Anda di halaman 1dari 14

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningkatnya kebutuhan konsumen akan ternak domba baik untuk

dikonsumsi ataupun untuk dipelihara, membuat para konsumen dan peternak

memperhatikan kondisi dari ternak domba tersebut. Oleh karena itu konsumen dan
peternak mempunyai cara-cara khusus untuk menentukan apakah domba tersebut

layak dan baik menurutnya. Banyak hal yang bisa dibuktikan dalam cara tersebut

contohnya untuk mengetahui apakah domba tersebut gemuk atau tidak, biasanya para

peteernak dan konsumen mengukur pada bagian lingkar dadanya hal tersebut

merupakan salah satu dari bnyak cara yang bisa menentukan bahwa domba tersebut

gemuk. SElain itu biasanya petenak meraba perawakan dengan cara falpasi apakah

pada tulangnya itu bertumpuk daging atau tidak.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui umur domba berdasarkan struktur gigi

2. Mengetahui panjang tubuh , lingkar dada, tinggi pundak, dalam dada, lebar
dada

3. Memberi penilaian pada domba

1.3 Waktu dan Tempat

Tanggal : Kamis, 11 April 2019

Waktu : Pukul 7.30 – 9.30 WIB

Tempat : Kandang Domba dan Kambing Universitas Padjajaran


II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penentuan Umur pada domba berdasarkan struktur gigi

Gigi ternak mengalami erupsi dan keterasahan secara kontinyu. Pola erupsi

gigi pada ternak memiliki karakteristik tertentu sehingga dapat digunakan untuk
menduga umur ternak. Gerakan mengunyah makanan yang dilakukan ternak

mengakibatkan terasahnya gigi (Heath dan Olusanya, 1988). Bedasarkan tahap

pemunculannya, gigi seri ternak ruminansia dapat dikelompokkan menjadi gigi seri

susu (deciduo incosors =DI) dan gigi seri permanen (incisors = I). Gigi seri susu

muncul lebih awal daripada gigi seri permanen dan digantikan oleh gigi seri

permanen. Permuculan gigi seri susu, pergantian gigi seri susu menjadi gigi seri

permanen, dan keterasahan gigi seri permanen terjadi pada kisaran umur tertentu

sehingga dapat digunakan sebagai pedoman penentuan umur ternak ruminansia.

Kambing dewasa memiliki susunan gigi permanen sebagai berikut : sepasang gigi

seri sentral (central incisors), sepasang gigi seri lateral (lateral incisors), sepasang
gigi seri intermedial (intermedial incisors), sepasang gigi seri sudut (corner oncisors)

pada rahang bawah, tiga buah gigi premolarpada rahang atas dan bawah, dan tiga

buah gigimolar pada rahang atas dan bawah (de Lahunta dan Habel, 1986; Edey,

1993; Heat danOlusanya, 1988). Gigi seri susu pada kambing berjumlah 4 pasang

(2DI1, 2DI2, 2DI3, 2DI4). Cempe berumur 1 hari sampai 1 minggu memiliki

sepasang gigi seri susu sentral (2DI1), padaumur 1 - 2 minggu terdapat sepasang gigi
seri susu lateral (2DI2 ), pada umur 2 – 3 minggu terdapat sepasang gigi seri susu

intermidial (2DI3), dan pada umur 3 - 4 minggu terdapat sepasang gigi seri susu

sudut (2DI4 ). Pada umur 1 - 1,5 tahun, 2DI1 digantikan oleh sepasang gigi seri

permanen sentral (2I1). Pada umur 1,5 - 2,5 tahun, 2DI2 digantikan oleh sepasang

gigi seri permanen lateral (2I2). Pada umur 2,5 – 3,5 tahun, 2DI3 digantikan oleh

sepasang gigi seri permanen intermedial (2I3 ). Pada umur 3,5 – 4,0 tahun, 2DI4

digantikan oleh sepasang gigi seri permanen sudut (2I4) (Frandson, 1993).
Kenyataan bahwa gigi seri susu tumbuh dan digantikan oleh gigi seri

