Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
yang berjudul ”MTBS”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan


anak.. Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan,. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi pembaca.

Ternate,16 April 2019

kelompok XI
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 3
1.2 Manfaat Penulisan ................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5
2.1.Pengertian ................................................................................................................ 5
2.2 Pendekatan MTBS .................................................................................................. 7
2.3 Strategi MTBS......................................................................................................... 8
2.4 Penerapan MTBS di puskesmas ............................................................................ 8
2.5 Tujuan MTBS.......................................................................................................... 8
BAB III............................................................................................................................. 15
PENUTUP........................................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of
Childhood Illness (IMCI) merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi atau
terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus pada kesehatan anak usia 0-59
bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program
kesehatan tetapi suatu pendekatan atau cara penatalaksanaan balita sakit. Konsep
pendekatan MTBS yang pertama kali diperkenalkan oleh organisasi kesehatan
dunia WHO (World Health Organizations) merupakan suatu bentuk strategi upaya
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kematian,
kesakitan dan kecacatan bayi dan anak balita di negara-negara berkembang.
Derajat kesehatan merupakan pecerminan kesehatan perorangan,
kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan umur harapan hidup,
mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat. Sehat dapat mencakup
pengertian yang sangat luas, yakni bukan saja bebas dari penyakit tetapi juga
tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Derajat kesehatan yang optimal akan dilihat dari unsur kualitas hidup serta
unsur-unsur mortalitas yang memengaruhinya, yaitu morbiditas dan status gizi.
Untuk kualitas hidup, yang digunakan sebagai indikator adalah angka harapan
hidup waktu lahir (Lo). Sedangkan untuk mortalitas telah disepakati lima
indikator yaitu angka kematian bayi (AKB) per 1000 kelahiran hidup, angka
kematian balita (AKABA) per 1000 kelahiran hidup, angka kematian pneumonia
pada balita per 1000 balita, angka kematian diare pada balita per 1000 balita per
1000 balita dan Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI) per 1000 kelahiran.
Menurut Susenas 2001 Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 68 per
1000 kelahiran hidup, maka 340 ribu anak meninggal pertahun sebelum usia lima
tahun dan diantaranya 155 ribu adalah bayi sebelum berusia satu tahun. Dari
seluruh kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh infeksi saluran
pernapasan akut, diare dan gangguan perinatal/neonatal (Manajemen Terpadu
Balita Sakit Modul-1 Depkes RI, 2004).

1.2 Manfaat Penulisan


Sebagaimana diketahui,derajat kesehatan merupakan pencerminan
kesehatan perorangan, kelompok, maupun masyarakat yang digambarkan dengan
umur harapan hidup, mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.Sehat
dapat mencakup pengertian yang sangat luas, selain bebas dari penyakit tetapi
juga tercapainya keadaan kesejahteraan baik fisik, sosial dan mental.
Makalah ini dimaksudkan untuk lebih menggali masalah yang membahas
mengenai Manajemen Terpadu Balita Sakit.Dengan makalah ini, diharapkan agar
petugas kesehatan lebih punya Wawasan tentang masalah ini.
Peningkatan keterampilan perawat dan bidan dalam tata laksana balita
sakit secara komprehensif dilaksanakan dengan pendekatan Manajemen Terpadu
Balita Sakit atau lebih dikenal dengan MTBS. Kegiatan ini dilaksanakan
secara pre-service dan atau in-servicetraining. Manajemen Terpadu Balita Sakit
merupakan standar pelayanan bagi balita sakit dan dinilai cost effective serta
berkontribusi sangat besar untuk menurunkan angka kematian neonatus, bayi dan
balita bila dilaksanakan secara luas, baik, dan benar.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian

MTBS singkatan dari Manajemen Terpadu Balita Sakit atau Integrated


Management of Childhood Illness (IMCI dalam bahasa Inggris) adalah suatu
pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
kepada kesehatan anak usia 0-5 tahun (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan
merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana
balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya yang ditujukan untuk menurunkan
kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
anak balita di unit rawat jalan kesehatan dasar seperti Puskesmas, Pustu,
Polindes, Poskesdes, dll.
Bila dilaksanakan dengan baik, upaya ini tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya kuratif (pengobatan), preventif
(pencegahan), perbaikan gizi, imunisasi dan konseling (promotif). Badan
Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok
diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan kematian,
kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Di Indonesia, MTBS sudah mulai dikembangkan sejak tahun 1996 oleh
Departemen Kesehatan yangbekerjasamadengan WHO. Layanan ini tidak hanya
kuratifnya saja tapi sekaligus pelayanan preventifdan promotifnya. Tujuan dari
pelatihan ini yaitu dihasilkannya petugas kesehatan yang terampilmenangani bayi
dan balita sakit dengan menggunakan tatalaksana MTBS. Sasaran utama
pelatihanMTBS ini adalah perawat dan bidan, akan tetapi dokter Puskesmas pun
perlu terlatih MTBS agar dapatmelakukan supervisi penerapan MTBS di wilayah
kerja Puskesmas.Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu
pendekatan yang digagas oleh WHO danUNICEF untuk menyiapkan petugas
kesehatan melakukan penilaian, membuat klasifikasi sertamemberikan tindakan
kepada anak terhadap penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem
kesehatan sertameningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan
masyarakat yang diperkenalkan pertama kalipada tahun 1999.MTBS dalam
kegiatan di lapangan khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem
yangmempermudah pelayanan serta meningkatkan mutu pelayanan.

