Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh

Jurnal media yang


Akuakultur berbeda5(2):
Indonesia, terhadap kelangsungan
113-118 (2006) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai
hidup 113
http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

PENGARUH MEDIA YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN


PERTUMBUHAN LARVA Chironomus sp.

Effect of Different Medium on Survival Rate and Growth of Chironomus sp. Larvae

Widanarni, D.D. Mailana dan O. Carman


Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680

ABSTRACT
In the ornamental fish and fish for food culture, feeding by natural feed is very suitable since they are
easy to digest and their size is suitable with to larval mouth. One of natural foods is blood worm Chironomus
sp. larvae that has high protein content (till 65.2% of protein). Until now, blood worm is obtained from nature
and their stock depends on the weather. That problem may be overcome by culturing blood worm in
appropriate culture medium. Naturally, Chironomus sp. grows well in the water containing sago waste. This
study was carried out to examine the growth of Chironomus sp. reared in the medium containing mud, solid
sago waste, solid tapioca wastes and water with no waste in depth of 0.5 cm. After 35-day rearing, survival
rate of Chironomus sp was different among the treatments, while growth in length was similar. The best
survival rate, 58.93% was obtained in the media containing solid sago waste.

Keywords: Chironomus, blood worm, sago waste, tapioca waste

ABSTRAK
Dalam usaha budidaya ikan hias maupun ikan konsumsi, pemberian pakan alami sangat cocok karena
mudah dicerna dan sesuai dengan bukaan mulut larva. Salah satu contoh pakan alami adalah Chironomus sp.
(blood worm) yang mempunyai kandungan protein mencapai 65,2%. Selama ini cacing darah diperoleh dari
alam dan suplainya tergantung pada kondisi musim. Hal ini mungkin dapat diatasi dengan membudidayakan
cacing darah dengan media yang sesuai sebagai tempat hidupnya. Secara alami, Chironomus sp. dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik pada limbah sagu. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan
Chironomus sp. yang dipelihara pada media berupa lumpur, limbah sagu padat, limbah tapioka padat dan air
tanpa limbah dengan ketebalan media 0,5 cm. Setelah 35 hari masa pemeliharaan, diketahui bahwa
penggunaan media limbah padat sagu, limbah padat tapioka, lumpur dan air tanpa limbah pada pemeliharaan
Chironomus sp. masing-masing menghasilkan tingkat kelangsungan hidup yang berbeda nyata, sedangkan
pertumbuhan panjang mutlak adalah sama. Tingkat kelangsungan hidup larva Chironomus sp. terbaik
mencapai 58,93% diperoleh pada pemeliharaan yang menggunakan limbah padat sagu.

Kata kunci : Chironomus, cacing darah, limbah sagu, limbah tapioka

PENDAHULUAN atau yang lebih dikenal dengan nama blood


worm (cacing darah).
Penyediaan pakan baik pakan alami Larva Chironomus sp. memiliki
maupun buatan merupakan salah satu kandungan protein yang tinggi. Hasil analisa
masalah penting yang dihadapi dalam menunjukkan bahwa cacing darah
pengembangan usaha budidaya ikan. Dalam mengandung 9,3% bahan kering yang terdiri
usaha budidaya ikan hias maupun ikan dari 62,5% protein, l0,4% lemak dan 11,6%
konsumsi, pemberian pakan alami sangat abu dengan l5,4% bahan ekstrak tanpa
cocok karena mudah dicerna dan sesuai nitrogen (BETN) (Anonimus, 2000).
dengan bukaan mulut larva. Salah satu Budidaya cacing darah di Indonesia
contoh pakan alami adalah Chironomus sp. belum dilakukan secara optimal. Selama ini
cacing darah diperoleh dari alam sehingga
114 Widanarni, D.D. Mailana dan O. Carman

