PENDAHULUAN
1
pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap
pelayanan keperawatan.
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan
keperawatan, oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan
adalah untuk memandirikan pasien sehingga dapat berfungsi secara
optimal. Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan manajemen asuhan
keperawatan yang profesional, dan salah satu faktor yang menentukan dalam
manajemen tersebut adalah bagaimana asuhan keperawatan diberikan oleh
perawat melalui berbagai pendekatan model asuhan keperawatan yang diberikan.
Penetapan dan keberhasilan model pemberian asuhan keperawatan yang
digunakan di suatu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah bagaimana pemahaman perawat tentang model-model asuhan
keperawatan tersebut. Sistem MPKP adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan 4 unsur, yaitu: standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, dan sistem. Keempat unsur tersebut diharapkan menjadi bahan
pertimbangan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan demi memuaskan
keinginan dan harapan pasien sebagai pengguna jasa layanan. Penerapan MPKP
sejatinya perlu diterapkan di semua layanan kesehatan demi tercapainya standar
dalam pemberian asuhan keperawatan di seluruh instansi pelayanan kesehatan di
seluruh indonesia. ( Nursalam, 2007)
.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prinsip penerapan MPKP di dalam pemberian asuhan
keperawatan pada klien?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami prinsip penerapan MPKP dalam
pemberian asuhan keperawatan pada klien
2
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu menganalisa lingkungan ruang perawatan dan
menghitung kebutuhan tenaga keperawatan di suatu ruangan
perawatan
2. Mahasiswa mampu melakukan peran sesuai dengan model MPKP
yang telah dipelajari
3. Mahasiswa mampu melakukan supervisi keperawatan
4. Mahasiswa mampu melakukan ronde keperawatan
5. Mahasiswa mampu melakukan timbang terima keperawatan
6. Mahasiswa mampu melakukan penerapan sentralisasi obat di dalam
ruangan perawatan
7. Mahasiswa mampu melakukan Discharge Planning
8. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
9. Mahasiswa mampu menganalisa tingkat kepuasan klien pre dan
post penerapan MPKP
1.4 Manfaat
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiwa mampu menerapkan
MPKP secara tepat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien di layanan
kesehatan.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dalam Perubahan Metode Model
Pelayanan Keperawatan Profesional
5
1. Oksigen
2. Cairan dan elektrolit
3. Eliminasi
4. Keamanan
5. Kebersihan dan kenyamanan fisik
6. Istirahat dan tidur
7. Gerak dan jasmani
8. Sepiritual
9. Emosional
10. Komunikasi
11. Mencegah dan mengatasinresikonpsikologis
12. Pengobatan dan membantu proses penyembuhan
13. penyuluhan
3. Model Praktik
1. Praktik Keperawatan Rumah Sakit
Perawat profesional ( ners ) mempunyai wewenang dan tanggungjawab
melaksanakan praktik keperawatan di rumah sakit dengan sikap dan
kemampuannya. Untuk itu, perlu dikembangkan pengertian praktik
keperawatan rumah sakit dan lingkup cakupannya sebagai bentuk praktik
keperawatan profesional, seperti proses dan prosedur registrasi, dan
legislasi keperawatan.
2. Praktik Keperawatan Rumah
Bentuk Praktik Keperaeatan Rumah diletakkan pada pelaksanaan
pelayanan / asuhan keperawatan sebagai kelanjutan dari pelayanan rumah
sakit. Kegiatan ini dilakukan oleh perawat profesional rumah sakit, atau
melalui pengikutsertaan perawat profesional yang melakukan praktik
keperawatan berkelompok.
3. Praktik Keperawatan Berkelompok
Dengan pola yang diuraikan dalam pendekatan dan pelaksanaan
praktik keperawatn rumah sakit dan rumah, beberapa perawat profesional
membuka praktik keperawatan selama 24 jam kepada masyarakat yang
memerlukan asuhan keperaawatan, untuk mengatasi berbagai bentuk
masalah keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Bentuk praktik
keperawatan ini dipandang perlu dimasa depan, karena adanya pendapat
bahwa perawat rumah sakit perlu dipersingkat, mengingat biaya perawatan
di rumah sakit diperkirakan akan terus meningkat.
6
4. Praktik Keperawatan individual
Dengan pola pendekatan dan pelaksanaan yang sama seperti yang
diuraikan untuk praktik keperawatan rumah sakit. Perawat profesional
senior dan berpengalaman secar sendiri / perorangan membuka praktik
keperawatan dalam jam praktik tertentu untuk memberi asuhan
keperawatan, khususnya konsultasi dalam keperawatan bagi masyarakat
yang memerlukan. Bentuk praktik keperawatan ini sangat diperlukan oleh
kelompok / golongan masyarakat yang tinggal jauh terpencil dari fasilitas
pelayanan kesehatan, khususnya yang dikembangkan pemerintah.
9.9
10 1.9 Saya bekeja
Saya mencoba dengan staf untuk
menjadi teman mencapai tujuan
9 bersama. Mereka
kepada semua mengerti
staf supaya tanggungjawabny
mereka a dan kami
8 mendukung saya menyelesaikan
masalah
7
5.5
Saya memilih pendekatan
6 tengah-tengah dan menghindari
kontroversi. Aturan RS sbagai
model kepemimpinan
5
1.1
4 RS telah 9.1
memberikan saya Saya
posisi, mengharapkan
sebagaimana saya
3 harapkan. Saya
semua staf
mempunyai melaksanakan
perhatian yang tugasnya dengan
2 sedikit kepada staf baik
lain
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
4 . Managerial Grid
Fokus metode managemen ini menitikberatkan pada perilaku manager
yang menekankan pada produksi dan manusia. Adanya komitmen yang
tinggi pada anggota kelompok dalam mencapai tujuan organisasi dapat
mengurangi kompetisi antar angota kelompok; dan komunikasi serta
kebersamaan dapat ditingkatkan, sehingga tujuan organisasi dapat optimal
(Blake & Mouton, 1964 dikutip oleh Grant, A.B. & Massey, V.H., 1999).
7
2.3 Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Model Pelayanan Keperawatan
Profesional
Dalam pemberian pelayanan profesional diperlukan upaya pengembangan
kualitas dalam berbagai sektor mulai dari meningkatkan asuhan keperawatan,
pendapatan institusi, eksistensi institusi, kepuasan kerja, kepercayaan konsumen
serta dalam menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar.
Dalam pelaksanaannya model praktik keperawatan tidak hanya berfokus
pada satu bagian saja namun terdri dari beberapa model keperawatan seperti
praktik keperawatan di rumah sakit, praktik keperawatan di rumah, praktik
keperawatan berkelompok dan praktik keperawatan individual. Untuk
melaksanakan Model Asuhan Keperawtan Profesional yang tepat pada tahun 1995
Mc. Laughin, Thomas, dan Barterm mengidentifikasi 8 model pemberian asuhan
keperawatan, namun model yang umum digunakan di rumah sakit adalah asuhan
keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan primer. Dari beberapa
metode yang ada setiap institusi harus mampu memilih metode yang tepat dalam
pelaksaannya. Berikut merupakan dasar pertimbangan pemilihan model metode
asuhan keperawatan ( Marquis & Huston, 1998: 143 ) :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
2. Dapat diterapkan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan dan kinerja perawat
6. Terlaksanakannya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
8
tim didasarkan pada keyakin bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribuasi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan
sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi
sehingga diharapkan mutu asuhan keperawatan meningkat. Menurut Kron
& Gray ( 1987 ) pelaksana model tim harus berdasarkan konsep berikut :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
tehnik kepemimpinan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas rencana keperawatan
terjamin.
c. Anggota tim menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruang penting dalam model tim. Model tim akan berhasil
baik bila didukung oleh kepala ruang.
Metode ini digunakan bila perawat pelaksana terdiri dari berbagai
latar belakang pendidikan dan kemampuannya.
Ketua tim bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan seluruh
kegiatan asuhan keperawatan dalam tanggung jawab kegiatan anggota tim.
Tujuan metode penugasan keperawatan tim untuk memberikan
keperawatan yang berpusat pada pasien. Anggota tim melakukan
pengkajian dan menyusun rencana keperawatan pada setiap pasien, dan
anggota tim bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan
berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang telah di buat. Oleh karena
kegiatan dilakukan bersama-sama dalam kelompok, maka ketua tim
seringkali melakukan pertemuan bersama dengan anggota timnya (
konferensi tim ) guna membahas kejadian-kejadian yang di hadapi dalam
pemberian askep.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim / group yang
terdiri dari tenaga professional, tehnikal dan pembantu dalam satu grup
kecil yang saling membantu.
9
1. Kelebihan :
a. Memungkiankan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah diatasi
dan member kepuasan kepada anggota tim.
2. Kekurangan :
a. Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam konferensi
tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk
melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
b. Akuntabilitas dalam tim kabur
c. Perawat tidak trampil berlindung pada perawat lain yang trampil.
3. Konsep metode tim :
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan.
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh kepala ruangan.
10
2.5.2 Tanggung jawab ketua tim :
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervise dan evaluasi
c. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi.
2.5.3 Tanggung jawab kepala ruangan :
a. Perencanaan
1. Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing
2. Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi
dan persiapan pulang bersama ketua tim
4. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibuthkan berdasarkan
aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketus tim, mengatur
penugasan / penjadwalan
5. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
6. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan
mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan
dilakukan terhadap pasien
7. Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan :
a. Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan
b. Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan
c. Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
d. Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk RS
8. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri
9. Membantu membimbing terhadap pesena didik keprawatan
10. Menjaga tenvujudnya visi dan misi keperawatan di rumah sakit.
11
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
1. Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
2. Memberikan oujian kepada anggota tim yang melaksanakan
tugas dengan baik
3. Memberikan motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap
4. Menginformasikan hal – hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien
5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
6. Membimbing bawahan yang mnegalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya
7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain
12
d. Pengawasan
1. Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan ketua tim daam pelaksanaan mengenai asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien
2. Melalui supervisi :
a. Pengawasan langsung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan langsung secara lisan dan
memperbaiki/ mengawasi kelemahan yang ada saat itu juga
b. Pengawasan tidak langsung yaitu mengecek daftar hadir
ketua tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan
serta catatan yang dibuat selama dan sesudah proses
keperawatan dilaksanakan ( didokumentsikan ), mendengar
laporan ketua tim tentang pelaksanaan tugas
c. Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingan
dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama
ketua tim
d. Audit keperawatan
Kepala Ruang
13
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral dalam pelayanan keperawatan,
oleh karena itu manajemen asuhan keperawatan yang benar akan meningkatkan
mutu pelayanan asuhan keperawatan. Penetapan dan keberhasilan model
pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di suatu rumah sakit sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah bagaimana pemahaman
perawat tentang model-model asuhan keperawatan tersebut. Sistem MPKP adalah
suatu kerangka kerja yang mendefinisikan 4 unsur, yaitu: standar, proses
keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem). Keempat unsur tersebut
diharapkan menjadi bahan pertimbangan perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan demi memuaskan keinginan dan harapan pasien sebagai pengguna
jasa layanan. ( Nursalam, 2007)
3.2 Saran
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan
bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini timbul keinginan untuk mengubah
sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah
terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan isu di masyarakat. Untuk itu,
aplikasi model MPKP diharapkan bisa meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
14
DAFTAR PUSTAKA
15