permanen terjadi pada umur tertentu, maka hal tersebut merupakan pedoman yang

banyak digunakan di lapangan untuk menentukan umur kambing. Selain itu, gigi seri

permanenmengalami keterasahan yang bentuknya dipengaruhi oleh jenis pakan yang

dikonsumsi. Ukuran gigi ternak ruminansia ditentukan secara genetik dan tidak

dipengaruhi oleh faktor lingkungan sedangkan mahkota gigi dipengaruhi pakan

maternal. Gigi ternak ruminansia berkembang dalam suatu deretan unit dalam bidang

morfogenik yang berkesinambungan. Setiap unit berkembang dengan cara tertentu

menurut posisinya pada bidang morfogenetik, Bidang tertentu mengalami diferensiasi

ke wilayah yang berhubungan dengan pembentukan gigi seri, gigi premolar, dan gigi
molar (Colyer, 1990).

Di Indonesia, sebagian besar kambing dipelihara peternak di pendewasaan

sehingga tidak dilengkapi dengan catatan tanggal lahir kambing. Hal tersebut

mempersulit peternak yang akan memilih kambing sebagai calon bibit jantan atau

betina. Sampai saat ini, penentuan umur kambing berdasarkan kondisi gigi masih

menjadi alternatif kedua apabila catatan tanggal lahir tidak diketahui.


2.2 Judging dan Palpasi pada ternak

2.2.1 Judging Ternak

Judging adalah penilaian tingkatan ternak dengan beberapa karakteristik

pentinguntuk tujuan tertentu secara subjektif. Judging terdiri atas tiga langkah

yaitu, penilaian melalui kecermatan pandangan (visual), penilaian melalui

kecermatan perabaan (palpasi), dan penilaian melalui pengukuran tubuh.

Ternak yang sehat dapat dipilih dengan melakukan penilaian melalui


pandangandari samping, belakang, dan depan ternak tersebut. Untuk mengetahui

ternak dalamkondisi sehat, perlu diketahui karakteristik ternak yang sehat.

Karakteristik tersebut meliputi, keadaan mata dan kulitnya normal, pergerakannya

tidak kaku, tingkah laku dan nafsu makan normal, pengeluaran kotoran (feces) dan

urine tidak sulit, tidak ada gangguan dalam berjalan dan berdiri, serta memiliki

respirasi dan sirkulasi darah yang normal.

Selanjutnya, penilaian dapat dilakukan dengan pengamatan tulang-tulang

rusuk(ribs) untuk memilih ternak yang gemuk. Ternak kurus tidak selalu dalam

keadaansakit, tetapi ternak yang gemuk menandakan produksi daging yang optimal.

Padahewan sapi, terdapat 13 tulang rusuk. Semakin sedikit tulang rusuk


yang membayang di balik kulit, ternak tersebut semakin gemuk. Hal ini terjadi

karena tulang rusuk tertutup oleh perdagingan dan lemak.

Kegemukan ternak (hewan ternak ruminansia) dapat diketahui dengan meraba

perkembangan otot di antara tulang processus spinosus (tulang belakang) dan

processus transversus (tulang rusuk rudimenter). Pada ternak yang gemuk, processus
transversus tidakdapat teraba oleh tangan dan terasa sekali perlemakan yang tebal di

balik kulit.

Pada domba yang tertutup rambut tebal, perabaan dilakukan dengan tangan

terbuka pada punggung dari arah belakang dekat pangkal ekor sampai ke leher

dengan jarak perabaan tidak lebih dari lima sentimeter.


III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1. Alat dan ahan

1. Domba

2. Pita ukur
3. Kaliper

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1 Penentuan Umur

1. Siapkan domba yang akan diteliti umurnya

2. Ikat domba tersebut dengan dambang

3. Tenangkan domba dengan cara merapatkan posisi kita dengan domba

4. Buka mulutnya dan lihat giginya

3.2.2 Pengukuran Lingkar Dada

1. Siapkan pita ukur

2. Setelah itu masukan dan lingkarkan pita ukur pada perselangkakngan dadanya
(3 kali pengulangan)

3. Liat angkanya, kemudian catat hasilnya

3.2.3 Pengukuran Lebar Dada

1. Sediakan caliper atau sejenisnya

2. Atur jarak caliper tersebut dan masukan kedalam selangkang dada domba (3

kali pengulangan)
3. Lihat angkanya, lalu catat hasilnya

3.2.4 Pengukuran Dalam Dada

1. Sediakan kaliper

2. Atur jarak caliper tersebut dan masukan kedalam bagian dadanya (3 kali

pengulangan)

