Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menghadapi era globalisasi tahun ini, dimana masyarakat membutuhkan
serta menuntut pelayanan kesehatan yang profesional dan memuaskan. dengan
demikian dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki pengetahuan, kemampuan
dan ketrampilan yang memadai serta memiliki semangat pengabdian yang tinggi
sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Demikian juga dengan pelayanan suatu rumah sakit, dimana rumah sakit
merupakan salah satu lembaga yangmemberikan pelayanan kepada masyarakat
juga dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan
memuaskan. Salah satu tenaga profesional yang terpenting di dalam suatu rumah
sakit yaitu perawat. Perawat disebutkan sebagai tenaga terpenting karena sebagian
besar pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan.
menyatakan bahwa 40-60% pelayanan rumah sakit adalah pelayanan keperawatan.
Bahkan Huber menyatakan bahwa 90 % pelayanan rumah sakit adalah pelayanan
keperawatan. Perawat bekerja da bertemu klien selama 24 jam penuh dalam suau
siklus shift , sehingga perawat menjadi ujung tombak bagi suatu rumah sakit
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat . sebagai ujung
tombak di dalam memberikan pelayanan , maka kebutuhan akan sumber daya
manusia perawat menjadi prioritas utama dalam pengorganisasian ruang rawat.
Adanya tuntutan pengembangan pelayanan kesehatan oleh masyarakat
umum, termasuk di dalamnya keperawatan, merupakan salah satu faktor yang
harus dicermati dan diperhatikan oleh tenaga perawat, sehingga perawat mampu
berkiprah secara nyata dan diterima dalam memberikan sumbangsih bagi
kemanusiaan sesuai ilmu dan kiat serta kewenangan yang dimiliki. Salah satu
strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan
keperawatan adalah melakukan manajemen keperawatan dengan harapan adanya
faktor kelola yang optimal mampu meningkatkan keefektifan pembagian

1
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan
keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan
adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara
optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan
keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam
manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang diberikan.
Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model asuhan
keperawatan tersebut. Sistem MPKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan 4 unsur, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem. Keempat unsur tersebut diharapkan menjadi bahan
pertimbangan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan demi memuaskan
keinginan dan harapan pasien sebagai pengguna jasa layanan. Penerapan MPKP
sejatinya perlu diterapkan di semua layanan kesehatan demi tercapainya standar
dalam pemberian asuhan keperawatan di seluruh instansi pelayanan kesehatan di
seluruh indonesia. ( Nursalam, 2007)
.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prinsip penerapan MPKP di dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami prinsip penerapan MPKP dalam
pemberian asuhan keperawatan pada klien

2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menganalisa lingkungan ruang perawatan dan
menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan
perawatan
2. Mahasiswa mampu melakukan peran sesuai dengan model MPKP
yang telah dipelajari
3. Mahasiswa mampu melakukan supervisi keperawatan
4. Mahasiswa mampu melakukan ronde keperawatan
5. Mahasiswa mampu melakukan timbang terima keperawatan
6. Mahasiswa mampu melakukan penerapan sentralisasi obat di dalam
ruangan perawatan
7. Mahasiswa mampu melakukan Discharge Planning
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
9. Mahasiswa mampu menganalisa tingkat kepuasan klien pre dan
post penerapan MPKP

1.4 Manfaat
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiwa mampu menerapkan
MPKP secara tepat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien di layanan
kesehatan.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konsep Model Pelayanan Keperawatan Profesional


Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif,
ditunjukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Layanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta berkurangnya
kemauan menuju pada kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari
secara mandiri.
Praktik keperawatan adalah kombinasi ilmu kesehatan dan seni tentang
asuhan (care) dan meruapakan perpaduan secara humanistis pengetahuan ilmiah,
falsafah keperawatan. Praktikklinik, komunikasi dan ilmu social .
Praktik keperawatan protesional adalah tindakan keperawatan profesional
menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai disiplin
ilmu, terutama ilmu keperawatan selain berbagai ilmu dasar,ilmu sosial sebagai
landasan untuk melakukan asuhan keperawatan.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) atau Model Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP) adalah sebagai suatu sistem (struktur, proses
dan nilai-nilai) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian
asuhan keperawatan ternasuk lingkungan untuk menopang emberian asuhan
tersebut
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat
unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem
MAKP ( Nursalam, 2007 ).

