(Skripsi)
Oleh
AKHMAD NOPRIANSYAH M
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
i
ABSTRAK
Oleh
AKHMAD NOPRIANSYAH M
Penelitian hukum yang digunakan adalah penelitian hukum normatif dengan tipe
penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari
bahan hukum primer, sekunder dan tersier serta pengumpulan data menggunakan
studi kepustakaan dan studi dokumen. Pengolahan data dilakukan dengan cara
seleksi data, pemeriksaan data, klasifikasi data dan penyusunan data. Data yang
telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis deskriptif
kualitatif.
ii
AkhmadNopriansyah
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan pertama, Pelaksanaan pekerjaan
konstruksi yang dilakukan oleh PT Rindang Tiga Satu Pratama dengan Pejabat
Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum dalam Pembangunan Jalan
Terbanggi Besar-Simpang Pematang-Pematang Panggang dapat disimpulkan
bahwa isi dari perjanjian pekerjaan konstruksi pada penelitian ini telah sesuai
dengan apa yang tercantum dalam peraturan perundangan yang mengatur tentang
kontrak jasa konstruksi yaitu pada Pasal 1320 KUHPerdata dan Pasal 47 UU Jasa
Konstruksi sehingga kontrak kerja konstruksi ini memenuhi syarat sah perjanjian
serta tidak bertentangan dengan perundang-undangan. Kedua, Hubungan hukum
kontraktual antara PT Rindang Tiga Satu Pratama dengan Pejabat Pembuat
Komitmen Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Lampung dibuktikan dengan adanya
perjanjian pekerjaan konstruksi dalam Pembangunan Jalan Terbanggi Besar-
Simpang Pematang-Pematang Panggang yang sesuai dengan Buku III
KUHPerdata tentang ketentuan perikatan yang lahir dari Perjanjian dan Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi sebagai pengganti dari
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Oleh
AKHMAD NOPRIANSYAH M
Skripsi
pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
vi
RIWAYAT HIDUP
Agama Kotabumi pada tahun 1998. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan
Atas di SMA Negeri 3 Kotabumi pada tahun 2010. Dengan mengikuti Seleksi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Puji Syukur kepada Allah SWT. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, maka
dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan dan jerih payahku,
Kedua orang tuaku, Ayah (Nourel Islamy) Ibu (Juwita Djausal) yang kuhormati,
MOTO
(Julius Caesar)
ix
SANWACANA
Tuhan seluruh alam yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya
Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bantuan, dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum Perdata
4. Bapak Depri Liber Sonata, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah
5. Ibu Rohaini, S.H., M.H., Ph.D dan Ibu Diane Eka Rusmawati, S.H.,
8. Teristimewa untuk Ayah dan Ibu yang telah menjadi orangtua terhebat
yang tanpa henti memberikan kasih sayang, semangat, dan doa yang tidak
11. Terima kasih kepada Ocktaria Triranti, S.H., M.Kn yang telah membantu
saya menyelesaikan skripsi ini, memberi semangat, waktu dan doa nya;
12. Terima kasih kepada pada saudara saya M Iskandar Putra dan saudara
B2GU serta teman-teman saya yang tidak bisa disebutkan satu-satu yang
telah mendukung saya selama ini tanpa pernah lelah. Kalian sangat hebat;
Akhir kata Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan
Akhmad Nopriansyah M
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. iii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ iv
MOTO .................................................................................................................. v
SANWACANA .................................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
V. PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Indonesia merdeka, banyak tenaga bangsa Belanda seperti tenaga teknik, profesor,
menyebabkan posisi ini harus diisi oleh orang Indonesia. Pada periode ini terjadi
Merupakan sebuah ironi bahwa kontrak-kontrak jasa konstruksi belum ada acuan
yang baku. Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
1
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, cet 4, (Bandung : PT Citra
Aditya Bakti 2000), hlm. 586
2
Pasal 1 Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa
Konstruksi dalam Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2017
2
lainnya.
