Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pabrik kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang
terpenting di Indonesia. Kelahiran perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis
oleh Andrian Hallet (Seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar tentang
kelapa sawit di Afrika) pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit di Sungai Liput
(Aceh) dan di Pulau Radja (Asahan). Sejak itu Indonesia dikenal sebagai salah
satu Negara produsen kelapa sawit. Pada saat itu, luas perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mencapai 170.000 hektar. Walaupun kelapa sawit bukan tanaman asli
tetapi produk olahannya yaitu berupa minyak kalapa sawit telah menjadi salah
satu komuniti perkebunan yang handal.
Industri pengolahan kelapa sawit merupakan industri hulu yang sangat
penting. Industri makanan, kosmetik, sabun dan cat merupakan industri yang
menggunakan bahan dasar minyak kelapa sawit. Bahkan akhir-akhir ini ada upaya
penggunaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar
alternatif. Kondisi ini memacu perkembangan industri pengolahan kelapa sawit,
baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Hal ini sejalan dengan
semakin meningkatnya luas areal perkebunan kelapa sawit (Anonymous,1985).
Komuniti minyak sawit merupakan salah satu dari 13 jenis minyak nabati
dunia dan menurut World Oil (1995) secara keseluruhan produksi dan konsumsi
minyak nabati dunia pada abad 21 perlu dikaji dan dikembangkan untuk upaya
peningkatan efesiensi pada setiap sub sistem agribisnis pengolahan tandan buah
segar (TBS) menjadi minyak sawit (CPO). Pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan
salah satu bisnis yang sangat menentukan kemampuan daya saing pemasaran
minyak dan kernel sawit.
1.2 Perumusan Masalah
Proses pengolahan kelapa sawit merupakan pengetahuan yang harus
dimiliki setiap mahasiswa Teknik Kimia dalam melakukan kerja praktek di pabrik
kelapa sawit. Minyak kelapa sawit hasil utama dari proses tandan buah segar
(TBS) dapat menghasilkan dua produk sekaligus yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan
inti kelapa sawit (IKS), selain itu produk samping dari pengolahan sawit berupa
serabut, cangkang dan abu hasil pembakaran tandan kosong. Karena itu, pada
Kerja Praktek di PT. Perkebunan Nusantara I unit PKS Tanjung Seumantoh, Aceh
Tamiang penulis menganalisa losses inti kelapa sawit (IKS) pada Clay Bath.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada kerja praktek yang diambil penulis adalah Analisa
losses inti sawit pada alat Clay Bath di PT. Perkebunan Nusantara I unit PKS
Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang.

1.4 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan kerja praktek lapangan dalam kurikulum jurusan teknik kimia adalah
untuk membekali mahasiswa dengan pengalaman dan menambah wawasan dalam
lingkungan industri serta dunia kerja setelah mahasiswa menyelesaikan
pendidikan di universitas.

1.4.1. Tujuan Umum


Tujuan umum dari pelaksanaan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menyelesaikan salah satu tugas sebagai syarat-syarat untuk
memenuhi atau mengikuti kurikulum di Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Kimia Universitas Malikussaleh.
2. Menjalin kerjasama yang erat antara Teknik Kimia Universitas
Malikussaleh dengan PT. Perkebunan Nusantara I PKS Tanjung Seumantoh,
Aceh Tamiang sehingga tercipta hubungan yang saling menguntungkan
kedua belah pihak terutama dalam hal transfer perkembangan ilmu dan
teknologi yang baru.
3. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang
Teknik Kimia sehingga dapat menetapkan dan membandingkan antara ilmu
yang diperoleh di bangku kuliah dengan proses yang terjadi di lapangan.
4. Menganalisa dan mengobservasi permasalahan dilapangan, sehingga
diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan tersebut.

1.4.2. Tujuan Khusus


Setelah selesai melakukan kerja praktek di pabrik pengolahan kelapa sawit
dan memfokuskan pada unit pengolahan pabrik kelapa sawit diharapkan mampu
untuk:
1. Dapat menjelaskan uraian proses pengolahan pabrik kelapa sawit di PT.
Perkebunan Nusantara I unit PKS Tanjung Seumantoh.
2. Dapat menjelaskan proses dan fungsi dari analisa losses pada inti kelapa
sawit (IKS).
3. Dapat menghitung persen (%) kadar kotoran pada IKS.

1.5. Manfaat Kegiatan Kerja Praktek


Adapun manfaat dari kegiatan kerja praktek ini yaitu memperoleh dan
meningkatakan pengetahuan tentang proses pengolahan kelapa sawit serta utilitas
di PT. Perkebunan Nusantara I unit PKS Tanjung Seumantoh.

1.6 Lokasi Kerja Praktek


Adapun kerja praktek dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara I unit PKS
Tanjung Seumantoh, Aceh Tamiang pada 10 November 2016 sampai dengan 10
Desember 2016.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perkebunan


PT. Perkebunan Nusantara I adalah suatu perkebunan yang dimiliki oleh
Negara yang berorientasi di bidang perkebunan dan pengolahan. PT. Perkebunan
Nusantara I ini mulai berkembang pada tahun 1975 yang di seponsori oleh PTP
VII dan PTP VI dari Sumatra Utara dengan bantuan Bank Dunia.
PT. Perkebunan Nusantara I yang berpusat di Kota Langsa mempunyai areal
kebun di provinsi Aceh, yang meliputi :
1. Kebun Lama, Langsa
2. Kebun Baru, Langsa
3. Kebun Karang Inong, Aceh Timur
4. Kebun Julok Rayeuk Utara, Aceh Timur
5. Kebun Julok Rayeuk Selatan, Aceh Timur
6. Kebun Pulau Tiga, Aceh Timur
7. Kebun Tualang Sawit, Aceh Timur
8. Kebun Cot Girek, Aceh Utara

Akhir pelita I tahun 1973 areal PT. Perkebunan Nusantara I terdiri dari kebun
karet dan kebun kelapa sawit dengan perbandingan karet 70% dan kelapa sawit
30%. Untuk kebun lama, kebun baru dan kebun tualang sawit, pengolahan kelapa
sawit berpusat di pabrik Tanjung Seumantoh. Pembangunan pabrik kelapa sawit
Tanjung Seumantoh dilakukan oleh Direksi PT. Perkebunan Nusantara I Langsa
pada tanggal 7 Juli 1970 dan selesai pada awal tahun 1980 yang langsung
diresmikan oleh Bapak Mentri Pertanian Prof. Ir. Sudarsono Hadi Saputro pada
tanggal 9 Februari1980.