Di bawah ini dapat dilihat penjelasan MTBS merupakan suatu sistem.


1 .Input
Balita sakit datang bersama kelaurga diberikan status pengobatan dan
formulir MTBS Tempat danpetugas : Loket, petugas kartu

2. Proses
 Balita sakit dibawakan kartu status dan formulir MTBS.
 Memeriksa berat dan suhu badan
 Apabila batuk selalu mengitung napas, melihat tarikan dinding dada dan
mendengar stridor
 Apabila diare selalu memeriksa kesadaran balita, mata cekung, memberi
minum anak untuk melihatapakah tidak bias minum atau malas dan
mencubit kulit perut untuk memeriksa turgor
 Selalu memerisa status gizi, status imunisasi dan pemberian kapsul
Vitamin A Tempat dan petugas : Ruangan MTBS, case manager (Bidan
yang telah dilatih MTBS)
3. Output
Klasifikasi yang dikonversikan menjadi diagnosa, tindakan berupa
pemberian terapi dan konselingberupa nasehat pemberian makan, nasehat
kunjungan ulang, nasehat kapan harus kembali segera.Konseling lain misalnya
kesehatn lingkungan, imunisasi, Konseling cara perawatan di rumah. Rujukan
diperlukan jika keadaan balita sakit membutuhkan rujukan
Praktek MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan yaitu:
a. Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana balita
sakit (petugas kesehatan non-dokter yang telah terlatih MTBS
dapat memeriksa dan menangani pasien balita)
b. Memperbaiki sistem kesehatan (banyak program kesehatan terintegrasi
didalam pendekatan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah
dan upaya pencarian pertolongan balita sakit (berdampak meningkatkan
pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan)

2.2 Pendekatan MTBS


Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan yang digagas
oleh WHO danUNICEF untuk menyiapkan petugas kesehatan melakukan
penilaian, membuat klasifikasi serta memberikan tindakan kepada anak terhadap
penyakit-penyakit yang umumnya mengancam jiwa.MTBS bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan petugas, memperkuat sistem kesehatan serta
meningkatkan kemampuan perawatan oleh keluarga dan masyarakat yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1999.MTBS dalam kegiatan di lapangan
khususnya di Puskesmas merupakan suatu sistem yang mempermudah pelayanan
serta meningkatkan mutu pelayanan.
Seorang balita sakit dapat ditangani dengan pendekatan MTBS oleh petugas
kesehatan yang telah dilatih, petugas memakai algoritma MTBS yang dapat
dilihat pada bagan MTBS. Untuk melakukan penilaian/pemeriksaan dengan cara
menanyakan kepada orang tua/wali, apa saja keluhan-keluhan/masalah anak
kemudian memeriksa dengan cara di lihat dan dengar atau dilihat dan diraba.
Setelah itu petugas akan mengklasifikasikan semua gejala berdasarkan hasil tanya
jawab dan pemeriksaan. Berdasarkan hasil klasifikasi penyakit, petugas akan
menentukan tindakan/pengobatan.
2.3 Strategi MTBS
Memiliki 3 komponen
komponen 1 : meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana
kasus balita sakit (selain dokter, kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan
menangani pasien asalkan sudah dilatih)
Komponen 2 : memperbaiki sistem kesehatan (utamanya di tingkat
kabupaten/kota)
Komponen 3 : memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di
rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan
pemberdayaan keluarga dan masyarakat), yang di kenal sebagai MTBS berbasis
masyarakat.

2.4 Penerapan MTBS di puskesmas


Pada sebagian besar balita sakit yang dibawah berobat kepuskesmas, keluhan
tunggal kemungkinan jarang terjadi, menurut data WHO, tiga dari empat balita
sakit seringkali memiliki banyak keluhan lain yang menyertai dan sedikitnya
menderita 1 dari 5 penyakit tersering pada balita yang menjadi faktor MTBS.
Pendekatan MTBS dapat mengakomodir hal ini karena dalam setiap pemeriksaan
MTBS, semua aspek/kondisi yang sering menyebabkan keluhan lain akan
ditanyakan dan diperiksa.

