PENDAHULUAN
Akhir pelita I tahun 1973 areal PT. Perkebunan Nusantara I terdiri dari kebun
karet dan kebun kelapa sawit dengan perbandingan karet 70% dan kelapa sawit
30%. Untuk kebun lama, kebun baru dan kebun tualang sawit, pengolahan kelapa
sawit berpusat di pabrik Tanjung Seumantoh. Pembangunan pabrik kelapa sawit
Tanjung Seumantoh dilakukan oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara I Langsa
pada tanggal 7 Juli 1970 dan selesai pada awal tahun 1980 yang langsung
diresmikan oleh Bapak Mentri Pertanian Prof. Ir. Sudarsono Hadi Saputro pada
tanggal 9 Februari1980.
1. Timbangan
Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah, bertujuan untuk
mengetahui jumlah TBS yang akan diolah, mengetahui rendemen minyak dan inti
serta berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui berapa besar
jumlah produksi TBS yang dicapai dari setiap afdeling.
Jenis timbangan yang digunakan adalah merek buatan Taiwan yang
berkapasitas 50 ton dengan menggunakan sistem Indikator (load cell) dan sistem
komputer. Gambar timbangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.
Fraksi yang diinginkan pada proses pengolahan adalah Fraksi I, II, Dan III,
sedangkan fraksi-fraksi yang lain (00, 0, IV Dan V) diharapkan sedikit mungkin
masuk dalam proses pengolahan. Adapun kriteria-kriteria panen dan syarat mutu
TBS dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.
1. Tujuan Perebusan
Adapun tujuan proses perebusan sebagai berikut:
a. Mematikan Aktifitas Enzim
Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang terus bekerja dalam buah
kelapa sawit sebelum enzim tersebut dimatikan. Enzim lipase bertindak
sebagai katalisator dalam pembentukan ALB, maka untuk menghentikan
aktivitas enzim tersebut dilakukan perebusan minimal 50-550C.
b. Mempermudah Pelepasan Buah Dari Tandan
Zat-zat polisakarida yang terdapat dalam buah kelapa sawit yang bersifat
sebagai perekat, apabila diberi uap panas maka akan terhidrolisa dan pecah
menjadi monosakarida yang larut. Hidrolisa tersebut berlangsung pada buah
menjadi matang dan proses hidrolisa ini dipercepat dalam proses perebusan.
c. Memudahkan Pemisahan Minyak Dari Daging Buah
Daging buah yang telah direbus akan menjadi lunak dan akan mempermudah
pada proses pengepresan. Dengan demikian minyak yang ada dalam daging
buah dapat dipisahkan dengan mudah.
d. Menurunkan Kadar Air Dalam Buah
Perebusan buah dapat menyebabkan penurunan kadar air dalam buah dan inti,
yaitu dengan penguapan yang baik pada saat perebusan maupun sebelum
pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah
sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada daging buah yang
mempermudah proses pengepresan.
e. Memudahkan Penguraian Serabut Pada Biji
Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan
serabut dari biji dalam polishing drum yang menyebabkan pemecahan biji
lebih sulit dalam ripple mill.
f. Memisahkan Antara Inti dan Cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15% yang
menyebabkan inti susut dan cangkang biji tetap sehingga inti akan mudah
lepas dari cangkang.
(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Thersher, (b) Empty Bunch Conveyer
3.2.4 Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari pericarp
(daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan
dalam digester, sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir ( Screw
Press).
1. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-
sel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses
pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam digester yang berbentuk silinder, disini
terdapat 8 unit digester, masing-masing berkapasitas 3 ton. Didalam digester
dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian
besar daging buah terlepas dari bijinya. Pada pengadukan dilakukan pemanasan
untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan air panas
bertemperatur sekitar 90-95 0C. Gambar Digester dapat dilihat pada Gambar 3.6
dibawah ini.
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pelumatan adalah sebagai berikut:
a. Ketel pelumatan harus selalu penuh, agar tekanan yang ditimbulkan dapat
mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
b. Minyak terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan melalui screen
base plate, karena bila minyak dan air terbentuk tidak dikeluarkan maka akan
dapat bertindak sebagai bahan pelumas sehingga gesekan akan berkurang.
2. Pengempaan (Pressing)
Masa hasil proses pengadukan dalam digester masuk kedalam screw press
yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga menghasilkan, minyak kasar
(Crude Oil). Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung
pengempaan dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, disini terdapat
8 unit screw press yang berkapasitas 12 dan 15 ton dengan tekanan kempa 35-55
Kg/cm2. Pada proses pengempaan dilakukan penyemprotan dengan air panas,
minyak kasar yang keluar tidak terlalu kental (diturunkan viskositasnya) sehingga
pori-pori silinder press tidak tersumbat. Penyemprotan air dilakukan dengan satu
pipa berlubang yang dipasang pada screw press.
