Oleh:
Ni Made Kusuma Devi (1707532117)
Nyoman Notiasih (1707532128)
Made Swari Praba Waloka (1707532129)
I Wayan Agung Shinta Kusumawardani (1707532137)
JURUSAN AKUNTANSI
PROGRAM REGULER DENPASAR
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
A. Pelaksanaan Pendapatan Desa
Pelaksanaan pendapatan desa adalah proses penerimaan berbagai sumber pendapatan
desa, antara lain Pendapatan Asli Desa yang berasal dari masyarakat dan lingkungan desa
(misalnya penerimaan pungutan dan sewa); Pendapatan Transfer yang berasal dari pemerintah
supra desa (misalnya Dana Desa, Alokasi Dana Desa, Bagi Hasil Pajak/Retribusi Daerah, dan
Bantuan Keuangan); serta Lain‐lain Pendapatan Desa berupa hibah dan sumbangan dari pihak
ketiga; yang telah ditetapkan sebelumnya dalam APBDesa.
Pihak yang terkait dalam proses penerimaan pendapatan adalah pemberi dana
(pemerintah pusat/provinsi/kabupaten/kota, masyarakat, pihak ketiga), penerima dana (bendahara
desa/pelaksana kegiatan/kepala dusun), dan bank.
Seluruh pendapatan yang diterima tunai oleh Bendahara Desa harus disetorkan ke dalam RKD.
Atas pendapatan retribusi yang diterima oleh Petugas Pemungut harus segera disetorkan kepada
Bendahara Desa.
Pendapatan swadaya masyarakat yang diterima oleh Pelaksana Kegiatan, harus segera dilaporkan
kepada Bendahara Desa setelah sebelumnya dilakukan konversi/diberi nilai rupiahnya dengan
menggunakan harga pasar setempat atau berdasarkan RAB yang telah telah dibuat sebelumnya.
Terhadap pendapatan dari swadaya dan partisipasi masyarakat, harus dibuatkan bukti
penerimaannya berupa kuitansi/tanda terima uang/barang. Untuk penerimaan yang diberikan
dalam bentuk tenaga dibuatkan daftar hadir atas orang‐orang yang menyumbangkan tenaganya.
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari Swadaya,
Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa barang dan jasa.
Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa barang dan jasa dari
masyarakat
Berikut adalah gambar alur pelaksanaan penerimaan pendapatan desa yang berasal dari Swadaya,
Partisipasi dan Gotong Royong dari masyarakat berupa uang.
Prosedur penerimaan swadaya, partisipasi, dan gotong royong berupa uang
Dana Desa
Mekanisme penyaluran Dana Desa diatur dalam PP Nomor 60 Tahun 2014 dan telah diubah dua
kali yaitu terakhir dengan PP Nomor 8 Tahun 2016. Dalam ketentuan tersebut diatur bahwa
Dana Desa disalurkan oleh Pemerintah kepada kabupaten/kota dengan cara pemindahbukuan dari
RKUN ke RKUD, selanjutnya oleh kabupaten/kota disalurkan ke desa dengan cara
pemindahbukuan dari RKUD ke RKD. Penyaluran Dana Desa dilakukan secara bertahap pada
tahun anggaran berjalan. Sesuai PP 8/2016 dan PMK 49/2016, penyaluran dana desa dilakukan
secara bertahap pada tahun anggaran berjalan dengan ketentuan:
• Tahap I bulan Maret sebesar 60%.
• Tahap II bulan Agustus sebesar 40%.
Belanja Barang
Pengenakan Pajak atas Belanja Jasa (PPh Pasal 23, Pasal 4 ayat 2 dan PPN)
Terhadap pengadaan jasa (non fisik) misalnya sewa, penggunaan jasa perbaikan komputer,
perbaikan AC, jasa biro iklan dikenakan pemotongan pajak PPh Pasal 23 dan PPN sesuai
ketentuan. Jika jasa tersebut terkait konstruksi maka dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 dan PPN
sesuai ketentuan. Tidak ada batasan nilai untuk PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat 2. PPN
dikenakan jika jasa tersebut masuk katagori Jasa Kena Pajak (JKP). Untuk lebih jelasnya, berikut
disajikan gambar skema pemotongan/pemungutan pajak di desa atas transaksi berupa jasa.
Belanja
Jasa
Konstru Selain
ksi Konstruksi
PPN
PPh Pasal 4 (2) PPN Jika diatas PPh Psl 23
Tarifnya tergantung 1Juta Tarif 10% Dengan NPWP: Jika diatas 1
klasifikasi Tarif 2% Tanpa Juta Tarif
usaha NPWP : 4% 10%
Karena yang menerima adalah PNS maka dikenakan Pajak Final dimana untuk Gol. IV tarifnya
15%, Gol. III tarifnya 5% dan Gol II tarifnya sebesar 0%. Pada saat pembayaran honor langsung
dilakukan pemotongan, dengan dibuatkan bukti potongnya. Atas potongan tersebut selanjutnya
disetorkan ke Kas Negara peling lama tanggal 10 bulan Maret 2016.
Bendahara Desa kemudian mencatat pemotongan dan penyetoran pajak pada BKU dan Buku
Pajak. Jumlah nilai yang dicatat adalah sebesar jumlah pajak yang dipotong/pungut yang
dihitung dari nilai transaksi. Untuk penyetoran pajak ke Kas Negara dicatat sebesar nilai Surat
Setoran Pajak (SSP) yang dibuatnya. Sejak 1 Juli 2016, mekanisme penyetoran pajak dilakukan
dengan E‐Billing.
Contoh kebutuhan barang/jasa dalam rangka mendukung pelaksanaan Swakelola antara lain:
- Pembelian material pada swakelola pembangunan jembatan desa;
- Sewa peralatan untuk swakelola pembangunan balai desa;
- Penyediaan tukang batu dan tukang kayu untuk swakelola pembangunan Posyandu.
Batasan nilai Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud di atas dapat ditetapkan berbeda
oleh Bupati/Walikota sesuai dengan kondisi wilayah masing‐masing dan dalam batas kewajaran.
D. Pelaksanaan Pembiayaan
Pelaksanaan pembiayaan desa yaitu proses penerimaan dan pengeluaran pembiayaan desa
sebagaimana yang telah tercantum dalam APBDesa. Pembiayaan desa meliputi meliputi semua
penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun‐tahun anggaran berikutnya.
SiLPA desa tahun sebelumnya sebagai penerimaan pembiayaan, penggunaanya diatur
dan disepakati dalam musyawarah desa. Begitu pun halnya dengan pengeluaran pembiayaan
seperti penyertaan modal pemerintah desa atau pembentukan Dana Cadangan harus disepakati
terlebih dahulu dalam musyawarah desa dan ditetapkan dalam Peraturan Desa.
Pelaksanaannya penyertaan modal dilakukan melalui pengajuan SPP pembiayaan yang
diajukan oleh Kaur Keuangan, diverifikasi sekretaris desa untuk selanjutnya disetujui oleh
Kepala Desa. Setelah disetujui oleh kepala desa, bendahara desa selanjutnya mengeksekusi
dengan mentrasfer ke rekening dana cadangan ataupun ke rekening BUMDes penerima.
DAFTAR PUSTAKA
Kelompok 11 :