Konstruksi merupakan salah satu bentuk produk hukum nasional yang luar biasa
karena substansi yang berkenaan dengan segala aspek jasa konstruksi diatur
Jasa Konstruksi terdapat dua pihak yang mengadakan kontrak kerja konstruksi,
pertama pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan hukum sebagai
konstruksi dan yang kedua adalah penyedia jasa adalah orang perseorangan atau
badan yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi. Kedua belah
3
FX Djumadi, Perjanjian Pemborongan, cet 3, (Jakarta : Rineka Cipta), hlm 1
4
Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hlm. 585
3
pihak melakukan suatu perjanjian yang disebut dengan Kontrak Kerja Konstruksi,
dimana menurut pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang
hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi.”
yang didukung oleh dokumen pembuktian dari lembaga perbankan atau lembaga
perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa.5 Penyedia jasa terdiri
Layanan jasa yang disediakan oleh penyedia jasa dilakukan oleh tiap-tiap
canggih, serta resiko besar bagi para pihak ataupun kepentingan umum dalam satu
pekerjaan konstruksi.
(KUHPerdata), yaitu “suatu perbuatan yang mana satu orang atau lebih
5
Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hlm. 597
4
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Berbeda dengan
Kontrak kerja konstruksi yang dilakukan oleh pengguna jasa dan juga penyedia
jasa ini terjadi karena adanya kata sepakat antara kedua belah pihak. Sedangkan
Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum,
juga mengatur akibat hukum antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa, dimana
Sedangkan Pengguna Jasa berhak atas suatu Pekerjaan Konstruksi yang telah
dikerjakan oleh Penyedia Jasa. Adanya Kontrak antara Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa ini, berfungsi untuk memberikan kepastian hukum para pihaknya
dan menggerakkan (hak milik) sumber daya dari nilai ekonomi yang lebih rendah
6
Salim,Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), (Jakarta: Sinar
Grafika,2009), hlm.5
7
Salim, H. Abdullah, Wiwiek Wahyuningsih,Perancangan Kontrak & Memorandum of
Understanding (MoU),(Jakarta: Sinar Grafika,2007), hlm. 23.
5
dalam kontrak konstruksi. Hal ini seringkali tidak dapat dihindari. Perselisihan
sejak dini dan memuaskan bagi semua pihak. Sehingga menjadi persengketaan
Namun, ada beberapa faktor yang sangat berpotensi menjadi penyebab sengketa
yaitu:
a. Mutu: Produk akhir pekerjaan harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan.
b. Waktu: Pekerjaan harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan yang telah
ditentukan, penyerahan proyek tidak boleh melewati batas waktu yang telah
ditentukan.
anggaran.
Ketiga aspek tersebut disebut juga Triple Constraint. Bila terjadi perselisihan atau
sengketa dalam jasa konstruksi, ada dua jalur yang lazim dipakai untuk
6
konstruksi di luar pengadilan dapat menggunakan jasa pihak ketiga atau biasa
Penelitian ini mengkaji tentang kontrak kerja konstruksi antara PT Rindang Tiga
(KM.122 & KM. 173) Tahun Anggaran 2010, dimana kontrak kerja konstruksi
antara kedua belah pihak telah sesuai atau tidak dengan ketentuan kontrak kerja
merupakan Kontrak Kerja Konstruksi Harga Satuan yang berlaku dan mengikat
kedua belah pihak sejak tanggal perjanjian ini ditandatangani yaitu pada tanggal
21 April 2010 (dua puluh satu April dua ribu sepuluh) dengan Surat Perintah
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan yang akan
8
Pasal 36 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
7
Panggang ?
Panggang ?
C. Ruang Lingkup
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Memperoleh analisis lengkap, rinci, dan sistematis mengenai isi kontrak kerja
Konstruksi.