2.2 Struktur Organisasi


PT. Perkebunan Nusantara I Tanjung Seumantoh memakai sistem
organisasi, dimana dalam organisasi ini hanya satu komando. Adapun tugas dan
tanggung jawab berdasarkan kedudukannya masing-masing adalah sebagai
berikut:
1. Kepala Pabrik (Manager)
Kepala pabrik atau Manager bertanggung jawab kepada Direktur Produksi
atau secara langsung pada Direktur Utama PTPN-I terhadap pemanfaatan
semua unsur produksi, aset PKS dan PIS Tg. Seumantoh hubungan baik
dengan unsur-unsur terkait secara optimal untuk mewujudkan tujuan
perusahaan. Menager juga berwenang memanfaatkan segala sumber daya
yang ada di PKS Tg. Seumantoh dan berwenang mengambil keputusan yang
sifatnya menentukan demi kepentingan perusahaan sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perusahaan.
2. Masinis Kepala (Maskep)
Maskep bertanggung jawab terhadap proses pengolahan dan kelancaran
pengolahan dan hasil produksi serta, juga bertanggung jawab terhadap
instalasi dan pengoprasian pabrik. Maskep berwewenang terhadap Asisten
Teknik, Asisten Pengolahan serta bertanggung jawab langsung terhadap
mesin-mesin prosesing dan penggerak instalasi sesuai dengan sasaran
perusahaan PTPN-I .
3. Askep Pembelian TBS
Askep pembelian TBS bertanggung jawab dalam menyusun RKAP produksi
pembelian TBS kelapa sawit unit produksi. Terlaksananya pengawasan
terhadap semua kegiatan proses pembelian TBS kelapa sawit di seluruh
wilayah, dan juga terlaksananya pengawasan terhadap biaya produksi di
seluruh wilayah kerja terkait pembelian TBS kelapa sawit, dan terlaksananya
pembinaan kualitas SDM yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Asisten Teknik
Asisten Teknik bertanggung jawab dalam mengoperasikan mesin-mesin
proses dan mesin-mesin pembangkit tenaga serta mesin-mesin penggerak
instalasi sehingga tidak menggangggu aktivitas pengolahan pabrik.
5. Asisten Personalia dan Umum (APU)
APU bertanggung jawab dalam penyusunan daftar gaji karyawan dan
mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu. Kepala Tata
Usaha juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang
administrasi untuk mencapai sasaran RKAP.
6. Asisten Tata Usaha (ATU)
Asisten Tata Usaha (ATU) bertanggung jawab dalam menyusun daftar gaji
karyawan, mengontrol semua laporan dari setiap bagian agar tepat waktu.
ATU juga berwenang merencanakan, mengarahkan kegiatan dibidang
administrasi untuk mencapai sasaran sesuai RAB PKS Tg. Seumantoh yang
telah disetujui oleh Masinis Kepala PTPN-I dan mengawasi pengeluaran
biaya sesuai dengan anggaran.
7. Asisten Laboratorium
Asisten Laboratorium bertanggung jawab dalam melakukan analisa di
laboratorium yang diperlukan pabrik secara optimal, guna mengendalikan
jalannya proses pengolahan TBS, inti sawit, air boiler dan air limbah agar
mutu dan kerugian yang timbul berada dalam batas normal, termasuk
menghitung persediaan dan pengiriman produksi sehingga kualitas produksi
dapat dikontrol.
8. Asisten Pengolahan
Asisten Pengolahan bertanggung jawab dalam mengoperasikan alat-alat
produksi PKS dan PIS untuk menghasilkan minyak sawit, minyak inti sawit
serta limbah, melaksanakan pengolahan sesuai jadwal yang ditentukan
termasuk pengendalian limbah PKS sehingga mencapai hasil yang optimal
dan melaksanakan absensi karyawan yang menjadi tanggung jawab serta
menyusun laporan harian.
9. Mandor
Mandor sebagai pembantu Asisten, maka mandor bertugas mengawasi para
pekerja yang berada dibawah tanggung jawabnya dan membantu segala
tanggung jawab Asisten.
10. Pekerja
Pekerja adalah orang-orang yang bertugas melaksanakan perintah dari
mandor masing-masing yang bertugas pada saat itu.
BAB III
URAIAN PROSES

3.1 Bahan Baku dan Produk


Bahan baku dari PKS Tg. Seumantoh adalah buah kelapa sawit atau
Tandan Buah Segar (TBS) yang di peroleh dari perkebunan sendiri dan kebun
petani di sekitar pabrik, sedangkan produk akhir yang di hasilkan adalah minyak
kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit (IKS).

3.2 Proses Pengolahan Kelapa Sawit


Proses pengolahan minyak kelapa sawit terbagi atas beberapa tahap yang
dilakukan di beberapa stasiun. Stasiun-stasiun pada proses pengolahan kelapa
sawit antara lain:
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)
2. Stasiun Perebusan (Sterilizing Station)
3. Stasiun Penebah (Threshing Station)
4. Stasiun Kempa (Pressing Station)
5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)
6. Stasiun Pengolahan Biji (Nut Plant Station)

3.2.1 Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception Station)


TBS yang berasal dari kebun-kebun diangkut ke pabrik dengan
menggunakan truk pengangkut untuk diolah. Pengangkutan secepatnya dilakukan
setelah pemanenan (diterima di pabrik maksimum 24 jam setelah dipanen). Hal ini
bertujuan untuk mencegah kenaikan kadar Asam Lemak Bebas (ALB) karena
keterlambatan pemprosesan.

1. Timbangan
Proses pengolahan dimulai dari penimbangan buah, bertujuan untuk
mengetahui jumlah TBS yang akan diolah, mengetahui rendemen minyak dan inti
serta berat tandan rata-rata. Dari penimbangan juga dapat diketahui berapa besar
jumlah produksi TBS yang dicapai dari setiap afdeling.
Jenis timbangan yang digunakan adalah merek buatan Taiwan yang
berkapasitas 50 ton dengan menggunakan sistem Indikator (load cell) dan sistem
komputer. Gambar timbangan dapat dilihat pada Gambar 3.1 dibawah ini.

Gambar 3.1 Timbangan

Truk masuk melewati jembatan timbang dengan sistem komputerisasi


untuk pengambilan data tara, bruto, netto dan lokasi pengambilan tandan buah
segar (TBS). Selanjutnya truk yang telah dibongkar meninggalkan pabrik dengan
melewati jembatan timbang keluar untk pengambilan data berat kendaraan.
Tandan buah segar (TBS) yang telah dibongkar dilakukan penyortiran untuk
melihat TBS yang layak untuk di proses.

2. Penimbangan dan Pemindahan Buah (Fruit Loading Ramp dan


Storage Hopper)
Setelah dilakukan penimbangan, TBS yang dibawa truk pengangkut
kemudian dipindahkan ke loading ramp. Pada loading ramp ini dilakukan sortasi
buah, yang bertujuan untuk pengawasan terhadap kandungan minyak dalam
proses pengolahan dan kadar ALB dari TBS tersebut. Sortasi dilakukan terhadap
setiap afdeling dengan menentukan satu truk yang dianggap mewakili kebun asal.
Sortasi TBS dilakukan berdasarkan kriteria panen yang dibagi berdasarkan fraksi
buahnya (Sonowijoyo,2012). Gambar tandan buah segar (TBS) yang dimasukkan
kedalam lori dapat dilihat pada Gambar 3.2 dibawah ini.
Gambar 3.2 TBS dimasukkan kedalam lori

Fraksi yang diinginkan pada proses pengolahan adalah Fraksi I, II, Dan III,
sedangkan fraksi-fraksi yang lain (00, 0, IV Dan V) diharapkan sedikit mungkin
masuk dalam proses pengolahan. Adapun kriteria-kriteria panen dan syarat mutu
TBS dapat dilihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Kriteria Panen dan Syarat Mutu TBS


Fraksi Jumlah Brondol Derajat Matang
00 Tidak ada, buah bewarna hitam Sangat mentah

0 Membrondol 1% - 12,5% Mentah

I Membrondol 12,5% - 25% kurang matang

II Membrondol 25%-50% Matang

III Membrondol 50% - 75% Tepat matang

IV Membrondol 75% - 100% Terlalu matang

V Membrondol 100% s/d kosong Lewat matang


Sumber : Pusat Penelitian Marihat, 1982

Fruit Loading Ramp terdiri dari 3 loading dan masing-masing memiliki 10


hopper penyimpanan untuk penimbunan TBS dengan sudut kemiringan 300.
Loading Ramp ini dilengkapi dengan:
1. Pintu Loading yang bekerja dengan sistem hidrolik, dimana setiap pintu
dipasang pengatur untuk memindahkan TBS ke dalam lori-lori perebusan.
2. Bagian ujung dari pada hopper dipasang jerjak-jerjak/kisi-kisi
pembuangan pasir dengan lebar satu meter sepanjang dasar loading ramp.
TBS dari loading ramp ini kemudian dimasukkan ke dalam lori-lori yaitu
tempat meletakkan buah kelapa sawit untuk proses perebusan yang berkapasitas
2,5 ton TBS pada setiap lorinya. TBS dimasukkan ke dalam lori dengan membuka
pintu loading yang diatur dengan sistem hidrolik. Sepuluh lori yang di isi penuh
dengan TBS dimasukkan ke dalam sterilizer, dengan menggunakan capstand yang
berfungsi untuk menarik lori masuk dan keluar dari sterilizer.

3.2.2 Stasiun Perebusan (Sterilizer Station)


Sterilisasi adalah proses perebusan dalam suatu bejana yang disebut
dengan sterilizer. Di PKS Tanjung Seumantoh terdapat 4 unit sterilizer, dimana
masing-masing sterilizer berkapasitas 10 lori. Setelah lori dimasukkan kedalam
sterilizer, pintu sterilizer ditutup rapat. Proses perebusan dilakukan selama 90-100
menit dengan tekanan 2,8-3,0 kg/cm2. Gambar Sterilizer dapat dilihat pada
Gambar 3.3 dibawah ini.