Tekanan kempa sangat berpengaruh pada proses ini, karena tekanan kempa
terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah, kerugian inti bertambah, dan terjadi
keausan pada material screw press, sebaliknya jika tekanan kempa terlalu rendah
akan mengakibatkan kerugian minyak pada ampas press. Gambar Screw Press
dapat dilihat pada Gambar 3.7 dibawah ini.
Hasil pengepresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari pori-pori
silinder press, melalui Oil Gutter akan menuju ke desanding device untuk
pengendapan. Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari biji, serat dan ampas),
yang akan dipecahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor.
3. Tangki Pemisah Pasir (Desanding Device)
Minyak hasil pengempaan pada screw press merupakan minyak kasar yang
masih banyak mengandung kotoran-kotoran. desanding device adalah sebuah
bejana berbentuk silinder (2 unit), untuk mengendapkan partikel-partikel/pasir dan
lumpur, dan minyak pada bagian atas kemudian secara turun secara gravitasi ke
ayakan getar, sedangkan kotoran dan lumpur berada pada bagian bawah bejana di-
drain ke parit dan mengalir ke fat pit.
Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju pure
oil tank, sedangkan sludqe (masih mengandung minyak) pada bagian bawah
secara grafitasi melalui under flow masuk ke sludge tank.
3. Vacum Drayer
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut minyak dipompakan ke vacum dryer. Disini
minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan
air tersebut akan pecah. Hal ini mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun ke
bawah dan kemudian di pompakan ke storange tank. Gambar Vacum Dryer dapat
dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini.
4. Storange Tank
Minyak yang dikeringkan dari air dengan vacum dryer, kemudian
dipompakan ke storange tank (tangki timbun), dengan suhu simpan 45-60 oC.
Setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Minyak yang dihasilkan dari
daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut juga crude palm oil (CPO).
Gambar Storange Tank dapat dilihat pada Gambar 3.10 dibawah ini.
Gambar 3.10 Storange Tank
5. Sludge Tank
Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST dialirkan ke sludge
tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari minyak untuk
mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-900c) dengan
menggunakan uap yang dialirkan dengan menggunakan pipa heating coil steam
sehingga densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus melekat pada
minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Lumpur yang
mengendap di blow down tiap selang waktu tertentu kemudian di alirkan ke fat pit
melalui saluran pembuangan.
Minyak dialirkan melalui self cleaning strainer yang merupakan saringan
berbentuk selinder dan berlubang halus. Sludge yang keluar dipompakan melalui
desanding cyclone dan menuju balancing tank. Dari balancing tank ini minyak
(yang masih mengandung lumpur halus ) dibagi aturannya ke sludge separator
dan decanter.
6. Sludge Separator
Pada sludge separator ini terjadi dua fase pemisahan minyak kasar dan
sludge (mengandung air). Pada bagian ini minyak dipisahkan dari NOS
berdasarkan perbedaan densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putaran
7500 rpm, serta dilakukan juga pemanasan oleh air pemanas dari hot water tank.
Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (Paring Disk), dan dialirkan kembali ke CST.
Sedangkan sludge (mengandung air) dan mempunyai densitas lebih besar akan
terdorong ke bagian dinding blow dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge
keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.
7. Decanter
Pada decanter terjadi pemisahan tiga fase yaitu minyak, air dan padatan
(Solid). Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang diam (Coning) dan bagian yang berputar merupakan tabung (Bowl)
dengan putaran 3500 rpm dan didalamnya terdapat ulir (Screw Conveyor) dengan
putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal padatan
bergerak kedinding Bowl dan didorong oleh Screw dibawah. Padatan yang
berbentuk lumpur dibuang, sedangkan cairan bergerak berlawanan arah dengan
padatan, akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat gaya sentrifugal. Cairan
dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan
kembali ke CST, sedangkan air kotorannya dialirkan kesaluran pembuangan
menuju fat pit.
8. Fat Pit
Fat pit merupakan kolam untuk penampung air limbah yang masih terdapat
minyak. Disini diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses
pemisahan minyak dengan kotoran stage. Selanjutnya minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (dengan cara penyemprotan dengan air oleh
operator), dan ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompa ke CST untuk proses permurnian kembali. Minyak yang sudah
melewati vacum dryer dipompakan ke strorage tank. Minyak yang dihasilkan dari
daging buah inti disebut juga crude palm oil (CPO).