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan praktis, sebagai berikut:
8
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
informasi tentang kontrak kerja pada pekerjaan konstruksi sesuai atau tidak
umum. Dunia konstruksi berkembang lebih baik, saat pemerintahan orde lama
1. Periode 1945-1950
Pada periode ini praktis industri jasa konstruksi belum bangkit, karena negeri kita
masih disibukkan dengan usaha Belanda yang ingin menjajah kita kembali
sehingga terjadilah Agresi Militer Belanda I (1947) dan Agresi Militer Belanda II
dalam periode ini belum tumbuh pembangunan atau industri jasa konstruksi.
10
Perusahaan jasa konstruksi yang ada dalam periode ini kebanyakan adalah
Waskita Karya).9
2. Periode 1951-1959
Sejak tahun 1951 sampai dengan 1959, Pemerintah Republik Indonesia yang
berganti, karena itu dalam periode ini industri jasa konstruksi tetap masih belum
3. Periode 1960-1965
memberikan titik awal kebangkitan Jasa Konstruksi Nasional. Pada saat Indonesia
mulai membangunan yaitu pada awal 1965 dialami beberapa kesulitan antara lain
teknologi, manajemen, dan tenaga terampil serta ahli padahal pembangunan tidak
Pada periode ini, pembangunan baru dimulai dan dipimpin langsung oleh Bung
Monumen Irian Barat, Hotel Indonesia, Samudra Beach, Bali Beach, Wisma
9
Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia(PT Gramedia Pustaka
Utama), hlm.6
10
http/duniajasakonstruksi.blogspot.com/2011/09/sejarah-jasa-konstruksi.html diakses
pada tanggal 21 Januari 2017
11
Nusantara, Jembatan Semanggi, Gelora Senayan dan lainnya. Hingga tahun 1966
bentuk kontrak pada umumnya adalah cost plus fee. Pekerjaan langsung ditunjuk
langsung oleh Pemerintah (tanpa tender) dan sektor swasta belum ikut serta.
Setelah tahun 1966, Pemerintah melarang bentuk kontrak cost plus fee. Kontrak
ini dinilai tidak begitu baik karena mudah terjadi manipulasi dan tidak efisien
4. Periode 1967-1996
Pada awal tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan yang
terencana. Program ini dikenal dengan nama Pembangunan Jangka Panjang Tahap
I (PJP I) Tahun 1969 – 1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembanguna Lima
Tahun (REPELITA) dan Pembangunan Jangka Panjang Tahap II (PJP II) Tahun
1994 – 2019, yang dimulai dengan REPELITA VI Tahun 1994 – 1999. Kontrak
sektor swasta dan proyek yang menggunakan dana pinjaman luar negeri (loan)
yang biasanya mengacu pada standar kontrak seperti FIDIC / JCT / AIA / JCT.11
5. Periode 1997-2002
Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa konstruksi
dikarenakan Pengguna Jasa tidak mampu membayar Penyedia Jasa. Pada tahu
industri jasa konstruksi, yaitu Undang – Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa
11
https://taramikacich.wordpress.com/2012/10/28/perkembangan-industri-jasa-konstruksi-
di-indonesia/, diakses pada tanggal 22 januari 2017
12
penyelenggaraan konstruksi.
1) Tahap Perencanaan
penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan tepat waktu.
13
pertama dan hasil penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan
jumlah dan tepat waktu. Untuk pekerjaan tertentu uji coba wajib dilakukan
12
Pasal 25 dan 27 PP No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
13
Pasal 28 dan 29 PP No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
14
konstruksi, dan pengawas konstruksi oleh pengguna jasa dapat dilakukan dengan
1. Pelelangan Umum
media cetak dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat
a. Pengumuman
c. Pemberian penjelasan
f. Evaluasi penawaran
g. Evaluasi kualifikasi
h. Pembuktian kualifikasi
j. Penetapan pemenang
14
Pasal 1 ayat (1) PP No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
15
2. Pelelangan Terbatas
oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya
untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
Adapun tata cara pemilihan penyedia jasa dengan pelelangan terbatas terdiri
dari:15
a. Pengumuman prakualifikasi;
e. Penjelasan;
f. Pemasukan penawaran;
g. Evaluasi penawaran;
dan atau gabungan kualitas dan harga dan atau harga tetap dan atau
harga terendah;
15
Pasal 6 ayat (1) PP No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
16
3. Pemilihan Langsung
terbatas;
usaha kecil.
a. Undangan;
b. Penjelasan;
c. Pemasukan penawaran;
d. Evaluasi penawaran;
16
Pasal 11 ayat (1) PP No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
17
Pasal 11 ayat (3) PP No.29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
17
f. Penetapan pemenang.