Gambar 3.3 Sterilizer

1. Tujuan Perebusan
Adapun tujuan proses perebusan sebagai berikut:
a. Mematikan Aktifitas Enzim
Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang terus bekerja dalam buah
kelapa sawit sebelum enzim tersebut dimatikan. Enzim lipase bertindak
sebagai katalisator dalam pembentukan ALB, maka untuk menghentikan
aktivitas enzim tersebut dilakukan perebusan minimal 50-550C.
b. Mempermudah Pelepasan Buah Dari Tandan
Zat-zat polisakarida yang terdapat dalam buah kelapa sawit yang bersifat
sebagai perekat, apabila diberi uap panas maka akan terhidrolisa dan pecah
menjadi monosakarida yang larut. Hidrolisa tersebut berlangsung pada buah
menjadi matang dan proses hidrolisa ini dipercepat dalam proses perebusan.
c. Memudahkan Pemisahan Minyak Dari Daging Buah
Daging buah yang telah direbus akan menjadi lunak dan akan mempermudah
pada proses pengepresan. Dengan demikian minyak yang ada dalam daging
buah dapat dipisahkan dengan mudah.
d. Menurunkan Kadar Air Dalam Buah
Perebusan buah dapat menyebabkan penurunan kadar air dalam buah dan inti,
yaitu dengan penguapan yang baik pada saat perebusan maupun sebelum
pemipilan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah
sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada daging buah yang
mempermudah proses pengepresan.
e. Memudahkan Penguraian Serabut Pada Biji
Perebusan yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan
serabut dari biji dalam polishing drum yang menyebabkan pemecahan biji
lebih sulit dalam ripple mill.
f. Memisahkan Antara Inti dan Cangkang
Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15% yang
menyebabkan inti susut dan cangkang biji tetap sehingga inti akan mudah
lepas dari cangkang.

2. Metode Perebusan (Sterilizier)


Untuk mendapatkan hasil terbaik, maka perlu diperhatikan cara perebusan.
Metode perebusan yang digunakan oleh PT. Perkebunan Nusantara I Tg.
Seumantoh adalah sistem tiga puncak (Triple Peak). Adapun prinsip perebusan
triple peak adalah tiga kali pemasukan uap (uap basah) ke dalam sterilizer dan
tiga kali pembuangan uap (blow down).
Tahap perebusan dengan pola triple peak adalah tahap pencapaian puncak I,
II dan III, dimana dilakukan tiga kali pemasukan uap dan pembuangan uap.
Jumlah puncak dalam pola perebusan ditunjukkan oleh jumlah pembukaan dan
penutupan dari steam masuk atau steam keluar selama perebusan berlangsung,
yang diatur secara manual atau otomatis. Sebelum dimasukkan uap untuk
mencapai puncak I, terlebih dahulu dilakukan deaerasi (pembuangan udara)
selama lima ±5 menit. Kemudian baru dimasukan uap untuk mencapai puncak I
dengan membuka pipa steam masuk selama 12-15 menit, atau sampai dicapai
tekanan sebesar 1,5 kg/cm2, lalu pipa steam ditutup, sedangkan pipa kondensat
dan exhaust pipa dibuka dengan tiba-tiba. Setelah tekanan turun sampai sebesar 0
kg/cm2 (± 5 menit) pipa-pipa tersebut ditutup. Pipa steam masuk kemudian dibuka
kembali selama 15 menit atau sampai dicapai puncak II (tekanan 2,5 kg/cm2).
Lalu pipa steam masuk ditutup, sedangkan pipa kondensat dan exhaust pipa
dibuka dengan tiba-tiba, sehingga tekanan turun sampai sebesar 0 kg/cm2 (± 5
menit), kemudian pipa-pipa tersebut ditutup. Melalui dua puncak awal, perebusan
dilanjutkan dengan membuka steam masuk sampai dicapai puncak III (tekanan 3
kg/cm2), lalu tekanan ini dipertahankan selama 45 menit, sebelum dilakukan
pembuangan steam terakhir.
Setelah penahanan tekanan steam selesai, maka steam berada didalam
sterilizer dibuang secara tiba-tiba. Pemasukan steam secara tiba-tiba pada
pencapai puncak I dan II bertujuan untuk memberikan mechanical shock dan
thermal shock terhadap TBS, sehingga buah yang semula kaku menempel pada
tandan akan lunak dan lebih mudah lepas pada tandan saat ditebah dalam
thresher. Sedangkan penahan tekanan pada puncak III bertujuan untuk
memberikan kondisi yang cukup agar kadar ALB didalam TBS dapat dikurangi.
Pada sterillizer melalui 3 peak, di mana proses yang terjadi pada setiap peak
adalah sebagai berikut:
1. Puncak Pertama (1 peak)
a. Membuang udara yang teperangkap didalam sterilizer
b. Mengurangi keaktifan (aktivitas) enzim asam lemak bebas
2. Puncak Kedua (2 peak)
a. Mengurangi kadar air dari buah
b. Proses awal sterilisasi
3. Puncak Ketiga (3 peak)
a. Proses Sterilisasi sempurna
b. Melekangkan antara cangkang dan kernel supaya tidak menyatu untuk
memudahkan pemecahan biji.

3.2.3 Stasiun Penebah (Threshing Station)


Lori-lori yang berisi buah yang telah direbus dikeluarkan dari dalam
sterilizer dengan menggunakan capstand menuju stasiun penebah dengan
menggunakan alat pengangkat hosting crane. Pada stasiun ini buah dipipil untuk
menghasilkan brondolan dan tandan kosong (Tankos). Pada stasiun ini terdapat
beberapa alat beserta fungsinya masing-masing, yaitu:
a. Hopper, sebagai penampung buah hasil rebusan.
b. Automatic Bunch Feeder, untuk mengatur meluncurnya agar tidak masuk
sekaligus ke drum berputar.
c. Drum berputar (Drum Bunch thresher) dengan kecepatan 23-25 rpm, untuk
perontokan buah dari tandan.
Gambar lori yang diangkat hosting crane dapat dilihat pada Gambar 3.4
dibawah ini.

Gambar 3.4 Lori yang diangkut Hosting Crane


Lori-lori diangkat dengan menggunakan hosting crane, yang berdaya angkut
5 ton dan dikendalikan oleh operator, kemudian dituangkan kedalam hopper,
selanjutnya lori diturunkan untuk ditarik kembali ke loading ramp. Buah didalam
hopper jatuh melalui automatis bunch feeder kedalam drum berputar yang
berbentuk sillinder, drum ini dilengkapi dengan sudut-sudut dan spike yang
memanjang sepanjang drum, dengan bantuan sudut-sudut dan spike ini buah
terangkat dan jatuh terbanting sehingga brondolan buah terlepas dari tandannya.
Prinsip kerjanya adalah dengan adanya gaya sentrifugal akibat putaran
drum. Tandan yang masuk akan terbanting pada dinding drum yang sedang
berputar, kemudian jatuh karena adanya gravitasi. Kapasitas drum ini adalah 10
ton TBS. Bantingan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menyebabkan
brondolan terlepas dari tandannya dan melalui celah-celah drum jatuh kebagian
bawah drum yaitu ke bottom cross cenveyor. Sedangkan tandan kosong akan
terlempar keluar dan jatuh ke empty hunch conveyor dan dibawa ke incinerator
untuk dibakar (Perdamean, 2008).
Brondolan yang berada pada botton cross conveyor diangkut ke fruit
elevator danke top cross conveyor kemudian diteruskan ke fruit distribution
conveyor untuk dibagi dalam tiap-tiap digester. Didalam proses perontokan buah,
terkadang dijumpai brondolan yang tidak lepas dari tandannya, hal ini disebabkan
TBS terlalu mentah sehingga tidak masak pada proses perebusan, terutama jika
susunan brondolan sangat rapat dan padat sehingga uap tidak dapat mencapai
kebagian dalam tandan. Gambar Thersher dan Empty Bunch Conveyer dapat
dilihat pada Gambar 3.5 dibawah ini.

(a) (b)
Gambar 3.5 (a) Thersher, (b) Empty Bunch Conveyer
3.2.4 Stasiun Pengempaan (Pressing Station)
Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari pericarp
(daging buah), dilakukan dengan melumat dan mengempa. Pelumat dilakukan
dalam digester, sedangkan pengempaan dilakukan dalam kempa ulir ( Screw
Press).

1. Pelumatan (Digester)
Tujuan pelumatan agar daging buah terlepas dari biji dan menghancurkan sel-
sel yang mengandung minyak, sehingga minyak ini dapat diperas pada proses
pengempaan. Pelumatan dilakukan dalam digester yang berbentuk silinder, disini
terdapat 8 unit digester, masing-masing berkapasitas 3 ton. Didalam digester
dipasang pengaduk yang berputar pada sumbunya sehingga diharapkan sebagian
besar daging buah terlepas dari bijinya. Pada pengadukan dilakukan pemanasan
untuk memudahkan pelumatan buah dengan menggunakan air panas
bertemperatur sekitar 90-95 0C. Gambar Digester dapat dilihat pada Gambar 3.6
dibawah ini.