2.2.6 Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari
cangkangnya dan sebelum diolah di pabrik penggolahan inti sawit. Pengolahan
inti pada dasarnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pemisahan serabut dari biji
b. Pemeraman biji
c. Pemisahan inti dari cangkangnya
d. Pengeringan
2. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dengan biji serta
memisahkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini
terdiri dari Separating column polishing drum. Ampas dan biji dari CBC masuk
dari separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fibre, inti pecah halus,
cangkang halus dan debu, terhisap dengan fibre cyclone dan melalui Air lock
masuk dan ditampung dalam sheel bin sebagai bahan bakar pada boiler.
Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah turun
kebawah masuk ke polishing drum. Gambar Polishing Drum dapat dilihat pada
Gambar 3.11 dibawah ini.
Gambar 3.11 Polishing Drum
3. Nut Silo
Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat penampungan biji sementara sebelum
dipecahkan dengan menggunakan Ripple mill. Nut keluar secara teratur sedikit
demi sedikit melalui Vibrator dan Nut Shacking Grate yang terletak pada dasar
Nut Silo ke Ripple Mill.
4. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah
dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor baru akan mengalami
penggilasan dengan ripple plate sehingga biji pecah dan keluar ke cracked
mixture conveyor. Gambar Ripple mill dapat dilihat pada Gambar 3.12 dibawah
ini.
Gambar 3.12 Ripple Mill
Ripple mill mempunyai kecepatan putar sebesar 1400 rpm. Ripple mill disini
terdapat 4 unit dengan kapasitas setiap unit 4-6 ton/jam. Setelah dipecahkan, inti
yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke cracked mixture
elevator.
7. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti
yang berasal dari pemisahan ini melalui kernel distribution conveyer di
distribusikan kedalam dua unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan.
Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari
boiler yang merupakan hasil dari pengontakan dengan steam. Kernel Silo dibagi
dalam tiga tingkatan suhu (udara panas) yang berbeda, yaitu berturut - turut dari
atas kebawah adalah 70 oC, 60 oC dan 500C.
3.3 Utilitas
Penyedian suatu unit utilitas merupakan suatu syarat yang sangat penting
dalam suatu pabrik, karena utilitas adalah suatu faktor penunjang pada proses
yang ada di pabrik. Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit di Tg.
Seumantoh terdapat 4 unit utilitas yaitu sebagai berikut:
1. Pengolahan air (Water Treatment)
2. Pembangkit tenaga (Power Plant)
3. Laboratorium
4. Pengolahan limbah
Untuk umpan boiler, air yang digunakan barasal dari water tower yang
dipompakan ke tangki penukar kation. kation tank berisi resin kation jenis doulite
C-120 (berwarna kuning emas) yang bersifat asam.Pada proses ini terjadi
penukaran ion antara kation-kation Ca2+, Mg2- dan ion lain dalam air dengan
kation H+ dalam resin. Pada suatu saat resin akan jenuh, maka untuk di regenerasi
atau mengaktifkan kembali resin harus diinjeksikan larutan (H2SO4) kedalam
tangki berdasarkan analisa laboratorium.
5. Degasifier Tank
Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation, maka air tersebut
dialirkan ke degasifier tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas CO2-
kemudian air tersebut dialirkan ke tangki penukar anio.
8. Dearator
Dearasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut
dalam air yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak pada pipa-
pipa boiler. Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan cara
pemanasan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam air
yang berlawanan arah dengan aliran air. Temperatur di dalam tangki dijaga
konstan. Temperatur air sekitar 80-90oC.
Air yang keluar dearator sebelum masuk ke boiler diberikan bahan kimia
yang berguna untuk menaikkan pH, mencegah terjadinya korosi, dan mencegah
pembentukan kerak pada ketel boiler.
1. Boiler
Untuk mendapatkan uap dan tenaga listrik yang digunakan dalam proses
pengolahan, maka air yang berasal dari tangki dearator diproses dalam boiler.
Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa sabut
(Fibre) dan cangkang.
2. Turbin Uap
Uap yang dihasilkan oleh boiler digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu
turbin dan untuk menggerakkan poros yang dikopel dengan poros roda gigi.
Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk
menggerakan elektro motor dalam proses pengolahan.
3. Diesel Genset
Pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh memiliki 3 unit mesin diesel dengan
kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit lagi dengan
kapasitas 287,5 KVA.
3.3.3 Laboratorium
Laboratorium ini berguna untuk melakukan analisa terhadap semua produk
hasil pengolahan dan pendukung proses pengolahan seperti air limbah produksi.