4. Penunjukan Langsung
a. Keadaan tertentu
b. Pekerjaan yang hanya dilakukan oleh pemegang hak cipta atau pihak
dari:
1. Undangan;
2. Penjelasan;
3. Pemasukan penawaran;
4. Negosiasi;
5. Penetapan pemenang.
2. Hukum Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
sistematika ilmu pengetahuan hukum, harta kekayaan diatur dalam buku II yang
mencakup hubungan antara orang dan benda, hubungan antara orang dan orang.
Sedangkan hukum yang mengatur hubungan antara orang dan orang diatur dalam
Perikatan artinya hal yang mengikat antara orang yang satu dan orang yang lain. 18
Hal yang mengikat adalah suatu peristiwa hukum yang dapat berupa perbuatan,
Hubungan hukum yang timbul diantara pihak-pihak yang terlibat dalam perikatan
“prestasi”, yaitu sesuatu yang dituntut oleh salah satu pihak kepada pihak yang
satu. Tiap-tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu,
perseorangan atau pihak tertentu yang dapat berwujud salah satu dari tiga bentuk
berikut, yaitu :
kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti
2000), hlm.198
19
Soedharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Sinar Grafika, 1999),
hlm.313
20
Solahudin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2008)
19
pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak
lain atau dapat dikatakan peristiwa dimana dua orang atau lebih saling
diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “Suatu perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang lain atau lebih”. Definisi perjanjian yang diatur dalam Pasal
berikut:22
berikut : “Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.”
21
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung : Penerbit Alumni, 1986),
hlm. 6
22
Abdulkadir Muhammad. Op.Cit. hlm.224
20
a. Subekti
orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal.23
b. Abdulkadir Muhammad
Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling
1) Adanya pihak-pihak
b. Asas-Asas Perjanjian
1) Asas Personalitas
bagi para pihak yang membuatnya saja. Ketentuan mengenai asas ini tercantum
dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pasal 1315 KUHPerdata
berbunyi :
23
R. Soebekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa, 1979), hlm. 1
24
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990),
hlm.78
21
selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini bahwa seseorang yang
Asas kebebasan berkontrak atau yang sering disebut juga sistem terbuka adalah
bahwa setiap orang boleh mengadakan perjanjian apa saja, walaupun belum
atau tidak diatur dalam Undang-Undang. Meskipun berlaku asas ini, kebebasan
berkontrak tersebut dibatasi oleh tiga hal, yaitu tidak dilarang oleh Undang-
ketertiban umum.25
Setiap perjanjian yang dibuat dengan sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi
para pembuatnya. Rumusan ini dapat ditemukan dalam Pasal 1338 ayat (1)
menyatakan bahwa perjanjian yang telah disepakati tersebut tidak dapat ditarik
kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-
25
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perikatan, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1990)
hlm. 87
26
Solahudin, Op.Cit, hlm. 469
22
3) Asas Konsesualitas
Asas konsesualitas mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat
perjanjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat dan mempunyai akibat hukum.
Suatu kesepakatan lisan diantara para pihak telah mengikat para pihak yang
telah bersepakat secara lisan tersebut, dan oleh karena ketentuan ini mengenai
Setiap perjanjian yang dibuat adalah mengikat para pihak yang membuat dan
berlaku seperti undang undang bagi para pihak. Asas ini berarti bahwa
perjanjian hanya berlaku bagi para pihak yang membuatnya. Hal ini terdapat
dalam Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan “Semua perjanjian
membuat”.
