Anda di halaman 1dari 13

22

BAB III

PELAKSANAAN STUDI KASUS

A. Pengkajian Fisioterapi

Pemeriksaan digunakan untuk mengumpulkan data-data dari pasien yang kemudian

digunakan sebagai dasar problematik pada pasien, sehingga fisioterapis dapat

menentukan intervensi yang tepat untuk pasien tersebut. Adapun langkah – langkah

pemeriksaan dilakukan sebagai berikut

1. Pemeriksaan Subyektif

a. Anamnesis.

Anamnesis dilakukan dengan metode autoanamnesis, pada tanggal 06 januai 2009,

yang diperoleh dari hasil anamnesis yaitu nama pasien : Ibu Z, umur :49 tahun, jenis

kelamin: perempuan, agama : islam, pekerjaan : ibu rumah tangga, alamat : jl. Bangdes,

gampong tumpok tengoh, lhokseumawe, diagnosis medis : OA Genu bilateral

b. Keluhan utama.

Keluhan yang dirasakan pasien adalah terasa kaku dan berat saat berjalan pada

kedua lutut.
23

c. Riwayat penyakit sekarang.

06 januari 2009

Pasien merasakan kaku dan berat pada kedua lutut pada saat berjalan, kadang-kadang

merasakan nyeri pada medial lutut kiri dan kanan setelah duduk lama kemudian berdiri

dan berjalan. Keluhan bertambah saat bangun tidur, awal mulai berjalan, naik turun

tangga. Aktifitas dari duduk ke berdiri harus pelan-pelan, saat mulai berjalan harus berdiri

beberapa saat baru berjalan. Hal ini dirasakan pasien sejak tahun 2006 yang lalu.

Rasa nyeri akan berkurang saat pasien istirahat.

d. Riwayat keluarga dan status sosial.

Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang segala aktifitas rumah tangganya

dilakuan sendiri. Di lingkungan sekitar tempat tinggal masih aktif dalam kegiatan

pengajian.

2. Pemeriksaan Obyektif

a. Pemeriksaan fisik

1). Pemeriksaan tanda vital

Tekanan darah : 130/90 mmhg

Denyut nadi : 75 per menit

Pernafasan : 22 kali per menit

Temperatur : tidak diukur

Tinggi badan : 158 cm


24

Berat badan : 70 kg.

2). Inspeksi/Observasi

Dari hasil inspeksi dan observasi, pasien datang ditemani anaknya, jalan tanpa

bantuan namun tampak lamban, fese menumpu kaki kiri lebih cepat dibanding kaki kanan

postur tampak gemuk. Tidak tampak kelainan pada tungkai, kelainan topik pada kulit

tidak ada, tidak tampak oedem pada ke dua lutut, aligmen ke dua tungkai bagus.

3). Palpasi

Dari hasil palpasi didapatkan perabaan disekitar sendi lutut suhu terasa normal, nyeri

tekan pada medial lutut kiri dan kanan. Hipotonus otot kuadrisep terutama tungkai kiri.

4). Joint Test

Integritas lutut kiri kurang bagus, irama gerak lutut kiri lebih lambat dari lutut kanan,

ada hambatan gerak pada lutut kiri, adanya krepitasi.

5). Pemeriksaan lingkup gerak sendi

Dextra Sinistra

LGS lutut (aktif) S : 0-0-150º S : 0-0-140º

Dext Sin

LGS pasif lutut S : 0-0-160º S : 0-0-145º


25

6). Neurological Test.

Pemeriksaan diskriminatif dua titik, dematom test, propioseptif tidak mengalami

gangguan.

5). Test kekuatan otot

Kekuatan Otot Tungkai Kanan Tungkai Kiri


Fleksor 5 4
Ekstensor 5 4

7). Kemampuan fungsional

Pasien melakukan aktifitas rumah tangga seperti memasak, menggosok pakaian

dengan menggunakan kursi.

