Case Katarak DR Nanda SPM - Wenny-1 PDF
Case Katarak DR Nanda SPM - Wenny-1 PDF
Oleh
Wenny Agustin Biang (406172019)
Pembimbing
dr. Nanda Lessi Hafni Eka P, Sp.M- KVR
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M dr. Nanda Lessi Hafni Eka P, Sp.M- KVR
2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNTAR
UNIVERSITAS TARUMANAGARA JAKARTA
Jl. Taman S. Parman No. 1 - Jakarta Barat
I. IDENTITAS
Nama : Tn.AS
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Kp. Balandongan
Tanggal pemeriksaan : 18 Februari 2019
Pemeriksa : Wenny Agustin Biang
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 18 Februari 2019
Keluhan utama:
Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan pandangan kabur sejak 2 bulan yang
lalu.
3
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi Bogor dengan keluhan pandangan kabur
sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan awalnya penglihatan normal,
tetapi sejak 2 bulan terakhir pandangan pasien kabur seperti melihat asap dan dirasakan
semakin memberat. Pasien mengatakan mata berair dan jika melihat cahaya terasa silau.
Keluhan mata merah, gatal, dan belekan disangkal oleh pasien.
Status Ophtalmologi
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
- Visus 20/80 CFFC
- Koreksi - -
- Addisi - -
4
- Distansia pupil Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
- Ukuran Normal Normal
- Eksoftalmus - -
- Endoftalmus - -
- Deviasi - -
- Gerakan Bola Mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
3. SUPERSILIA
- Warna Hitam Hitam
- Simetris Normal Normal
4. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
- Edema - -
- Nyeri tekan - -
- Ekteropion - -
- Entropion - -
- Blefarospasme - -
- Trikiasis - -
- Sikatriks - -
- Punctum lakrimal Normal Normal
- Fissure palpebral Normal Normal
- Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5. KONJUNGTIVA TARSAL SUPERIOR DAN INFERIOR
- Hiperemis - -
- Folikel - -
- Papil - -
- Sikatriks - -
- Hordeolum - -
- Kalazion - -
6. KONJUNGTIVA BULBI
- Sekret - -
- Injeksi Konjungtiva - -
- Injeksi Siliar - -
5
- Injeksi Episklera - -
- Perdarahan - -
Subkonjungtiva/kemosis
- Pterigium - -
- Pinguekula - -
- Flikten - -
- Nevus Pigmentosus - -
- Kista Dermoid - -
7. SKLERA
- Warna Putih Putih
- Ikterik - -
- Nyeri Tekan - -
8. KORNEA
- Kejernihan Jernih Jernih
- Permukaan Rata Rata
- Ukuran Normal Normal
- Sensibilitas Baik Baik
- Infiltrat - -
- Keratik Presipitat - -
- Sikatriks - -
- Ulkus - -
- Perforasi - -
- Arcus senilis + +
- Edema - -
- Test Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan
9. BILIK MATA DEPAN
- Kedalaman Cukup Cukup
- Kejernihan Jernih Jernih
- Hifema - -
- Hipopion - -
- Efek Tyndall Tidak dilakukan Tidak dilakukan
10. IRIS
6
- Warna Coklat Coklat
- Kripta - -
- Sinekia - -
- Koloboma - -
11. PUPIL
- Letak Tengah Tengah
- Bentuk Bulat Bulat
- Ukuran 3 mm 3 mm
- Refleks Cahaya Langsung + +
- Refleks Cahaya Tidak + +
Langsung
12. LENSA
- Kejernihan Keruh Keruh
- Letak Tengah Tengah
- Test Shadow + +
13. BADAN KACA
- Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
14. FUNDUS OCCULI
- Batas Tegas Sulit dinilai
- Warna Jingga Sulit dinilai
- Ekskavasio - Sulit dinilai
- Rasio arteri : vena 2:3 Sulit dinilai
- C/D rasio 0.3 Sulit dinilai
- Eksudat Tidak ada Sulit dinilai
- Perdarahan Tidak ada Sulit dinilai
- Sikatriks Tidak ada Sulit dinilai
- Ablasio Tidak ada Sulit dinilai
15. PALPASI
- Nyeri tekan - -
- Masa tumor - -
- Tensi Occuli N/palpasi N/palpasi
- Tonometry Schiotz Tidak dilakukan Tidak dilakukan
7
16. KAMPUS VISI
- Tes Konfrontasi Sesuai pemeriksa Sesuai pemeriksa
V. RESUME
Telah diperiksa seorang laki-laki 66 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Ciawi Bogor
dengan keluhan pandangan kabur sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan awalnya penglihatan normal, tetapi sejak 2 bulan terakhir pandangan pasien
kabur seperti melihat asap dan dirasakan semakin memberat. Pasien mengatakan mata
berair dan jika melihat cahaya terasa silau. Keluhan mata merah, gatal, dan belekan
disangkal oleh pasien.