Asas ini terdapat dalam Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata, yang menyatakan
bahwa semua perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Asas itikad
baik ini ada yang subyektif dan ada pula yang obyektif.
Suatu perjanjian dinyatakan sah, apabila telah dipenuhi 4 syarat seperti yang
Dua syarat yang pertama yaitu poin (a) dan poin (b) dinamakan syarat subjektif,
mengadakan perjanjian. Sedangkan dua syarat terakhir yaitu poin (c) dan poin (d)
dinamakan syarat objektif, dikarenakan mengenai perjanjian itu sendiri atau objek
1. Syarat yang pertama yaitu sepakat, dimaksudkan bahwa kedua pihak yang
2. Syarat yang kedua yaitu cakap, dimaksudkan bahwa orang yang membuat
suatu perjanjian haruslah cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap orang
yang sudah dewasa dan sehat pikirannya, adalah cakap menurut hukum.28
3. Syarat yang ketiga yaitu harus mengenai suatu hal tertentu, artinya adalah apa
yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu
ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu sudah ada atau sudah berada di tangan
pihak yang berutang pada waktu perjanjian dibuat dan tidak diharuskan oleh
Undang-Undang.29
4. Syarat keempat yaitu adanya sebab yang halal, sebab dalam hal ini
dimaksudkan bahwa tidak ada lain dari pada isi dari perjanjian, sebab itu
27
R.Soebekti. Op.Cit, hlm.17
28
ibid
29
Ibid, hlm.19
24
termaksud.30
d) Akibat Perjanjian
Pasal 1338 Ayat (1) KUHPerdata, yang menyatakan bahwa semua perjanjian yang
kesepakatan kedua belah pihak, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal
yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang
menurut sifat perjanjian. Akibat dari suatu perjanjian adalah sebagai berikut:
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1340 Ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan
yang membuatnya. Hal ini berarti bahwa setiap perjanjian, hanya membawa
akibat berlakunya ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata bagi para pihak yang
Suatu perjanjian yang dibuat apabila tidak memenuhi salah satu atau lebih
tersebut menjadi tidak sah, yang berarti perjanjian itu terancam batal. Berikut
30
Ibid
31
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian,( Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.165
25
Perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan jika perjanjian tersebut dalam
dilakukan oleh salah satu pihak dalam perjanjian dan dapat dimintakan apabila
tidak telah terjadi kesepakatan bebas dari pihak yang membuat perjanjian
(Pasal 1321 sampai dengan Pasal 1328 KUHPerdata) dan salah satu pihak
dalam perjanjian tidak cakap untuk bertindak hukum (Pasal 1330 sampai
Suatu perjanjian dikatakan batal demi hukum, yang berarti perjanjian tersebut
Suatu kebatalan disebut relatif, jika kebatalan tersebut hanya berlaku terhadap
individu orang perorangan tertentu saja: dan disebut mutlak jika kebatalan
Perjanjian yang dapat dibatalkan dapat saja berlaku relatif atau mutlak, meskipun
f) Jenis Perjanjian
Beberapa jenis perjanjian akan diuraikan seperti berikut ini berdasarkan kriteria
32
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,
2000) hlm. 227
26
Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang mewajibkan kedua belah pihak
berprestasi secara timbal balik, seperti halnya pada perjanjian jual-beli, sewa-
mewajibkan pihak yang satu berprestasi dan memberi hak kepada pihak yang
lain untuk menerima prestasi. Contohnya yaitu hibah (Pasal 1666 KUHPerdata)
Perjanjian bernama adalah perjanjian yang sudah memiliki nama sendiri, yang
mempunyai nama dan tidak diatur dalam KUHPerdata serta jumlahnya tidak
melahirkan hak dan kewajiban saja bagi kedua belah pihak dimana tujuan dari
perjanjian tersebut baru tercapai apabila ada tindakan realisasi hak dan
27
terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi, yang terdiri dari kontrak
pekerjaan pengawasan.