8). Pemeriksaan spesifik.

a. Test stabilitas hyper ekstensi

Tes ini ditujukan pada ligamentum cruciatum anterior dan posterior. Jika ligamen

cruciatum kendor akan menambah sudut ekstensi sendi lutut.

Prosedur : pasien tidur terlentang dengan kedua tungkai lurus. Satu tungkai ditekankan

kebawah oleh pemeriksa dengan fiksasi pada knee dan ankle secara bergantian.

b. Tes Gravity Sign.


26

Tes ini ditujukan pada ligamentum cruciatum poterior, dinilai apakah ada perbedaan

ketinggian antara kedua tuberositas tibia, jika positif maka akan terjadi perbedaan

ketinggian antara kedua tuberositas tibia.

Prosedur : pasien tidur terlentang, terapis memposisikan tungkai pasien fleksi hip 90

derajat dan fleksi lutut 90 derajat dengan satu tangan menyangga tungkai pada tumitnya.

Tangan yang lain merapatkan paha pasien. Kemudian dilihat ketinggian tuberositas kanan

dan kiri sama atau tidak.

c. Drawer Tes (Laci Sorong).

Tes ini untuk mengetahui stabilitas ligamen cruciataum anterior bila tarikan kearah

anterior dan ligamen cruciatum posterior bila tarikan kearah posterior.

Prosedur : pasien tidur terlentang diatas bed, satu tungkai pasien ditekuk dan lutut

yang lain lurus. Terapis duduk di tepi bed sambil menekan atau menduduki kaki pasien

yang lututnya ditekuk, kedua tangan terapis memberikan tarikan kearah anterior dan

posterior secara bergantian.

d. Tes Hipermobilitas Varus.

Tes ini ditujukan untuk mengetahui lesi ligamentum colateral lateral. Pada

pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara lutut full ekstensi dan fleksi 30 derajat.

Prosedur : pasien tidur terlentang, salah satu tungkai bawah pasien terjuntai diluar bed.

Terapis berada di samping pasien, satu tangan terapis berada dibawah lutut pasien yang

terjuntai, tangan lain berada diatas kaki pasien, kemudian digerakkan kearah varus.

e. Tes Hipermobilitas Valgus.


27

Tes ini ditujukan untuk mengetahui stabilitas ligamentum collateral medial .

Prosedur : pasien tidur terlentan, satu tungkai bawah pasien terjuntai diluar bed. Terapis

berada disampng pasien, satu tangan terapis berada dibawah lutut pasien yang berada

diluar bed, sedangkan tangan yang lain berad diatas kaki pasien yang terjuntai, kemudian

digerakkan kearah varus.

9). Pemeriksaan nyeri pada skala VAS

Nyeri pada saat aktifitas pada lutut

Lutut kanan

Tidak nyeri nyeri tidak tertahankan


I X I
0 5 10

Lutut kiri
Tidak nyeri nyeri tidak tertahankan
I X I
0 7 10

11). Fungsional dengan skala Jette.


Skala fungsional menurut Jette adalah dengan melihat keriteria sebagai berikut:

Kriteria Duduk ke berdiri Berjalan 10 meter Naik turun tangga


3 step

Nyeri 3 4 4

Derajat kesulitan 4 3 4
28

Derajat 2 1 2
ketergantungan

Keterangan :
Nyeri nilai 1 : tidak nyeri, nilai 2 : nyeri ringan. Nilai 3 : nyeri sedang, nilai 4 : agak
nyeri, nilai 5 sangat nyeri
Derajad kesulitan, nilai 1 : sangat mudah, nilai 2 : agak mudah, nilai 3 : sedang,

nilai 4 : agak sulit, nilai 5 : sangat sulit.

Derajad ketergantungan, nilai 1: tanpa bantuan, nilai 2 : butuh bantuan alat,

nilai 3 : butuh bantuan orang lain, nilai 4: butuh bantuan orang lain dan alat, nilai5 :

tidak dapat melakukan aktifitas.