Gambar 3.6 Digester

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama proses pelumatan adalah sebagai berikut:
a. Ketel pelumatan harus selalu penuh, agar tekanan yang ditimbulkan dapat
mempertinggi gaya gesekan untuk memperoleh hasil yang sempurna.
b. Minyak terbentuk pada proses pelumatan harus dikeluarkan melalui screen
base plate, karena bila minyak dan air terbentuk tidak dikeluarkan maka akan
dapat bertindak sebagai bahan pelumas sehingga gesekan akan berkurang.

2. Pengempaan (Pressing)
Masa hasil proses pengadukan dalam digester masuk kedalam screw press
yang bertujuan untuk memeras daging buah sehingga menghasilkan, minyak kasar
(Crude Oil). Tekanan kempa diatur oleh konis yang berada pada bagian ujung
pengempaan dan dapat digerakkan maju mundur secara hidrolisis, disini terdapat
8 unit screw press yang berkapasitas 12 dan 15 ton dengan tekanan kempa 35-55
Kg/cm2. Pada proses pengempaan dilakukan penyemprotan dengan air panas,
minyak kasar yang keluar tidak terlalu kental (diturunkan viskositasnya) sehingga
pori-pori silinder press tidak tersumbat. Penyemprotan air dilakukan dengan satu
pipa berlubang yang dipasang pada screw press.
Tekanan kempa sangat berpengaruh pada proses ini, karena tekanan kempa
terlalu tinggi dapat menyebabkan inti pecah, kerugian inti bertambah, dan terjadi
keausan pada material screw press, sebaliknya jika tekanan kempa terlalu rendah
akan mengakibatkan kerugian minyak pada ampas press. Gambar Screw Press
dapat dilihat pada Gambar 3.7 dibawah ini.

Gambar 3.7 Screw Press

Hasil pengepresan adalah minyak kasar (Crude Oil) yang keluar dari pori-pori
silinder press, melalui Oil Gutter akan menuju ke desanding device untuk
pengendapan. Hasil lain adalah ampas kempa (terdiri dari biji, serat dan ampas),
yang akan dipecahkan dengan menggunakan cake breaker conveyor.
3. Tangki Pemisah Pasir (Desanding Device)
Minyak hasil pengempaan pada screw press merupakan minyak kasar yang
masih banyak mengandung kotoran-kotoran. desanding device adalah sebuah
bejana berbentuk silinder (2 unit), untuk mengendapkan partikel-partikel/pasir dan
lumpur, dan minyak pada bagian atas kemudian secara turun secara gravitasi ke
ayakan getar, sedangkan kotoran dan lumpur berada pada bagian bawah bejana di-
drain ke parit dan mengalir ke fat pit.

4. Ayakan Getar (Vibrating Screen)


Vibrating Screen adalah suatu alat ayakan yang terdiri dari 2 lapisan screen
dengan ukuran masing-masing 30 mess untuk top screen dan 40 mess untuk
bottom screen, yang digetarkan dengan kecepatan 1500 rpm. Proses penyaringan
memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan non-oil solid (NOS) yang
berukuran besar seperti serabut, pasir, tanah, kotoran-kotoran lain yang terbawa
dari desanding device. NOS yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke
digester melalui botton cross conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude
oil tank.

5. Tangki Penampung (Crude Oil Tank)


Minyak yang keluar dari vibrating screen ke crude oil tank untuk ditampung
sementara di dalam crude oil tank (COT) sebelum dipompakan ke stasiun
pemurnian. Pada COT ini minyak dipanaskan dengan steam menggunakan sistem
pipa pemanas dan suhu dipertahankan 90-950 C, dari COT minyak dipompakan ke
CST (Continuous Setting Tank).

3.2.5 Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)


Minyak kelapa sawit kasar berasal dari stasiun pengempaan masih banyak
mengandung kotoran – kotoran yang berasal dari daging buah seperti lumpur, air
dan lain-lain. Keadaan ini menyebabkan minyak mudah mengalami penurunan
mutu sehingga sulit dalam pemasaran. Dalam mendapatkan minyak yang
memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut.
Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan
minyak produksi.

1. CST (Continuous Setting Tank)


Dari crude oil tank, minyak dipompakan ke CST untuk mengendapkan
lumpur dalam crude oil tank berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Kotoran dan
air yang mempunyai densitas lebih besar akan mengendap pada dasar tangki.
Gambar Skimmer pada Continuous Setting Tank dapat dilihat pada Gambar 3.8
dibawah ini.

Gambar 3.8 Skimmer Pada Continuous Setting Tank

Minyak pada bagian atas CST dikutip dengan bantuan skimmer menuju pure
oil tank, sedangkan sludqe (masih mengandung minyak) pada bagian bawah
secara grafitasi melalui under flow masuk ke sludge tank.

2. Pure Oil Tank


Minyak dari CST menuju ke oil tank untuk ditampung sementara waktu,
sebelum dialirkan ke oil purifier. Dalam pure oil tank juga terjadi pemanasan (90-
o
95 C) dengan tujuan untuk mengurangi kadaaaaaaaaar air pada proses
selanjutnya.Di dalam oil purifier dilakukan pemurnian berdasarkan atas
perbedaan dengan menggunakan gaya sentrifugal, dengan kecepatan putarannya
7500 rpm.
Kotoran dan air yang memiliki densitas yang besar akan berada pada
bagian yang luar (dinding bowl), sedangkan minyak yang mempunyai densitas
yang lebih kecil bergerak ke arah poros dan keluar melalui sudut-sudut untuk
dialirkan ke vacum dryer. Kotoran dan air yang melekat pada dinding di-blow
down ke seluruh pembuangan untuk di bawa ke fat pit (Kartimin, 1984).

3. Vacum Drayer
Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka untuk
mengurangi kadar air tersebut minyak dipompakan ke vacum dryer. Disini
minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan
air tersebut akan pecah. Hal ini mempermudah pemisahan air dalam minyak,
dimana minyak yang memiliki tekanan uap lebih tinggi dari air akan turun ke
bawah dan kemudian di pompakan ke storange tank. Gambar Vacum Dryer dapat
dilihat pada Gambar 3.9 dibawah ini.

Gambar 3.9 Vacum Dryer

4. Storange Tank
Minyak yang dikeringkan dari air dengan vacum dryer, kemudian
dipompakan ke storange tank (tangki timbun), dengan suhu simpan 45-60 oC.
Setiap hari dilakukan pengujian mutu minyak sawit. Minyak yang dihasilkan dari
daging buah ini berupa minyak kasar atau disebut juga crude palm oil (CPO).
Gambar Storange Tank dapat dilihat pada Gambar 3.10 dibawah ini.
Gambar 3.10 Storange Tank

5. Sludge Tank
Sludge yang masih mengandung minyak pada bagian CST dialirkan ke sludge
tank untuk mengendapkan lumpur (campuran air dan NOS) dari minyak untuk
mempercepat pengendapan lumpur, sludge dipanaskan (80-900c) dengan
menggunakan uap yang dialirkan dengan menggunakan pipa heating coil steam
sehingga densitas minyak menjadi lebih besar dan lumpur halus melekat pada
minyak akan terlepas dan mengendap pada dasar tangki. Lumpur yang
mengendap di blow down tiap selang waktu tertentu kemudian di alirkan ke fat pit
melalui saluran pembuangan.
Minyak dialirkan melalui self cleaning strainer yang merupakan saringan
berbentuk selinder dan berlubang halus. Sludge yang keluar dipompakan melalui
desanding cyclone dan menuju balancing tank. Dari balancing tank ini minyak
(yang masih mengandung lumpur halus ) dibagi aturannya ke sludge separator
dan decanter.

6. Sludge Separator
Pada sludge separator ini terjadi dua fase pemisahan minyak kasar dan
sludge (mengandung air). Pada bagian ini minyak dipisahkan dari NOS
berdasarkan perbedaan densitas oleh gaya sentrifugal dengan kecepatan putaran
7500 rpm, serta dilakukan juga pemanasan oleh air pemanas dari hot water tank.
Minyak yang mempunyai densitas lebih kecil akan menuju poros dan terdorong
keluar melalui sudu-sudu (Paring Disk), dan dialirkan kembali ke CST.
Sedangkan sludge (mengandung air) dan mempunyai densitas lebih besar akan
terdorong ke bagian dinding blow dan keluar melalui nozzle, kemudian sludge
keluar melalui saluran pembuangan menuju fat pit.