4
2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan Metode Model
Pelayanan Keperawatan Profesional

Hal-hal yang berkaitan dengan perubahan dalam MAKP adalah sebagai


berikut ini:
1.Kualitas Pelayanan Keperawatan
Setiap upaya meningkatkan pelayanan keperawatan selalu berbicara
mengenai kualitas. Kualitas amat diperlukan untuk:

1) Meningkatkan asuhan keperawatan untuk pasien/konsumen.


2) Menghasilkan keuntungan (pendapatan) institusi.
3) Mempertahankan eksistensi instintusi.
4) Meningkatkan kepuasan kerja.
5) Meningkatkan kepercayaan konsumen/pelanggan.
6) Menjalankan kegiatan sesuai aturan/standar.

Pada pembahasan praktik keperawatan akn di jabarkan tentang: 1) model


praktik, 2) metode praktik, 3) standar.

2. Standar Praktik Keperawatan


Standar praktik keperawatan di indonesia di susun oleh Depkes RI (1995)
yang terdiri atas beberpa standar. Menurut JCHO: joint commisision on
accreditation of healt care organisation (1999; 1; 4: 249-54) terdapat 8 standar
tentang asuhan keperawatan yang meliputi (novuluri, 1999; 1; 4: 249-54):

1) Mengurangi hak-hak pasien.


2) Penerima sewaktu pasien masuk rumah sakit (MRS).
3) Observasi keadaan pasien.
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi.
5) Asuhan pada tindakan nonoperatif dan administratif.
6) Asuhan pada tindakan operasi dan prosedur invasif.
7) Pendidikan kepada pasien dan keluarga.
8) Pemberian asuhan secara terus menerus dan berkeseimbangan.

Standar intervensi keperawatan yang merupakan lingkup tindakan


keperawatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia (14 KDM dari
henderson).

5
1. Oksigen
2. Cairan dan elektrolit
3. Eliminasi
4. Keamanan
5. Kebersihan dan kenyamanan fisik
6. Istirahat dan tidur
7. Gerak dan jasmani
8. Sepiritual
9. Emosional
10. Komunikasi
11. Mencegah dan mengatasinresikonpsikologis
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13. penyuluhan

3. Model Praktik
1. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional ( ners ) mempunyai wewenang dan tanggungjawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan
legislasi keperawatan.
2. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk Praktik Keperaeatan Rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan / asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
3. Praktik Keperawatan Berkelompok
Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan
praktik keperawatn rumah sakit dan rumah, beberapa perawat profesional
membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperaawatan, untuk mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik
keperawatan ini dipandang perlu dimasa depan, karena adanya pendapat
bahwa perawat rumah sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya perawatan
di rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.

6
4. Praktik Keperawatan individual
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional
senior dan berpengalaman secar sendiri / perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat
yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh
kelompok / golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas
pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
9.9
10 1.9 Saya bekeja
Saya mencoba dengan staf untuk
menjadi teman mencapai tujuan
9 bersama. Mereka
kepada semua mengerti
staf supaya tanggungjawabny
mereka a dan kami
8 mendukung saya menyelesaikan
masalah

7
5.5
Saya memilih pendekatan
6 tengah-tengah dan menghindari
kontroversi. Aturan RS sbagai
model kepemimpinan
5
1.1
4 RS telah 9.1
memberikan saya Saya
posisi, mengharapkan
sebagaimana saya
3 harapkan. Saya
semua staf
mempunyai melaksanakan
perhatian yang tugasnya dengan
2 sedikit kepada staf baik
lain

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Rendah produktivitas tinggi

4 . Managerial Grid
Fokus metode managemen ini menitikberatkan pada perilaku manager
yang menekankan pada produksi dan manusia. Adanya komitmen yang
tinggi pada anggota kelompok dalam mencapai tujuan organisasi dapat
mengurangi kompetisi antar angota kelompok; dan komunikasi serta
kebersamaan dapat ditingkatkan, sehingga tujuan organisasi dapat optimal
(Blake & Mouton, 1964 dikutip oleh Grant, A.B. & Massey, V.H., 1999).

7
2.3 Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Model Pelayanan Keperawatan
Profesional
Dalam pemberian pelayanan profesional diperlukan upaya pengembangan
kualitas dalam berbagai sektor mulai dari meningkatkan asuhan keperawatan,
pendapatan institusi, eksistensi institusi, kepuasan kerja, kepercayaan konsumen
serta dalam menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar.
Dalam pelaksanaannya model praktik keperawatan tidak hanya berfokus
pada satu bagian saja namun terdri dari beberapa model keperawatan seperti
praktik keperawatan di rumah sakit, praktik keperawatan di rumah, praktik
keperawatan berkelompok dan praktik keperawatan individual. Untuk
melaksanakan Model Asuhan Keperawtan Profesional yang tepat pada tahun 1995
Mc. Laughin, Thomas, dan Barterm mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan
keperawatan, namun model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan
keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer. Dari beberapa
metode yang ada setiap institusi harus mampu memilih metode yang tepat dalam
pelaksaannya. Berikut merupakan dasar pertimbangan pemilihan model metode
asuhan keperawatan ( Marquis & Huston, 1998: 143 ) :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan dan kinerja perawat
6. Terlaksanakannya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.

2.4 Model Asuhan Keperawatan Profesional


2.4.1 Metode Keperawatan Tim
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan dimana seorang perawat professional memimpin sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan kelompok
klien melalui upaya kooperatif dan kolaburatif ( Diuglas, 1984 ). Model

8
tim didasarkan pada keyakin bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribuasi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron
& Gray ( 1987 ) pelaksana model tim harus berdasarkan konsep berikut :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai
latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim.
Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien. Anggota tim melakukan
pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan
anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah di buat. Oleh karena
kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim
seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (
konferensi tim ) guna membahas kejadian-kejadian yang di hadapi dalam
pemberian askep.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / group yang
terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu.

9
1. Kelebihan :
a. Memungkiankan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan member kepuasan kepada anggota tim.
2. Kekurangan :
a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas dalam tim kabur
c. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat lain yang trampil.
3. Konsep metode tim :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.

2.5 Tanggung Jawab Perawat Dalam Model Pelayanan Keperawatan


Profesional ( MPKP ) Tim ( Nursalam, 2002 ) :

2.5.1 Tanggung jawab anggota tim :


a. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
b. Kerjasama dengan anggota tim dan antar tim
c. Memberikan laporan

10
2.5.2 Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervise dan evaluasi
c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi.
2.5.3 Tanggung jawab kepala ruangan :
a. Perencanaan
1. Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi
dan persiapan pulang bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibuthkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketus tim, mengatur
penugasan / penjadwalan
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan :
a. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan
c. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
d. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9. Membantu membimbing terhadap pesena didik keprawatan
10. Menjaga tenvujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.

11
b. Pengorganisasian

1. Merumuskan metode penugasan yang digunakan


2. Merumuskan tujuan metode penugasan
3. Membuat rincian tugas tim dan anggota secara jelas
4. Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2 ketua
tim dan ketua tim membawahi 2 – 3 perawat
5. Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan, membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-lain
6. Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan
7. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik
8. Mendelegasikan tugas kepala ruang berada di tempat, kepada
ketua tim
9. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
admisnistrasi pasien
10. Identifikasi asalah dan cara penanganannya.

c. Pengarahan
1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberikan oujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
3. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mnegalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain

12
d. Pengawasan
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim daam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui supervisi :
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan yang ada saat itu juga
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan ( didokumentsikan ), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
c. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
d. Audit keperawatan

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Anggota Anggota Anggota

Pasien/ Klien Pasien/ Klien Pasien/ Klien

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”

(Marquis & Huston, 1998: 138)

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan,
oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan. Penetapan dan keberhasilan model
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman
perawat tentang model-model asuhan keperawatan tersebut. Sistem MPKP adalah
suatu kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur, yaitu: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem). Keempat unsur tersebut
diharapkan menjadi bahan pertimbangan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan demi memuaskan keinginan dan harapan pasien sebagai pengguna
jasa layanan. ( Nursalam, 2007)

3.2 Saran
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan
bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini timbul keinginan untuk mengubah
sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah
terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat. Untuk itu,
aplikasi model MPKP diharapkan bisa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Penerapan dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2011. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional. Jakarta: Salemba Medika

15

Anda mungkin juga menyukai