Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri merupakan seluruh bentuk kegiatan masyarakat sebagai bagian
dari sistem perekonomian atau sistem mata pencariannya dan merupakan
suatu usaha dari manusia dalam menggabungkan atau mengolah bahan bahan
dari sumber daya lingkungan menjadi barang yang bermanfaat bagi manusia.
(Hendro dalam Sutanta 2010). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi
adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Industri kosmetika adalah industri yang memproduksi kosmetika yang
telah memiliki izin usaha industri atau tanda daftar industri sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Izin produksi adalah izin yang harus dimiliki
oleh pabrik kosmetikauntuk melakukan kegiatan pembuatan kosmetika.
Perizianan produksi kosmetika sesuai dengan Permenkes
No.1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Produksi Kosmetika.
Adapun izin produksi dibedakan atas 2 (dua) golongan yaitu Golongan A
yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat membuat semua
bentuk dan jenis sediaan kosmetika dan Golongan B yaitu izin produksi untuk
industri kosmetika yang dapat membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika
tertentu dengan menggunakan teknologi sederhana.
Untuk mendirikan sebuah Industri Kosmetik maka tentunya ada
persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar mendapatkan izin yang
legal sesuai peraturan perundang-undangan sesuai dengan Keputusan Kepala
Badan POM RI No.HK.00.05.4.3870 tahun 2003 tentang Pedoman Cara
Pembuatan Kosmetik yang Baik maka untuk lebih menjelaskandan
menggambarkan penerapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik di lapangan
diperlukan Petunjuk Operasional Pedoman Cara Pembuatan Kosmetik yang
Baik. Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik merupakan persyaratan kelayakan
dasar, agar suatu industri kosmetik mampu menghasilkan produk yang aman,

1
bermanfaat dan bermutu. Disamping itu dalam rangka Harmonisasi ASEAN
di bidang kosmetik, maka penerapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
menjadi hal yang prioritas untuk dipenuhi oleh suatu industri kosmetik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana proses mendirikan Industri Kosmetik Rumah Tangga?
2. Bagaimana mendapatkan izin Industri Kosmetik Rumah Tangga?
3. Bagaimana cara mendirikan bangunan Industri Kosmetik Rumah
Tangga?
4. Bagaimana cara menyediakan sarana dan prasarana dan SDM
(Personalianya) ?
5. Bagaimana alur produksinya berdasarkan aspek CPKB dalam industri
Kosmetik Rumah Tangga?
6. Bagaimana proses marketing Industri Kosmetik Rumah Tangga ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui proses mendirikan Industri Kosmetik Rumah Tangga
2. Mengetahui cara mendapatkan izin Industri Kosmetik Rumah Tangga
3. Mengetahui syarat mendirikan bangunan Industri Kosmetik Rumah
Tangga
4. Mengetahui cara menyediakan sarana dan prasarana dan SDM
(Personalianya)
5. Mengetahui alur produksinya berdasarkan aspek CPKB dalam industri
Kosmetik Rumah Tangga
6. Mengetahui proses marketing Industri Kosmetik Rumah Tangga

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Kosmetik Rumah Tangga


Menurut definisi yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari
Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan
obat.
Industri kosmetik rumah tangga adalah industri yang memproduksi
kosmetika yang telah memiliki izin usaha industri atau tanda daftar industri
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hal lain yang juga wewenang Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia, adalah pengaturan untuk klaim pada kosmetik.
Kosmetik hanya dapat mengklaim manfaat sebagai kosmetik.Dan tidak
mengklaim pengobatan ataupun terapetik. Klaim manfaat kosmetik harus
secara internasional dapat diterima dan didasarkan pada data atau sesuai
dengan formulasi kosmetik.Perusahaan atau orang yang bertanggungjawab
pada peredaran kosmetik dapat mengklaim manfaat kosmetik tersendiri
dengan menggunakan protokol yang secara ilmiah dapat diterima disertai
data teknis dan data klinis yang pasti.
Bahan kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari
alam dan atau sintetik yang merupakan komponen kosmetik. Maksud dan
tujuan adanya peraturan bahan kosmetik antara lain bahwa kosmetik yang
beredar di wilayah Indonesia harus menggunakan bahan kosmetik yang
memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan manfaat.
Di dalam peraturan ini tercakup daftar bahan kosmetik yang dilarang
digunakan sebagai bahan kosmetik, daftar bahan yang diizinkan digunakan
dalam kosmetik dengan pembatasan dan persyaratan penggunaan, daftar
bahan pewarna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik, daftar bahan
pengawet yang diizinkan digunakan dalam kosmetik, dan daftar bahan tabir
surya yang diizinkan digunakan dalam kosmetik.

3
a. Daftar bahan kosmetik yang dilarang
Daftar ini memuat semua bahan kosmetik yang dilarang digunakan
sebagai kosmetik, antara lain antibiotik, hormon, minyak atsiri yang
menimbulkan alergen, distilasi petroleum, dan lain-lain.
b. Daftar bahan yang diizinkan digunakan dalam kosmetik dengan
pembatasan dan persyaratan penggunaan
Di dalam daftar bahan ini, memuat semua bahan yang dilakukan
pembatasan baik kegunaannya maupun kadar maksimumnya disertai
penandaan peringatan bila ada. Batasan kegunaan dan kadar maksimum
yang tercantum pada daftar ini bersifat saling mengikat satu dengan lainnya.
Contoh : hidrokuinon batasan kegunaan sebagai bahan pengoksidasi
warna pada rambut dengan batasan kadar maksimum 0.3% dengan
peringatan yang harus dicantumkan pada label kosmetik tersebut yaitu
“jangan digunakan untuk mewarnai bulu mata atau alis, bilaslah mata segera
dengan air jika kosmetik tersebut kontak dengan mata dan mengandung
hidrokuinon”.
c. Daftar bahan pewarna yang diizinkan digunakan dalam kosmetik
Daftar ini mencantumkan semua nama bahan pewarna yang boleh
digunakan dalam kosmetik disertai area penggunaannya dan kadar
maksimumnya. Contoh: CI 20040 area penggunaannya untuk bahan
pewarna yang diizinkan khusus pada sediaan kosmetik yang tujuan
penggunaannya kontak dengan kulit dalam waktu singkat dengan kadar
maksimum 3.3’-dimetilbenzidindalam bahan pewarna 5 ppm.
d. Daftar bahan pengawet yang diizinkan digunakan dalam kosmetik
Maksud ditambahkan bahan pengawet pada kosmetik adalah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Daftar ini mencantumkan
semua nama bahan pengawet yang boleh digunakan dalam kosmetik disertai
kadar maksimum dan batasan penggunaannya serta peringatan bila ada.
Contoh: chlorobutanol digunakan sebagai bahan pengawet pada kosmetik
dengan kadar maksimum 0.5% dan batasan penggunaannya dilarang

4
digunakan dalam sediaan aerosol (spray) serta pada penandaannya
dicantumkan “mengandung clorobutanol”.
e. Daftar bahan tabir surya yang diizinkan digunakan dalam kosmetik
Dalam hal ini yang dimaksud dengan bahan tabir surya adalah bahan
yang digunakan dalam sediaan kosmetik tabir surya untuk melindungi kulit
dari efek yang merugikan akibat radiasi sinar ultra violet. Daftar ini
mencantumkan semua nama bahan tabir surya yang boleh digunakan dalam
kosmetik disertai kadar maksimum dan batasan penggunaannya serta
peringatan bila ada. Contoh: bahan tabir surya oxybenzone dengan kadar
maksimum 10% dan pada penandaannya dicantumkan “mengandung
oxybenzone”
Peraturan bahan kosmetik ini diterbitkan oleh Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia, nomor HK.00.05.42.1018 pada
tanggal 25 Februari 2008.
2.2 Persyaratan Industri Kosmetik Rumah Tangga
Dasar Hukum
Permenkes RI Nomor 1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin
Produksi Kosmetika.
Ketentuan Umum
1. Industri kosmetika yang akan membuat kosmetika harus memiliki izin
produksi yang diberikan oleh Direktur Jenderal.
2. Izin produksi berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi ketentuan yang berlaku.
3. Industri kosmetika dalam membuat kosmetika wajib menerapkan CPKB.
4. Izin produksi kosmetika diberikan sesuai bentuk dan jenis sediaan
kosmetika yang akan dibuat. Izin produksi dibedakan atas 2 (dua)
golongan sebagai berikut:
a. Golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat semua bentuk dan jenis sediaan kosmetika,

5
b. Golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika yang dapat
membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tertentu dengan
menggunakan teknologi sederhana.
Persyaratan Izin Produksi Industri Kosmetika
Persyaratan Industri Kosmetika Golongan A adalah :
a. Memiliki apoteker sebagai penanggungjawab;
b. Memiliki fasilitas produksi sesuai dengan produk yang akan dibuat;
c. Memiliki fasilitas laboratorium; dan
d. Wajib menerapkan CPKB.
Persyaratan industri kosmetika golongan B adalah :
a. Memiliki sekurang-kurangnya tenaga teknis kefarmasian sebagai
penanggung jawab;
b. Memiliki fasilitas produksi dengan teknologi sederhana sesuai
produk yang akan dibuat; dan
c. Mampu menerapkan higienitas, sanitasi, dan dokumentasi sesuai
CPKB.

