Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

Disusun Oleh :

Uun Dwy Hendraty G3A015008

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015/2016
FRAKTUR

A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, terjadi di tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai
stress yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Brunner & Suddart, 2010).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2010). Sedangkan menurut Linda Juall C.
dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.

B. ETIOLOGI
Eiologi dari fraktur adalah sebagai berikut :
a. Trauma
b. Gerakan Pintir mendadak
c. Kontraksi otot eksterm
d. Keadaan Patologis : Osteosporosis, neoplasma
(Brunner & Suddart, 2010).

C. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Fraktur Komplit : Patah pada semua garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
2. Fraktur tidak Komplit : patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang.
3. Fraktur tertutup : Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit.
4. Fraktur terbuka : Fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai
ke patah tulang.
5. Green Stisk : Fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkak.
6. Transversal : fraktur sepanjang garis tengah tulang.
7. Kominutif : Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fraktur.
8. Depresi : fraktur dengan fragmen patahanterdorong ke dalam.
9. Komprtesi : fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang
belakang).
10. Patologik : Fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendon
pada daerah perlekatannya.

D. PATOFISIOLOGI
Fraktur terjadi bila ada interupsi dari kontinuitas tulang. Biasanya fraktur
disertai cidera jaringan sekitar yaitu ligamen, otot, tendon, pembuluh darah dan
persyarafan. Fraktur juga bisa disebabkan karena trauma ataupun karena suatu
penyakit, misalnya osteoporosis. Trauma yang terjadi pada tulang dapat
menyebabkan fraktur dan akan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan
gerak, ketidakseimbangan dan nyeri pergerakan jaringan lunak yang terdapat di
sekitar fraktur misal pembuluh darah, saraf dan otot serta orgag lainnya yang
berdekataan dapat rusak. Pada waktu trauma ataupun karena menciutnya tulang
yang patah, apabila kulit sampai robek akan mengakibatkan luka terbuka dan akan
mengakibatakan seorang beresiko terkena infeksi. Tulang banyak memiliki banyak
pembuluh darah dalam jaringan yang terbuka. Luka dan keluarnya darah dapat
mempercepat pertumbuhan bakteri (Price, 2014).

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di
imobilisasi, hematoma dan edema.
2. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
3. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat
di atas dan di bawah tempat fraktur.
4. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
F. PATHWAY

Trauma langsung trauma Tidak langsung Kondisi Patologis

Faktur

Diskontinuitas Jaringan Pergeseran Fragmen


Tulang

Nyeri

Perubahan Jaringan sekitar Kerusakan


Fragmen Tulang

Merobek kulit
Pergeseran Fragmen Tulang laserasi Kulit
Luka terbuka Resti
Deformitas Infeksi
Kerusakan
Integritas
Gangguan Fungsi Kulit

Gangguan
Mobilitas
Fisik
G. KOMPLIKASI
1. Sindrom Kompartemen
Komplikasi ini terjadi pada saat peningkatan tekanan jaringan dalam
ruangan tertutup di otot yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat sehingga
menyebabkan kerusakan otot.
2. Trombo embolic Komplikasi
Terjadi pada individu yang mengalami gangguan mobilitas yang cukup
lama.
3. Infeksi
Paling seringan menyertai fraktur terbuka dan terdapat luka yang
disebabkan melalui logam bidai.
4. Mal Union
Suatu keadaan di mana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak seharusnya.
5. Osteomyelitis
Infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sum-sum atau korteks tulang
dapat terbuka, luka tembus atau selama operasi.
6. Cedera vaskuler atau saraf
Kedua organ ini dapat cedera akibat ujung patahan tulang yang tajam.
7. Delayed Union – Non Union
Sambungan tulang yang terlambat dan patahan tulang yang tidak
menyambung kembali.

H. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Foto Radiologi : menetuan lokasi dan luasnya.
2. Pemeriksaandarah lengkap.
3. Anteriografi : Dilakukan bila kerusakan vaskuler di curigai.
4. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Aktifitas/ Istirahat
- Kehilangan fungsi pada bagian yang cidera
- Keterbatasan mobilitas
b) Sirkulasi
- Hipertensi ( Kadang terlihat sebagai sebagai respon nyeri/ansietas)
- Hipotensi ( Respon terhadap kehilangan darah )
- Tacikardi
- Penurunan nadi pada bagian distall yang cidera
- Capilarry refil melambat
- Pucat pada bagian cidera
c) Neurosensori
- Kesemuta
- Deformitas ,Krepitasi, pemendekan tulang
- Kelemahaan
d) Kenyamanan
- Nyeri tiba- tiba saat cidera
- Spame / kram otot
e) Keamanaan
- Laserasi kulit
- Perdarahan
- Perubahan warna
- Pembengkakan lokal
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
a) Nyeri b.d. spasme otot dan pergeseran fragmen tulang.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil :
1) Klien menyatakan nyeri berkurang
2) Klien tampak rileks dan dapat mengendalikan nyeri
3) Tekanan darah normal , nadi dan RR tidak meningkat
Intervensi :
1) Kaji nyeri ( lokasi, intensitas dan tipe nyeri)
2) Pertahankan imobilisasi dengan tirah baring
3) Berikan lingkungan tenang
4) Dorongan menggunakan manajemen stress
5) Kolaborasi pemberian analgetik

b) Gangguan mobilitas fisik b.d. cidera jaringan sekitar fraktur


Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
2) Meningkatkan kekeuatan / fungsi yang sakit
3) Menunjukan melakukan aktivitas
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring sesuai program
2) Ubah posisi secara periodik sesuai program
3) Berikan dorongan pada pasien untuk melakukan aktivitas dalam lingkup
sederhana dan beri bantuan sesuai kebutuhan
4) Kolaborasi dengan fisioterapi

c) Kerusakan Integritas kulit b.d. laserasi atau bedah perbaikan


Tujuan : Kerusakan integritas kulit/jaringan dapat diatasi setelah tindakan
perawatan
Kriteria Hasil :
1) Penyembuhan luka sesuai waktu
2) Integritas kulit baik
Intervensi :
1) Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau
drainase
2) Monitor suhu tubuh
3) Lakukan perawatan luka
4) Pertahankan sprei tetap kering dan bebas kerutan
5) Kolaborasi pemberian antibiotik

d) Resiko tinggi infeksi b.d. luka terbuka dan perdarahan


Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakkan tindakn perawatan
Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda –tanda infeksi
2) Suhu dalam batas normal
3) Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh
Intervensi :
1) Kaji tanda – tanda vital
2) Kaji tanda – tanda infeksi
3) Lakukan perawatan luka secara berkala
4) Kolaborasi pemberian antibotik
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes Marlyn, E. 2013. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi: 2. Jakarta : EGC.


Hudak and Gallo. 2014. Keperawatan Kritis Volume I. Jakarta: EGC.
Long, Barbara C. 2006. Perawatan Medikal Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif et al. 2010. Kapita Selekta Kedokteran Jilid II. Jakarta: Medika
Aesculapius FKUI.
Price Sylvia A. 2014. Patofiologi : Konsep Klinik Proses – Proses Penyakit jilid 4.
Jakata : EGC.
Price, Evelyn C. 2007. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Smelter Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah : Brunner &
Suddart Edisi : 8 Volume 3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai