Anda di halaman 1dari 5

Mengubah Feses Ternak Menjadi Biogas yang Multi Manfaat

Oleh: Royaldo Gia Pratama (17.01.941.018)

Ketika mendengar kata kotoran (feses) dua kata yang selalu terbesit dalam
pikiran kita adalah “menjijikan”. Feses selalu dipandang sebelah mata dan dianggap
menjijikkan oleh masyarakat. Tapi tidak seperti yang selama ini kita bayangkan,
feses ternyata memiliki begitu banyak misteri dan rahasia yang tidak kita ketahui.
Feses ternak yang hanya dibiarkan menjadi tumpukan bau yang tidak berguna
ternyata sangat berpengaruh terhadap bumi. Feses ternak sama dengan pemanasan
global. Sejauh yang kita ketahui pemanasan global disebabkan oleh gas emisi
kendaraan bermotor. Jumlah kendaraan bermotor semakin hari semakin meningkat.
Hal ini tentu saja semakin membuat buruk keadaan bumi yang sudah mulai tua ini.
Namun tidak sepenuhnya penyumbang pemanasan global di bumi ini adalah
kendaraan bermotor. Feses ternak pun ikut berkonstribusi untuk memperburuk efek
pemanasan global.
Berdasarkan laporan FAO tahun 2006, salah satu penghasil emisi gas rumah
kaca yang terbesar berasal dari sektor peternakan, sebesar 18 %. Gas yang
dihasilkan dari feses ternak yaitu karbondioksida (9%), metana (37%), dinitrogen
oksida (65%), dan amonia (64%) (Wahyuni, 2011). Gas-gas tersebut berpotensi
pada global, terutama metana yang memiliki potensi pemanasan global lebih tinggi
dibandingkan dengan karbondioksida. Karena itu, dibutuhkan upaya untuk
mengolah feses ternak menjadi lebih bermanfaat dan ramah lingkungan. Cara yang
tepat adalah mengubah feses ternak tersebut menjadi energi terbarukan yang ramah
lingkungan.

Energi telah menjadi perbincangan dan topik yang hangat bagi seluruh
negara di dunia tidak terkecuali Indonesia. Pembangunan yang cepat dan jumlah
penduduk yang banyak, membutuhkan dukungan energi, baik untuk kegiatan
industri, transportasi, rumah tangga, maupun lainnya. Di lain pihak cadangan
sumber daya energi di Indonesia terbatas dan tidak memenuhi konsumsi energi.
Dengan adanya krisis energi tersebut masyarakat dituntut untuk berpikir dan sadar
akan energi dengan cara mengolah sesuatu yang berpotensi besar untuk dijadikan
energi. Salah satunya yaitu mengubah feses ternak menjadi biogas. Selain
bermanfaat secara tidak langsung mengolah feses ternak menjadi biogas, juga dapat
mengurangi emisi gas rumah kaca yang dapat merusak lapisan ozon bumi. Biogas
itu sendiri merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang dapat menjawab
kebutuhan energi alternatif.

Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flamable) yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahanbahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup
dalam kondisi kedap udara). Biogas ini dapat digunakan untuk keperluan memasak,
atau keperluan yang lainnya. Biogas dapat menggantikan elpiji dan sama dengan
elpiji biogas memiliki banyak atom C (Abdurahman, 2008).

Feses ternak bisa menjadi penyelamat bumi apabila diolah dan


dimanfaatkan dengan benar. Bisa kita bayangkan apabila sapi yang berbobot 400-
500 kg/ekor mengahsilkan feses ternak segar sebanyak 20-29 kg/hari. Peternak
yang memiliki ratusan ekor sapi kita bisa membayangkan sendiri banyaknya gas
metan yang dikeluarkan sapi-sapi tersebut dan seberapa besar efeknya terhadap
bumi kita tercinta ini. Efek dari meningkatnya gas metan di atmosfer adalah
terjadinya pemanasan global. Pemanasan global menyebabkan lapisan ozon
semakin menipis dan menimbulkan efek yang serius bagi kehidupan di bumi.

Lapisan ozon itu ibarat perisai bagi bumi kita yang melindungi makhluk
hidup di bumi dari sinar ultraviolet yang dapat merusak kulit dan bersifat
karsinogenik. Tidak hanya itu pemanasan global juga dapat mempengaruhi iklim di
bumi. Para ahli sudah memperkirakan pada tahun 2100 permukaan laut akan
meningkat 1-4 meter karena pemanasan global dan mencairnya es di kutub, serta
kenaikan suhu 1,3-4,5 ˚C pada tahun 2050 dikarenakan kenaikan kadar CO2 di
atmosfer (Hestiyanto, 2007). Apabila hal-hal yang dapat merusak bumi tersebut
terjadi maka perkiraan para ahli tersebut akan terbukti. Disinilah pentingnya
mengubah feses sapi menjadi biogas sehingga lebih bermanfaat dan secara tidak
langsung juga menyelamatkan bumi dari serangan gas metan.