2.3 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Kosmetik Rumah Tangga


dari Departemen Kesehatan
Untuk memperoleh izin Industri Kosmetik Rumah Tangga diperlukan
persetujuan prinsip. Permohonan Persetujuan Prinsip diajukan secara tertulis
kepada Direktur Jenderal BPOM. Persetujuan Prinsip diberikan oleh
Direktur Jenderal BPOM setelah Industri Kosmetik Rumah Tangga
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala
Badan. Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, Industri
Kosmetik Rumah Tangga dapat langsung melakukan persiapan,
pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk
produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

6
Pendirian Industri Kosmetik Rumah Tangga wajib memenuhi ketentuan
di bidang tata ruang dan lingkungan hidup dan wajib memenuhi persyaratan
CPKB dan dibuktikan dengan sertifikat yang berlaku selama 5 (lima) tahun
sepanjang memenuhi persyaratan. Selain daripada itu, Industri Kosmetik
Rumah Tangga wajib melakukan farmakovigilans. Dimana apabila dalam
melakukan farmakovigilans Industri Kosmetik Rumah Tangga menemukan
bahan kosmetik hasil produksinya yang tidak memenuhi standar dan/atau
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan dan mutu maka wajib
melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan.
2.4 Permohonan Rencana Induk Pembangunan (RIP)
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1799/MENKES/PER/XII/2010 sebelum mengajukan Persetujuan
Prinsip, Industri Kosmetik Rumah Tangga wajib mengajukan Permohonan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) yang diajukan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi sebagai berikut:
1. Sebelum pengajuan permohonan Persetujuan Prinsip Industri Kosmetik
Rumah Tangga wajib mengajukan permohonan persetujuan Rencana
Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan.
2. Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) diberikan oleh Kepala
Badan dalam bentuk rekomendasi hasil analisis Rencana Induk
Pembangunan (RIP) paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas)
hari kerja sejak permohonan diterima.

2.5 Persetujuan Prinsip


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.1799/MENKES/PER/XII/2010 Persetujuan Prinsip diberikan kepada
Industri Kosmetik Rumah Tangga yang telah memperoleh persetujuan
Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan, sebelum Industri
Kosmetik Rumah Tangga melakukan persiapan, pembangunan,
pengadaan, pemasangan, dan instalasi peralatan, termasuk produksi

7
percobaan. Persetujuan Prinsip diajukan pemohon ke Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala BPOM dan Dinas Kesehatan Provinsi.
Tata cara pengajuan Permohonan Prinsip adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Persetujuan Prinsip yang diajukan dilengkapi dengan
persyaratan sebagai berikut:
 Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan;
 Fotokopi KTP/identitas direksi dan komisariat perusahaan;
 Susunan direksi dan komisaris;
 Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pealanggaran
peraturan perundang-undangan di bidang farmasi;
 Fotokopi sertifikat tanah;
 Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan undang-undang
gangguan (HO);
 Fotokopi surat tanda daftar perusahaan;
 Fotokopi surat izin usaha perdagangan;
 Fotokopi nomor induk wajib pajak (NPWP);
 Persetujuan lokasi dari Pemerintah Daerah Provinsi;
 Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP);
 Rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
 Asli surat pernyataan ketersediaan bekerja penuh dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
2. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-maing apoteker
penangunggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
3. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima atau
ditolak.
4. Jika persetujuan prinsip diterima, maka Industri Kosmetik Rumah
Tangga akan melaksanakan pembangunan fisik, Industri Kosmetik

8
Rumah Tangga wajib menyampaikan laporan informasi kemajuan
pembangunan fisik setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
5. Dalam pelaksanaan penyelesaian pembangunan fisik, atas permohonan
pemohon Industri Kosmetik Rumah Tangga diberikan jangka waktu 3
(tiga) tahun dan dapat diperpanjang oleh Direktur Jenderal untuk paling
lama 1 (satu) tahun.
6. Persetujuan prinsip akan batal demi hukum apabila setelah jangka waktu
3 (tiga) tahun dan/atau setelah jangka waktu 1 (satu) tahun perpanjangan
Industri Kosmetik Rumah Tangga belum menyelesaikan pembangunan
fisik.
Persetujuan prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dan dapat diubah
berdasarkan permohonan dari pemohon izin Industri Kosmetik Rumah
Tangga yang bersangkutan.

9
2.6 Permohonan Izin
Izin usaha industri kosmetik diberikan oleh menteri dan dilimpahkan
wewenangnya kepada Direktur Jenderal. Izin berlaku ini berlaku untuk
seterusnya selama perusahaan industri kosmetik yang bersangkutan
berproduksi dan diberikan kepada pemohon yang telah melaksanakan
produksi sesuai persyaratan CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik)
serta mempekerjakan secara tetap sekurang-kurangnya tiga Apoteker Warga
Negara Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pada bidang
Pemastian Mutu, Produksi, dan Pengawasan Mutu. Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No. 1175/Menkes/Per/VIII/2010 pasal empat dan
enam Industri kosmetika yang akan membuat kosmetika harus memiliki izin
produksi dan wajib memperoleh izin industri kosmetik dari Direktur
Jenderal. Dan untuk memperoleh izin industri kosmetik tersebut diperlukan
persetujuan prinsip.
2.7 Tahapan Untuk Mendapatkan Izin Industri Kosmetik Rumah Tangga
dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan
2.7.1 Izin Usaha Industri (IUI)
Izin Usaha Industri (IUI) adalah izin yang wajib diperoleh
untuk mendirikan perusahaan industri dengan nilai investasi
perusahaan seluruhnya di atas Rp 200.000.000,- (tidak
termasuktanah dan bangunan tempat usaha).Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 148/M/SK/7/1995
tanggal 11 Juli 1995 maka Izin Usaha Industri (IUI) Kosmetik
Rumah Tangga harus diurus melalui Tahap Persetujuan Prinsip.IUI
Melalui Tahap Persetujuan Prinsip diberikan kepada Perusahaan
Industri untuk langsung dapat melakukan persiapan-persiapan dan
usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi/peralatan
dan lain-lain yang diperlukan.
Kelengkapan Persyaratan Persetujuan Prinsip dari
Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, sebagai berikut:
 Fotokopi NPWP;

10
 Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan.
Persetujuan Prinsip dikeluarkan dalam waktu 14 hari
kerja setelah persyaratan diterima secara lengkap dan benar,
dengan masa berlaku selama-lamanya 4 tahun. Persetujuan
Prinsip bukan merupakan izinuntuk melakukan produksi
komersial.
Sedangkan IUI Melalui Persetujuan Prinsip dikeluarkan
dalam waktu 14 hari kerja setelah persyaratan lengkap dan benar
diterima, dibuktikan dengan berita acara pemeriksaan. Izin ini
berlaku selama perusahaan yang bersangkutan beroperasi.
Kelengkapan Persyaratan Izin Usaha Industri (IUI), sebagai
berikut:
 Fotokopi NPWP;
 Fotokopi Akte Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh
Departemen Kehakiman dan HAM;
 Fotokopi IMB;
 Fotokopi KTP/Nama Direksi dan Dewan Komisaris;
 Fotokopi Persetujuan Prinsip;
 Formulir Model Pm-II (informasi pembangunan proyek);
 Fotokopi UKL dan UPL atau SPPL;
 Fotokopi Izin Lokasi;
 Foto Copy izin UU Gangguan atau AMDAL.
2.7.2 Wajib Daftar Perusahaan (WDP)
Setiap perusahaan, termasuk perusahaan asing yang
berkedudukandan menjalankan usahanya di wilayah Negara
Republik Indonesia dan telah memiliki izin, wajib didaftarkan
dalam DaftarPerusahaan. Perusahaan adalah meliputi bentuk usaha
PerseroanTerbatas (PT), Koperasi, Persekutuan Komanditer (CV),
Firma (Fa),Perorangan dan perusahaan lain yang melaksanakan
kegiatan usahadengan tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan

11
menurut atau berdasarkan ketentuan Undang-Undang WDP danatau
peraturan-peraturan pelaksanaannya dan memuat hal-hal yangwajib
didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang
berwenang dari Kantor Pendaftaran Perusahaan.
Kelengkapan Persyaratan Wajib Daftar Perusahaan (WDP),
sebagai berikut:
a) Fotokopi akta pendirian perseroan;
b) Fotokopi data akta pendirian perseroan;
c) Fotokopi akta perubahan pendirian perseroan (apabila ada);
d) Fotokopi KTP atau paspor Direktur Utama/penanggung
jawab perusahaan;
e) Fotokopi Izin Usaha/surat keterangan yang dipersamakan;
f) Fotokopi surat permohonan pengesahan badan hukum dari
notaris kepada Menteri Kehakiman dan HAM dan bukti
pembayaran administrasi proses pengesahan badan hukum
dari Departemen Kehakiman dan HAM.
Proses penerbitan TDP adalah 10 hari kerja setelah persyaratan
lengkap dan benar diterima. Masa berlaku TDP adalah 5 tahun sejak
diterbitkan dan wajib diperbaharui selambat-lambatnya 3
bulansebelum masa berlaku habis.
2.7.3 Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk
dapatmelaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan
yangmelakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh
SIUPyang diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku
diseluruh wilayah Republik Indonesia.SIUP Besar yang diterbitkan
untuk perusahaan dengan modaldisetor dan kekayaan bersih di atas
Rp. 500 juta di luar tanahdan bangunan.
Kelengkapan Persyaratan Surat Izin Usaha Perdagangan,
sebagai berikut:
a) Fotokopi akte notaris pendirian perusahaan;

12
b) Fotokopi SK Pengesahan badan hukum dari Menteri
Kehakiman dan HAM;
c) Fotokopi KTP pemilik/Direktur Utama/penanggungjawab
perusahaan;
d) Fotokopi NPWP perusahaan;
e) Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dari Pemda setempat
bagi kegiatan usaha perdagangan yang dipersyaratkan SITU
berdasarkan Undang-Undang Gangguan (HO);
f) Neraca perusahaan.
SIUP dikeluarkan dalam waktu 5 hari kerja setelah
Form Surat Permohonan (SP)-SIUP diterima secara lengkap
dan benar.Masa berlaku SIUP adalah selama perusahaan
bersangkutan masihmelakukan kegiatan perdagangan.
SIUP terdiri atas tiga kategori yaitu :
 SIUP Kecil, diterbitkan bagi perusahaan yang
memiliki modal disetor dan kekayaan bersih dibawah Rp.
200 juta di luar tanah dan bangunan.
 SIUP Menengah, diterbitkan bagi perusahaan yang
memiliki modal disetor dan kekayaan bersih Rp. 200 juta
s/d Rp. 500 juta di luar tanah dan bangunan.
 SIUP Besar, diterbitkan bagi perusahaan yang memiliki
modal disetor dan kekayaan bersih di atas Rp. 500 juta di
luar tanah dan bangunan
2.7.4 Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU)
Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) merupakan salah
satu kelengkapan izin usaha yang dikeluarkan oleh kantor
kelurahan ataupun kantor kecamatan dimana usaha tersebut
didirikan. Surat Keterangan Domisili Usaha ini biasanya dibuat
untuk mengurus berbagai dokumen lainnya terkait dengan
pendirian sebuah badan usaha, seperti SIUP, TDP, NPWP, dan
lain-lain. Biasanya hanya diperlukan waktu satu hari untuk

13
mengurus surat keterangan ini jika persyaratannya sudah lengkap.

Tata cara untuk mendapatkan sebagai berikut :


a. datang ke bagian urusan perizinan, kantor dinas perindustrian
dan perdagangan daerah tingkat II atau daerah tingkat I.
b. mengisi dan mengajukan surat pengajuan izin (spi) dengan
melampirkan persyaratan :
 fotocopy/salinan akta notaris pendirian perusahaan.
 fotocopy dari pemilli/penanggung jawab perusahaan, dan
 pas foto dari pemilik/penanggung jawab perusahaan 4
lembar ukuran 3x4cm.
c. menyerahkan kembali formulir dan persyaratan lainnya kepada
petugas bagian perizinan.
2.7.5 Nomor Pokok Wajid Pajak (NPWP)
Dalam hal ini, dokumen-dokumen yang disiapkan antara lain :
a. fotocopy akta pendirian atau akta perubahan yang terakhir.
b. fotocopy situ atau surat keterangan lainnya dari instansi yang
berwenang.
c. fotocopy ktp/kartu keluarga/paspor pengurus.
d. fotocopy npwp kantor pusat (yang berstatus cabang)
e. surat kuasa (bagi pengurus yang diwakili kuasanya)
2.7.6 Surat Izin Tempat Usaha (SITU)
SITU adalah izin yang diberikan kepada perorangan,
perusahaan, dan badan usaha untuk memperoleh izin tempat usaha
sesuai dengan tata ruang wilayah yang diperlukan dalam rangka
penanaman modal. Dasar hukum untuk SITU biasanya dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah berupa Perda.
Prosedur pengurusan surat izin tempat usaha atau izin :
 Meminta izin dari para tetangga di lingkungan tempat usaha, rt,
rw dan kelurahan setempat.

14
 Selanjutnya dibawa ke kotamadya/kabupaten untuk
memperoleh situ/ho. Sebelum memperoleh ho tetap yang
berlaku 5 tahun, pengusaha akan memperoleh ho sementara
yang berlaku 2 tahun dan bisa diperpanjang menjadi ho tetap.
 Membayar biaya izin dan heregistrasi (pendaftaran ulang).
Kelengkapan persyaratan situ berdasarkan perda
nomor 22 tahun 2000 adalah sebagai berikut :
o permohonan yang telah disediakan.
o fotocopy ktp.
o fotocopy sertifikat/akta tanah/latter c.
o fotocopy pembayaran pbb tahun terakhir.
o surat persetujuan dari masyarakat sekitar perusahaan diketahui
sekdes dan camat.
o rekomendasi/surat keterangan dari camat.
o fotocopy ippl dari dinas tata ruang.
o izin lokasi dari bpn.
o fotocopy imb.
o surat dari bkpm/bkpmd bagi perusahaan yang menggunakan
fasilitas pma/pmdn.
o situ/iuug bagi perusahaan yang mengajukan heregistrasi.
o fotocopy npwp.
o fotocopy retribusi
o fotocopy akta pendirian perusahaan bagi perusahaan yang
berbadan hukum/badan usaha.
o surat pelimpahan penggunaan tanah.
2.7.7 Surat Izin Usaha Industri (SIUI)
Merupakan surat Izin yang membutuhkan legalitas atau
pemenuhan berkas untuk mendukung usaha yang bergerak di
bidang industri. Izin usaha ini wajib dimiliki oleh usaha yang
memiliki modal sebesar Rp 5 juta sampai Rp 200 juta. Untuk
mendapatkan surat ini pengusaha dapat mengajukan di Kantor

15
Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Tingkat II Kabupaten atau
Kota. Sedangkan bila usaha sudah berkembang dan meliputi usaha
besar dapat mengajukan di Pelayanan Perizinan Terpadu Tingkat I
Provinsi atau BKPM. Setiap daerah terkadang terdapat perbedaan
dalam kepengurusan Izin Usaha Indsutri. Untuk itu diperlukan
pencarian informasi lebih lanjut tentang syarat pengajuan di daerah
serta dokumen yang dibutuhkan sesuai jenis industri yang
dijalankan.
2.7.8 Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Adalah tanda bukti badan usaha yang telah melakukan
kewajibannya dalam melakukan pendaftaran perusahaan dalam
Daftar Perusahaan. Pendaftaran wajib dilakukan oleh pemilik atau
pengurus perusahaan yang bersangkutan, atau dapat diwakilkan
kepada orang lain dengan surat kuasa. Perusahaan yang wajib
didaftar dalam Daftar Perusahaan adalah badan usaha yang
berbentuk Badan Hukum, Koperasi, Persekutuan (Komanditer/CV,
Firma, PT), dan Perorangan. Khusus Perusahaan Kecil Perorangan
yang dijalankan secara pribadi, mempekerjakan hanya anggota
keluarga terdekat, tidak memerlukan izin usaha, dan bukan
merupakan suatu badan hukum atau suatu persekutuan
dikecualikan dari wajib Daftar Perusahaan.
2.7.9 Tanda Daftar Industri (TDI)
Merupakan izin untuk melakukan kegiatan industri yang
diberikan kepada semua jenis industri dalam kelompok industri
kecil dengan investasi perusahaan sebesar Rp. 5.000.000 – Rp.
200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Perusahaan yang
ingin mendapatkan TDI, dapat mengajukan permohonan kepada
dinas perindustrian setempat di setiap kabupaten/kota.
2.7.10 Surat Izin Mendirikan Bangunan (SIMB)
IMB adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah
kepada pribadi, sekelompok orang, atau badan untuk membangun

16
dalam rangka pemanfaatan ruang sesuai dengan izin yang
diberikan. Dalam setiap IMB akan diikuti dengan retribusi IMB,
yaitu pungutan daerah atas pemberian izin mendirikan bangunan
yang besarnya berbeda- beda di setiap daerah. Tujuan adanya IMB
adalah untuk menciptakan tertib bangunan dan tata guna lahan agar
sesuai dengan peruntukannya, sehingga setiap orang tidak leluasa
membangun walau di atas tanah hak milik sendiri kalau tidak
sesuai peraturan.
2.7.11 Izin BPOM
Izin BPOM merupakan surat izin yang dikeluarkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan guna melindungi masyarakat
terhadap bahaya konsumsi suatu produk makanan dan minuman
serta obat-obatan. Produsen makanan, minuman serta obat yang
disajikan dalam suatu kemasan tertentu, wajib mendaftarkan
produknya ke BPOM guna memperoleh izin penjualan dan
peredaran di masyarakat. Pendaftaran produk makanan tersebut
dilakukan dengan cara datang langsung ke kantor Badan POM
yang terletak di Jln. Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat pada
jam kantor. Registrasi produk obat dilakukan di Gedung B atau
Gedung Biru yang merupakan layanan satu atap.
2.7.12 Sertifikat Halal MUI
Sertifikat Halal MUI adalah fatwa tertulis Majelis Ulama
Indonesia yang menyatakan kehalalan suatu produk sesuai dengan
syari’at Islam. Sertifikat Halal MUI ini merupakan syarat untuk
mendapatkan ijin pencantuman label halal pada pada kemasan
produk dari instansi pemerintah yang berwenang.
Tahapan yang dilewati perusahaan yang akan mendaftar proses
sertifikasi halal:

1. Memahami persyaratan sertifikasi halal dan mengikuti


pelatihan SJH

17
2. Menerapkansistem jaminan halal (SJH)
3. Menyiapkan dokumen sertifkasi halal
4. Melakukan pendaftaran sertifikasi halal (Upload data)
5. Melakukan monitoring pre-audit dan pembayaran akad
sertifikssi
6. Melaksanakan audit
2.8 Masa Berlaku Perizinan Industri Kosmetik Rumah Tangga
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Nomor : HK.03.05/V/443.1/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pelayanan Izin Produksi Kosmetika, Izin produksi berlaku selama 5 (lima)
tahun dan dapat diperpanjan kembali.
2.9 Bangunan Industri Kosmetik Rumah Tangga
2.9.1 Sarana dan Prasarana
Bangunan industri adalah sesuatu yang didirikan oleh manusia,
seperti gedung, rumah dan lain-lain yang digunakan untuk mengolah
barang dengan menggunakan sarana dan prasarana tertentu. Bangunan dan
fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Bangunan dan
fasilitas harus dikontruksi, dilengkapi dan dirawat dengan tepat agar
memperoleh perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari
tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung, binatang pengerat,
kutu atau hewan lain. Sebaiknya tersedia prosedur untuk pengendalian
binatang pengerat hama.
Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi,
laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan sekeliling
bangunan harus dirawat dalam kondisi bersih dan rapi. Tenaga listrik,
lampu penerangan, suhu,kelembaban dan ventilasi harus tepat agar tidak
mengakibatkan dampak yang merugikan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penyimpanan atau terhadap ketepatan atau ketelitian fungsi dari peralatan.

18
2.9.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan
kosmetik yang benar. Oleh sebab itu industri kosmetik bertanggung jawab
untuk menyediakan personel berkualitas dalam jumlah yang memadai
untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah memahami
tanggung jawab masing-masing. Seluruh personil hendaklah memahami
prinsip CPKB dan memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan,
termasuk instruksi mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
Persyaratan umum personalia:
 Semua personil harus memenuhi persyaratan kesehatan, baik fisik
maupun mental, serta mengenakan pakaian kerja yang bersih.
 Personil yang bekerja di area produksi hendaklah tidak berpenyakit
kulit, penyakit menular atau memiliki luka terbuka, memakai
pakaiankerja, penutup rambut dan alas kaki yang sesuai dan memakai
sarungtangan serta masker apabila diperlukan.
 Personil harus tersedia dalam jumlah yang memadai,
mempunyaipengalaman praktis sesuai dengan prosedur, proses dan
peralatan.
 Personil di bagian pengolahan, produksi dan pengawasan mutu
setidak-tidaknya berpendidikan minimal setara dengan Sekolah
Menengah Tingkat Atas (SMA).
 Semua personil harus memahami prinsip Cara Pembuatan Kosmetik
yang Baik (CPKB), mempunyai sikap dan kesadaran yang tinggi
untuk melaksanakannya melalui pelatihan berkala dan berkelanjutan.
Organisasi, Kualifikasi dan Tanggung Jawab
1. Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi dan
pengawasan mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan
tidak ada keterkaitan tanggungjawab satu sama lain.
2. Kepala Bagian Produksi dapat dijabat oleh seorang Apoteker,Sarjana
Farmasi, Sarjana Kimia atau tenaga lain yang memperoleh

19
pendidikan khusus di bidang produksi kosmetik dan mempunyai
pengalaman dan keterampilan dalam kepemimpinan sehingga
memungkinkan melaksanakan tugas sebagai profesional.
3. Kepala Bagian Produksi hendaklah independen, memiliki wewenang
serta tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi
kosmetikmencakup tugas operasional produksi, peralatan, personil,
areaproduksi dan dokumentasi.
4. Kepala Bagian Pengawasan Mutu dapat dijabat oleh seorang
Apoteker, Sarjana Farmasi, Sarjana Kimia atau tenaga lain
yangmemperoleh pendidikan khusus di bidang pengawasan mutu
produkkosmetik.
5. Kepala Bagian Pengawasan Mutu hendaklah mempunyai wewenang
dan tanggung jawab penuh dalam semua aspek pengawasan mutu
seperti penyusunan, verifikasi dan penerapan prosedur
pengawasanmutu dan mempunyai wewenang (bila diperlukan)
menunjuk personil untuk memeriksa, meloloskan dan menolak bahan
awal,produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang dibuat
sesuaidengan prosedur yang telah ditetapkan dan disetujui.
6. Uraian tugas yang mencakup tanggung jawab dan wewenang setiap
personil inti (“Key Personil”) seperti Kepala Bagian Produksi, Kepala
Bagian Pengawasan Mutu, Kepala Bagian Teknik dan KepalaBagian
Personalia hendaknya dirinci dan didefinisikan secara jelas.
7. Hendaknya tersedia personil yang terlatih dalam jumlah
yangmemadai, untuk melaksanakan supervisi langsung di setiap
bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu.
Pelatihan
1. Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan
harus dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-
prinsipCara Pembuatan yang Baik. Perhatian khusus harus diberikan
untuk melatih personil yang bekerja dengan material berbahaya.

20
2. Program pelatihan diberikan secara berkesinambungan paling
sedikitsekali dalam setahun untuk menjamin agar personil terbiasa
denganpersyaratan CPKB yang berkaitan dengan tugasnya.
Pelatihanhendaklah dilakukan menurut program tertulis yang telah
disetujuioleh Kepala Bagian Produksi dan atau Kepala Bagian
PengawasanMutu atau Bagian lain yang terkait. Pelatihan CPKB
dapat diberikanoleh atasan yang bersangkutan, tenaga ahli atau oleh
pelatih dari luarperusahaan. Materi pelatihan dapat berupa
pengenalan CPKB secaraumum untuk semua personil di pabrik dan
materi khusus untukbagian tertentu, misalnya Bagian Produksi atau
Pengawasan Mutu.
3. Catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus
dievaluasi secara periodik.