7. Decanter
Pada decanter terjadi pemisahan tiga fase yaitu minyak, air dan padatan
(Solid). Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal terdiri dari 2 bagian, yaitu
bagian yang diam (Coning) dan bagian yang berputar merupakan tabung (Bowl)
dengan putaran 3500 rpm dan didalamnya terdapat ulir (Screw Conveyor) dengan
putaran sedikit lebih lambat dari putaran tabung. Akibat gaya sentrifugal padatan
bergerak kedinding Bowl dan didorong oleh Screw dibawah. Padatan yang
berbentuk lumpur dibuang, sedangkan cairan bergerak berlawanan arah dengan
padatan, akan terjadi pemisahan lebih lanjut akibat gaya sentrifugal. Cairan
dengan densitas lebih kecil yakni minyak akan menuju poros dan dialirkan
kembali ke CST, sedangkan air kotorannya dialirkan kesaluran pembuangan
menuju fat pit.

8. Fat Pit
Fat pit merupakan kolam untuk penampung air limbah yang masih terdapat
minyak. Disini diinjeksikan uap sebagai pemanas untuk mempermudah proses
pemisahan minyak dengan kotoran stage. Selanjutnya minyak yang ada pada
permukaan dibiarkan melimpah (dengan cara penyemprotan dengan air oleh
operator), dan ditampung pada sebuah bak pada pinggiran kolam fat pit, dan
kemudian dipompa ke CST untuk proses permurnian kembali. Minyak yang sudah
melewati vacum dryer dipompakan ke strorage tank. Minyak yang dihasilkan dari
daging buah inti disebut juga crude palm oil (CPO).
2.2.6 Stasiun Pengolahan Inti (Kernel Plant Station)
Tujuan dari pengolahan ini adalah untuk memisahkan inti (kernel) dari
cangkangnya dan sebelum diolah di pabrik penggolahan inti sawit. Pengolahan
inti pada dasarnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Pemisahan serabut dari biji
b. Pemeraman biji
c. Pemisahan inti dari cangkangnya
d. Pengeringan

1. Cake Breaker Conveyer (CBC)


Ampas kempa dari screw press yang terdiri dari serat dan biji yang masih
mengempal masuk ke CBC. CBC merupakan conveyor yang berbentuk ribbon
blade yang berputar pada poros. CBC berfungsi memecah gumpalan-gumpalan
ampas kempa (untuk mempermudah pemisahan biji dan serat) dan membawanya
ke depericarper.

2. Depericarper
Depericarper adalah alat untuk memisahkan ampas dengan biji serta
memisahkan biji dari sisa-sisa serabut yang masih melekat pada biji. Alat ini
terdiri dari Separating column polishing drum. Ampas dan biji dari CBC masuk
dari separating column. Disini fraksi ringan yang berupa fibre, inti pecah halus,
cangkang halus dan debu, terhisap dengan fibre cyclone dan melalui Air lock
masuk dan ditampung dalam sheel bin sebagai bahan bakar pada boiler.
Sedangkan fraksi berat seperti biji utuh, biji pecah, inti utuh dan inti pecah turun
kebawah masuk ke polishing drum. Gambar Polishing Drum dapat dilihat pada
Gambar 3.11 dibawah ini.
Gambar 3.11 Polishing Drum

Polishing Drum berputar dengan kecepatan 26 rpm, dilengkapi dengan plat-


plat besi berbentuk cincin. Akibat dari perputaran ini terjadi gesekan yang
mengakibatkan serabut terkikis dan terlepas dari biji persamaan fraksi lainnya
jatuh melalui lubang cincin ke nut elevator dan akan dipecahkan menggunakan
mesin ripple mill.

3. Nut Silo
Fungsi dari alat ini adalah untuk tempat penampungan biji sementara sebelum
dipecahkan dengan menggunakan Ripple mill. Nut keluar secara teratur sedikit
demi sedikit melalui Vibrator dan Nut Shacking Grate yang terletak pada dasar
Nut Silo ke Ripple Mill.

4. Ripple Mill
Biji dari nut silo masuk ke ripple mill untuk dipecah sehingga inti terpisah
dari cangkang. Biji yang masuk melalui bagian atas rotor baru akan mengalami
penggilasan dengan ripple plate sehingga biji pecah dan keluar ke cracked
mixture conveyor. Gambar Ripple mill dapat dilihat pada Gambar 3.12 dibawah
ini.
Gambar 3.12 Ripple Mill

Ripple mill mempunyai kecepatan putar sebesar 1400 rpm. Ripple mill disini
terdapat 4 unit dengan kapasitas setiap unit 4-6 ton/jam. Setelah dipecahkan, inti
yang masih bercampur dengan kotoran-kotoran dibawa ke cracked mixture
elevator.

5. Cracked Mixture Separating Column


Pada bagian ini akan terjadi pemisahan dimana fraksi-fraksi yang lebih ringan
akan diserap oleh separating column fan. Fraksi-fraksi ringan yang dihisap terdiri
dari cangkang dan serabut akan dibawa ke shell Bin melalui fibre conveyor. Fraksi
yang berat turun kebawah dan masuk ke screened particle drum dan sebelumnya
disortir terlebih dahulu fraksi yang besar terdiri dari batu-batuan. Biji utuh hasil
pemisahan pada screened particle drum dikembalikan ke ripple mill untuk
dipecahkan kembali.
Inti dan sebahagian cangkang yang terpisahkan kembali pada dust separating
column air lock kedua. Inti dari pemisahan ini dibawa ke kernel silo melalui
kernel conveyor, kernel elevator dan kernel distribution convoyer. Cangkang hasil
hisapan dust conveyerair lock dibawa ke shell bin dan akan bercampur dengan
serabut dan fibre cyclone sebagai bahan baku boiler.
6. Clay bath
Clay bath adalah alat pemecah inti, inti pecah dengan cangkang. Proses
pemisahan ini secara basah dengan memanfaatkan berat jenis dari bahan yang
dipisahkan dengan larutan koloid yang mempuyai berat jenis diantara kedua bahan
tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat akan
tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa ke kernel silo untuk
dikeringkan.

7. Kernel Silo
Inti yang masih mengandung air perlu dikeringkan sampai kadar air 7%. Inti
yang berasal dari pemisahan ini melalui kernel distribution conveyer di
distribusikan kedalam dua unit kernel silo untuk dilakukan proses pengeringan.
Pada kernel silo ini inti akan dikeringkan dengan menggunakan udara panas dari
boiler yang merupakan hasil dari pengontakan dengan steam. Kernel Silo dibagi
dalam tiga tingkatan suhu (udara panas) yang berbeda, yaitu berturut - turut dari
atas kebawah adalah 70 oC, 60 oC dan 500C.

3.3 Utilitas
Penyedian suatu unit utilitas merupakan suatu syarat yang sangat penting
dalam suatu pabrik, karena utilitas adalah suatu faktor penunjang pada proses
yang ada di pabrik. Pada proses pengolahan minyak kelapa sawit di Tg.
Seumantoh terdapat 4 unit utilitas yaitu sebagai berikut:
1. Pengolahan air (Water Treatment)
2. Pembangkit tenaga (Power Plant)
3. Laboratorium
4. Pengolahan limbah

3.3.1 Pengolahan Air


Air pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh berasal dari sungai Tamiang
yang berjarak sekitar 1.8 Km dari lokasi pabrik. Air merupakan kebutuhan yang
sangat penting, air ini akan diolah untuk menghasilkan steam yang dibutuhkan
dalam pengolahan dan pengoperasian pabrik. Air yang dihasilkan dari hasil
pengolahan ini harus memenuhi standar air umpan boiler.

1. Kolam Penampung (Water Buss)


Air dari sungai Tamiang dipompakan kedalam kolam penampungan. Pada
kolam ini terjadi pengendapan (lumpur dan kotoran) secara alami. Dari kolam air
dipompakan ke clarifier tank.

2. Tangki Pengendapan (Clarifier Tank)


Clarifier Tank ini dilengkapi dengan sekat-sekat untuk membantu proses
pengendapan. Di dalam clarifie tank diinjeksikan bahan kimia yang berupa soda
ash dan tawas. Soda ash berfungsi sebagai pengatur pH yakni berkisar antara 6-7,
sedangkan Tawas berfungsi mengumpalkan kotoran kedalam air, sehingga
mengendap dalam dasar tangki. Air pada bagian atas dialirkan ke reservoier tank
yang berfungsi untuk menampung air sebelum dialirkan kedalam sand filter.