Pada laboratorium kelapa sawit Tg. Seumantoh ini, yang dianalisa adalah sebagai
berikut:
a. Mutu air
b. Mutu buah TBS
c. Kerugian (Losses) dalam proses pengolahan
d. Mutu produksi
Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanas. Analisa
yang digunakan untuk melihat mutu air adalah sebagai berikut:
a. pH
b. Kesadahan
c. Analisa TDS (total dissolved solid)
d. Kadar silica
e. Alkalitas
Untuk melihat buah kelapa sawit maka dilakukan analisa dengan cara sortasi.
Selama berlangsungnya proses pengolahan terjadi losses minyak. Besarnya
persentase losses ini tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan.
Analisa losses ini dilakukan (sampel yang diambil) pada:
1. Air rebusan
2. Tandan kosong
3. Ampas Press
4. Nutten
5. Sludge Separator
6. Fat Pit
7. Solit Decanter
Produk akhir dari pabrik berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel)
akan dianalisa, yaitu terhadap:
a. ALB (asam lemak bebas)
b. Kadar kotoran dan kadar air
2. Limbah padat
Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa
tandan kosong, cangkang, dan solid decanter. Tandan kosong terkadang masih
mengandung buah yang tidak lepas pada saat perontokan. Tandan kosong
kemudian dibakar di incinerator menghasilkan abu tandan kosong yang akan
berguna sebagai pupuk. Serabut yang merupakan hasil pemisah dari fibre cyclone
mempunyai kandungan cangkang dan inti kelapa sawit yang terikut dapat
dipergunakan untuk bahan bakar boiler. Kualitas asap pembakaran pada dapur
ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Serabut dan cangkang dapat
digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan solid decanter yang dihasilkan
dari unit pemurnian minyak dikumpulkan terlebih dahulu sehingga mengalami
pembusukan, kemudian dibuang ke lahan perkebunan untuk menyuburkan
tanaman kelapa sawit.
Limbah padat yang berasal solid decanter menimbulkan bau, sehingga
apabila telah mengalami pembusukan harus segera dibuang ke lahan pertanian
untuk dijadikan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Limbah ini dapat
menyuburkan tanaman, sehingga dapat mengurangi anggaran untuk membeli
pupuk.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
ANALISA LOSSES INTI KELAPA SAWIT PADA CLAY BATH
Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut (Fiber) masih
menyatu di cake breaker conveyer, kemudian dengan uap panas conveyer serabut
dan biji terpisah. Biji yang berta tidak mampu dihisap di depericaper sehingga
jatuh ke nut polishing drum sedangkan serabutnya akan terhisap dan masuk ke
fiber cylone diteruskan ke boiler sebagai bahan bakar. Biji yang masuk di nut
polishing drum akan diayak, selanjutnya biji masuk kedalam nut silo dan
kemudian masuk ke dalam ripple mill untuk dipecah. Kemudian cangkang dan
kernel akan dipisah di LTDS (Light Tenera Dust Seperation), kemudian kernel
yang sudah bersih dan kering siap untuk dipasarkan (Sonowijoyo, 2012).
4.3.2 Depericaper
Depericaper adalah alat yang disertai kipas penghisap (Blower) yang
digunakan untuk menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan fiber dibawa
untuk dijadikan bahan bakar boiler. Dari cake breaker conveyer, ampas dan nut
masuk ke dalam depericaper, kemudian ampas (fiber) terhisap ke fiber cyclone,
sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum. Dengan demikian
depericaper berfungsi memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk
dijadikan bahan bakar boiler. Efektifitas kerja dari depericaper adalah banyaknya
fiber yang terikut pada nut. Proses pemisahan nut dengan fiber bila tidak bersih
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yaitu:
1. Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti sterilizer dan digester.
2. Ampas press yang tidak cukup kering (lembab).
3. Pengisian umpan yang melebihi kapasitas.
4. Kecepatan hisapan udara yang berkurang antara lain adanya kebocoran.
4.3.5 Norma losses Inti Kelapa Sawit Pada Stasiun pabrik Biji
Dalam perhitungan analisa losses inti kelapa sawit terdapat norma losses
yang telah ditetapkan sebagai standar yang digunakan pabrik. Pada tabel 3.1
dibawah ini dapat dilihat standar norma losses inti kelapa sawit.