Konstruksi para pihak yang ikut serta dalam perjanjian konstruksi terdiri dari
pengguna jasa dan penyedia jasa. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau
33
Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
34
Pasal 23 Ayat (6) PP No 29 /2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
28
1) Bentuk imbalan, yang terdiri dari lump sum, harga satuan, biaya tambah
imbalan jasa, gabungan lump sum dan harga satuan, atau aliansi;
secara berkala.
35
Pasal 23 Ayat (1) PP No.29/2000 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
29
m) Perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat
kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan
kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian;
n) Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan;
o) Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak
lain dalam pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari kegagalan
bangunan;
p) Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
Kontrak kerja konstruksi juga harus memuat ketentuan tentang Hak Atas
kesepakatan dan pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan
yang telah dimiliki oleh pemegang hak cipta dan hak paten dan Undang-Undang
tentang hak paten. Kontrak kerja konstruksi juga dapat memuat kesepakatan para
pihak tentang pemberian insentif, dimana insentif ini dapat berupa uang atau
bentuk lainnya. Insentif adalah penghargaan yang diberikan kepada penyedia jasa
daripada yang diperjanjikan dengan tetap menjaga mutu sesuai dengan yang
dipersyaratkan.36
Kebanyakan pelaku industri jasa konstruksi, baik Penyedia Jasa atau Pengguna
36
http://www.hukumproperti.com/2011/06/30/kontrak-kerja-konstruksi/ diakses pada
tanggal 23Januari 2017.
37
NazarkhanYasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006) hlm. 82
30
1) Aspek Teknis
Aspek inilah yang menjadi pusat perhatian para pelaku industri jasa konstruksi,
berhasil/sukses.
b) Lampiran-lampiran (Appendices);
Contract/Condition of Contracts-Particular);
2. Aspek Hukum
38
Ibid, hlm. 83
31
Namun ini adalah beberapa aspek hukum yang sering menimbulkan dampak
Penghentian sementara ini harus dicantumkan dalam kontrak dan diatur tata
cara pelaksanaannya, alasan-alasan serta akibatnya. Satu hal yang perlu diingat
ditentukan dalam kontrak. Oleh karena ini hak-hak para pihak (Penyedia
Ganti rugi keterlambatan pekerjaan per hari 1% dan ganti rugi maksimum
Walaupun pembuatan kontrak didasari oleh itikad baik dari para pihak, pasal
39
Ibid, hlm. 85
32
(Act of God)
Yang dimaksud disini adalah hukum negara mana yang berlaku bagi kontrak
kontrak hanya ada satu, yaitu bahasa Indonesia, walaupun kontrak dibuat
h. Domisili
3. Aspek Keuangan/Perbankan
40
NazarkhanYasin, Mengenal Kontrak Konstruksidi Indonesia,(Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006)hlm. 88
33
c. Jaminan-jaminan (Guarantee/Bonds)
Sedangkan jaminan yang dapat diberikan oleh pihak Penggunan Jasa adalah
Jaminan yang paling lazim dipergunakan dalam suatu kontrak kerja konstruksi
adalah Bank Garansi selain itu adalah Standby Letter of Credit dan Surety
Bond. Tetapi ada juga yang tidak mempunyai daya jamin seperti Letter of
3) Tanggal penerbitan
41
Monik Bey, Mewaspadai Bentuk-bentuk Jaminan dalam Kontrak Konstruksi dikaitkan
dengan Undang-Undang Perbankan dikutip dalam Buku Nazarkhan Yasin.
42
NazarkhanYasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia,(Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006) hlm. 95
34
melunasi utangnya.
b. Surety Bond
dan kuantitas dari suatu prestasi yang diberikan adalah sah dan benar
adanya. Indemnity adalah jaminan dari seseorang agar seorang pihak ketiga
melakukan sesuatu untuk orang yang dijaminkannya dan jika pihak ketiga
yang dijamin.