tergantung pada kondisi musim. Pada musim Metode penelitian


hujan, cacing darah sulit diperoleh karena Pemeliharaan Chironomus sp. dilakuan
banyak yang hanyut terbawa air. Sementara pada media yang berbeda sebagai perlakuan
itu untuk memenuhi kebutuhan makanan bagi yaitu lumpur, limbah padat sagu, limbah
benih ikan hias dan ikan konsurnsi padat tapioka dan air tanpa limbah. Wadah
diperlukan cacing darah dalam jumlah relatif uji diisi dengan lumpur kolam, limbah padat
besar dan kontinyu. Hal ini dapat diatasi sagu, limbah padat tapioka dengan ketebalan
dengan membudidayakan cacing darah 0,5 cm, diisi air sebanyak 9 liter dan diaerasi.
tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam Setelah beberapa hari, larva Chironomus sp.
usaha budidaya cacing darah adalah yang berumur 1 hari dimasukkan ke dalam
penyediaan media budidaya yang sesuai wadah uji. Kelompok pertama ditebar setelah
sebagai tempat hidupnya. Kondisi di lima hari, kelompok kedua ditebar setelah 10
lapangan menunjukkan bahwa Chironomus
hari dan kelompok ketiga ditebar setelah l2
sp. tumbuh dan berkembang baik pada hari. Penebaran dilakukan pada waktu yang
limbah sagu, namun tanpa usaha budidaya berbeda karena keterbatasan sumber telur
kelimpahannya sangat tergantung musim. dari Chironomus sp. Pengamatan panjang
Dengan demikian diperlukan penelitian mutlak larva Chironomus sp. dilakukan
terhadap usaha pemanfaatan limbah sagu dan untuk mengetahui pertumbuhan individu dan
limbah tapioka baik padat maupun cair penghitungan populasi dilakukan setiap
sebagai media budidaya Chironomus sp.
minggu selama 35 hari. Pengamatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dilakukan sebelum larva menjadi pupa
manfaat terhadap limbah pengolahan sagu dengan mengambil sampel dari lima titik
dan tapioka serta mengurangi beban pada setiap sisi akuarium masing-masing
pencemaran terhadap lingkungan. seluas 25 cm2.
Sifat fisika dan kimia air diamati di
awal, tengah dan akhir pemeliharaan kecuali
BAHAN DAN METODE suhu dan pH yang diukur setiap hari dan
nitrat pada akhir pemeliharaan. Alat dan
Persiapan media kultur dan penebaran metode yang digunakan selama pemeliharan
hewan uji tersaji pada tabel 1.
Media kultur yang digunakan adalah
lumpur kolam, limbah padat sagu, limbah Rancangan percobaan
padat tapioka yang sudah dikeringkan atau Rancangan percobaan yang digunakan
dijemur selama 3 hari. Limbah padat sagu
pada penelitian ini adalah Rancangan Acak
dikeringkan pada suhu 76 °C selama24 jam. Kelompok (RAK) yang terdiri dan 4
Setiap media dimasukkan ke dalam akuarium perlakuan dan 3 kelompok waktu tebar yang
berukuran 25×25×25 cm3 dengan ketebalan berbeda. Rumus yang digunakan adalah :
0,5 cm dan diisi air sebanyak 9 liter.
Larva Chironomus sp instar III dan IV Yij = µ + τi + βj + εij
dipelihara sampai menjadi imago sehingga
didapatkan telurnya. Telur-telur tersebut (Gaspersz, 1991)
dikumpulkan dan ditetaskan. Larva
keterangan:
Chironomus sp. yang berumur 1 hari ditebar Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i
pada setiap akuarium pemeliharaan dengan dan kelompok ke-j
kepadatan 1400 ekor/akuarium (13 paket µ = nilai tengah pengamatan
telur). Jumlah larva Chironomus sp. yang τi = pengaruh aditif perlakuan ke-i
ditebar dihitung menggunakan metode βj = pengaruh aditif kelompok ke-j
εij = pengaruh galat hasil percobaan pada
volumetrik. perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Pengaruh media yang berbeda terhadap kelangsungan hidup 115

Tabel 1. Alat dan metode pengukuran kualitas air selama pemeliharaan Chironomus sp.

Parameter Alat/Metode
Suhu termometer
DO (Oksigen terlarut) mernbran elektron method
pH glasselekron method
Amonia indophenol
Nitrit spekrofotometrik
Nitrat bruchine sulfat
TOM titrasioksidimetri
APHA (1975)

