Anda di halaman 1dari 8

JIMVET.

01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

GAMBARAN HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI IKAN GABUS (Channa striata)

Histological Respiratory System of Snakehead (Channa striata)

Sedrisa Lidya Pertiwi1, Zainuddin2, Erdiansyah Rahmi3


1
Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
2
Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala
sedrisalidya@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengetahui histologis sistem respirasi ikan gabus (Channa
striata). Organ yang diambil adalah insang dan labirin yang berasal dari lima ekor ikan gabus
yang diamati dengan metode histologi eksplorasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa insang
terdiri dari lengkung insang dan filamen insang, lengkung insang tersusun atas gerigi insang (gill
rakers), epitel mukosa, membran basal, submukosa, tulang, jaringan lemak, dan pembuluh darah.
Filamen insang terdiri dari lamela primer dan lamela sekunder, lamela primer tersusun atas tulang
rawan yang dibungkus oleh perikondrium, central venous sinus dan sel klorida, sedangkan pada
lamela sekunder terdapat sel epitelium pipih, sel mukus, sel pilar dan eritrosit. Labirin terdiri dari
tunika mukosa dan tunika submukosa.
Kata kunci: histologi, insang, labirin, ikan gabus

ABSTRACT
This study aims to determine the histological respiratory system of Channa striata. The
organs from five snakehead, gills and labyrinth were observed by histological methods. Result
showed that gill consisted of gill’s arch and gill’s filament, gill’s arch consisted of gill rakers,
mucosa epithel, basal membrane, sub mucosa, bone, fat tissue, and vein. Gill’s filament consisted
of primary lamella and secondary lamella, primary lamella consisted of cartilage in which
coated by pericondrium, central venous sinus, and chloride cells. Then, Secondary lamella
consisted of epithelium cells, mucus cells, pillar cells, and eritrosit. Labyrinth consisted of tunica
mucosa and tunica submucosa.
Keywords:histology, gill, labyrinth, snakehead

PENDAHULUAN

Ikan gabus (Channa striata) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang tersebar
secara luas di berbagai negara meliputi: Cina, India, Srilanka, India Timur, Philiphina, Nepal,
Burma, Pakistan, Singapura, Malaysia, dan Indonesia (Hidayatullah dkk., 2015). Ikan ini bernilai
ekonomis tinggi karena dapat dimanfaatkan dari ukuran kecil sampai ukuran besar. Habitatnya
berupa rawa banjiran yang lebih dikenal dengan istilah perairan rawa lebak lebung. Perairan rawa
lebak lebung adalah berupa dataran rendah di tepi sungai yang tergenang ketika air sungai
meluap saat musim hujan (Muslim, 2007; Parameswari dkk., 2013). Ikan gabus biasanya didapati
di perairan dangkal seperti sungai dan rawa dengan kedalaman 40 cm dan cenderung memilih
tempat yang gelap, berlumpur, dan berarus tenang. Secara alami ikan ini dapat hidup di danau,
sungai, rawa air tawar, dan sawah (Listyanto dan Adriyanto, 2009).

291
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

Insang merupakan organ respirasi utama pada ikan, bekerja dengan mekanisme difusi
permukaan dari gas-gas respirasi (oksigen dan karbondioksida) antara darah dan air. Oksigen
yang terlarut dalam air akan diabsorbsi ke dalam kapiler-kapiler insang dan difiksasi oleh
hemoglobin untuk selanjutnya didistribusikan keseluruh tubuh. Karbondioksida dikeluarkan dari
sel dan jaringan untuk dilepaskan ke air di sekitar insang (Saputra dkk., 2013).
Struktur histologi insang terdiri dari beberapa lamela primer dan satu lamela primer
terdiri dari beberapa lamela sekunder. Ukuran panjang dan lebar lamela sekunder cenderung
hampir sama. Sel-sel pernapasan ikan hanya terdiri dari dua atau tiga lapis epitel yang terletak di
membran basal. Sel-sel tersebut terbungkus oleh selaput epidermis yang tipis dan bersifat
semipermeabel (Sukarni dkk., 2012)
Ikan gabus termasuk golongan ikan yang mempunyai alat bantu pernapasan (breating
organ) yaitu labirin, terletak di bagian atas insang, berfungsi untuk menghirup udara dari
atmosfer (Chandra dan Banerjee, 2004; Muslim dan Syaifudin, 2012). Ikan ini juga memiliki
kemampuan bernapas langsung dari udara dan memiliki daya tahan hidup yang tinggi, sehingga
hal ini merupakan keuntungan komersial dalam proses transportasi ikan gabus dalam keadaan
hidup (Listyanto dan Adriyanto. 2009).
Organ labirin bernama divertikula yang terletak di bagian atas insang yang
memungkinkan menyerap oksigen dari udara sehingga mampu hidup di tempat yang
kekurangan air. Sebagaimana ikan-ikan yang juga mempunyai labirin, ikan gabus mampu
bertahan dalam kondisi perairan rawa dengan kandungan oksigen terlarut rendah dan pH berkisar
4,5-6 (Listyanto dan Adriyanto, 2009; Muthmainnah, 2013). Ikan yang memiliki alat bantu
pernapasan mampu memanfaatkan oksigen yang ada di atmosfer sebagai sumber gas pernapasan,
sehingga ikan gabus mampu mempertahankan hidupnya lebih dari 8 jam tanpa air (Chandra dan
Banerjee, 2004).
Studi tentang struktur histologi sistem respirasi ikan gabus belum banyak dilaporkan
terutama di jurnal-jurnal Asia, sehingga informasi dasar tentang sistem respirasi ikan gabus
sangat diperlukan. Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukannya penelitian mengenai
strukutur histologi sistem respirasi ikan gabus.

