Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PERUBAHAN KURIKULUM TERHADAP PROFESIONALITAS GURU

DI SEKOLAH DASAR

Arcintya Dwi Septi Putri Andini


Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta
arcintya.dwi2016@student.uny.ac.id

Abstrak : Kurikulum pendidikan nasional telah mengalami beberapa perubahan, sejak tahun
1947 hingga sekarang ini, proses perubahan kurikulum ini bukanlah terjadi serta merta namun
banyak hal yang menyebabkan terjadi beberapa kurikulum di Indonesia, hal ini terjadi karena
adanya perubahan kebijakan, kebutuhan dan banyak faktor lainnya yang telah menyebabkan
perubahan kurikulum di Indonesia. Perubahan kurikulum ini tentu saja dengan harapan akan
membawa kemajuan pendidikan di Indonesia saat ini. Artikel ini akan membahas pengaruh
perubahan kurikulum 2013 di Indonesia. Guru diharapkan dapat melaksanakan Kurikulum
2013 dengan baik dan benar dalam sistem Pendidikan.

Kata Kunci: Pendidikan, profesional, kompetensi guru, kurikulum

Abstract: the National Education Curriculum has undergone some changes, startingin 1947 to
the present, the process is not the curriculum changes happen immediately but many things that
cause some curriculum in Indonesia, it is occur due to policy changes, needs and many other
factors that have led to changes in the curriculum in Indonesia. This curriculum change of
course in the hope it will bring the advancement of education in Indonesia at the moment. This
article will discuss the influence of change in Indonesia in 2013 curriculum. Teachers are
expected to implement Curriculum 2013 with good and true in the educational system.