2.9.3 Proses Produksi


Proses Pembuatan Kosmetik yang Baik harus memperhatikan
beberapa hal diantaranya yaitu :
1. Pemilihan Formula
Mengingat bahan bahan baku dan peralatan yang ada, serta
keterbatasan waktu, sedangkan suatu produksi kosmetikaharus segera
diproduksi untuk mengejar musim,tren, fasion dan lain-lain maka kita
harus pandai memilih formulasi agar kosmetika itu dapat segera
diproduksi dan dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan tertentu.
 Tahapan Formulasi:
 Uji Preklinis
 Uji klinis
 Uji mutu
2. Pemilihan Metode Pembuatan
Dalam pemilihan metode pembuatan, harus diperhatikan parameter-
parameter kritis sebagai berikut:
- Langkah-langkah kritis dalam pembuatan

21
- Sifat dari bahan baku
- Sifat dari produk
3. Rencana Pembesaran Batch
Pembesaran produk dari laboratory size bathces (clinical
bathces), yang umumnya sampai 25 kg, ke pilot plant bathces (25-200
kg) disebut scale-up formulasi atau produksi. Untuk produksi
kosmetik yang masih baru, scale-up dapat diselesaikan dalam 2 fase:
1. Pembuatan Clinical Batch
Pengalaman pertama dengan batch ukuran agak besar
umumnya ditemui disini. Karena itu, formulator produk itu
sebaiknya hadir menyaksikan pembuatan clinical batch tersebut
untuk menghindari masalah yang mungkin timbul akibat tidak
tersedianya metode pembuatan yang kurang terperinci.
Setelah beberapa clinical batch sukses dibuat, suatu
pembuatan umumnya sudah bisa dituliskan dalam format tertulis
yang dapat dengan mudah dilanjutkan ke produksi pilot plant
batches.
2. Pembuatan Pilot Plant Batch
Umumnya pembuatan batch dalam fase pilot plant batches
disarankan untuk dilanjutkan sebelum tes keamanan klinis fase III
mulai dilakukan untuk produk hasil metode pembuatan pilihan
terakhir. Kebutuhan produksi untuk tes klinis demikian umumnya
membutuhkan batches ukuran agak besar (200 kg).
Penelitian terhadap produksi pilot plant juga disebut
penelitian perkembangan proses yang diadakan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan pokok berikut dan untuk mengidentifikasi
langkah-langkah inti dalam proses pembuatan yang perlu
disahkan atau ditolak:
a) Formulasi itu bisa diproduksi lebih banyak atau tidak
b) Apakah metode produksi itu sesuai dengan kemempuan
produk yang diharapkan dan dengan peralatan yang ada

22
c) Apakah diperlukan peralatan baru atau pabrik ke tiga
d) Apakah langkah-langkah pokok proses pembutan telah
teridentifikasi
e) Apakah studi untuk validitas telah didesain dengan baik
4. Proses Produksi
Produk kosmetik dibuat di dalam batch, di bawah pengawasan
pengaturan Pemerintah, yaitu Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
(CPKB) atau Good Manufacturing Practices (GMP) di A.S.. Peralatan
yang digunakan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mixing,
dispersing, homogenizers, filling equipment.
1) Proses dan tujuan
a. Pencampuran (mixing)
Tujuan dari pencampuran antara lain:
 Mencampur cairan yang sulit tercampur
 Mempercepat pemanasan bahan-bahan
 Melarutkan lemak-lemak dan bahan-bahan lainnya
 Untuk emulsifikasi atau disperse
 Untuk pendahuluan pendinginan
b. Pemompaan
Ada dua jenis pompa yang digunakan di dalam
produksi kosmetik, yaitu:
1. Positive displacement pump
Bekerja dengan menarik cairan ke dalam suatu rongga,
kemudian mendesaknya keluar pada sisi yang lain.
2. Centrifugal pumps
Pada pompa ini, cairan dimasukkan di titik pusat propeler
yang berputar cepat.
3. Pemindahan panas
Dalam banyak proses pembuatan kosmetik, bahan baku
sering harus dipanaskan samapai suhu 70-80OC, dicampur,

23
dan kemudian didinginkan sampai sekitar 30-40OC
sebelum produk akhir dapat dipompa dan disimpan.
4. Filtrasi
Umumnya, filtrasi hanya diperlukan dalam memurnikan
air dan untuk penjernihan losion, dimana bahan-bahan
baku produk-produk ini sering berisi sejumlah kecil
kontaminan yang akan mengganggu penampilan produk
akhir jika tidak dihilangkan.
5. Pengisian (filling)
Pengisian untuk kosmetik yang berbentuk cair dapat
menggunakan sistem vakum pada botol-botol yang
berderet-deret. Pengisian cream dapat memakai filteram
type, dimana cream dimasukkan ke dalam tube silindris
dengan bantuan suatu plunger.
2) Pembuatan produk-produk khusus
a. Kosmetik Cair
Pembuatan produk kosmetik cair mencakup pelarutan atau
dispersi yang baik, serta penjernihan. Untuk sejumlah produk
kosmetik cair, parfum atau bahan yang berminyak mungkin
perlu dilarutkan terlebih dahulu. Ini umumnya dilakukan
dalam pembuatan shampo. Karena kejernihan suatu losion
sangat penting, maka kemasannya juga harus jernih. Untuk
itu perlu pencucian dengan udara bertekanan atau air panas
yang di ikuti dengan pembilasan dan pengeringan.
b. Gel
Produk kosmetik dalam bentuk gel berkisar dari losion
yang kental, misalnya roll-ball antiperspirant sampai gel
thixotropik yang sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang
dapat digunakan sebagai kosmetik hairdressing dan hair
setting.

24
Cara pembuatan gel kental yang tidak bisa mengalir lebih
sulit karena pada produk akhirnya udara tidak bisa keluar dari
dalamnya seperti halnya pada losion kental. Gel kental harus
di buat dalam ruang hmapa udara atau di lakukan melalui
proses pembuangan udara yang rumit.
c. Mikroemulsi
Mikroemulsi terbentuk melalui sistem yang spontan,
pembuatannya cukup dengan alat pencampur yang sederhana,
jadi tidak memerlukan alat pencampur rumit berkecepatan
tinggi. Pada umumnya dalam pembuatan mikroemulsi fase
minyak dengan suhu sekitar 800C ditambahkan sedikit demi
sedikit ke dalam fase air dalam suhu yang sama, sambil di
aduk secara pelan. Untuk sementara produk dipertahankan
pada suhu di atas setting point-nya agar udara naik dan
keluar. Ini berarti bahwa pipa-pipa dan alat pengisi perlu
dipanaskan dengan air panas atau uap bercampur air.
d. Emulsi
Proses pembuatan emulsi mencakup tiga hal, diantaranya:
1. Emulsifikasi awal
Emulsifikasi awal biasanya dijalankan pada suhu yang
lebih tinggi untuk menjamin bahwa kedua fase serta hasil
emulsi cukup mobil geraknya sewaktu diaduk. Intensitas
dan lama pengadukan tergantung efisiensi dispersi
emulsifator.
Cara pembuatan emulsi yang baik adalah dengan
menuangkan serentak proporsi kedua fase yang sama
pada setiap waktu ke dalam mixer yang terus berputar
sehingga emulsi terus-menerus terbentuk, tetapi ini
hanya dapat di lakukan dalam pabrik besar.
2. Pendinginan

25
Mendinginkan emulsi merupakan proses yang sangat
penting, terutama dalam produk yang berisi bahan-bahan
mirip lilin yang berharga. Selama pendinginan biasanya
emulsi terus di aduk untuk mengurangi lamanya proses
serta untuk menghasilkan produk yang homogen.
3. Homogenisasi
Pada suhu yang tinggi, kebanyakan emulsi tidak stabil
dan selama pendinginan dalam batch terbentuk butiran-
butiran emulsi atau pada produk yang memiliki fase
minyak dengan titik leleh tinggi, pada proses
pendinginan terjadi pengerasan produk. Karena itu,
diperlukan pencampuran tambahan untuk memperoleh
produk seperti yang diinginkan.
Pencampuran tambahan ini bervariasi, mulai dari
pelewatan produk melalui pompa bergir berputar dengan
tekanan rendah dari belakang, misalnya 50 psig atau
penghancuran agregat-agregat kristal lilin, atau
pelewatan katub homogenizer dengan tekanan tinggi
5000 psig.
e. Pasta
Pasta, terutama pasta gigi, umunya dapat dibuat dengan
menambahkan komponen-komponen padat yang mungkin
sudah dicampur sebelumnya ke dalam komponen-komponen
cair yang mungkin mencakup bahan-bahan yang larut dalam
air. Pencampuran dapat dilakukan dalam mixer terbuka atau
mixer vakum. Mixing dalam keadaan panas, di ikuti dengan
pendinginan memakai alat Votator atau metode serupa
lainnya juga dapat dilakukan.
Metode alternatif penyiapan pasta yang terbuat dari
bubuk padat di dalam suatu cairan adalah melalui
pencampuran awal yang kasar dan campuran ini di masukkan