2.5 Tujuan MTBS


 Menurunkan secara bermakna angka kematian dan kesakitan yang terkait
penyakit tersering pada balita.
 Memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan kesehatan
anak.
Menurut data Riskesdas tahun 2007, penyebab kematian perinatal 0 – 7
hari terbanyak adalah gangguan/kelainan pernapasan (35,9 %), prematuritas
(32,4 %), sepsis (12,0 %).Kematian neonatal 7 – 29 hari disebabkan oleh
sepsis (20,5 %), malformasi kongenital (18,1 %) dan pneumonia (15,4 %).
Kematian bayi terbanyak karena diare (42 %) dan pneumonia (24 %),
penyebab kematian balita disebabkan diare (25,2 %), pneumonia (15,5 %) dan
DBD (6,8 %).
Penyakit-penyakit terbanyak pada balita yang dapat di tata laksana dengan
MTBS adalah penyakit yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain
pneumonia, diare, malaria, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah
gizi (malnutrisi dan anemia). Langkah pendekatan pada MTBS adalah dengan
menggunakan algoritma sederhana yang digunakan oleh perawat
dan bidan untuk mengatasi masalah kesakiwtan pada Balita. Bank Dunia,
1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian balita yang disebabkan oleh
Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak malaria, kurang gizi, yang
sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut
Pendekatan MTBS di Indonesia pada awalnya dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar
(Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll). MTBS
mengkombinasikan perbaikan tatalaksana kasus pada balita sakit (kuratif)
dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling ( promotif dan preventif). Agar
penerapan MTBS dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan, maka
diperlukan langkah-langkah secara sistematis dan menyeluruh, meliputi
pengembangan sistem pelatihan, pelatihan berjenjang, pemantauan pasca
pelatihan, penjaminan ketersediaan formulir MTBS, ketersediaan obat dan
alat, bimbingan teknis dan lain-lain.
Dari kedua survey di atas, menunjukkan bahwa kematian neonatal
mendominasi penyebab kematian bayi dan balita. Puskesmas dikatakan sudah
menerapkan MTBS apabila memenuhi kriteria melaksanakan/melakukan
pendekatan MTBS minimal 60% dari jumlah kunjungan balita sakit di
puskesmas tersebut.
Mengingat MTBS telah diterapkan di Indonesia sejak 1997 dan banyak
pihak yang telah berkontribusi dalam pelatihan MTBS, tentunya banyak tenaga
kesehatan yang telah dilatih MTBS dan banyak insitusi yang terlibat di
dalamnya. Sudah banyak fasilitator dilatih MTBS dan para fasilitator ini sudah
melatih banyak tenaga kesehatan, baik di tingkat desa dan puskesmas.
Keberhasilan penerapan MTBS tidak terlepas dari adanya monitoring
pasca pelatihan, bimbingan teknis bagi perawat dan bidan, kelengkapan sarana
dan prasarana pendukung pelaksanaan MTB termasuk kecukupan obat-obatan.
Namun, hal tersebut seringkali dihadapkan pada keterbatasan alokasi dana,
sehingga diperlukan suatu metode lain untuk meningkatkan
ketrampilan bidan dan perawat serta dokter akan MTBS melalui komputerisasi
atau yang lebih dikenal dengan ICATT (IMCI Computerize Adaptation
Training Tools), yaitu suatu aplikasi inovatif software berbasis komputer untuk
MTBS yang mempunyai 2 tujuan:
a. Untuk adaptasi pedoman MTBS
b. Untuk pelatihan MTBS melalui komputer memeriksa tanda-tanda bahaya
umum seperti:
- Apakah anak bisa minum/menyusu?
- Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
- Apakah anak menderita kejang ?
Kemudian petugas akan melihat/memeriksa apakah anak tampak tidak sadar
letargis?
Setelah itu petugas kesehatan akan menanyakan keluhan utama lain:
a. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernafas?
b. Apakah anak menderita diare?
c. Apakah anak demam?
d. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
e. Memeriksa status gizi
f. Memeriksa anemia
g. Memeriksa status imunisasi
h. Memeriksa status pemberian vitamin A
i. Menilai masalah/keluhan-keluhan lain
Berdasarkan hasil penilaian hal-hal tersebut di atas, petugas akan
mengklasifikasi keluhan/penyakit anak, setelah itu petugas melakukan langkah-
langkah tindakan/pengobatan yang telah ditetapkan dalam penilaian/klasifikasi.
Tindakan yang dilakukan dapat berupa:
a. Mengajari ibu cara pemberian obat oral di rumah
b. Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah
c. Menjelaskan kepada ibu tentang aturan-aturan perawatan anak sakit di
rumah, misal aturan penanganan diare di rumah
d. Memberikan konseling bagi ibu, misal: anjuran pemberian makanan
selama anak sakit maupun dalam keadaan sehat
e. Menasihati ibu kapan harus kembali kepada petugas kesehatan
Perlu diketahui, untuk bayi yang berusia s/d 2 bulan, dipakai penilaian dan
klasifikasi bagi Bayi Muda (0-2 bulan) memakai Manajemen Terpadu Bayi Muda
(MTBM) yang merupakan bagian dari MTBS. Penilaian dan klasifikasi bayi
Pemeriksaan dan tindakan secara lengkap tentunya tidak akan diuraikan
disini karena terlalu panjang. Sebagai gambaran, untuk penilaian dan
tindakan/pengobatan bagi setiap balita sakit, pendekatan MTBS memakai 1 set
Bagan Dinding yang ditempelkan di tembok ruang pemeriksaan dan dapat
memenuhi hampir semua sisi tembok ruang pemeriksaan MTBS di Puskesmas
dan formulir pencatatan baik bagi bayi muda (0-2 bulan) maupun balita umur 2
bulan-5 tahun. Sedangkan untuk pelatihan petugas, diperlukan 1 paket buku yang
terdiri dari 7 buku Modul, 1 buku Foto, 1 buku Bagan, 1 set bagan dinding serta 1
set buku Pedoman Fasilitator dengan lama pelatihan selama 6 hari ditambah
pelajaran pada sesi malam.