Keywords: education, professional, competence of teachers, curriculum


A. PENDAHULUAN
Kegiatan belajar mengajar saat ini masih banyak dibicarakan banyak orang, hampir
setiap hari, media massa khususnya media cetak baik harian maupun mingguan memuat berita
tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru,
baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai ke kepentingan pribadi sedangkan
dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri. Sebagai contohnya yaitu masyarakat
atau orang tua siswa pun kadang mencemooh dan menuding guru tidak kompeten, tidak
berkualitas dan masih banyak tudingan-tudingan lainnya, manakala putra/putrinya tidak bisa
menyelesaikan persoalan yang ia hadapi sendiri atau memiliki kemampuan yang tidak sesuai
dengan keinginannya. Dari kalangan bisnis pun memprotes para guru karena kualitas para
lulusan dianggapnya kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaannya.
Sikap dan perilaku masyarakat ini memang bukan tanpa alasan karena memang ada
sebagian kecil oknum guru yang melanggar atau menyimpang dari kode etiknya. Walaupun
demikian peran guru tidak bias digantikan sekalipun dengan mesin yang canggih. Karena tugas
guru yaitu pembinaan sifat mental manusia yang menyangkut aspek-aspek yang bersifat
manusiawi yang unik. Sebagian besar masyarakat memandang bahwa siapa saja bisa menjadi
guru asalkan memiliki pengetahuan. Menurut Dr. Nana Sudjana (1988) rendahnya pengakuan
masyarakat terhadap profesi guru disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu adanya pandangan
sebagian masyarakat bahwa siapa saja bias menjadi guru asalkan berpengetahuan, kekurangan
guru didaerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak
mempunyai keahlian untuk menjadi guru, dan banyak guru yang belum menghargai profesinya,
apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu. Perasaan rendah diri karena menjadi guru,
penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru
menjadi merosot ( Moh. Uzer Usman, 2006: 2)
Perkembangan kurikulum di Indonesia yang pesat juga membuat guru harus selalu
berusaha mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan. Bagi sebagian guru yang professional dia
akan selalu bersemangat mengikuti peraturan yang telah ditetapkan tapi tidak bagi sebagian
guru yang tidak terlalu memperhatikan ketetapan peraturan yang ada. Sebagai salah satu contoh
yaitu guru yang di sekolahnya berbasis kurikulum 2013 tetapi ia tetap saja mengajar seperti
biasanya tidak terpadu seperti kurikulum 2013. Tetapi tidak menutup kemungkinan banyak
juga guru yang telah mengimplementasikan pembelajaran kurikulum 2013 dengan benar dan
profesional.
B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan dan Pelaku Pendidikan
Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah proses perubahan
sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar serta proses pembelajaran untuk peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan mulai dilaksanakan sejak lahir dengan
perkembangan peradaban manusia berkembang pula isi dan bentuk termasuk
perkembangan penyelenggaraan pendidikan. Sejalan dengan itu menurut George F. Kneller
dalam bukunya yang berjudul foundations of education (1967: 63), pendidikan dapat
dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, dalam artinya yang luas pendidikan
menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang
berhubungan dengan pertumbuhan atau perkembangn jiwa (mind), watak (character), atau
kemampuan fisik (physical ability). Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses dimana
masyarakat, melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, atau
lembaga-lembaga lainnya), dengan sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu
pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilam-keterampilan, dan generasi ke generasi (Dwi
Siswoyo dkk, 2013: 47).
Pendidikan memiliki fungsi untuk menyiapkan manusia sebagai manusia seutuhnya,
menyiapkan manusia sebagai tenaga kerja, dan menyiapkan manusia sebagai warga Negara
yang baik. Tujuan umum pendidikan adalah tujuan paling akhir dan merupakan
keseluruhan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Selain memiliki tujuan umum
pendidikan memiliki tujuan khusus yaitu penghususan tujuan umum atas dasar berbagai
hal, misalnya usia, jenis kelamin, inteligensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya,
tahap-tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya (Dwi siswoyo
dkk, 2013: 23). Aktivitas pendidikan melibatkan unsur subjek pemberi yaitu pendidik dan
subjek penerima yaitu peserta didik. Dalam pengertian sederhana, pendidik atau sering
disebut dengan guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik
dengan sikap profesionalisme, profesionalisme adalah kemampuan untuk bertindak secara
profesional, profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesi itu
(Latifah Husein, 2016: 15)
. Menurut Sutari Iman Bernadib (1994) pendidik adalah setiap orang yang dengan
sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi.
Ahli lain Umar Tirtarahardja dan La Sulo (1994) mengatakan bahwa pendidik adalah orang
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pendidikan. Peserta didik memiliki ciri khas yang dijelaskan oleh Umar
Tirtarahardja dan La Sulo (1994) yaitu : (i) individu yang memiliki potensi fisik dan psikhis
yang khas, (ii) individu yang sedang berkembang, (iii) individu yang membutuhkan
bimbingan individual dan perlakuan manusiawi, dan (iv) individu yang memiliki
kemampuan untuk mandiri (Dwi Siswoyo, dkk. 2013: 86).