Analisis data antara 50,71 – 58,93% dan tercatat lebih


tinggi dibandingkan dengan media lain.
Data yang diperoleh selama penelitian
Sedangkan tingkat kelangsungan hidup larva
diolah dan dianalisis dalam bentuk tabel dan
pada media tapioka tercatat paling rendah
grafik. Parameter yang diamati pada
dengan kisaran 0 – 0,57% (Gambar 1).
penelitian ini adalah kelangsungan hidup dan
Berdasarkan analisa ragam, semua media
pertumbuhan larva Chironomus sp. serta
yang dicobakan memberikan pengaruh yang
kualitas air selama pemeliharaan. Tingkat
berbeda terhadap kelangsungan hidup larva
kelangsungan hidup (survival rate) dihitung
Chironomus sp pada taraf 0,05. Hasil uji BNJ
menggunakan rumus berikut :
menunjukkan bahwa kelangsungan hidup
SR = (Nt/No) × 100% larva yang dipelihara pada media lumpur
tidak berbeda dengan larva yang dipelihara
(Zonneveld et al., l99l)
pada media air tanpa limbah.
Keterangan : Larva Chironomus sp. yang dipelihara
SR = tingkat kelangsungan hidup (%) pada media limbah padat sagu menghasilkan
Nt = jumlah individu pada akhir pemeliharaan
No = jumlah individu pada awal pemeliharaan tingkat kelangsungan hidup terbaik
dibandingkan dengan perlakuan media yang
Sedangkan panjang mutlak dihitung lain. Pada media sagu tersedia oksigen
berdasarkan rumus berikut : terlarut (DO) yang relative lebih baik yaitu
berkisar antara 3,920 – 7,010 mg/l serta nilai
P = Pt - Po pH yang tidak terlalu asam (6,940 – 7,690).
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan
(Effendie, 1979)
oleh Sutrisno dkk. (1979) bahwa
Keterangan: mikroorganisme tumbuh baik pada pH 6,0 –
P = panjang mutlak
Pt = panjang rata-rata larva pada akhir
8,0. Disamping itu, dengan adanya oksigen
pemeliharaan terlarut yang cukup maka kadar NH3 yang
Po = panjang rata-rata larva pada awal berbentuk gas dapat ditekan sehingga
pemeliharaan mengurangi daya racunnya. Pada media air
tanpa limbah dan lumpur, tingkat
Hasil yang diperoleh selanjutnya diuji lanjut kelangsungan hidup larva tergolong cukup
menggunakan uji BNJ (Beda Nyata Jujur) walaupun tidak terlalu tinggi. Walaupun
dengan taraf nyata 0,05. bahan organik (TOM) yang terkandung
dalam media air tanpa limbah tinggi, namun
tidak menyebabkan kematian seperti pada
HASIL & PEMBAHASAN media tapioka. Hal ini disebabkan oleh
tingginya kandungan oksigen pada media
Kelangsungan hidup larva Chironomus sp. tersebut. Sedangkan yang menjadi pemicu
Tingkat kelangsungan hidup larva tingginya nilai mortalitas pada media tapioka
Chironomus sp. pada media sagu berkisar adalah tingginya kandungan amonia yang
116 Widanarni, D.D. Mailana dan O. Carman

mencapai 1,948 mg/l. Warna air pada pertumbuhan larva Chironomus sp. pada
perlakuan tersebut relatif keruh dan semakin taraf 0,05.
keruh sejalan denngan bertambahnya waktu Keempat media perlakuan yang
pemeliharaan sehingga mengakibatkan dicobakan terhadap lawa Chironomus sp.
penurunan kemampuan darah dalam tidak memberikan pengaruh yang berbeda
mengangkut oksigen (Boyd, 1982). terhadap pertumbuhannya walaupun nilai
Rendahnya konsentrasi oksigen (0,540 mg/l) pertumbuhan panjang mutlak pada masing-
menimbulkan kompetisi antara organisme masing kelompok berbeda. Pada media
lain dengan larva Chironomus sp. untuk tapioka, nilai pertumbuhannya lebih besar
proses respirasi. Rendahnya oksigen terlarut daripada media air tampa limbah. Jumlah
menyebabkan organisme menjadi stres dan larva yang masih bertahan hidup pada media
bahkan menyebabkan kematian (Stikney, tapioka diduga lebih sedikit sehingga
1979). Didukung pula oleh pendapat yang pemanfaatan bahan organik lebih optimal.
dikemukakan oleh Whitton (1975) dalam Hal ini karena pada masing-masing media
Chaidir (1979) bahwa proses perombakan masih tersedia bahan organik. Bahan organik
oleh bakteri membutuhkan oksigen dan akan merupakan bahan dasar yang digunakan oleh
menghasilkan karbondioksida. Apabila serangga perairan sebagai sumber makanan
keadaan menjadi anaerobik akan dihasilkan dan bahan dasar untuk pembuatan rumah
zat beracun seperti H2S, metan dan amonia. (berumbung). Sehingga bahan organik yang
Keadaan ini dapat mengakibatkan kematian telah dirombak pada waktu yang berbeda,
larva Chironomus sp. yang ada didalamnya. tetap dapat digunakan sebagai bahan
makanan untuk pertumbuhan.
Pertumbuhan panjang larva Chironomus
sp. Kualitas air pemeliharaan
Pada media lumpur, laju pertumbuhan Kisaran nilai parameter kualitas air
larva Chironomus sp. mencapai nilai pada media pemeliharaan selama penelitian
tertinggi dengan kisaran 0,71 – 0,79%. disajikan pada Tabel 4. Konsentrasi oksigen
Sedangkan nilai laju pertumbuhan terendah terlarut tertinggi dari keempat media
dicapai oleh larva yang dipelihara pada perlakuan dicapai oleh media air tanpa
media tapioca yang berkisar antara 0 – 0,57% limbah dengan kisaran 7,140 – 8,120 mg/l,
(Gambar 2). Berdasarkan analisis sidik sedangkan media tapioca menghasilkan
ragam, keempat media yang dicobakan tidak kisaran nilai terendah (0,540 – 4,790 mg/l).
memberikan pengaruh berbeda terhadap