2.4 Menanyakan keluhan utama


Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan
Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan
klasifikasinya, menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga
dan klasifikasinya.
1. Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya
Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah
menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah
berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke
dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi
apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan
pneumonia.

2. Menilai diare dan klasifikasinya


Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada
ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama,
apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya
adalah memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar,
apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung,
memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau
malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit
perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2
detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka
selanjutnya diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat,
ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.

3. Menilai demam dan klasifikasinya.


Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil.
Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak
teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam
jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih.
Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah
atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria,
tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu
terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian
tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam
terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah
anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda
campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu
gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan
demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita
campak saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya
dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada
kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak
dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada mata atau mulut.
Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami perdarahan
dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah
dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna
hitam; apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari
hidung atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda-
tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak
teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam Berdarah
Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.

4. Menilai masalah telinga dan klasifikasinya


Setelah memerisa dalam , petugas menanyakan kepada ibu apakah
telinganya.jika anak mempunyai masalah telinga tanyakan apakah telinga nya
sakit,lihat apakah nanah ada keluar dari telinga,raba adakah pembangkakan nyeri
di belakang telinga.kemudian klasifikasikan apakah anak menderita
mostoiditis,infeksi telinga akut,infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.

5. Memeriksa status gizi dan anemi serta klasifikasinya


setiap anak harus di periksa status gizi nya,karna kekurangan gizi
merupakan masalah yang sering ditemukan,terutama diantara penduduk
miskin.langkah nya yaitu apakah anak tampak sangat kurus,memeriksa
pembengkakan pada kedua kaki,memeriksa kepucatan telapak tangan dan
membandingkan beret badan anak menurut umur.kemudian mengklasifikasikan
sesuai tanda dan gejala apakah gizi buruk dan atau anami berat,bawah garis
merah (BMG) dan atau anemi, tidak BMG dan tidak anemi.

6. Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran
pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah
pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu
kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.

7. Pemberian pelayanan tindak lanjut


Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak
datang 5. atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak
lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika
anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan
terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) bagi bayi muda yang berusia
kurang dari 2 bulan merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana bayi
muda sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar
yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit sangat berat atau infeksi bakteri,
diare, ikterus, berat badan rendah dan/ atau masalah pemberian ASI dan upaya
promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan
konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian
bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan
pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan
MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat
pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif,
preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian
dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program
MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang
berumur kurang dari 2 bulan.

3.2 Saran
Setelah mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian
pada bayi muda dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form
MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya
dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap bayi muda. Selainitu disarankan
kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih
sempurna dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.


2. .Direktorat Bina Kesehatan Anak, Depkes, salah satu materi yang
disampaikan pada Pertemuan
3. Nasional Program Kesehatan Anak, 2009, Manajemen Terpadu Balita
Sakit.
4. .Pujiati dewi,dkk.2011.Asuhan kebidanan komunitas.Jakarta:trans info
media 2011.

Anda mungkin juga menyukai