MATERIAL DAN METODE

Penelitian ini menggunakan sampel insang dan labirin dari 5 ekor ikan gabus. Sampel
kemudian dibuat menjadi preparat histologidengan pewarnaan hemaktosilin-eosin (HE) dan
diteliti strukturnya menggunakan metode histologi eksplorasi. Hasil yang diperoleh kemudian
dibahas secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Morfologi Anatomi Sistem Respirasi Ikan Gabus


Berdasarkan pengamatan secara makroskopis, sistem respirasi ikan gabus terdiri dari
insang dan labirin. Morfologi makroskopis sistem respirasi disajikan pada Gambar 1. Insang
merupakan komponen penting dalam pertukaran gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang
rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya. Tiap-tiap filamen insang
terdiri atas banyak lamela, rigi-rigi insang (gill rakers), dan lengkung insang (arcus branchialis).
Menurut Bahuguna dkk. (2014), jumlah lamela pada hewan tergantung dari ukuran dan aktivitas
hewan tersebut, lebih besar dan lebih aktif hewan maka lamela semakin banyak. Ikan gabus

292
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

memiliki organ pernapasan tambahan yaitu labirin dan energi yang diserap dari makanan dapat
digunakan untuk tumbuh dan menjaga kelangsungan hidupnya (Extrada dkk., 2013).

Gambar 1. Morfologi makroskopis sistem respirasi ikan gabus. Insang (I)


dan Labirin (L)

Histologis Sistem Respirasi Ikan Gabus


Berdasarkan pengamatan histologis, insang terdiri dari lengkung insang dan filamen
insang. Labirin terdiri dari tunika mukosa dan tunika submukosa. Histologis sistem respirasi ikan
gabus ditampilkan pada Gambar 2.

fi
tm
tsb

li
A B
Gambar 2. Histologis sistem respirasi ikan gabus. Insang (A), labirin (B), lengkung insang (li),
filamen insang (fi), tunika mukosa (tm), tunika submukosa (tsb). HE (Perbesaran : A. 4x, B.
10x)

Histologis insang
Histologis insang ikan gabus terbentuk dari lengkung insang dan filamen insang.
Lengkung insang terdiri dari gerigi insang (gill rakers), membran basal, submukosa, tulang,
jaringan lemak, arteri, epitel mukosa, dan sel mukus. Histologis lengkung insang ikan gabus
ditampilkan Gambar 3.
293
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

gr
jl
sbm

mb

t
sm
a
em

Gambar 3. Histologis lengkung insang ikan gabus. Gill rakers (gr), epitel
mukosa (em), membran basal (mb), submukosa (sbm), tulang (t), jaringan
lemak (jl), arteri (a), sel mukus (sm). HE (Perbesaran 10x)
Filamen insang terdiri dari lamela primer, dan di sepanjang lamela primer terdapat
lamela sekunder. Lamela sekunder inilah yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari air
(Gambar 4).

ls

lp

Gambar 4. Histologis filamen insang ikan gabus. Lamela primer (lp),


lamela sekunder (ls). HE (Perbesaran 10x)

Pada lamela primer terdapat tulang rawan yang dibungkus oleh perikondrium, central
venous sinus dan sel klorida (Gambar 5). Pada lamela sekunder terdapat sel epitelium pipih, sel
mukus, sel pilar, dan eritrosit (Gambar 6). Menurut Erlangga (2007); Roberts (1989), struktur
jaringan filamen insang tersusun atas epitel tipis selapis pada bagian luar, membran dasar dan
sel-sel tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran lamela yang tidak menempel pada