Gambar 1. Kelangsungan hidup larva Chironomus sp. pada media dan kelompok yang berbeda
selama pemeliharaan
Pengaruh media yang berbeda terhadap kelangsungan hidup 117

Gambar 2. Pertumbuhan panjang mutlak larva Chironomus sp. pada media dan kelompok yang
berbeda selama pemeliharaan

Tabel 4. Kisaran nilai parameter kualitas air pada berbagai media pemeliharaan

Perlakuan (Media)
Parameter Air tanpa
Lumpur Sagu Tapioka
limbah
Suhu (°C) 24 – 28 24 – 29 24 – 28 24 – 28
DO (mg/l) 7,260 – 7,730 3,920 – 7,010 0,540 – 4,790 7,140 – 8,120
pH 6,910 – 7,750 6,940 – 7,690 3,130 – 5,440 7,280 – 8,060
NO2- (mg/l) 0.000 – 2,146 0,000 – 0,060 0,000 – 0,063 0,000 – 0,139
NH3 (mg/l) 0,000 – l,123 0,000 – 1,007 0,000 – 1,948 0,000 – 0,184
TOM (mg/l) 7,580 – 36,340 14,220 – 584,600 511,920 – 2278,360 9,480 – 27,810
NO3- (mg/l) 0,379 – 0,419 0,364 – 0,5l5 1,454 – 1,682 0,318 – 0,382

Konsentrasi TOM (Total Orgaonic limbah pada pemeliharaan Chironomus sp.


Matter) tertinggi terdapat pada media tapioka (cacing darah) memberikan pengaruh yang
yang mencapai 511,920 – 2278,360 mg/l, berbeda terhadap kelangsungan hidup larva
sedangkan konsentrasi terendah terdapat cacing tersebut. Namun tidak berpengaruh
pada media lumpur (7,580 – 36,340 mg/l). terhadap pertumbuhan panjang mutlaknya.
Nilai pH tertinggi yaitu sebesar 8,060 terjadi Kelangsungan hidup larva Chironomus sp.
pada media air tanpa limbah dan terendah terbaik diperoleh pada pemeliharaan yang
(3,130) terjadi pada media tapioka. menggunakan limbah padat sagu yang
Konsentrasi amonia tertinggi terdapat pada mencapai 58,93%.
media tapioka dengan nilai 1,948 mg/l dan
yang terendah terdapat pada media air tanpa
limbah dengan nilai 0,184 mg/l. Sedangkan DAFTAR PUSTAKA
konsentrasi nitrit tertinggi terdapat pada
media lumpur dengan nilai 2,146 mg/l dan Anonimus. 2000. Culture of bloodworm.
yang terendah terdapat pada media sagu http://www.sciences.nus.edu.sg/~web
dengan nilai 0,060 mg/l (Tabel 2). ds/fish/livefood/ #tab.

APHA. 1975. Standard methods for


KESIMPULAN examination of water and waste
water. 14th edition. APHA-AWWA-
Penggunaan media limbah padat sagu, WPOF.
limbah padat tapioka, lumpur dan air tanpa
118 Widanarni, D.D. Mailana dan O. Carman

Boyd, C. E. 1982. Water quality management Gaspersz, V. 1991. Metoda perancangan


for pond fish culture. Development in percobaan untuk ilmu-ilmu pertanian,
Aquaculture and Fisheries Science. ilmu-ilmu teknik dan biologi. CV.
Departement of Fisheries and Allied Armico. Bandung. 472 p.
Aquaculture, Agriculture Experiment
Station, Auburn University, Alabama, Stikney, R. R. 1979. Principle of warmwater
U. S. A. P : 3 1 8. aquaculture. John John Wiley and
Sons Inc (Publisher). New York. 45l
Chaidir, I. 1979. Suatu studi tentang p.
pemanfaatan pupuk organik sebagai
media kultur larva Chironomus. Zonneveld, N., E. A. Huisman dan J. H.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Boon. 1991. Prinsip-prinsip budidaya
Kelautan. IPB. Bogor. 36 hal. Ikan. Penerbit PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. 336 hal.
Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama. Bogor.
Hal : 92-105

Anda mungkin juga menyukai