PEMBAHASAN
oleh adanya kerusakan pada nervus facialis (nervus VII), yang menyebabkan
Dari definisi tersebut, bell’s palsy dapat diartikan sebagai suatu kelainan
pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan secara tiba-tiba
pada otot-otot di satu sisi wajah. Dalam hal ini fisioterapis berperan membantu
yaitu pada tanggal 14 Februari 2019 dengan keluhan utama adalah adanya rasa
tebal pada salah satu sisi wajah karena satu sisi nya mengalami kelemahan.
Diagnosa dari dokter, Tn. N di diagnosa terkena bell’s palsy. Sebelum nya pasien
telah mengkonsumsi obat yang diberikan dari dokter selama dua minggu, namun
tidak ada perubahan hingga kemudian dirujuk ke poli fisioterapi oleh dokter saraf.
fungsional otot-otot wajah dengan menggunakan Ugo Fisch Score (UFS), dari
hasil pemeriksaan didapatkan skor 49 atau berada dalam derajat sedang, serta
35
36
disfungsi sedang ke parah. Dari kasus tersebut, terapis memilih modalitas terapi
latihan dengan metode kabat exercise. Selama pemberian terapi, pasien juga
diberi edukasi dan home program oleh terapis untuk dilakukan dirumah agar
dengan metode kabat exercise, sesuai dengan rujukan yang diberikan oleh dokter
saraf bahwa pasien harus diberikan modalitas berupa terapi panas dengan
lampu terpasang secara tegak lurus dengan area yang diterapi yaitu pada bagian
spasme pada wajah dengan jarak 35-45 cm serta durasi waktu yang diberikan
pigmentasi, destruksi jaringan otot, memengaruhi jaringan otot serta urat saraf
sensoris. Sedangkan efek terapeutik dari infrared antara lain untuk mengurangi
dan mengilangkan rasa nyeri, relaksasi otot, meningkatkan suplai darah, dan
kontrol dan fungsi neuromuskular. Pendekatan ini telah secara luas digunakan
untuk latihan, dan telah dikembangkan sejak tahun 1940 dan 1950 oleh Kabat,
fungsi otot. Teknik kabat bermanfaat pada keseluruhan rangkaian rehabilitasi dari
mendapatkan respon motorik yang besar. Pada pendekatan ini telah diketahui
bahwa kelompok otot yang lebih kuat dari suatu pola diagonal memfasilitasi
kemampuan reaksi dari kelompok otot yang lebih lemah. Teknik dan pola kabat
secara rasional teknik ini dapat digunakan karena serabut-serabut ototnya paling
banyak berjalan secara diagonal, dengan suatu penyebaran yang mudah ke daerah
38
wajah bagian atas karena inervasi saraf fasialis yang menyilang. Pada teknik ini,
terdapat tiga fulcra yang diperhatikan, yaitu atas, tengah dan bawah. Fulcra atas
(dahi dan mata) dihubungkan melalui suatu aksis vertikal menuju fulcra
fulcra atas wajah juga melibatkan dua fulcra lainnya (Barbara et al, 2010).
otot yang terganggu dengan menerapkan suatu regangan yang global kemudian
tahanan pada keseluruhan otot dan memotivasi kerja dengan input verbal dan
kontak manual. Pada fulcra atas, pengaktifan dari otot frontal, corrugators dan
orbicularis oculi dilakukan dengan traksi keatas atau ke bawah, yang selalu
berada pada bidang vertikal tergantung pada fungsi khusus yang harus diaktifkan.
Pada fulcra tengah, pengaktifan dari otot elevator communis dari cuping hidung
dan bagian atas bibir juga dikerjakan dengan gerakan traksi, mengikuti garis
vertikal. Untuk fulcra bawah, manuver dikerjakan pada m. orbicularis oris dan
risorium pada bidang horizontal dan m. mentalis pada bidang vertikal (Barbara et
al, 2010).
Rehabilitasi fisik kabat adalah salah satu bentuk latihan terapi yang telah
fisik yang diberikan adalah berdasarkan konsep kabat. Rehabilitasi dimulai pada
hari ke-4 setelah onset paralisis fasialis, dengan satu sesi setiap hari selama 15
onset pengobatan. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pasien-pasien pada
perbaikan klinis yang lebih cepat dibandingkan kelompok tanpa rehabilitasi fisik.
hingga ke fase akhir rehabilitasi. Kemudian secara rasional teknik ini dapat
dengan suatu penyebaran yang mudah ke daerah wajah bagian atas karena inervasi
saraf fasialis yang menyilang. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa perbaikan
berdasarkan House Brackmann dengan metode kabat terlihat mulai pada hari ke 4
setelah onset pengobatan yang dilakukan satu sesi selama 15 hari. Sedangkan dari
hasil tindakan yang dilakukan oleh penulis, penulis hanya melakukan satu kali
penanganan. Selama satu kali tindakan tersebut, pasien tidak mendapat hasil