BAB III
A. Pengkajian Fisioterapi
menentukan intervensi yang tepat untuk pasien tersebut. Adapun langkah – langkah
1. Pemeriksaan Subyektif
a. Anamnesis.
yang diperoleh dari hasil anamnesis yaitu nama pasien : Ibu Z, umur :49 tahun, jenis
kelamin: perempuan, agama : islam, pekerjaan : ibu rumah tangga, alamat : jl. Bangdes,
b. Keluhan utama.
Keluhan yang dirasakan pasien adalah terasa kaku dan berat saat berjalan pada
kedua lutut.
23
06 januari 2009
Pasien merasakan kaku dan berat pada kedua lutut pada saat berjalan, kadang-kadang
merasakan nyeri pada medial lutut kiri dan kanan setelah duduk lama kemudian berdiri
dan berjalan. Keluhan bertambah saat bangun tidur, awal mulai berjalan, naik turun
tangga. Aktifitas dari duduk ke berdiri harus pelan-pelan, saat mulai berjalan harus berdiri
beberapa saat baru berjalan. Hal ini dirasakan pasien sejak tahun 2006 yang lalu.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga yang segala aktifitas rumah tangganya
dilakuan sendiri. Di lingkungan sekitar tempat tinggal masih aktif dalam kegiatan
pengajian.
2. Pemeriksaan Obyektif
a. Pemeriksaan fisik
2). Inspeksi/Observasi
Dari hasil inspeksi dan observasi, pasien datang ditemani anaknya, jalan tanpa
bantuan namun tampak lamban, fese menumpu kaki kiri lebih cepat dibanding kaki kanan
postur tampak gemuk. Tidak tampak kelainan pada tungkai, kelainan topik pada kulit
tidak ada, tidak tampak oedem pada ke dua lutut, aligmen ke dua tungkai bagus.
3). Palpasi
Dari hasil palpasi didapatkan perabaan disekitar sendi lutut suhu terasa normal, nyeri
tekan pada medial lutut kiri dan kanan. Hipotonus otot kuadrisep terutama tungkai kiri.
Integritas lutut kiri kurang bagus, irama gerak lutut kiri lebih lambat dari lutut kanan,
Dextra Sinistra
Dext Sin
gangguan.
Tes ini ditujukan pada ligamentum cruciatum anterior dan posterior. Jika ligamen
Prosedur : pasien tidur terlentang dengan kedua tungkai lurus. Satu tungkai ditekankan
kebawah oleh pemeriksa dengan fiksasi pada knee dan ankle secara bergantian.
Tes ini ditujukan pada ligamentum cruciatum poterior, dinilai apakah ada perbedaan
ketinggian antara kedua tuberositas tibia, jika positif maka akan terjadi perbedaan
Prosedur : pasien tidur terlentang, terapis memposisikan tungkai pasien fleksi hip 90
derajat dan fleksi lutut 90 derajat dengan satu tangan menyangga tungkai pada tumitnya.
Tangan yang lain merapatkan paha pasien. Kemudian dilihat ketinggian tuberositas kanan
Tes ini untuk mengetahui stabilitas ligamen cruciataum anterior bila tarikan kearah
Prosedur : pasien tidur terlentang diatas bed, satu tungkai pasien ditekuk dan lutut
yang lain lurus. Terapis duduk di tepi bed sambil menekan atau menduduki kaki pasien
yang lututnya ditekuk, kedua tangan terapis memberikan tarikan kearah anterior dan
Tes ini ditujukan untuk mengetahui lesi ligamentum colateral lateral. Pada
pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara lutut full ekstensi dan fleksi 30 derajat.
Prosedur : pasien tidur terlentang, salah satu tungkai bawah pasien terjuntai diluar bed.
Terapis berada di samping pasien, satu tangan terapis berada dibawah lutut pasien yang
terjuntai, tangan lain berada diatas kaki pasien, kemudian digerakkan kearah varus.
Prosedur : pasien tidur terlentan, satu tungkai bawah pasien terjuntai diluar bed. Terapis
berada disampng pasien, satu tangan terapis berada dibawah lutut pasien yang berada
diluar bed, sedangkan tangan yang lain berad diatas kaki pasien yang terjuntai, kemudian
Lutut kanan
Lutut kiri
Tidak nyeri nyeri tidak tertahankan
I X I
0 7 10
Nyeri 3 4 4
Derajat kesulitan 4 3 4
28
Derajat 2 1 2
ketergantungan
Keterangan :
Nyeri nilai 1 : tidak nyeri, nilai 2 : nyeri ringan. Nilai 3 : nyeri sedang, nilai 4 : agak
nyeri, nilai 5 sangat nyeri
Derajad kesulitan, nilai 1 : sangat mudah, nilai 2 : agak mudah, nilai 3 : sedang,
nilai 3 : butuh bantuan orang lain, nilai 4: butuh bantuan orang lain dan alat, nilai5 :
OA
Langsung radang
ischemia
↓LG
C. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Impairment
Keterbatasan LGS
Fungsional Limitation
Kesulitan berjalan, bangkit dari duduk, kesulitan toileting, kesulitan aktifitas shalat
Disability/Participation restriction
D. PROGRAM FISIOTERAPI.
30
3. Intervensi fisioterapi.
Pasien tidur terlentang, dilakukan penyinaran pada otot kuadrisep, posisi penyinaran
tegak lurus, jarak antara lampu dan daerah yang disinari 15-30 cm, lama penyinaran 15
menit.
b Terapi latihan.
Pasien duduk dikursi posisi lutut 90 derajad, kemudian pasien diminta untuk
meluruskan tungkai secara berulang- ulang sebanyan 20 kali, sebanyak 3 seri dengan
Gait analis
Pola jalan akan membaik apabila nyeri menghilang, namun pasien takut
untukmenginjakkan kaki, sehingga masa stand fase pada kaki yang sakit akan berkurang.
E. RENCANA EVALUASI
Nyeri dengan VAS
F. PROGNOSIS
Evaluasi T0 T6 T12
1.VAS
2.LGS
3. Kekuatan otot
kuadrisep kanan 5 5 5
kuadrisep kiri 4 4 5
Nyeri 3 3 2 4 4 2 4 4 3
Derajat kesulitan 4 4 2 3 3 2 4 3 3
Derajat 2 2 2 1 1 1 2 2 2
ketergantungan
Pasien dengan nama Ny.Z, umur 49 tahun, dengan kondisi osteoarteritis lutut bilateral
seminggu dengan modalitas IR, mobilisasi sendi, free active exercaise, resisted
1. Penurunan nyeri
Pembimbing
Kinta, RPT
NIP.14026830
34