2. Tugas dan Peran Guru


Pendidik atau guru adalah salah satu jendela melihat dunia bagi peserta didik dengan
bimbingan dan ilmu yang ia berikan para peserta didik akan mengetahui apa yang belum ia
ketahui. Guru masih memegang peranan sentral dalam membukakan pikiran peserta didik
untuk melihat dunia yang berkembang sangat cepat dan dinamis. Guru tidak hanya
membuka jendela dunia, tetapi sekaligus menyeleksi, menyaring, dan memberikan
informasi terbaik kepada anak didiknya. Pikiran anak yang masih lembut sangat rentan
terhadap pengaruh luar. Maka dari itu peran seorang guru dibutuhkan untuk membantu
anak mampu menyaring hal baik. Pengaruh guru terhadap anak didiknya sangat besar,
anak-anak akan sangat mudah sekali percaya dengan apa yang dikatakan gurunya, dengan
demikian guru sebaiknya mengatakan hal-hal yang benar. Guru memiliki kepercayaan dari
masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat.
Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok, tetapi juga secara
individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah
laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah saja tetapi di luar
sekolah sekalipun. Lebih lanjut Drs. N.A. Ametembun mengatakan bahwa guru adalah
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid,
baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah (Syaiful
Bahri, 2005: 32).
Menjadi seorang guru adalah suatu pilihan yang mulia, dengan kemuliaanya guru rela
mengabdikan dirinya untuk orang lain. Dengan kekurangan yang ada guru selalu berusaha
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan
bangsanya. Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang dapat
melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari seluruh hidup dan
kehidupannya untuk mengabdi. Menurut Raka Joni (Conny R. Semiawan dan Soedijarto,
1991) hakikat tugas guru pada umumnya berhubungan dengan pengembangan sumber daya
manusia yang pada akhirnya akan paling menentukan kelestarian dan kejayaan kehidupan
bangsa. Dengan kata lain bahwa guru mempunyai tugas membangun dasar-dasar dari corak
kehidupan manusia dimasa yang akan dating. (Dwi Siswoyo, dkk.2013: 121). Tugas guru
sebagai suatu profesi menuntut kepada untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru harus menempatkan diri sebagai
orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua kandung/wali
anak didik dalam jangka waktu tertentu. Ada beberapa fungsi dan tugas menurut Jamal
Ma’mur diantaranya adalah sebagai (i) pendidik, tugas ini adalah tugas yang paling utama
seorang guru, (ii) pemimpin, guru harus bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan
peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas, (iii) fasilitator,
guru memfasilitasi peserta didik untuk menemukan dan mengembangkan bakatnya secara
pesat, dan (iv) motivator, guru harus mampu membangkitkan semangat dan mengubur
kelemahan peserta didik tanpa memandang latar belakang hidup keluarga, kelam masa lalu,
dan berat tantangannya ( Jamal Ma’mur,2016: 29).

3. Guru Profesional dan Kompetensi Guru


Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan
yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Menurut Muhammad Nurdin (2008) suatu pekerjaan dapat dikatakan profesional apabila
memenuhi persyaratan atau kriteria, yaitu: (i) memiliki spesialisasi ilmu dengan latar
belakang teori yang baku, dan (ii) memiliki kode etik dalam menjalankan profesi.
Selanjutnya Dwi Siswoyo (2013) mengatakan bahwa profesionalisme guru memiliki
prinsip-prinsip profesionalisme sebagai berikut : a) bahwa profesi guru merupakan profesi
yang berdasarkan bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism, b) menuntut komitmen tinggi
terhadap peningkatan mutu pendidikan, iman taqwa dan akhlak mulia, c) adanya kualifikasi
akademik dan latarbelakang pendidikan yang relevan, d) memiliki kompetensi yang sesuai
dengan bidang tugasnya di sekolah, dan e) menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas
profesinya demi kemajuan bangsa. Guru profesional mempunyai makna yang mengacu
kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang
penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya (Latifah
Husein, 2016: 23)
Seorang guru haruslah mempunyai kriteria yang diinginkan oleh dunia pendidikan. Di
Indonesia telah dirumuskan syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 10
Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Menurut Dwi Siswoyo kempetensi pedagogik bukan
kompetensi yang hanya bersifat teknis belaka, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik, kompetensi kepribadian adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang pendidik di sekolah berupa penguasaan materi pelajaran
secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