294
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

lengkung insang sangat tipis, ditutupi oleh epitelium dan mengandung jaringan pembuluh darah
kapiler.

cvs tr

p sk
A B
Gambar 5. Histologis lamela primer ikan gabus. Lamela primer bagian ujung (A), lamela
primer bagian tengah (B), central venous sinus (cvs), tulang rawan (tr), perikondrium (p), sel
klorida (sk). HE (Perbesaran 40x)

Epitelium pada lamela primer dan sekunder terdapat beberapa sel yaitu sel klorida dan
sel monosit yang berbentuk oval. Affandi dan Tang (2002); Mumford dkk. (2007) menyatakan
sel klorida berfungsi dalam pertukaran garam, pembuangan garam pada ikan laut dan
pengambilan garam pada ikan tawar. Sel-sel klorida banyak terdapat di basal (proksimal) bagian
dari lamela, sedangkan sel mukus berfungsi untuk menghasilkan mukus.

sp
sep
e
sm

Gambar 6. Histologis lamela sekunder ikan gabus. Sel epitelium pipih


(sep), sel mukus (sm), sel pilar (sp), eritrosit (e). HE (Perbesaran 40x)

Pada lamela sekunder terdapat sel pilar yang bewarna labih pekat dan berbentuk
polyhedral. Menurut Genten dkk yang disitasi oleh Fauzy dkk. (2014), sel pilar tersusun berjajar
dan sel tersebut terbungkus oleh selaput epidermis yang tipis dan bersifat semipermeabel.
Yonkos dkk. (2000) menyatakan jarak antar sel pilar disebut lakuna yang menghubungkan darah
arteri afferen dan efferen.
295
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

Histologis Labirin
Labirin terdiri dari tunika mukosa dan tunika submukosa, pada tunika mukosa terdapat
epitelium pipih berlapis dan sel mukus, sedangkan pada tunika submukosa terdapat pembuluh
darah, sel lemak, jaringan ikat, dan tulang rawan elastis yang dibungkus oleh perikondrium.
Histologis labirin ikan gabus ditampilkan pada Gambar 7.

sm

ji

tre sl

pd
p

epb

Gambar 7. Histologis labirin ikan gabus. Epitelium pipih berlapis (epb),


sel mukus (sm), pembuluh darah (pd), sel lemak (sl), jaringan ikat (ji),
tulang rawan elastis (tre), perikondrium (p). HE (Perbesaran 4x)

Labirin adalah alat pernapasan tambahan pada ikan berupa lipatan-lipatan epitelium
pernapasan. Labirin terletak pada suatu rongga di belakang atau di atas insang. Ikan yang
mempunyai labirin mampu hidup di perairan yang miskin oksigen terlarut, asalkan permukaan
perairan terdapat udara bebas. Menurut Anggie (2008), labirin memiliki pembuluh darah kapiler
yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Udara ditampung di rongga labirin saat
akan muncul di permukaan air. Apabila labirin tidak mempunyai kesempatan mengambil oksigen
langsung dari udara bebas yang dikarenkan permukaan air tertutup oleh tanaman atau material
lain, maka ikan akan mati.
Tulang rawan elastis tersusun dari kondroblas dan kondrosit. Tulang rawan elastis
mengandung serat elastin sehingga tulang menjadi fleksibel. Junqueire dan Carneiro yang disitasi
oleh Hardianty (2016) menyatakan tulang rawan ditandai dengan suatu matriks ekstrasel yang
banyak mengandung glikosaminoglikan dan proteoglikan, yaitu makromolekul yang berinteraksi
dengan serat kolagen dan elastin, fungsi dari tulang rawan ialah menyangga jaringan lunak.
Karena permukaannya yang licin dan lentur, tulang rawan merupakan peredam benturan dan
daerah pergeseran bagi sendi serta memudahkan pergerakan tulang.
Berdasarkan hasil penelitian secara umum struktur histologi insang ikan gabus sama
dengan ikan lele, hanya terdapat perbedaan hasil penelitian pada labirin yaitu, pada ikan gabus
terdapat epitel pipih berlapis, sel mukus, pembuluh darah, sel lemak, jaringan ikat, dan tulang
rawan elastis yang dibungkus perikondrium, sedangkan Hardianty (2016) menyatakan labirin
ikan lele tidak terdapat sel lemak dan jaringan ikat.