26
ke dalam triple roller mill yang diberi berbagai tekanan dan
pemutaran sampai pasta yang di inginkan terbentuk.
f. Sticks
Pada umumnya pembautan lipstick meliputi 3 tahap, yaitu:
1. Penyiapan campuran komponen, yaitu campuran
minyak-minyak, campuran zat-zat warna, dan campuran
wax.
2. Pencampuran semua itu membentuk massa lipstick.
3. Pencetakan massa lipstick menjadi batangan-batangan
lipstick.
g. Powder
Pencampuran powder biasanya dijalankan di dalam satu
wadah semi bundar yang dilengkapi pengaduk spiral yang
memiliki dua pita sehingga campuran itu bergerak dalam dua
arah yang berbeda. Mixer tipe ini sangat baik untuk bath salts
dan bahan-bahan kristal lainnya dan sering digunakan untuk
pembuatan face powder.
5. Kontrol Kualitas (Quality Control)
Fungsi utama kontrol kualitas atau quality assurance adalah
menjamin agar perusahaan memenuhi standar tertinggi dalam setiap
fase produksinya. Fungsi kontrol kualitas, antara lain:
a. Kontrol dalam proses (in- process control)
b. Pengujian spesifikasi bahan baku (raw material specification
testing)
c. Pengujian spesifikasi produk(product specification testing)
d. Pengawasan fasilitas penyimpanan dan distribusi (storage and
distribution facilities control)
e. Pengawasan tempat yang mungkin sebagai produsen pihak ketiga
(site inspection of potential third party manufacture)
f. Pengawasan terhadap kontaminasi mikrobiologis
(mikrobiological surveillance)

27
g. Kemungkinan memperpanjang tanggal kadaluwarsa produk
(product exspiration dating extension)
2.10 Cara Pembuatan Kosmetik Rumah Tangga
Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) merupakan salah satu
faktor penting untuk dapat menghasilkan produk kosmetik yang memenuhi
standar mutu dan keamanan. Perusahaan hendaknya memahami sistem
penjaminan mutu termasuk Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB),
dan dilengkapi dengan personil yang handal, bangunan, peralatan dan
fasilitas yang sesuai serta cukup dalam mencapai sasaran mutu yang telah
ditetapkan. Penjaminan Mutu mencakup semua hal yang dapat
mempengaruhi mutu produk, baik secara individu maupun kolektif. Hal ini
terkait pada semua aktivitas perusahaan secara total untuk memastikan
bahwa produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu yang telah
ditetapkan.
Semua personil harus memenuhi persyaratan kesehatan, baik fisik
maupun mental, serta mengenakan pakaian kerja yang bersih. Personil
yang bekerja di area produksi hendaklah tidak berpenyakit kulit, penyakit
menular atau memiliki luka terbuka, memakai pakaian kerja, penutup
rambut dan alas kaki yang sesuai dan memakai sarung tangan serta masker
apabila diperlukan. Personil harus tersedia dalam jumlah yang
memadai,mempunyai pengalaman praktis sesuai dengan prosedur, proses
dan peralatan.
Harus dipilih lokasi yang bebas banjir, jauh dari tempat pembuangan
sampah, tidak di tempat pemukiman padat penduduk, terhindar dari
pencemaran dan tidak mencemari lingkungan. Jika tidak mungkin
dihindarkan maka harus dilakukan tindakan pencegahan terhadap
pencemaran, misalnya : Bangunan hendaklah memenuhi persyaratan
konstruksi sesuai peraturan yang berlaku seperti Izin Mendirikan
Bangunan (IMB), sarana dan prasarana yang diperlukan termasuk sarana
keamanan. Perlu dilakukan upaya untuk mencegah cemaran pabrik ke

28
lingkungan sekitarnya. Bila terjadi kebocoran ataupun tumpahnya bahan
baku/produk ruahan harus segera dilokalisir agar tidak meluas.
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan kosmetik hendaklah
memiliki rancang bangun yang tepat, ukuran memadai dan sesuai dengan
ukuran bets yang dikehendaki. Peralatan tidak boleh bereaksi dengan
bahan/produk, mudah dibersihkan/disanitasi serta diletakkan di lokasi yang
tepat, sehingga terjamin keamanan dan keseragaman mutu produk yang
dihasilkan serta aman bagi personil yang mengoperasikan.
Sanitasi dan higiene bertujuan untuk menghilangkan semua sumber
potensial kontaminasi dan kontaminasi silang di semua area yang dapat
berisiko pada kualitas produk. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi
personalia, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan awal,
lingkungan, bahan pembersih dan sanitasi. Pembersihan dan sanitasi
merupakan pertimbangan utama pada saat merancang bangunan dan
peralatan dalam suatu pabrik kosmetik. Pembersihan yang baik
mempunyai peran yang sangat penting untuk menghasilkan produk dengan
kualitas tinggi dan biaya yang rendah (efisien).
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPKB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar. Produksi hendaklah
dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten. Pengawasan selama
pengolahan dilakukan di area produksi oleh personil produksi dan atau
pengawasan mutu. Kebenaran dan kesesuaian bahan, peralatan,
pencampuran, pengontrolansuhu, homogenitas, pH, kekentalan dan lain-
lain harus dicatat pada Catatan Pengolahan Bets atau pada formulir
khusus. Bila hasil yang diperoleh menyimpang dari batas yang
ditetapkan,hendaklah dilakukan penyelidikan terhadap penyimpangan dan
hasilnyadilaporkan dan dicatat dalam Catatan Pengolahan Bets serta
disetujuioleh personil yang diberi wewenang.Pengambilan contoh dapat
dilakukan selama proses pengolahan dan pengemasan.

29
Pengawasan mutu merupakan semua upaya pemeriksaan dan
pengujian yang dilakukan sebelum, selama dan setelah pembuatan
kosmetik untuk menjamin agar kosmetik yang diproduksi senantiasa
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Bila belum tersedia fasilitas
uji, dapat dilakukan pengujian dengan menunjuklaboratorium yang
terakreditasi. Untuk menjamin kebebasan dalam menetapkan
keputusannya, maka Bagian Pengawasan Mutu merupakan bagian yang
terpisah dari bagian produksi.
Area penyimpanan berkaitan dengan beberapa kegiatan yang ada di
suatupabrik. Area ini akan berkaitan dengan penyimpanan bahan baku,
bahanpengemas, produk antara, produk ruahan, produk jadi, baik dalam
status karantina, ditolak, lulus uji, maupun yang dikembalikan dari dalam
atau luar pabrik. Untuk area bahan atau produk yang dikarantina,
diluluskan, ditolak, danyang dikembalikan dari luar pabrik hendaknya
masing-masing terpisah. Area tersebut hendaknya diberi batas secara jelas.
Pemisahan ini dapat berupa sekat, tali atau rantai, penandaan jalur pada
lantai dan sebagainya yang berfungsi sebagai sekat. Untuk sistem
penyimpanan yang dikelola secara komputerisasi dan terintegrasi,
pemisahan area secara fisik tidaklah terlalu mutlak karena hal tersebut
dapat diatur/diproteksi secara sistem.

30
BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Gambaran Umum PT. Karya Usaha


III.1.1 Profil PT. Karya Usaha
PT. Karya Usaha adalah sebuah industri rumah tangga yang
bergerak dibidang kosmetik, dimana kami akan membuat produk
kosmetik Lulur Beras. Nama perusahaan yang kami buat adalah PT
Karya Usaha yang diambil dari kata Karya yaitu hasil atau olahan
dan Usaha yang berarti kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
III.1.2 Lokasi PT Karya Usaha
Lokasi yang akan didirikan untuk industri kosmetik rumah
tangga ini adalah tempat yang strategis dan mempunyai lahan yang
cukup untuk bangunan yang akan didirikan, lokasi yang akan
dipilih adalah daerah Semanggi, Surakarta. Pemilihan daerah
Semanggi, Surakarta didasarkan atas pertimbangan Transportasi,
Pemasaran, Kebutuhan air, Tenaga kerja, Sosial masyarakat.
III.1.3 Visi dan Misi PT Karya Usaha
Visi dan Misi dari PT. Karya Usaha yaitu:
VISI : Menjadi industri yang dapat terpercaya dalam
menyediaan produk kosmetik rumah tangga
yang aman berkualitas dan memuaskan
pelanggan
MISI : Memproduksi dan menyediakan produk
kosmetik yang aman dan bermutu sehingga

31
mampu menyediakan produk yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan mengelola
perusahaan agar tumbuh dan berkembang
secara berkelanjutan dengan menerapkan
prinsip-prinsip Good Manufacturing Practices
dalam proses produksi kosmetik.