B. UNDERLYING PROSES & MEKANISME (CLINICAL REASONING)

OA

Kerusakan jar kartilago

Menekan jar sekitar tidak langsung


29

Langsung radang

ischemia

menimbulkan nyeri imobilisasi

m↓gerak & fungsi atropi otot

↓LG

C. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Impairment

Penurunan kekuatan otot kuadrisep tungkai tungkai kiri

Nyeri tekan pada kedua tungkai.

Nyeri gerak pada ke dua lutut.

Keterbatasan LGS

Fungsional Limitation

Kesulitan berjalan, bangkit dari duduk, kesulitan toileting, kesulitan aktifitas shalat

Disability/Participation restriction

Gangguan dalam aktifitas pengajian di sekitar tempat tinggal

D. PROGRAM FISIOTERAPI.
30

(Tujuan jangka panjang dan Pendek, Teknologi Intervensi FT)

1.Tujuan jangka pendek.

Mengurangi rasa nyeri

Peningkatan kekuatan otot kuadrisep

Memelihara LGS dan menambah LGS

Memelihara stabilitas sendi lutut.

2. Tujuan jangka panjang.

Memperbaiki pola jalan

Meningkatkan kemampuan fungsional.

3. Intervensi fisioterapi.

a. Ifra Merah (IR)

Pasien tidur terlentang, dilakukan penyinaran pada otot kuadrisep, posisi penyinaran

tegak lurus, jarak antara lampu dan daerah yang disinari 15-30 cm, lama penyinaran 15

menit.

b Terapi latihan.

Free active exercise


31

Pasien duduk dikursi posisi lutut 90 derajad, kemudian pasien diminta untuk

meluruskan tungkai secara berulang- ulang sebanyan 20 kali, sebanyak 3 seri dengan

istirahatnya setiap seri 10 detik.

Active ressisted exercise

Latihan dilakukan dengan menggunakan alat bantu quadriceps bench, dengan

metode Holten, beban awal 60 % dari 1RM.

Gait analis

Pola jalan akan membaik apabila nyeri menghilang, namun pasien takut

untukmenginjakkan kaki, sehingga masa stand fase pada kaki yang sakit akan berkurang.

Di sini kita mengingatkan pasien untuk menormalkannya.

E. RENCANA EVALUASI
Nyeri dengan VAS

LGS dengan goniometer

Kekuatan otot dengan MMT

Kemampuan fungsional dengan skala Jette.

F. PROGNOSIS

1. Qua ad vitam : baik

2. Qua ad sanam : sedang

3. Qua ad cosmeticam : sedang

4. Qua ad fungsional : seadang


32

G. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Evaluasi T0 T6 T12
1.VAS

Lutu kanan (jalan) 5 4 3

Lutut kiri (jalan) 7 5 3

2.LGS

Lutut kanan (aktif) 150 153 155

Lutut kanan (pasif) 160 160 160

Lutut kiri (aktif) 140 145 150

Lutut kiri (pasif) 145 150 155

3. Kekuatan otot

kuadrisep kanan 5 5 5

kuadrisep kiri 4 4 5

Aktifitas fungsional dengan skala Jette.

Kriteria Duduk ke berdiri Berjalan 10 meter Naik trn tangga 3 step


T0 T6 T12 T0 T6 T12 T0 T6 T12
33

Nyeri 3 3 2 4 4 2 4 4 3

Derajat kesulitan 4 4 2 3 3 2 4 3 3

Derajat 2 2 2 1 1 1 2 2 2
ketergantungan

H. HASIL TERAPI AKHIR.

Pasien dengan nama Ny.Z, umur 49 tahun, dengan kondisi osteoarteritis lutut bilateral

setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sebanyak 12 kali, tiga kali dalam

seminggu dengan modalitas IR, mobilisasi sendi, free active exercaise, resisted

exercaise maka didapatkan hasil sebagaiberikut :

1. Penurunan nyeri

2. Peningkatan LGS lutut

3. Peningkatan kekuatan otot

4. Peningkatan kemampuan fungsional.

Lhokseumawe, Febuari 2009

Pembimbing

Kinta, RPT
NIP.14026830
34

Anda mungkin juga menyukai