3. Penyaring Pasir (Sand Filter)


Air dari reservoirtank dipompakan ke sand filter, air ini masih mengandung
padatan tersuspensi, sehingga dalam sand filter air disaring melalui pasir halus
pada permukaan pasir dan air mengalir melalui bagian bawah dan dipompakan ke
water tower. Pada tower pertama air yang telah bersih dialirkan untuk keperluan
pengolahan air umpan boiler, keperluan proses, keperluan domestik dan sanitasi
pabrik. Sedangkan pada tower kedua airnya dialirkan ke kompleks perumahan
karyawan. Untuk membersihkan kotoran atau lumpur yang melekat pada
permukaan pasir, dilakukan back wash setiap hari.

4. Tangki Penukar Kation


Air yang mengalir ke tangki penukar kation (cation exchanger tank)
mengandung resin penukar kation yang bersifat asam lemah atau asam kuat.
Fungsi resin kation adalah:
a. Menghilangkan / mengurangi kesadahan yang disebabkan oleh garam-garam
Ca dan Mg dalam air.
b. Menghilangkan/ mengurangi alkalinitas dari garam-garam alkali.
c. Menghilangkan/ mengurangi zat-zat padatan terlarut yang menyebabkan
timbulnya kerak pada ketel uap.

Untuk umpan boiler, air yang digunakan barasal dari water tower yang
dipompakan ke tangki penukar kation. kation tank berisi resin kation jenis doulite
C-120 (berwarna kuning emas) yang bersifat asam.Pada proses ini terjadi
penukaran ion antara kation-kation Ca2+, Mg2- dan ion lain dalam air dengan
kation H+ dalam resin. Pada suatu saat resin akan jenuh, maka untuk di regenerasi
atau mengaktifkan kembali resin harus diinjeksikan larutan (H2SO4) kedalam
tangki berdasarkan analisa laboratorium.

5. Degasifier Tank
Air umpan boiler setelah melewati tangki penukar kation, maka air tersebut
dialirkan ke degasifier tank yang bertujuan untuk menghilangkan gas CO2-
kemudian air tersebut dialirkan ke tangki penukar anio.

6. Tangki Penukar Anion


Tangki Penukar Anion ini berisi resin doulite A-101 (berwarna coklat muda).
Fungsi tangki penukar ion adalah:
a. Menyerap asam-asam H2SO4, H2CO3, H2SiO2 yang terbentuk pada tangki
penukar kation yang menyebabkan pH menjadi tinggi.
b. Menghilangkan sebagian besar atau semua garam-garam mineral sehinga air
yang dihasilkan hampir tidak mengandung garam-garam mineral. Pada suatu
saat resin anion ini akan penuh, maka untuk meregenerasi kembali resin
tersebut kedalam tangki diinjeksikan larutan NaOH.
7. Feed Water Tank
Air yang berasal dari tangki penukar anion dikumpulkan dalam feed water
tank dan dipanaskan dengan menggunakan steam hingga temperatur 80OC
pemanas bertujuan untuk mempermudah pelepasan gas pada dearator.

8. Dearator
Dearasi bertujuan untuk menghilangkan gas-gas CO2 dan O2 yang terlarut
dalam air yang dapat mengakibatkan korosi dan menimbulkan kerak pada pipa-
pipa boiler. Penghilangan gas-gas terlarut tersebut dilakukan dengan cara
pemanasan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan langsung kedalam air
yang berlawanan arah dengan aliran air. Temperatur di dalam tangki dijaga
konstan. Temperatur air sekitar 80-90oC.
Air yang keluar dearator sebelum masuk ke boiler diberikan bahan kimia
yang berguna untuk menaikkan pH, mencegah terjadinya korosi, dan mencegah
pembentukan kerak pada ketel boiler.

9. Pemanasan air umpan pada ketel


Air umpan dari dearator masuk ke dalam ketel kemudian diubah menjadi uap
yang akan dipergunakan untuk pengolahan kelapa sawit.

3.3.2 Pembangkit Tenaga (Power Plant)


Pembangkit tenaga pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh menggunakan
dua sistem, yaitu sistem turbin dan sistem diesel. Beberapa komponen utama pada
sistem ini adalah ketel (boiler), turbin dan BPV.

1. Boiler
Untuk mendapatkan uap dan tenaga listrik yang digunakan dalam proses
pengolahan, maka air yang berasal dari tangki dearator diproses dalam boiler.
Bahan bakar yang digunakan berasal dari pengolahan kelapa sawit berupa sabut
(Fibre) dan cangkang.
2. Turbin Uap
Uap yang dihasilkan oleh boiler digunakan untuk menggerakkan sudu-sudu
turbin dan untuk menggerakkan poros yang dikopel dengan poros roda gigi.
Dengan demikian akan menghasilkan tenaga listrik yang akan digunakan untuk
menggerakan elektro motor dalam proses pengolahan.

3. Diesel Genset
Pada pabrik kelapa sawit Tg. Seumantoh memiliki 3 unit mesin diesel dengan
kapasitas masing-masing 250 KVA untuk dua unit dan satu unit lagi dengan
kapasitas 287,5 KVA.

4. Back Pressure Vessel (BPV)


Sisa uap yang dihasilkan oleh sisa turbin dikumpulkan dalam suatu instalasi
yang disebut BPV. Untuk menambahkan tekanan pada PBV ini diinjeksikan uap
kering yang bersal dari boiler. Uap ini akan digunakan untuk proses pengolahan
pada alat-alat yang memerlukan uap, seperti pada:
a. Sterilizing Station
b. Pressing Station
c. Clarificasition Station
d. Kernel Plant Station
e. Water Treatmant Station

3.3.3 Laboratorium
Laboratorium ini berguna untuk melakukan analisa terhadap semua produk
hasil pengolahan dan pendukung proses pengolahan seperti air limbah produksi.
Pada laboratorium kelapa sawit Tg. Seumantoh ini, yang dianalisa adalah sebagai
berikut:
a. Mutu air
b. Mutu buah TBS
c. Kerugian (Losses) dalam proses pengolahan
d. Mutu produksi
Air yang dianalisa adalah air baku, air pengolahan dan air pemanas. Analisa
yang digunakan untuk melihat mutu air adalah sebagai berikut:
a. pH
b. Kesadahan
c. Analisa TDS (total dissolved solid)
d. Kadar silica
e. Alkalitas
Untuk melihat buah kelapa sawit maka dilakukan analisa dengan cara sortasi.
Selama berlangsungnya proses pengolahan terjadi losses minyak. Besarnya
persentase losses ini tidak boleh melebihi standar yang telah ditetapkan.
Analisa losses ini dilakukan (sampel yang diambil) pada:
1. Air rebusan
2. Tandan kosong
3. Ampas Press
4. Nutten
5. Sludge Separator
6. Fat Pit
7. Solit Decanter
Produk akhir dari pabrik berupa Crude Palm Oil (CPO) dan inti sawit (kernel)
akan dianalisa, yaitu terhadap:
a. ALB (asam lemak bebas)
b. Kadar kotoran dan kadar air

3.3.4 Pengolahan Limbah


Limbah yang diolah pada kelapa sawit Tg. Seumantoh terdapat dua jenis
limbah yaitu limbah cair dan limbah padat.
1. Limbah Cair
Limbah cair yang ada, terlebih dahulu dinetralkan sebelum dibuang ke sungai
agar memenuhi standar yang ada. Limbah cair ini mengandung bahan organik
yang dapat mengalami deaerasi dengan adanya bakteri pengurai. Limbah yang
mengandung senyawa organik diolah dalam kondisi anaerobik dan aerobik.