8
Cti Tidak Hiperemis Tidak hiperemis
Cb Tidak ada injeksi Tidak ada injeksi
C Jernih, terdapat arcus senilis Jernih, terdapat arcus senilis
CoA Cukup Cukup
P Bulat, isokor Bulat, Isokor
I Coklat Coklat
L Keruh Keruh
F A/V ratio 2/3, CD ratio 0.3 Sulit dinilai
VIII. PENATALAKSANAAN
Merujuk pasien ke spesialis mata untuk dilakukan tindakan lebih lanjut
IX. PROGNOSIS
OD OS
Ad Vitam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Fungsionam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
Ad Sanationam Dubia ad bonam Dubia ad bonam
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KATARAK SENILIS
Sel hidup yang aktif hanya terdapat pada lapisan sel epitel lensa yang terletak di bawah
kapsul bagian anterior, dan meluas ke ekuator. Sel epitel ini bermitosis dan pada bagian ekuator
berelongasi memanjang menjadi serat lensa yang membentuk korteks lensa, hal ini terjadi
terus-menerus seumur hidup, tanpa ada serat yang dikeluarkan dari lensa sehingga susunan
lapisan serat tersebut semakin padat di tengah, membentuk nucleus lensa. Proses mitosis dan
elongasi sel ini terjadi terus-menerus seumur hidup setelah pubertas, tanpa ada serabut yang
dikeluarkan dari lensa. Oleh karena serabut-serabut ini tumbuh dengan arah konsentrik,
susunan lapisan serabut lensi akan semakin memadat kearah tengah, membentuk nucleus lensa.
Nucleus menjadi bagian dengan serabut-serabut yang lebih tua dan terdiri dari zona-zona yang
bersesuaian dengan periode perkembangan: zona embrionik (terletak paling tengah dan
merepresentasikan periode gestasi 1-3 bulan), fetal (3 bulan gestasi sampai lahir), infantile
(lahir sampai pubertas), dan dewasa.
10
Sejalan dengan pertambahan usia, komposisi protein di dalam lensa akan berubah
sehingga indeks reflaksi dan kejernihannya pun berubah. Sebagian lensa menjadi lebih miopik
dan sebagian menjadi hipermetropik akibat perubahan komponen protein tersebut.
11
2.3. Epidemiologi Katarak Senilis
Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun
ke atas mengalami penurunan ketajaman penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada
usia 80 tahun ketas insidensinya mencapai 60-80%. Prevalensi katarak kongenital pada negara
maju berkisar 2-4 setiap 10000 kelahiran. Frekuensi katarak laki-laki dan perempuan sama
besar. Di seluruh dunia, 20 juta orang mengalami kebutaan akibat katarak.
12
sel-sel inti lensa melalui epitel dan korteks terjadi dengan penurunan laju transportasi air,
nutrisi, dan antioksidan.
Akibatnya, kerusakan oksidatif progresif pada lensa pada penuaan terjadi, yang
menyebabkan perkembangan katarak senilis. Berbagai penelitian menunjukkan peningkatan
produk oksidasi (misalnya, teroksidasi glutathione) dan penurunan vitamin antioksidan dan
enzim superoksida dismutase menggarisbawahi peran penting dari proses oksidatif dalam
katarakogenesis.
Mekanisme lain yang terlibat adalah konversi protein lensa sitoplasmik berat molekul
rendah yang dapat larut menjadi agregat dengan berat molekul tinggi, tidak larut, dan matriks
membran-protein tidak larut. Perubahan protein yang dihasilkan menyebabkan fluktuasi tiba-
tiba dalam indeks bias lensa, menyebarkan sinar cahaya, dan mengurangi kejernihan.
13
Gambar. Katarak senilis nuclear, katarak senilis korikal, katarak senilis subcapsular posterior
15
harus diperiksa karena subluksasi lensa dapat mengindikasikan trauma mata sebelumnya,
operasi mata sebelumnya, gangguan metabolisme, atau katarak hipermatur.
Pentingnya oftalmoskopi langsung dan tidak langsung dalam mengevaluasi integritas
bagian posterior harus digarisbawahi. Saraf optik dan masalah retina dapat menjelaskan
gangguan penglihatan yang dialami oleh pasien. Selain itu, prognosis setelah ekstraksi lensa
dipengaruhi secara signifikan oleh deteksi patologi preoperatif di bagian posterior (misalnya,
edema makula, distrofi retina, atrofi optik, bekam glaukoma berat, degenerasi makula terkait
usia) dan pada perifer retina (misalnya retina) istirahat atau traksi vitreoretinal yang luas).