III.1.4 Struktur Organisasi PT Karya Usaha

President Director

Director of R&D Director of Marketing

Produksi Marketing

Packaging HRD

Warehouse Accounting

1. President Director
 Menentukan usaha sebagai pimpinan umum dalam mengelola
perusahaan.
 Memegang kekuasaan secara penuh dan bertanggung jawab
terhadap pengembangan perusahaan secara keseluruhan.
 Menentukan kebijakan yang dilaksanakan perusahaan,
melakukan penjadwalan seluruh kegiatan perusahaan.

32
2. Direktur of R&D
 Mencari tahu berbagai informasi dan trend produk secara
intensif untuk memperkuat pengetahuan yang dapat menyokong
implementasi dari perkembangan proyek dan riset – riset dasar.
 Mengkoordinir dan memonitor proses perkembangan produk,
riset dasar, dan riset konsumen yang dilakukan oleh unit-unit
yang bersangkutan..
 Membantu para karyawan pabrik untuk mengatasi masalah yang
berkaitan dengan perumusan/ resep, bahan baku, proses secara
teknis, material pengemasan, dan proses sanitasi..
 Mengecek dokumen dan mengawasi operasi yang berkaitan
dengan SOP, proses produksi, pemanduan analisis, dan
kehalalan produk.
 Memonitor seluruh pengeluaran dan mencocokkannya dengan
budget.

3. Director of Marketing
 Bertanggungjawab terhadap manajemen bagian pemasaran.
 Bertanggungjawab terhadap perolehan hasil penjualan dan
penggunaan dana promosi.
 Membina bagian pemasaran dan membimbing seluruh karyawan
dibagian pemasaran.
 Membuat laporan pemasaran kepada direksi
4. Produksi
 Mengawasi proses produksi, menyusun jadwal produksi.
 Memastikan anggaran biaya produksi efektif .
 Memutuskan sumber apa yang diperlukan.
 Menyusun skala waktu untuk pekerjaan
 Memperkirakan biaya dan menetapkan standar kualitas

33
 Bertanggung jawab untuk pemilihan dan pemeliharaan
peralatan.
 Memantau standar produk dan melaksanakan program kontrol
kualitas
5. Packaging
 Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari
sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, benturan serta
kontaminasi kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan
menurunkan mutu produk.
 Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat
digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada
konsumen melalui merk yang tertera pada kemasan.
 Meningkatkan efisiensi, seperti memudahkan proses
penghitungan pengiriman dan penyimpanan produk.
6. Warehouse
 Membuat perencanaan pengadaan barang dan distribusinya.
 Mengawasi dan mengontrol operasional gudang.
 Menjadi pemimpin bagi semua staff gudang.
 Mengawasi dan mengontrol semua barang yang masuk dan
keluar sesuai dengan SOP.
 Melakukan pengecekan pada barang yang diterima sesuai SOP
 Membuat perencanaan, pengawasan dan laporan pergudangan
 Memastikan ketersediaan barang sesuai dengan kebutuhan
 Mengawasi pekerjaan staff gudang lainnya agar sesuai dengan
standar kerja
 Memastikan aktivitas keluar masuk barang berjalan lancar
7. Marketing
 Melakukan perencanaan strategi pemasaran dengan
memperhatikan trend pasar dan sumber daya perusahaan.

34
 Merencanakan marketing research yaitu dengan mengikuti
perkembangan pasar, terutama terhadap produk yang sejenis
dari perusahaan pesaing.
 Melakukan perencanaan analisis peluang pasar.
 Melakukan perencanaan tindakan antisipatif dalam menghadapi
penurunan order.
 Menciptakan, menumbuhkan, dan memelihara kerja sama yang
baik dengan konsumen.
 Merumuskan target penjualan.
8. HRD
Secara umum peran atau fungsi dari HRD dalam suatu perusahaan
meliputi:
a. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja / Preparation and
selection
Dalam proses persiapan dilakukan perencanaan kebutuhan akan
sumber daya manusia dengan menentukan berbagai pekerjaan
yang mungkin timbul. Yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan perkiraan / forecast akan pekerjaan yang lowong,
jumlahnya, waktu, dan lain sebagainya. Ada dua faktor yang
perlu diperhatikan dalam melakukan persiapan, yaitu faktor
internal seperti jumlah kebutuhan karyawan baru, struktur
organisasi, departemen yang ada, dan lain-lain. Faktor eksternal
seperti hukum ketenagakerjaan, kondisi pasa tenaga kerja, dan
lain sebagainya. Merencanakan tenaga kerja secara efektif serta
efisien agar sesuai kebutuhan perusahaan dalam membantu
terwujudnya tujuan, yaitu dengan menetapkan program
kepegawaian sesuai fungsi-fungsi yang dimiliki HRD.
b. Pengembangan dan evaluasi karyawan / Development and
evaluation
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan
harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung

35
jawabnya. Untuk itu diperlukan suatu pembekalan agar tenaga
kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli di bidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada. Dengan
begitu proses pengembangan dan evaluasi karyawan menjadi
sangat penting mulai dari karyawan pada tingkat rendah maupun
yang tinggi.
c. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai /
Compensation and protection
Kompensasi adalah imbalan atas kontribusi kerja pegawai secara
teratur dari organisasi atau perusahaan. Kompensasi yang tepat
sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga
kerja yang ada pada lingkungan eksternal. Kompensasi yang
tidak sesuai dengan kondisi yang ada dapat menyebabkan
masalah ketenaga kerjaan di kemudian hari atau pun dapat
menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan.
Proteksi juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat
melaksanakan pekerjaannya dengan tenang sehingga kinerja dan
kontribusi perkerja tersebut dapat tetap maksimal dari waktu ke
waktu.
9. Accounting
 Merencanakan strategi akunting perusahaan secara tepat sesuai
strategi bisnis perusahaan.
 Mengatur dan mengarahkan pencatatan neraca perusahaan
sesuai aktivitas perusahaan dan menjaga keseimbangan neraca
R/L.
 Mengevaluasi dan menganalisa implementasi sistem akunting
untuk memberi masukan terhadap sistem keuangan dan strategi
bisnis
 Mengarahkan fungsi dan kinerja unit dan bagian akunting agar
dapat berjalan optimal dan meningkatkan kinerja SDM akunting

36
 Menjalankan tugas-tugas terkait lainnya dalam upaya
pencapaian target perusahaan.
III.1.5 Personalia
Personalia pada industri kosmetik rumah tangga sekurang-
kurangnya meliputi:
President Director : 1 orang
Director of HRD : 1 orang
Director of Marketing : 1 orang
Produksi : 1 orang
Packaging : 1 orang
Warehouse : 1 orang
Marketing : 1 orang
HRD : 1 orang
Acoounting : 1 orang
Karyawan : 15 orang
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPKB dan
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai hygiene yang berkaitan dengan pekerjaan.
III.1.6 Produksi
Proses produksi kosmetik (lulur beras) dibuat secara
sederhana degan menggunakan bahan dan peralatan yang mudah
didapatkan.
Aspek yang dilihat yaitu mulai dari bahan baku, proses
produksi, hingga menjadi produk yang sudah jadi. Produk dan
proses produksi ini merupakan poin yang terpenting dalam
penerapan CPKB guna menghasilkan kosmetik yang aman dan
berkualitas.
III.1.7 Sarana dan Prasarana
a. Ruangan Produksi industri obat hewan terdiri dari
1. Area penimbangan,
2. Area produksi,

37
3. Area penyimpanan dan
4. Area pengawasan mutu.
b. Peralatan :
1. Mixer Low Speed
2. Timbangan digital
3. Ultra Turax Mobile
4. Oscilating Granulator
5. Double Cone Mixer
6. Drum Mixer
7. Mesin Rewinder
8. Storage Tank
selalu memenuhi Cara Produksi Kosmetika Yang Baik.
Kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada produksi hendaknya
diperbaiki.
3.2 Aspek Finansial PT Karya Usaha
1. Modal tetap : Rp 2.500.000.000
2. Bangunan : Rp 2.000.000.000
3. Modal Operasional : Rp 10.000.000.000
4. Cadangan Modal : Rp 2.000.000.000