Tabel 3.1 Standar Norma Losses Inti Kelapa Sawit
2 LTDS I 0,04
3 LTDS II 0,18
Inti Inti
Jumlah Inti Utuh Nutten
Tanggal Sampel Pecah Lekat Losses
(gr)
Gr % gr % Gr % gr %
Rata-tata 0,17
Tabel 4.2 Data Pengamatan Kadar Kotoran Pada Inti Sawit Di Clay Bath
Jumlah Cangkang
Tanggal Sampel Gr %
(gr) Kotoran
15 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0
4.6.2 Pembahasan
Clay bath adalah alat pemisah inti dengan cangkang secara basah dengan
memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan dengan larutan koloid
(padatan, tanah liat atau koalin) yang mempunyai berat jenis berbeda diantara
bahan kedua tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat
akan tenggelam, dimana kernel memilki berat jenis sebesar 1,07 sedangkan
cangkang memilki berat jenis sebesar 1,3. Kernel dan cangkang dimasukkan
dalam cairan tanah rayap dengan berat jenis 1,2 yang bebas pasir sehingga kernel
terapung dan cangkang tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa
ke kernel silo untuk dikeringkan dengan suhu (70, 60, 50 ℃) selama waktu 14-15
jam.
Adapun tujuan dari pengambilan titik sampel di suatu stasiun adalah untuk
mengontrol kehilangan kernel pada clay bath tersebut, dari persentase kehilangan
kernel tersebut dapatlah diketahui keefesienan dan keefektifan dari pada kerja alat
tersebut, agar sewaktu pengolahan di clay bath mendapatkan hasil yang baik
dengan arti kehilangan pada kernel rendah dan kadar kotoran pada produksi
rendah juga, maka perlu diperhatikan berat jenis atau konsentrasi dari pada air
tanah liat dan tekanan pompa.
Berdasarkan standar mutu losses pada pabrik kelapa sawit, maksimum
kehilangan inti sawit pada sistem clay bath adalah 0,08% dari kapasitas
pengolahan biji kelapa sawit per harinya. Berdasarkan hasil analisa yang
dilakukan pada tanggal 15 November sampai dengan 20 November 2016 losses
inti kelapa sawit didapat sebesar 0,16%; 0,13%; 0,14%; 0,15%; 0,14%; dan 0,2%.
Losses yang didapatkan setiap harinya terjadi kenaikan dan penurunan. Losses
yang paling tinggi terdapat pada tanggal 20 November 2016, hal ini disebabkan
oleh alat yang kurang efesien dalam bekerja atau terjadinya keausan pada alat dan
dapat disebabkan juga karena tandan buah segar (TBS) yang diolah terdiri dari
beberapa varietas yang kurang bangus. Sehingga dapat dilihat bahwa losses yang
diperoleh melebihi standar yang telah ditentukan. Sedangkan pada bagian kernel
hanya memperoleh kadar kotoran 1,0 % dan masih dalam standar pabrik yang
telah ditentukan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek di PTPN – I PKS Tanjung Seumantoh,
Aceh Tamiang , khususnya pada proses pemisahan inti dengan cangkang dengan
menggunakan sistem clay bath, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pemisahan inti sawit dengan cangkang menggunakan sistem clay
bath merupakan satu hal yang sangat menentukan mutu inti sehingga harus
dilakukan sebaik mungkin.
2. Kehilangan inti sawit pada sistem clay bath adalah 0,08% yang merupakan
norma kehilangan dari kapasitas pengolahan biji kelapa sawit per harinya.
3. Losses yang didapat pada tanggal 15 Nov - 20 Nov 2016 pada clay bath
rata-rata 0,17%.
5.2 Saran
Dalam kesempatan ini saya menyarankan kepada PTPN–I PKS Tanjung
Seumantoh, Aceh Tamiang bahwasanya dalam setiap perawatan yang dilakukan
diharapkan dapat dikontrol dengan baik dan maksimal sehingga dalam pemakaian
peralatan akan lebih efisien. Selain itu dengan pengontrolan yang baik dan cermat
maka hasil yang diperoleh akan lebih maksimal dan meminimalisirkan angka
kehilangan inti kelapa sawit mulai dari keluaran screw press sampai dengan inti
kelapa sawit siap dipasarkan. Dengan perawatan peralatan yang baik juga maka
peralatan tersebut dapat bertahan lebih lama sehingga dapat digunakan terus
menerus untuk mengolah bahan baku sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas yang dibutuhkan oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional Indonesia. 2003. SNI 01-2901-2006 Crude Palm Oil.
Jakarta.
Sonowijoyo, 2012, Pengolahan Kelapa Sawit Dan Limbah Pabrik Kelapa Sawit,
Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, Derektiorat Jendral
Perkebunan, Jakarta.