296
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

KESIMPULAN

Struktur histologi insang ikan gabus terdiri dari dari lengkung insang dan filamen
insang. Lengkung insang terdiri dari gerigi insang (gill rakers), epitel mukosa, membran basal,
submukosa, tulang, jaringan lemak, dan pembuluh darah. Filamen insang terdiri dari lamela
primer, dan disepanjang lamela primer terdapat lamela sekunder. Struktur histologi labirin terdiri
dari tunika mukosa dan submukosa.

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. University Riau Press, Riau. 217 p.
Anggie, R. S. 2008. Studi histopatologi insang, usus dan otot ikan Gurami (Osphronemus
gournmy) akibat infestasi parasit protozoa di desa Carang Pulang Dramaga Bogor.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bahuguna, S. N., G. Anupama, N. Urvashi, dan M. K. Upadhyay. 2014. Histological study of
the gill (gill filaments and gill rakers) in post flexion to finger ling stage of schizothorax
plagiostomus (heckel). Journal of Fishery Science and Aquaculture. 1(3):010-016.
Chandra, S. dan T. K. Banerjee. 2004. Histopathological analysis of the respiratory organs of
channa striata subjected to air exposure. Veterinarski Arhiv. 74(1):37-52.
Erlangga. 2007. Efek pencemaran perairan sungai kampar di provinsi Riau terhadap ikan Baung
(hemibagrus nemurus). Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Extrada, E., Ferdinand H. dan Yulisman. 2013. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan
Gabus (Channa striata) pada berbagai tingkat ketinggian air media pemeliharaan. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1):103-114
Fauzy, A., Tarsim, dan A. Setyawan. 2014. Histopatologi organ Kakap Putih (Lates calcarifer)
dengan infeksi Vibrio alginolyticus dan Jintan Hitam (Nigella sativa) sebagai
imunostimulan. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya perairan, 3(1):319-325.
Hardianty, H. 2016. Histologis sistem respirasi ikan Lele lokal (Clarias batrachus). Skripsi.
Jurusan Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Syiah
Kuala, Banda Aceh.
Hidayatullah, S., Muslim, dan F. H. Taqwa. 2015. Pendederan larva ikan gabus (Channa striata)
di kolam terpal dengan padat tebar berbeda. Jurnal Perikananan dan Kelautan. 20(1).
Listyanto, N. dan S. Andriyanto. 2009. Ikan Gabus (Channa striata) manfaat pengembangan dan
alternatif teknik budidayanya. Media Akuakultur. 4(1):18-25.
Mumford, S., Jerry H., Charlie S., John M., Beth M. dan Vicki B. 2007. Fish Histology and
Histopathology. USFWS-NCTC.
Muslim. 2007. Potensi, peluang dan tantangan budidaya ikan Gabus (Channa striata) di propinsi
Sumatera Selatan. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan
Perairan Umum Palembang. 7-11.
Muslim dan M. Syaifudin. 2012. Domestikasi calon induk ikan Gabus (Channa striata) dalam
lingkungan budidaya (kolam beton). Majalah Ilmiah Sriwijaya. 21 (15):20-27.
Mutmainnah, D. 2013. Hubungan panjang berat dan faktor kondisi ikan Gabus (Channa striata
Bloch, 1793) yang dibesarkan di rawa Lebak, provinsi Sumatera Selatan. Depik.
2(3):184-190.

297
JIMVET. 01(3): 291-298 (2017) ISSN : 2540-9492

Parameswari, W., A. D. Sasanti, dan Muslim. 2013. Populasi bakteri, histologi, kelangsungan
hidup dan pertumbuhan benih ikan Gabus (Channa striata) yang dipelihara dalam media
dengan penambahan probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1(1):76-89.
Roberts, J. S. 1989. Fish Phatology. Second Edition. Bailliere Tindall, London.
Saputra, H. M., N. Marusin, dan P. Santoso. 2013. Struktur histologis insang dan kadar
hemoglobin ikan Asang (Osteochilus hasseltii C.V) di danau Singkarak dan Maninjau,
Sumatera Barat. Jurnal Biologi Universitas Andalas. 2(2):138-144
Sukarni, Maftuch dan H. Nursyam. 2012. Kajian penggunaan ciprofloxacin terhadap histologi
insang dan hati ikan Botia (Botia macracanthus, bleeker) yang diinfeksi bakteri
Aeromonas hydrophila. J.Exp. Life Sci. 2(1).
Yonkos, L. T., Daniel J. F., Renate R. dan Andrew S. K. 2000. Atlas of Fathead Minnow Normal
Histology. An online publication of the University of Florida. Aquatic Pathobiology
Laboratory (http://aquaticpath.epi.ufl.edu/fhm).

298

Anda mungkin juga menyukai