Total : Rp 16.500.000.000
3.2.1 Rencana anggaran tahun I

1. Biaya rutin bulanan


 Tenaga kerja 50 orang @ Rp 4.000.000
Total Rp 200.000.000
 Biaya pemeliharaan & penyusutan
Bangunan & peralatan/perlengkapan Rp 300.000.000
 Biaya lain-lain
Administrasi Rp
50.000.000

38
Lisrik, PDAM Rp
50.000.000
Lain-lain Rp
100.000.000
Total Rp
200.000.000
Total biaya rutin perbulan Rp
700.000.000

2. Biaya rutin tahun ke-1 (Biaya tetap)


 Biaya rutin bulanan x 12
Rp 700.000.000 x 12 : Rp 8.400.000.000
 THR 1 bulan gaji : Rp 200.000.000
Total Rp 8.600.000.000
3.2.2 Proyeksi pendapatan tahun ke-1
Pendapaan tahun ke-1
Pada tahun pertama, diproyeksikan jumlah Kosmetik Rumah Tangga
yang terjual perhari 55000 box dengan harga @Rp 35.000, maka akan
diperoleh pendapatan pada tahun pertama sebagai berikut :
55000 x 12 x 65.000 : Rp 42.900.000.000
3.2.3 Pengeluaran 1 tahun pertama
 Pembelian bahan produk 1 th : Rp 30.000.000.000
 Pengeluaran rutin 1 th : Rp 7.000.000.000
Total : Rp 37.000.000.000
3.2.4 Perkiraan laba/rugi tahun ke 1
 Pendapatan tahun ke 1 : Rp 42.900.000.000
 Pengeluaran tahun ke 1 : Rp 37.000.000.000
 Laba sebelum pajak (laba kotor) : Rp 5.900.000.000
 Laba pendapatan (10%) : Rp 590.000.000
 LABA NETTO : Rp 5.310.000.000

39
3.2.5 Perhitungan Batas Laba/Rugi/BEP
1. Pay back periode
Total investasi / laba netto
Rp 16.500.000.000/ Rp 5.310.000.000 = 3,1 tahun
2. Return of investemn ( ROI )
Laba netto/total investasi x 100%
Rp 5.310.000.000 /Rp 16.500.000.000x 100% = 32,18%
3. BEP
BEP dalam 1 tahun dapat dihiung sebagai berikut
BEP harga produksi : Total biaya / Volume produksi
: Rp 37.000.000.000/ (55.000x12)
: Rp 56.060
Artinya, pada tingkat harga sebesar Rp 56.060 usaha ini berada
pada titik impas.
BEP volume produksi : Total biaya / Harga
: Rp 37.000.000.000/ Rp 65.000
: 569.230
Artinya, pada jumlah produksi sebanyak 569.230 box, perusahaan
tidak mengalami keuntungan dan kerugian (impas)
3.3 Metode Analisis SWOT PT. Karya Usaha
Metode analisis SWOT merupakan metode analisis strategi dari
faktor internal perusahaan yang meliputi strengths dan weakness serta
faktor ekternal perusahaan yang meliputi opportunities dan threats.
Dimana di dalam aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths)
mampu mengambil keuntungan dari sebuah peluang (opportunities)
yang ada, kemudian bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness)
yang mencegah keuntungan, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan
terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weakness) yang
mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan
sebuah ancaman baru.

40
 Strengths (Kekuatan)
1. PT. Karya Usaha memiliki kerja sama yang tinggi dalam organisasi
2. PT. Karya Usaha selalu memperbaiki dan mempelajari di segala
aspek untuk dilaksanakan secara cepat dan tepat
3. Harga dari produk PT. Karya Usaha sangat terjangkau pada seluruh
lapisan masyarakat.
 Weakness (Kelemahan)
PT. Karya Usaha merupakan Industri Kosmetik Rumah Tangga
yang masih baru di Indonesia, sehingga memerlukan promosi dan iklan
guna memperkenalkan produk-produk kosmetik yang dihasilkan oleh
PT. Karya Usaha.
 Opportunities (Peluang)
1. Dapat menjadi tren center Produk Kosmetik di masa yang akan
datang dengan semakin gencarnya promosi yang dilakukan serta
penambahan inovasi produk yang disesuaikan dengan permintaan
pasar
2. Dengan adanya lulur berbahan alami yang terjangkau harganya,
pelajar, dan Ibu Rumah Tangga dapat tetap menjaga kecantikan
alami mereka dengan produk kecantikan yang harga terjangkau dan
aman.
 Threats (Ancaman)
Adanya produsen baru yang membuat produk yang sama tetapi
dengan menginovasikan ke dalam bentuk yang lebih praktis..

41
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan

1. Cara mendirikan industri kosmetik rumah tangga yaitu harus memiliki


izin usaha industri atau tanda daftar industri sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Cara memperoleh perizinan mendirikan industri kosmetik rumah tangga
yaitu :
Permohonan izin industri kosmetik rumah tangga dilampirkan dan
diajukan kepada Direktur Jendral dengan tembusan Kepala Badan dan
Kepala Dinas Provinsi setempat, dengan semua syarat – syarat
permohonan izin yang telah ditentukan dan dinyatakan pada CPKB.
3. Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan
dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar.
Bangunan dan fasilitas harus dikontruksi, dilengkapi dan dirawat dengan
tepat agar memperoleh perlindungan dari pengaruh cuaca, banjir,
rembesan dari tanah serta masuk dan bersarangnya serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Sebaiknya tersedia prosedur
untuk pengendalian binatang pengerat hama.
3. Proposal pendirian industri kosmetik rumah tangga meliputi :
a. Harus memiliki dan mendapatkan surat izin pendirian industri
kosmetik rumah tangga
b. Lokasi yang strategis yang dilihat dari beberapa aspek penting, tata
letak bangunan yang sesuai peraturan dan tata letak alat.
c. Menejemen dan Struktur organisasi yang harus dilengkapi agar
perusahan dapat berjalan dengan efektif dan efisien dan
menghasilkan produk yang bermutu.
d. Memiliki karyawan yang cukup agar tidak ada double job dan
pekerjaan akan lebih efektif.

42
e. Pemasaran produk yang tepat, sehingga produk tersebar luas di
penjuru kota, provinsi bahkan sampai keluar negeri.
f. Proses pembuatan kosmetik yang sesuai dengan CPKB
g. Penanganan limbah yang tepat agar tidak terjadi polusi limbah dan
warga sekitar tetap merasa aman dan nyaman.
h. Pengawasan mutu yang dilakukan sebelum produk diluluskan untuk
dipasarkan atau diedarkan ke masyarakat luas seperti uji sampel dan
uji klinik agar tidak ada sesuatu yang tidak di inginkan.
i. Membuat anggaran biaya yang tidak merugikan, dan tidak
menjadikan modal awal membengkak
j. Dan melakukan analisa kelayakan usaha, dari sini dapat terlihat
apakah usaha yang akan kita bangun layak dan menguntungkan atau
malah sebaliknya membuat rugi dan tidak layak.
4. Dana yang dibutuhkan untuk mendirikan PT. Karya Usaha sebesar Rp.
16.500.000.000, Sehingga dalam setahun PT. Karya Usaha harus menjual
660.000 kemasan dan untuk memperoleh keuntungannya harus melewati
titik BEP dengan melebihi batas unit jual produk yang ditetapkan yaitu
dengan menjual lebih dari 660.000 kemasan. Maka pendirian Industri
Lulur Kosmetik Rumah Tangga sangat menguntungkan.

IV.2 Saran
penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan dari pembaca guna
untuk membangun dan menyempurnakan proposal pendirian industri
kosmetik rumah tangga ini.

43
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Surat keputusan menteri kesehatan RI


No. 245/Menkes/SK/X/1990, Tentang Ketentuan dan Tata Cara
Pelaksanaan Pemberiaan Izin Usaha Farmasi. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 1990.
Kapala Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2013, Pedoman Cara Pembuatan
Kosmetik yang Baik. Jakarta.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 965/Menkes/SK/XI/1992,
Tentang Cara Produksi Kosmetik yang Baik. Jakarta.
Pedoman Pelayanan Perizinan Industri Obat Tradisional Direktorat Bina Produksi
Dan Distribusi Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan
Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2011
Pedoman Pembinaan Industri Farmasi Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi
Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI 2011
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi.

44

Anda mungkin juga menyukai