2. Limbah padat
Limbah padat yang terdapat pada pabrik pengolahan kelapa sawit berupa
tandan kosong, cangkang, dan solid decanter. Tandan kosong terkadang masih
mengandung buah yang tidak lepas pada saat perontokan. Tandan kosong
kemudian dibakar di incinerator menghasilkan abu tandan kosong yang akan
berguna sebagai pupuk. Serabut yang merupakan hasil pemisah dari fibre cyclone
mempunyai kandungan cangkang dan inti kelapa sawit yang terikut dapat
dipergunakan untuk bahan bakar boiler. Kualitas asap pembakaran pada dapur
ketel uap dipengaruhi oleh komposisi serat tersebut. Serabut dan cangkang dapat
digunakan sebagai bahan bakar boiler sedangkan solid decanter yang dihasilkan
dari unit pemurnian minyak dikumpulkan terlebih dahulu sehingga mengalami
pembusukan, kemudian dibuang ke lahan perkebunan untuk menyuburkan
tanaman kelapa sawit.
Limbah padat yang berasal solid decanter menimbulkan bau, sehingga
apabila telah mengalami pembusukan harus segera dibuang ke lahan pertanian
untuk dijadikan sebagai pupuk pada tanaman kelapa sawit. Limbah ini dapat
menyuburkan tanaman, sehingga dapat mengurangi anggaran untuk membeli
pupuk.
BAB IV
TUGAS KHUSUS
ANALISA LOSSES INTI KELAPA SAWIT PADA CLAY BATH

4.1 Latar Belakang


Tanaman kelapa sawit (elaeis guinansis ) menghasilkan buah yang disebut
Tandan Buah Segar (TBS). Setelah di olah, TBS akan menghasilkan minyak.
Minyak yang berasal dari kelapa sawit terdiri atas dua macam. Pertama, minyak
yang berasal dari daging buah (mesocarp) yang dihasilkan melalui perebusan dan
pemerasan (press). Minyak jenis ini di kenal sebagai minyak sawit kasar atau
crude palm oil (CPO) dan inti kelapa sawit (IKS).
Pengolahan kelapa sawit merupakan proses untuk memperoleh minyak
dan kernel dari buah kelapa sawit, melalui proses perebusan, pemipilan,
pelumutan, pengempaan, pemisahan, pengeringan, dan penimbunan. Pengolahan
kelapa sawit yang dilakukan secara mekanis dan fisika dapat berperan dengan
baik jika tersedia bahan baku yang sesuai kinerja pabrik.
Prosedur pengolahan kelapa sawit adalah uraian tentang proses dan
mekanisme pengolahan pada setiap penggal atau unit alat pengolahan sejak buah
diterima di pabrik sampai di hasilkan minyak sawit kasar yang memenuhi dengan
efisiensi teknis dan ekonomis (Perdamean, M.,2008). Gambar bagian-bagian buah
kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Bagian-bagian buah kelapa sawit


Buah terdiri dari pericarp, cangkang dan inti. Pada pericarp ditemukan
minyak sawit yang didominasi “Palmitat”, sedangkan pada inti sawit ditemukan
“Laurat”. Oleh sebab itu pada proses pengolahan kedua jenis sumber ini perlu
dipisahkan, yaitu pertama memisahkan daging buah yang mengandung minyak.
Proses ini berlangsung di stasiun pengempaan dengan mengunakan alat yang
dinamakan Screw Press.
Stasiun pengempaan adalah stasiun pengambilan minyak dari daging buah,
dilakukan dengan proses pelumatan dan proses pengempaan. Pelumatan dilakukan
didalam Digester, sedangakan pengempaan di lakukan di dalam kempa ulir
(Screw Press). Dalam perlakuan proses salah satu terjadinya kehilangan minyak
(Oil Loss) terjadi di Stasiun Press atau Stasiun Ekstraksi yang mana pada stasiun
ini terdapat dua jenis alat mesin yaitu Digester dan alat mesin Press yang bekerja
berputar secara continue berupa Screw Press.

4.2 Pengolahan Kelapa Sawit


Tanda buah segar beserta brondolannya diangkat dari kebun ke tempat
pengolahan. Tandan buah tersebut dimasukkan pertama kali ke dalam ketel
perebusan dengan tujuan untuk mencegah kenaikan kadar ALB serta
memudahkan untuk pengolahan selanjutnya. Setelah direbus, selanjutnya buah
sawit tersebut dirontokkan dari tandannya dengan alat penebah. Proses
selanjutnya adalah pemisahan bagian buah dari biji sawit (Digesting) dengan
menggunakan mesin peremas. Kemudian proses pengempaan dengan
menggunakan mesin kempa. Dari dalam mesin pengempaan tersebut minyak
sawit dikeluarkan, namun masih belum murni. Sesudah tahap ini minyak sawit
selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin pemurnian (Syamsukbahri, 1996).

4.3 Pengolahan Inti Sawit


Pada proses pengolahan kelapa sawit terdapat stasiun pengolahan inti yang
bertujuan untuk memisahkan inti (kernel) dari cangkangnya. Kernel yang kering
disebut inti, hal ini dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sawit,
tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung
minyak (PKO) sebesar 30% dari berat tandan (Mardhiah,2011).
Pada pengolahan inti kelapa sawit campuran ampas (Fiber) dan biji (Nut)
yang keluar dari crew press diproses di stasiun kernel untuk menghasilkan:
1. Cangakang (Shell) dan Fiber yang digunakan sebagai bahan bakar boiler.
2. Kernel (inti sawit) sebagai hasil produksi yang siap dipasarkan.

Pada proses pengolahan di stasiun kernel, biji dan serabut (Fiber) masih
menyatu di cake breaker conveyer, kemudian dengan uap panas conveyer serabut
dan biji terpisah. Biji yang berta tidak mampu dihisap di depericaper sehingga
jatuh ke nut polishing drum sedangkan serabutnya akan terhisap dan masuk ke
fiber cylone diteruskan ke boiler sebagai bahan bakar. Biji yang masuk di nut
polishing drum akan diayak, selanjutnya biji masuk kedalam nut silo dan
kemudian masuk ke dalam ripple mill untuk dipecah. Kemudian cangkang dan
kernel akan dipisah di LTDS (Light Tenera Dust Seperation), kemudian kernel
yang sudah bersih dan kering siap untuk dipasarkan (Sonowijoyo, 2012).

4.3.1 Losses Inti Kelapa Sawit


Losses inti kelapa sawit merupakan kehilangan inti yang terjadi selama
proses pengolahan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Pada tugas khusus ini
akan dihitung losses inti kelapa sawit padaClaybath dimana pada keluaran masih
terdapat campuran cangkang, inti lekat, inti pecah, dan inti utuh (sonowijoyo,
2012).

4.3.2 Depericaper
Depericaper adalah alat yang disertai kipas penghisap (Blower) yang
digunakan untuk menghisap fiber sehingga terpisah dari nut dan fiber dibawa
untuk dijadikan bahan bakar boiler. Dari cake breaker conveyer, ampas dan nut
masuk ke dalam depericaper, kemudian ampas (fiber) terhisap ke fiber cyclone,
sedangkan biji yang lebih berat jatuh ke nut polishing drum. Dengan demikian
depericaper berfungsi memisahkan fiber dengan nut dan membawa fiber untuk
dijadikan bahan bakar boiler. Efektifitas kerja dari depericaper adalah banyaknya
fiber yang terikut pada nut. Proses pemisahan nut dengan fiber bila tidak bersih
dapat disebabkan oleh faktor-faktor yaitu:
1. Tidak sempurnanya proses sebelumnya seperti sterilizer dan digester.
2. Ampas press yang tidak cukup kering (lembab).
3. Pengisian umpan yang melebihi kapasitas.
4. Kecepatan hisapan udara yang berkurang antara lain adanya kebocoran.

4.3.3 LTDS (Light Tenera Dust Seperation)


LTDS berfungsi untuk memisahkan cangkang dan inti serat dan membawa
cangkang untuk bahan bakar boiler. Sistem pemisahan yang dilakukan disini
adalah dengan menggunakan tenaga hisap blower dust separation, sehingga
cangkang pecah yang mempunyai luas penampang lebih besar akan terhisap ke
atas dan dialirkan ke boiler, sedangkan inti dimasukkan ke dalam kernel silo. PKS
tanjung Seumantoh memilki 2 LTDS yaitu LTDS I dan LTDS II yang tersusun
secara seri. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja LTDS adalah:
1. Hisapan (damper, air lock dan blower)
2. Kualitas dan kuantitas umpan

4.3.4 Clay Bath


Clay bath adalah alat pemisah inti dengan cangkang secara basah dengan
memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan dengan larutan koloid
(padatan, tanah liat atau koalin) yang mempunyai berat jenis berbeda diantara
bahan kedua tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat
akan tenggelam, dimana kernel memilki berat jenis sebesar 1,07 sedangkan
cangkang memilki berat jenis sebesar 1,3. Kernel dan cangkang dimasukkan
dalam cairan tanah liat dengan berat jenis 1,2 yang bebas pasir sehingga kernel
terapung dan cangkang tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa
ke kernel silo untuk dikeringkan dengan suhu (70, 60, 50 ℃) selama waktu 14-15
jam. Gambar Clay Bath dapat dilihat pada Gambar 4.2 dibawah ini.
Gambar 4.2 Clay Bath