3. Lihat angkanya, lalu catat hasilnya

3.2.5 Pengukuran Panjang Tubuh


1. Sediakan pita ukur

2. Ukur panjang tubuh domba dari bagian atas pundak yang menonjol sampai

tulang ujung bagian ekor (3 kali pengulangan)

3. Lihat angka pengukuran , lalu catat hasilnya

3.2.6 Pengukuran Tinggi Pundak

1. Sediakan kaliper

2. Ukur tinggi tubuh dengan caliper dari tanah sampai menyentuh bagian tulang

tonjolan pada pundak (3 kali pengulangan)

3. Lihat angkanya, lalu catat hasilnya

3.2.7 Penilaian Domba


1. Siapkan lembar penilaian

2. Amati domba secara keseluruhan

3. Lakukan palpasi di daerah perlemakan dan perdagingan

4. Catat hasil penilaian pada lembar kerja


IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Hasil Pengukuran

Hasil (cm)

Pengukuran Domba 2 Domba 5

1 2 3 Rata2 1 2 3 Rata2

Panjang
50 49 49 49,33 63 62 62 62,33
badan

Lingkar
65 66 66 65,33 70 70 71 70,33
dada

Tinggi
49 50 50 49,67 66 65 65 65,33
pundak

Dalam
27 27 27,5 27,17 24 24,5 24,5 24,33
dada

Lebar
13 11 12 12 15 15,5 16 15,5
dada

Lingkar
70 71 70 70,33 74 75 72 73,67
pinggang

Lebar
12 12 12 12 16 13,5 14,5 14,67
pinggul
Umur < 1 tahun <1 tahun

4.1.2 Penilaian Domba

Penilaian tubuh Penilaian dan Bobot

Domba 2 Domba 5

Kesan umum 2 6

Perlemakan 1 2

Perdagingan

a. Tengkuk ,dada,bahu 1 2
b. Puggung dan pinggang 3 9
c. Paha 3 9

Total 10 28

4.2 Pembahasan

4.2.1 Identifikasi gigi domba

Berdasarkan hasil pengamatan, domba 2 dan domba 5 berumur kurang dari 1

tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari masih belum terdapat gigi yang punglak.
Penentuan umur tersebut dilakukan dengan cara handling, yaitu meletakkan domba

diantara kedua kaki penghandling, kemudian memegang kepala domba dengan

tangan kiri. Selanjutnya adalah memasukkan ibu jari dari tangan kanan ke rahang

domba posisi di paling belakang tepatnya setelah gigi geraham terakhir. Posisi

tersebut dimana tidak terdapat gigi lagi. Kemudian angkat bibir bagian atas domba

dan mengamati susunan gigi domba tersebut.


4.2.2 Panjang badan

Menurut Subandryo.,dkk (1995) rata-rata panjang badan dari seekor domba

adalah 77,5 cm. Namun berdasarkan hasil pengamatan praktikum didapatkan rata-rata

panjang domba yang telah diukur yaitu domba 2 yaitu 49,33 cm dan domba 5 yaitu

62,33, hasil tersebut menyatakan bahwa domba 2 dan 5 tidak memenuhi kriteria
panjang badan dari seekor domba.

4.2.3 Tinggi pundak

Berdasarkan hasil pengamatan didapatkan rata-rata tinggi pundak domba 2

yaitu 49,67 cm dan domba 5 yaitu 65,33 cm. Dari kedua hasil tersebut memang

belum memenuhi kriteria apabila dibandingkan dengan rata-rata tinggi pundak domba

menurut Subandryo.,dkk (1995)

4.2.4 Lingkar dada

Sesuai hasil pengamatan domba 2 dan 5 memiliki rata-rata nilai lingkar dada

yaitu 65,33 cm pada domba 2 dan 70,33 cm pada domba 5. Menurut Subandryo.,dkk

(1995) menyatakan bahwa pada umumnya domba dewasa memiliki nilai lingkar dada
rata-rata 80,1 cm hingga 99,5 cm.