4. Pengaruh Perubahan Kurikulum 2013 Terhadap Guru


Kurikulum dalam arti sempit diartikan sebagai kumpulan berbagai mata pelajaran/mata
kuliah yang diberikan kepada peserta didik melalui kegiatan yang dinamakan proses
pembelajaran. Akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya sosio-teknologi
maka kurikulum diartikan secara lebih luas sebagai keseluruhan proses pembelajaran yang
direncanakan dan dibimbing di sekolah, baik yang dilaksanakan di dalam kelompok atau
secara individual, di dalam atau di luar sekolah (Kerr dalam Kelly, 1982). Kurikulum
merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam pendidikan atau pelatihan, oleh
karenanya pengembangan kurikulum melibatkan pemikiranpemikiran secara filsafati,
psikologi, ilmu pengetahuan teknologi dan budaya. Landasan filsafat pendidikan akan
menelaah fungsi sebuah kurikulum secara mendalam sehingga dapat menemukan substansi
dari sebuah kurikulum pendidikan.
Kurikulum menurut Ronald C. Doll, merupakan perencanaan yang ditawarkan bukan
yang diberikan, oleh karenanya pengalaman yang diberikan guru belum tentu ditawarkan.
Dengan demikian seluruh konsep pendidikan di sekolah dapat dan harus ideal. Kurikulum
harus membicarakan tentang keharusan dan bukan kemungkinan. Kemudian bimbingan
dan arahan tidak saja tugas dan kewajiban guru tetapi menjadi kewajiban sekolah yang
komponennya tidak hanya sekedar guru, tetapi juga kepala sekolah, karyawan dan unsur
lain yang terkait dengan pendidikan.
Beberapa kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia seperti kurikulum 1947,
1968, 1975, 1984, 1994, CBSA, KBK, KTSP, dan Kurikulum 2013. Perubahan kurikulum
yang terjadi bukan hanya terjadi karena terjadinya perubahan stuktural pemimpin dalam
lembaga pendidikan namun juga karena kebutuhan dunia pendidikan ketika terjadinya
perubahan kurikulum. Kalau dilihat lebih jauh masing-masing kurikulum ini memiliki
kelebihan dan kekurangan dari kurikulum yang satu dengan lainnya oleh karenanya
pemahaman dari pendidik dalam memahami dan menguasai sebuah kurikulum sangatlah
dibutuhkan agar antara pendidik dengan tujuan kurikulum sejalan sehingga dapat tercapai
tujuan kurikulum pendidikan saat itu.
Menurut Imam Machali (2014) kehadiran kurikulum 2013 diharapkan mampu
melengkapi kekurangankekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Kurikulum
2013 disusun dengan mengembangkan dan memperkuat sikap, pengetahuan, dan
keterampilan secara berimbang. Penekanan pembelajaran diarahkan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual dan sosial sesuai
dengan kerakteristik Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diharapkan akan
menumbuhkan budaya keagamaan (religious culture) di sekolah.
Menurut Ali Mustadi, dkk (2014) mengatakan bahwa bukan persoalan yang mudah
untuk mempersiapkan guru yang ideal seperti harapan kurikulum 2013 dalam waktu
singkat, terutama untuk merubah mindset guru dari yang asalnya hanya bertugas untuk
mengajar sementara dalam kurikulum 2013 guru harus mampu mengarahkan siswa untuk
aktif, produktif, kreatif dan berpikir kritis. Upaya pembaharuan dan peningkatan kualitas
pendidikan pemerintah memastikan diterapkannya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013
yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang telah berjalan sebelumnya.
Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar peran guru dalam pembelajaran. Secara
administratif, pemerintah pusat telah menyiapkan perangkat pelaksanaan pembelajaran
yang tidak perlu lagi disiapkan oleh guru. Namun demikian, guru dituntut berperan secara
aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran sehingga siswa akan menjadi pusat
belajar. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena tidak semua guru memiliki
kompetensi tersebut. Selain itu, guru dituntut kesiapannya untuk melaksanakan kurikulum
dalam waktu yang relatif singkat sementara perangkatnya belum disiapkan secara matang.
Masyarakat menaruh harapan terhadap guru, karena gurulah yang terlibat langsung dalam
menciptakan pembelajaran untuk membentuk kompetensi inti dan kompetensi dasar (KI-
KD). Konsep Kurikulum 2013 ini menuntut guru agar menerapkan pembelajaran berbasis
tematik-integratif.
Dalam implementasi kurikulum 2013 guru harus memahami berbagai pedoman, baik
pedoman guru maupun peserta didik, yang semuanya sudah disiapkan pemerintah, baik
kaitannya dengan kurikulum nasional maupun kurikulum wilayah. Pada kurikulum 2013
guru dituntut membuat proses pembelajaran yang menyenangkan, dalam
perkembangannya pembelajaran yang mampu mengembangkan sikap dan kreativitas
peserta didik tidak jauh berbeda dengan yang telah dikenal dengan PAKEM, PAIKEM, dan
PAIKEM GEMBOT (H.E Mulyasa, 2014: 74)

