Anda di halaman 1dari 4

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Data Pasien


Data pasien diketahui melalui anamnesa atau tanya jawab secara dengan
pasien. Anamnesa adalah pengambilan data yang dilakukan tenaga medis dengan
cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien
dengan tujuan memperoleh data pasien beserta keluhannya. Dari anamnesa,
penulis mendapatkan keterangan pasien sebagai berikut:
Nama : Novita Sari Triwidadi
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumahtangga
Agama : Islam
Alamat : Ajibarang Kulon
RPS : 1 bulan lalu pada saat mengangkat beban berat, pasien
tiba-tiba merasakan nyeri pada pergelangan tangan bagian luar (area ibu jari).
Hal yang memperberat rasa nyeri adalah saat ibu jari digerakan dan
menggennggam barang. Untuk memperingan nyeri, pasien mengoleskan
balsam. Semakin hari pasien merasakan nyeri bertambah dan merasa
kesusahan untuk mengambil barang. Lalu pasien melakukan pemeriksaan ke
PUSKESMAS Ajibarang. Kemudian pasien dirujuk untuk diperiksa ke poli
saraf RSUD Ajibarang, dari poli saraf kemudian dirujuk untuk dilakukan
terapi di fisioterapi.
RPD : Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan masalah
yang dialami saat ini.
3.2 Pemeriksaan dan Pengukuran
a. Pemeriksaan yang dilakukan oleh fisioterapi untuk mendiagnosa de quervain
syndrome adalah dengan tes finklestain. Tes ini dilakukan dengan cara
meletakan ibu jari ke dalam telapak tangan dan jari-jari lainnya menutupinya,
seperti pada posisi mengepalkan tangan. kemudian lakukan gerakan
pergelangan tangan menjauhi ibu jari, atau ditekuk keluar yang akan memicu

6
7

gerakan tendon yang membengkak ditarik melalui ruang yang ketat dan
membentang. Bila timbul nyeri saat melakukan ini, maka kemungkinan telah
terjadi de quervain syndrome.
b. Pemeriksaan nyeri dengan Visual Dialogue Scale (VDS)
Pemeriksaan dengan VDS adalah dengan mengukur nyeri yang dirasakan
pasien melalui angka dari 1-7. Cara mengukurnya adalah dengan menanyakan
kepada pasien seberapa nyeri yang dirasakan ketika area yang bermasalah di
tekan, saat diam, dan saat bergerak. Nilai dari VDS:

Nilai Keterangan
1 Tidak nyeri
2 Nyeri sangat ringan
3 Nyeri ringan
4 Nyeri tidak begitu berat
5 Nyeri cukup berat
6 Nyeri berat
7 Nyeri tidak tertahankan

Hasil pengukuran:
Pengukuran Nilai
Nyeri diam 2
Nyeri tekan 5
Nyeri Gerak 3

c. Pengukuran lingkup gerak sendi (LGS) dengan goniometer


Gerakan Nilai
Flexi 0 – 0 – 30
Ekstensi 10 – 0 – 0
Abduksi 15 – 0 – 0
Adduksi 0 – 0 - 20
8

3.3 Pelaksanaan Intervensi


a. Ultrasound
Ultrasound (US) adalah bentuk energi mekanik, jatuh ke dalam
pengelompokan fisik elektro. Getaran mekanis pada frekuensi yang semakin
meningkat dikenal sebagai energi suara. Rentang suara manusia normal adalah 15-
20,000 Hz (pada anak-anak dan dewasa muda). Pada batas atas ini, getaran
mekanis dikenal sebagai ultrasound. Frekuensi yang digunakan dalam terapi
biasanya antara 1,0 dan 3,0 MHz (1MHz = 1 juta siklus per detik) (Mk, Hasan et
al. 2013).
Batas antara lesi superfisial dan lesi dalam berkisar di sekitar kedalaman
2-3cm. Oleh karena itu, jika jaringan target berada di 2-3 cm (atau satu inci) dari
permukaan kulit, frekuensi 3MHz akan efektif sementara frekuensi untuk jaringan
yang lebih dalam akan lebih efektif dicapai dengan US 1MHz.

b. Hold Relax Stretching


Hold Relax Stretching merupakan salah satu teknik terapi latihan yang
menggunakan kontraksi isometrik secara optimal dari kekuatan otot antagonis
yang memendek kemudian dilanjutkan dengan rileksasi otot tersebut dengan cara
mengulur ke arah agonis. Teknik ini bermanfaat untuk meningkatkan lingkup
gerak sendi (Kisner C, 2007). Hold Relax Stretching adalah merupakan salah satu
jenis Propioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF). Teknik ini biasa
digunakan untuk memfasilitasi relaksasi otot dalam upaya mencapai lingkup gerak
sendi dengan menggunakan kontraksi isometrik. Kontraksi isometrik pada hold
relax stretching dapat terjadi ketika muncul perlawanan pada daerah lever tulang
dengan besaran yang cukup untuk bisa mencegah suatu pergerakan. Otot
berkontraksi tetapi pada persendian tidak bergerak dan muscle fibers
mempertahankan agar panjang otot dalam keadaan tetap (Anderson, 2010).
Kontraksi isometric otot antagonis yang berdampak terstimulusnya golgy tendons
organ sehingga membangkitkan mekanisme inhibitory yang menghambat
kekuatan impuls motorik menuju otot antagonis. Sehingga hambatan kinerja otot
agonis menjadi turun, akibatnya gerakan ke agonis menjadi lebih mudah dan lebih
luas (Shankar, 2010).
9

3.4 Evaluasi Tindakan Terapi


a. Evaluasi Nyeri
Pengukuran T1 T2
Nyeri diam 2 2
Nyeri tekan 5 4
Nyeri Gerak 3 3

b. Evaluasi LGS
Gerakan T1 T2
Flexi 0 – 0 – 30 0 – 0 – 30
Ekstensi 10 – 0 – 0 15 – 0 – 0
Abduksi 15 – 0 – 0 15 – 0 – 0
Adduksi 0 – 0 - 20 0 – 0 – 20

Anda mungkin juga menyukai