4. Aspek Perpajakan
berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan dari Penyedia Jasa, baik
dengan PPN ini, sering kali timbul masalah, bahkan sampai menjadi sengketa
menyetorkan PPN yang dipungut dari Pengguna Jasa ke kas Negara atau Bank
pengenaan Pajak Penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi, yaitu
5. Aspek Perasuransian
Salah satu aspek yang biasanya terdapat dalam kontrak konstruksi adalah
asuransi yang harus mencakup seluruh proyek termasuk jaminan kepada pihak
asuransi ini umum dikenal dengan istilah Contractor’s All Risk&Third Party
dari Asuransi ini adalah Pengguna Jasa/Pemilik tapi yang membayar premi
Kesehatan (ASKES).
43
NazarkhanYasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia,(Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006) hlm. 105
44
Radiks Purba, Memahami Asuransi di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Binarman Pressindo,
1992), hlm. 59
37
Dalam suatu kontrak konstruksi tidak jarang terdapat aspek sosial ekonomi
memakai tenaga kerja yang tersedia dimana proyek tersebut berada. Hal ini
mendatangkan tenaga kerja dari daerah lain. Dampak lingkungan juga harus
45
NazarkhanYasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia,(Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2006) hlm. 116
38
7. Aspek Administrasi
Selain aspek-aspek yang telah diuraikan sebelumnya terdapat pula suatu aspek
lain yang disebut aspek administrasi dalam suatu kontrak konstruksi, antara
b. Laporan kemajuan Pekerjaan perlu diatur dalam tata cara beserta format
yang baku dan periode pelaporan. Hal ini diperlukan untuk memantau
d. Hubungan kerja antara Penyedia Jasa dan Pengguna Jasa adalah penetapan
ini, diatur pula hal yang sebaliknya sehubungan dengan Penyedia Jasa.
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Normatif Deskriptif,
B. Tipe Penelitian
hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam
46
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Rajawali Pers,
Jakarta, 1990), hlm.1.
47
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT Citra
AdityaBakti, 2004), hlm.164.
40
C. Pendekatan Masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang hendak dibahas dalam penelitian ini,
Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang
diperoleh langsung dari para pihak dan data yang diperoleh dari bahan pustaka.50
Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas
skripsi ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam
penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penellitian ini yaitu Data
hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:
48
Opcit, hlm.164
49
Ibid, hlm.40
50
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Rajawali Pers,
Jakarta, 1990), hlm.11.
41
Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum
Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang diperoleh dari studi
lain yang sifatnya karya ilmiah berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
data :
buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah Jasa Konstruksi yang
akan dibahas.
secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu. Pengkajian dan
F. Pengolahan Data
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik data primer maupun data
1. Seleksi Data, yaitu memilih mana data yang sesuai dengan pokok
G. Analisis Data
Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan menggunakan cara analisis
penafsiran hukum atas data yang diperoleh, kemudian menjabarkan secara rinci
apa yang menjadi permasalahan dalam penelitian dalam bentuk kalimat yang
A. Simpulan
konstruksi pada penelitian ini telah sesuai dengan apa yang tercantum
yang dibuat oleh pengguna jasa dan penyedia jasa, sehingga pada
jasa konstruksi yang tidak diatur dalam Buku III KUHPerdata tentang
Price), jangka waktu pelaksanaan dan tata cara pembayaran. Hak dan
hak dan kewajiban atas pengguna jasa dan penyedia jasa merupakan hal
yang harus ada pada setiap perjanjian konstruksi sebagai hubungan hukum
HS, Salim. 2009, Hukum Kontrak (Teori & Teknik Penyusunan Kontrak), Jakarta:
Sinar Grafika.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Internet
https://taramikacich.wordpress.com/2012/10/28/perkembangan-industri-jasa-
konstruksi-diindonesia/, diakses pada tanggal 22 januari 2017
http://www.hukumproperti.com/2011/06/30/kontrak-kerja-konstruksi/,diakses
pada tanggal 23 Januari 2017