16
Diagnosis katarak senilis dibuat pada dasarnya setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik
dilakukan. Tes laboratorium diminta sebagai bagian dari proses penyaringan praoperasi untuk
mendeteksi penyakit yang menyertai (misalnya, diabetes mellitus, hipertensi, kelainan
jantung). Trombositopenia dapat menyebabkan peningkatan perdarahan perioperatif dan,
sehingga harus dideteksi dan dikelola dengan baik sebelum operasi. Faktor risiko tambahan
untuk perdarahan perioperatif juga harus dinilai, termasuk penggunaan NSAID oral, obat resep
antikoagulan, atau suplemen omega-3 yang mengandung vitamin E (misalnya, minyak ikan).
Pemeriksaan pencitraan (misalnya, ultrasonografi, CT scan, MRI) dapat diminta ketika
dicurigai patologi bagian posterior dan bagian belakang mata dihalangi oleh kepadatan lensa
katarak atau katarak hipermatur. Ini membantu dalam perencanaan manajemen bedah dan
dalam memberikan prognosis pasca operasi untuk pemulihan penglihatan pasien.
Beberapa pengukuran harus dilakukan sebelum operasi, terutama dalam mengantisipasi
ekstraksi katarak dengan implantasi lensa intraokular (IOL). Pembiasan yang hati-hati harus
dilakukan pada kedua mata dalam memilih gaya IOL, kekuatan, optik (spheric atau aspheric),
dan fitur premium yang paling cocok untuk mata individu. Kekuatan IOL pada mata yang
dioperasi harus kompatibel dengan kesalahan bias mata lain untuk menghindari komplikasi
(misalnya, anisometropia pasca operasi), dan juga mengantisipasi operasi di masa depan.
Biometri yang akurat juga harus dilakukan untuk menghitung kuekuatan IOL yang akan
digunakan.
17
berpotensi mengakibatkan komplikasi intraoperatif dan pasca operasi yang terkait
dengan prosedur ini, sehingga jarang digunakan
18
• Fakoemulsifikasi : prosedur ini juga melibatkan ekstraksi inti lensa melalui lubang di
kapsul anterior; jarum ultrasonically driven digunakan untuk memecah inti katarak;
substrat lensa kemudian disedot melalui lubang jarum melalui sayatan kecil limbus
atau sklera.
Gambar. Fakoemulsifikasi
2.12. Komplikasi
Komplikasi operasi dapat berupa komplikasi preoperatif, intraoperatif, postoperatif
awal, postoperatif lanjut, dan komplikasi yang berkaitan dengan lensa intra okular (intra
ocular lens, IOL).
A. Komplikasi preoperatif
a) Ansietas; beberapa pasien dapat mengalami kecemasan (ansietas) akibat ketakutan
akan operasi. Agen anxiolytic seperti diazepam 2-5 mg dapat memperbaiki keadaan.
b) Nausea dan gastritis; akibat efek obat preoperasi seperti asetazolamid dan/atau
gliserol. Kasus ini dapat ditangani dengan pemberian antasida oral untuk
mengurangi gejala.
19
c) Konjungtivitis iritatif atau alergi; disebabkan oleh tetes antibiotik topical
preoperatif, ditangani dengan penundaan operasi selama 2 hari.
d) Abrasi kornea; akibat cedera saat pemeriksaan tekanan bola mata dengan
menggunakan tonometer Schiotz. Penanganannya berupa pemberian salep
antibiotik selama satu hari dan diperlukan penundaan operasi selama 2 hari.
B. Komplikasi intraoperatif
a) Laserasi m. rectus superior; dapat terjadi selama proses penjahitan.
b) Perdarahan hebat; dapat terjadi selama persiapan conjunctival flap atau selama
insisi ke bilik mata depan.
c) Cedera pada kornea (robekan membrane Descemet), iris, dan lensa; dapat terjadi
akibat instrumen operasi yang tajam seperti keratom.
d) Cedera iris dan iridodialisis (terlepasnya iris dari akarnya)
e) Lepas/ hilangnya vitreous; merupakan komplikasi serius yang dapat terjadi akibat
ruptur kapsul posterior (accidental rupture) selama teknik ECCE.
C. Komplikasi postoperatif awal
Komplikasi yang dapat terjadi segera setelah operasi termasuk hifema, prolaps iris,
keratopati striata, uveitis anterior postoperatif, dan endoftalmitis bakterial.
20
ketajaman pengelihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan
paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang proresif lambat.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. Buku ajar oftalmologi. Edisi 1. Jakarta : BP FKUI.
2017.
2. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika, 2000.
3. Ocampo V. Senile cataract (age-related cataract). 2018. Available from :
https://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#showall. Cited [2019 Feb
18]
4. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier : 2011
22