeriksaan kolposkopi dan biopsi terarah untuk pemeriksaan histopatologi .
B. Rekomendasi
a. Diperlukan peran masyarakat dan pemerintah secara luas untuk bersama-sama
menjalankan program-program yang telah dibuat dalam pencegahan kanker
serviks
b. Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan sebagai lini terdepan dalam
pencegahan kanker serviks di lingkungan masyarakat dengan deteksi dini dan
peningkatan pendidikan kesehatan masyarakat terkait kanker serviks.
c. Dibutuhkan peran serta dorongan keluarga dan petugas kesehatan tentang
pengobatan Kanker Serviks.
DAFTAR PUSTAKA