Perbedaan pada hasil pengamatan dikarenakan domba yang diamati masih

dalam proses penggemukan dan masih berumur dibawah satu tahun. Karena untuk

mencapai lingkar dada yang sesuai harus memerhatikan proses pemeliharaan seperti

pemberian pakan dan kesehatan ternak itu sendiri.

4.2.5 Lebar dada


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap domba 2 dan 5, diperoleh hasil rata-

rata lebar dada yaitu 12 cm pada domba 2 dan 15,5 cm pada domba 5. Rata-rata

domba dewasa memiliki lebar dada 17-19 cm tergantung teknik pemeliharaan, jenis

dan lingkungan (Mulyono,2003).

Jenis domba pedaging cenderung memiliki lebar dada lebih besar

dibandingkan domba perah atau untuk bibit. Domba 2 dan 5 masih belum mencapai

angka rata-rata lebar dada domba dewasa dikarenakan masih dalam proses
penggemukan dan berumur dibawah satu tahun.

4.2.6 Dalam dada

Menurut Sarwono (1984), ternak domba dewasa biasanya memiliki dalam

dada 23-26 cm. berdasarkan hasil pengamatan didapatkan bahwa domba 2 memiliki

dalam dada 27,17 cm dan domba 5 24,33 cm.

Lebar dada hampir sama dengan lingkar dada karena dua ukuran bagian

tersebut saling berkaitan, lebar dada biasanya konsumen lebih memerhatikan atau

mengukur lingkar dada saja.

4.2.7 Konformasi tubuh dan karkas

Karkas adalah bobot tubuh ternak setelah pemotongan dikurangi dari berat
kepala, darah, organ-organ internal, kaki (carpus dan tarsus) ke bawah dan kulit

(Subandryo,.dkk, 1994). Rata-rata persentase karkas untuk domba dan sapi 50%-55%

dari masing-masing bobot hidup (Mulyono, 2003). Persentase karkas dipengaruhi

oleh bobot karkas, bobot ternak, kondisi, bangsa ternak, proporsi, bagian-bagian non

karkas, ransum yang diberikan dan cara pemotongan . Pertumbuhan tubuh yang

kemudian menjadi karkas terdiri dari 3 jaringan utama yaitu tulang yang membentuk
kerangka, urat yang membentuk daging. Ketiga jaringan itu tumbuh sangat teratur

dan serasi. Dilihat dari hasil penilaian konformasi tubuh domba 2 dan 5 dapat

dikatakan bahwa kedua domba tersebut belum memenuhi rata-rata karkas domba

pada umumnya dikarenakan usianya masih muda. Maka dapat dimengerti bahwa

ternak domba yang masih muda persentase tulangnya lebih tinggi, tetapi sebaliknya

persentase daging dan fatnya rendah.


V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Domba 5 memiliki konformasi tubuh yang lebih baik dari domba 2 dari

pegukuran lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada.

Selain itu dari hasil palpasi domba 5 memiliki perdagingan yang lebih baik dari
domba 2. Judging digunakan untuk menilai kualitas domba melalui visual, palpasi,

pengukuran tubuh.

5. 2 Saran

Dalam memilih suatu ternak memang perlu diperhatikan hal tersebut

bertujuan untuk mendapatkan ternak unggul yang kita harapkan dengan porforma dan

kondisi yang sehat. Maka dari itu pengaflikasian judging dan palpasi dalam memilih

ternak harus benar-benar diterapkan.


DAFTAR PUSTAKA

Purbowati, Endang. 2009.Usaha Penggemukan Domba. Penerbit Penebar Suara,

Semarang

Saladin, R. 1981. Ilmu Tilik Hewan. Penerbit Senat Fakultas Peternakan Universitas

Andalas.

Sudarmono, A S. dan Y, Bambang Sugeng. 2008. Beternak Domba. Penebar

Swadaya. Depok.

Anda mungkin juga menyukai