Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK

MAHASISWA D3 FISIOTERAPI
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
1. Asuhan Fisioterapi
Menurut KEPMENKES RI, fisioterapi adalah bentuk layanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.
Terdapat tiga komponen penting dalam standar asuhan fisioterapi yaitu input, proses, dan
output. Input terdiri dari pasien, kemampuan fisioterapis, modalitas fisioterapis, kode etik, kode
etik dan sumber lainnya. Proses dalam asuhan ini adalah assessment, diagnose, perencanaan,
intervensi dan evaluasi. Sedangkan output terdiri atas kesembuhan pasien atau peningkatan
kemampuan fisioterapis itu sendiri.
Dalam membuat asuhan fisioterapi, bagian paling penting terdiri atas :
a. Assessment
Assesment termasuk pemeriksaan pada perorangan atau kelompok, nyata atau berpotensi
untuk terjadi kelemahan, ketergantungan fungsi, ketergantungan atau kondisi kesehatan lain nya
dengan cara melakukan pengambilan riwayat penyakit, screening, tes khusus, pengukuran, dan
evaluasi dari hasil pemeriksaan melalui analisis dan sintesa dalam proses pertimbangan klinis.
b. Diagnosa
Diagnosa fisioterapi dihasilkan dari pemeriksaan dan evaluasi yang merupakan hasil dari
alasan-alasan klinis yang dapat mencangkup gangguan/kelemahan (impairment), functional
limitation, disabilities, dan sindroma.
c. Perencanaan
Dimulai dengan pertimbangan kebutuhan intervensi yang menuntun pada pengembangan
rencana intervensi yang telah disetujui pasien, keluarga, atau tenaga kesehatan lainnya.
Perencanaan juga dapat menjadi pemikiran tentang perencanaan alternative untuk dirujuk kepada
pihak lain bila kasusnya tidak dapat ditangani fisioterapi.
d. Intervensi
Intervensi diimplementasikan dan dimodifikasi untuk mencapai tujuan yang disepakati
dan dapat termasuk penanganan fisioterapis.
2. Tes Khusus pada Bahu dan Punggung
a. Pemeriksaan pada bahu
- Yergason Test
Tes ini untuk menentukan stabil atau unstabilnya tendon musculus biceps pada sulcus
bicipitalis. Caranya adalah dengan meminta pasien untuk memfleksikan elbownya, kemudian
genggamlah fleksi elbow pada satu tangan dan tangan yang lainnya pada wrist. Untuk mengetes
stabilisasi tendon biceps, eksternal rotasikan lengan pasien kemudian disuruh pasien menahan
gerakan tersebut beberapa saat kemudian tariklah kebawah elbownya. Jika tendon musculus
biceps tidak stabil pada sulcus bicipitalis, maka akan terdengar letupan pada sulcus tersebut dan
pasien terlihat menahan nyeri.
- Tes Drop Arm Test
Tes ini untuk menentukan ada tidaknya kerobekan pada rotator cuff. Pertama mintalah
pasien untuk abduksi lengan. Kemudian suruh turunkan kesamping badan dengan perlahan. Jika
ada kerobekan, lengan akan jatuh kesisi badan dari posisi badan 90˚ abduksi. Pasien tidak akan
dapat menurunkan lengannya dengan perlahan walaupun mencoba berulang kali. Jika pasien
mampu melakukan abduksi, maka berikan sedikit tepukan pada lengan bawahnya maka lengan
segera jatuh ke sisi badan.
- Apprehension Test
Dilakukan untuk mengetes dislokasi shoulder yang bersifat kronik. Dengan cara
melakukan abduksi dan mengeksternal rotasikan lengan pasien, dimana posisi ini akan
mempermudah memeriksa terjadinya shoulder. Jika shoulder dislokasi, pasien akan terlihat
berubah mimiknya dan selanjutnya pasien akan menahan gerakan tersebut.
b. Pemeriksaan pada punggung
- Slump test
Posisi pasien duduk tegak. Terapis mempertahankan kepala pasien pada posisi netral,
pasien diminta untuk mengendorkan punggung (fleksi lumbal). Kemudian beri tekanan pada
bahu kanan kiri untuk mempertahankan posisi fleksi lumbal. Selanjutnya pasien diminta
menggerakan fleksi leher dan kepala sejauh mungkin. Kemudian terapis mempertahankan posisi
maksimal fleksi vertebrae tersebut dengan member tekanan pada kepala bagian belakang.
Terapis menahan kaki pasien pada maksimal dorsi fleksi, pasien diminta meluruskan lututnya.
Jika pasien tidak mampu meluruskan lututnya karena nyeri, tekanan pada kepala pindah kebahu.
Pemeriksaan positif bila saat tekanan pada kepala dipindah ke bahu pasien, mampu menambah
gerakan ekstensi lutut atau nyeri berkurang.
- Straight leg rising test
Posisi awal telentang, hip adduksi dan edorotasi dan knee lurus. Terapis mengangkat
tungkai pasien (35-70˚), bila pasien mengeluh nyeri pantat/paha belakang. Untuk lebih
meyakinkan bahwa yang terprovokasi adalah saraf ischiadikus, sedikit turunkan tungkai
kemudian lakukan gerakan dorsi fleksi ankle kemudian lepaskan dan pasien diminta mengangkat
kepalanya. Bila nyeri pertama terasa dipantat berarti terdapat penekanan saraf yang sifatnya
central atau karena herniasi discus.
3. SPO Ultrasound (US)
US adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran mekanik gelombang suara dengan
frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan oleh fisioterapi adalah 0,5 – 5 MHz. Tujuannya
mengurangi ketegangan otot, mengurangi rasa nyeri, memacu proses penyembuhan jaringan
collagen. Cara kerja:
a. Sebelum terapi
- Memberikan penjelasan kepada pasien tentang US
- Menentukan daerah yang akan diterapi
- Tes sensasibilitas
- Bersihkan area yang diterapi dengan alcohol
- Terapis memutuskan metode yang akan digunakan
- Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
b. Selama terapi
- Terapis menyetel alat yang akan digunakan
- Alat didekatkan ke daerah yang akan digunakan terapi
- Tentukan lama terapi, frekuensi dan intensitas
- Treatment harus slalu dinamis dan ritmis
c. Sesudah terapi
- Matikan alat lalu dibersihkan
- Terhadap pasien: treatment harus subjektif atau objektif
Penetrasi dalam US:
- Tulang : penetrasi 7 mm pada frekuensi 1 MHz
- Kulit : penetrasi 36 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 7 mm
- Tendon : penetrasi 21 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 7 mm
- Otot : penetrasi 30 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 55 mm
- Lemak : penetrasi 165 mm pada frekuensi 1 MHz, pada 3 MHz 55 mm
Intensitas dilakukan secara kontinu atau teratur. Intensitas rendah <0,3 W/cm2, intensitas
sedang 0,3-1,2 W/cm2 intensitas kuat 1,2-3 W/cm2 . untuk efek terapeutik 0,7-3 MHz. frekuensi
pada subakut waktu 3 menit pengulangan 1x1 sehari, sehari 10x. untuk kronik waktu 5-10 menit
pengulangan 1x1 hari ata 1x2 hari, sehari 12-18x.
4. Mekanisme Elektroterapy pada Nyeri
5. SPO Terapi Latihan pada kasus Osteoarthritis

Anda mungkin juga menyukai