C. KESIMPULAN
Perubahan kurikulum sangat diperlukan seiring perkembangan zaman, karena dengan
adanya perubahan dunia pendidikan akan selalu bergerak menuju yang lebih baik lagi baik bagi
pendidik maupun peserta didik. Setiap kurikulum yang pernah ada di Indonesia pasti memiliki
kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Pada kurikulum 2013 yang menekankan
pembelajaran tematik-integratif guru berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik,
pembelajaran akan berpusat pada peserta didik dengan dampingan dari gurunya. Kurikulum
2013 juga menekankan pada pembentukan sikap peserta didik nampak ingin memadukan
pesan-pesan dalam kurikulum sebelumnya.
Guru adalah perancang masa depan peserta didik, dan sebagai perancang profesional,
guru harus berusaha membentuk pribadi peserta didik kea rah yang lebih baik dan berkualitas,
serta siap berperan aktif dalam mengisi kehidupannya di masa depan. Untuk itu guru perlu
memulainya dari hal-hal yang kecil dan konkret, mulai dari masalah-masalah yang dihadapi di
lingkungan sekolah, dengan tetap berpikir besar dan visioner.
Guru memiliki peran penting dan sangat sentral dalam setiap implementasi kurikulum,
mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Dalam kaitannya dengan
implementasi Kurikulum 2013, guru bukan saja sebagai ujung tombak pendidikan dan
pembelajaran, tetapi merupakan kunci keberhasilan kurikulum serta keseluruhan. Guru harus
tetap profesional akan tugasnya walaupun terjadi pergantian kurikulum di Indonesia, dengan
pembelajaran yang menyenangkan akan membuat siswa senang terhadap pembelajaran yang
diberikan. Bagi guru, implementasi Kurikulum 2013 yang diberlakukan secara serentak tahun
ajaran 2014 pada jenjang pendidikan dasar, dan menengah bukan masalah suka atau tidak suka.
Tapi bagaimana guru memerankan dirinya dengan tepat agar implementasi kurikulum tersebut
sukses dan berhasil menyiapkan lulusan yang produktif, kreatif, inovatif dan berkarakter,
sehingga dapat menyongsong Indonesia Emas di Tahun 2045 dengan penuh harapan.
D. DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, F. (2014). Kesiapan guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Jurnal, 6.

Asmani, Jamal Ma’mur.2016.Great Teacher.Yogyakarta: DIVA Press

Djamarah, Syaiful Bahri.2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Husein, Latifah.2016.Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional.Yogyakarta: PT. Pustaka


Baru Press

Kwartolo, Y. (2002). Catatan kritis tentang kurikulum berbasis kompetensi. Jurnal Pendidikan
Penabur, 1(1), 106-116.

Machali, I. (2014). Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia


Emas Tahun 2045. Jurnal Pendidikan Islam, 3(1), 71-94. Diakses di
http://ejournal.uinsuka.ac.id/tarbiyah/JPI/article/view/1158

Mulyasa, H.E.2015.Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013.Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya

Siswoyo dkk, Dwi.2013.Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press

Usman, Moh Uzer.2006.Menjadi Guru Profesional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Wangid, M. N., Mustadi, A., Erviana, V. Y., & Arifin, S. (2014). Kesiapan guru SD dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik-integratif pada kurikulum 2013 DI DIY. Jurnal
Prima Edukasia, 2(2), 175-182. Diakses di
http://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/view/2717

Wirianto, D. (2014). Persepektif Historis Transformasi Kurikulum di Indonesia. Islamic


Studies Jurna

Anda mungkin juga menyukai