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi dari pemisahan


tersebut adalah sebagai berikut:
1. Berat jenis suspensi
Pemisahan inti termasuk “continuos process” dan berat jenis dapat
berubah akibat penambahan zat suspensi yang berasal dari pecahan biji
yang memilki berat yang berbeda dengan tanah liat. Akibatnya pemisahan
inti dengan cangkang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
mempertahankan suspensi tersebut maka sering dilakukan peneyesuaian
berat jenis dengan penambahan tanah liat atau penggantian suspensi
secara terjadwal.
2. Kualitas tanah liat

4.3.5 Norma losses Inti Kelapa Sawit Pada Stasiun pabrik Biji
Dalam perhitungan analisa losses inti kelapa sawit terdapat norma losses
yang telah ditetapkan sebagai standar yang digunakan pabrik. Pada tabel 3.1
dibawah ini dapat dilihat standar norma losses inti kelapa sawit.
Tabel 3.1 Standar Norma Losses Inti Kelapa Sawit

No. Unit Mesin Pabrik Biji Norma Kehilangan

1 Fiber Cyclone 0,30

2 LTDS I 0,04

3 LTDS II 0,18

4 Clay Bath 0,08


Sumber: Laboratorium PKS Tg. Seumantoh

4.4 Alat Dan Bahan Yang Digunakan


Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Ember
2. Timbangan
3. Kalkulator
4. Kertas
5. Inti sawit 500 gr

4.5 Prosedur Kerja Analisa Losses Clay bath


Adapun prosedur kerja pada proses analisa losses pada inti sawit ini adalah
sebagai berikut:
1. Diambil sampel dan ditimbang sebanyak 500 gram.
2. Dipisahkan antara inti utuh, inti lekat, inti pecah, nutten dan cangkang.
3. Ditimbang hasilnya masing-masing.

4.6 Hasil dan Pembahasan


4.6.1 Hasil Data Pengamatan Losses Inti Sawit Pada Clay Bath
Data yang digunakan pada laporan ini adalah hasil analisa yang diambil
pada tanggal 15 November sampai dengan 20 November 2016 di Laboratorium
PT. Perkebunan Nusantara I Unit PKS Tanjung Seumantoh. Data pengamatan
losses inti kelapa sawit pada clay bath dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2
dibawah ini.
Tabel 4.1 Data Pengamatan Losses Inti Sawit Pada Clay Bath

Inti Inti
Jumlah Inti Utuh Nutten
Tanggal Sampel Pecah Lekat Losses
(gr)
Gr % gr % Gr % gr %

15 Nov 16 WS I 500 2 0,4 5 1 10 2 20 4 0,16

16 Nov 16 WS I 500 2 0,4 2 0,4 10 2 20 4 0,136

17 Nov 16 WS I 500 3 0,6 3 0,6 15 3 15 3 0,148

18 Nov 16 WS I 500 2 0,4 2 0,4 15 3 20 4 0,152

19 Nov 16 WS I 500 2 0,4 5 1 10 2 15 3 0,14

20 Nov 16 WS I 500 10 2 10 2 20 4 10 2 0,284

Rata-tata 0,17

Tabel 4.2 Data Pengamatan Kadar Kotoran Pada Inti Sawit Di Clay Bath
Jumlah Cangkang
Tanggal Sampel Gr %
(gr) Kotoran
15 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0

16 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0

17 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0

18 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0

19 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0

20 Nov 16 WK I 500 5 1,0 1,0

4.6.2 Pembahasan
Clay bath adalah alat pemisah inti dengan cangkang secara basah dengan
memanfaatkan berat jenis dari bahan yang dipisahkan dengan larutan koloid
(padatan, tanah liat atau koalin) yang mempunyai berat jenis berbeda diantara
bahan kedua tersebut. Bagian yang ringan akan mengapung dan bagian yang berat
akan tenggelam, dimana kernel memilki berat jenis sebesar 1,07 sedangkan
cangkang memilki berat jenis sebesar 1,3. Kernel dan cangkang dimasukkan
dalam cairan tanah rayap dengan berat jenis 1,2 yang bebas pasir sehingga kernel
terapung dan cangkang tenggelam. Inti yang merupakan fraksi ringan akan dibawa
ke kernel silo untuk dikeringkan dengan suhu (70, 60, 50 ℃) selama waktu 14-15
jam.
Adapun tujuan dari pengambilan titik sampel di suatu stasiun adalah untuk
mengontrol kehilangan kernel pada clay bath tersebut, dari persentase kehilangan
kernel tersebut dapatlah diketahui keefesienan dan keefektifan dari pada kerja alat
tersebut, agar sewaktu pengolahan di clay bath mendapatkan hasil yang baik
dengan arti kehilangan pada kernel rendah dan kadar kotoran pada produksi
rendah juga, maka perlu diperhatikan berat jenis atau konsentrasi dari pada air
tanah liat dan tekanan pompa.
Berdasarkan standar mutu losses pada pabrik kelapa sawit, maksimum
kehilangan inti sawit pada sistem clay bath adalah 0,08% dari kapasitas
pengolahan biji kelapa sawit per harinya. Berdasarkan hasil analisa yang
dilakukan pada tanggal 15 November sampai dengan 20 November 2016 losses
inti kelapa sawit didapat sebesar 0,16%; 0,13%; 0,14%; 0,15%; 0,14%; dan 0,2%.
Losses yang didapatkan setiap harinya terjadi kenaikan dan penurunan. Losses
yang paling tinggi terdapat pada tanggal 20 November 2016, hal ini disebabkan
oleh alat yang kurang efesien dalam bekerja atau terjadinya keausan pada alat dan
dapat disebabkan juga karena tandan buah segar (TBS) yang diolah terdiri dari
beberapa varietas yang kurang bangus. Sehingga dapat dilihat bahwa losses yang
diperoleh melebihi standar yang telah ditentukan. Sedangkan pada bagian kernel
hanya memperoleh kadar kotoran 1,0 % dan masih dalam standar pabrik yang
telah ditentukan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kerja praktek di PTPN – I PKS Tanjung Seumantoh,
Aceh Tamiang , khususnya pada proses pemisahan inti dengan cangkang dengan
menggunakan sistem clay bath, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses pemisahan inti sawit dengan cangkang menggunakan sistem clay
bath merupakan satu hal yang sangat menentukan mutu inti sehingga harus
dilakukan sebaik mungkin.
2. Kehilangan inti sawit pada sistem clay bath adalah 0,08% yang merupakan
norma kehilangan dari kapasitas pengolahan biji kelapa sawit per harinya.
3. Losses yang didapat pada tanggal 15 Nov - 20 Nov 2016 pada clay bath
rata-rata 0,17%.

5.2 Saran
Dalam kesempatan ini saya menyarankan kepada PTPN–I PKS Tanjung
Seumantoh, Aceh Tamiang bahwasanya dalam setiap perawatan yang dilakukan
diharapkan dapat dikontrol dengan baik dan maksimal sehingga dalam pemakaian
peralatan akan lebih efisien. Selain itu dengan pengontrolan yang baik dan cermat
maka hasil yang diperoleh akan lebih maksimal dan meminimalisirkan angka
kehilangan inti kelapa sawit mulai dari keluaran screw press sampai dengan inti
kelapa sawit siap dipasarkan. Dengan perawatan peralatan yang baik juga maka
peralatan tersebut dapat bertahan lebih lama sehingga dapat digunakan terus
menerus untuk mengolah bahan baku sehingga dapat menghasilkan produk yang
berkualitas yang dibutuhkan oleh konsumen.
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1985, Sejarah Pabrik Kelapa Sawit PTPN-I PKS Tanjun


Seumantoh, Kuala Simpang, Aceh Tamiang.

Badan Standar Nasional Indonesia. 2003. SNI 01-2901-2006 Crude Palm Oil.
Jakarta.

Kartimin, 1984, Garis–Garis Besar Mesin Kelapa Sawit, Lembaga Edisi 1, UI


press, Jakarta.

Laboraturium PKS Tanjung Seumantoh PT. Perkebunan Nusantara I, Aceh


Tamiang.

Lubis, A.U. 1982. Kelapa Sawit (ElaeisguineensisiJacq) di Indonesia. Pusat


Penelitian Marihat, Marihat Ulu-Pematang Siantar: 204-208.

Sonowijoyo, 2012, Pengolahan Kelapa Sawit Dan Limbah Pabrik Kelapa Sawit,
Tim Standarisasi Pengolahan Kelapa Sawit, Derektiorat Jendral
Perkebunan, Jakarta.

Syamsukbahri, 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian


Kelapa Sawit: Medan.

Perdamean, M. 2008. Teknologi Pengolahan, Sarana Empat Nusa Indah,


Pengantar siantar.

Anda mungkin juga menyukai