Sebenarnya feses ternak tidak hanya bisa diubah menjadi biogas tetapi juga
bisa diolah menjadi pupuk organik untuk tanaman. Pupuk organik dari feses sapi
sangat baik untuk tanaman karena mengandung unsur hara makro dan mikro yang
dibutuhkan tanaman. Namun tingginya kadar C dalam pupuk kandang sapi
menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan
pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba
dekomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposisi bahan
organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N (Hartatik dan
Widowati, 2010).

Pengurangan kadar CN-Ratio harus dilakukan pengomposan terlebih


dahulu. Solusi dari permasalahan tersebut ada pada biogas karena biogas dapat
menurunkan kadar C dari feses sapi tersebut melalui fermentasi. Biogas akan
menghasilkan ampas yang disebut Bio Slury. Bio Slurry berwujud cair cenderung
padat, berwarna coklat terang atau hijau dan cenderung gelap, sedikit atau tidak
mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Bio
Slurry sangat bagus untuk pupuk, karena Bio Slurry memiliki CN-Ratio dibawah
20 sehingga sangat aman untuk tanaman. CN-Ratio dari Bio Slurry sebesar 9,09
yang berarti tidak berbahaya untuk tanaman (Wisman, 2013).

Alasan lain kenapa biogas dipilih untuk mengolah feses ternak ialah karena
biogas menghasilkan energi berupa gas yang dapat menggantikan energi fosil yang
suatu saat nanti pasti akan habis apabila digunakan terus menerus. Sedangkan
energi dari biogas dapat berkelanjutan dan tidak akan habis selama feses ternak atau
bahan organik lainnya masih di produksi. Kita bisa lihat dunia ini sangat bergantung
pada energi seperti yang Henry Kissinger katakan “control the oil and you control
the nations, control the food and you control the people”. Dari pernyataan itu
berarti dengan kita menguasai minyak (energi) maka kita dapat menguasai dunia
terlihat begitu jels bahwa kehidupan ini bergantung besar pada energi tak terkecuali
Indonesia yang saat ini telah mengalami krisis energi.

Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association (IPA) Dipnala Tamzil


mengatakan, permintaan energi pada 2010 adalah 3,3 juta BOEPD. Permintaan
energi itu dalam semua bentuk seperti minyak, gas, dan batu bara. Pada 2025,
permintaan energi akan meningkat menjadi 7,7 juta BOEPD. Dari jumlah itu, saat
ini proporsi energi dari minyak dan gas sekitar 47 persen (Tempo, 2015). Dari sisi
minyak dan gas, kalau Indonesia tak berbuat apa-apa dengan kebutuhan energi yang
terus meningkat, dan pasokan yang terus menurun, maka Indonesia akan jadi net
importir. Kita dapat mencegah hal tersebut dengan membuat energi alternatif
sendiri seperti biogas. Kita bisa menggunakan biogas untuk keperluan rumah
tangga sebagai pengganti gas elpiji ataupun minyak tanah sehingga lebih ramah
lingkungan dan ekonomis serta kita dapat dengan perlahan menanggulangi krisis
energi. Untuk membuat biogas sendiri juga tidak terlalu rumit dan tidak memakan
biaya yang begitu besar.

Untuk membuat biogas diperlukan digester yang berfungsi untuk


menampung gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Feses
sapi yang telah dijadikan lumpur akan disimpan didalam digester dan ditambahkan
bakteri starter untuk memacu terjadinya fermentasi. Besar kecilnya digester
dipengaruhi oleh seberapa banyak feses yang dihasilkan. Satu digester bisa
digunakan untuk mengaliri gas ke lebih dari satu rumah, sehingga masyarakat akan
merasa lebih ekonomis apabila menggunakan biogas. Karena pada biogas yang
dapat dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga hanya gas metannya saja maka
hasil dari ampas biogas (Bio Slurry) dapat langsung digunakan oleh petani untuk
memupuk tanamannya baik Bio Slurry dalam bentuk cair ataupun padat (Wisman,
2013).

Dengan mengubah feses ternak menjadi biogas maka kita dapat


menyelamatkan bumi kita dari efek gas metan yang merusak ozon. Selain itu
dengan adanya krisis energi di Indonesia seharusnya kita lebih kritis dan mulai
sadar energi serta beralih ke energi alternatif seperti biogas terutama bagi petani
dan peternak yang memiliki peluang besar untuk membuat biogas. Dengan biogas
yang multi manfaat akan lebih memudahkan masyarakat dan lebih ekonomis karena
selain menghemat biaya untuk membeli gas elpiji, ampas biogas langsung dapat
digunakan untuk pupuk tanaman yang sangat baik sehingga para petani tidak perlu
membeli pupuk sintesis dengan harga yang tinggi. Meskipun feses ternak itu penuh
dengan kuman-kuman dan bau tetapi begitu besar sekali manfaat dan efek feses
ternak itu bagi kehidupan kita. Jadi jangan pernah meremehkan sesuatu yang kecil.
Karena sekecil apa pun itu, bisa saja berpengaruh dalam kehidupan kita. Marilah
menjadi bangsa yang bijak, bangsa yang bijak adalah bangsa yang sadar akan
energi.
REFERENSI

Anda mungkin juga menyukai