A. Pengertian
1. Pemecahan Masalah
Kepner-Tregoe melihat pemecahan masalah dan pengambilan keputusan melalui suatu langkah dalam proses yang
rasional. Adapun langkah dalam pemecahan masalah dapat diartikan sebagai suatu proses dari mengamati dan
pengenalan serta usaha mengurangi perbedaan antara situasi sekarang dengan yang akan datang (LAN RI 2008,
Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan).
2. Pengambilan Keputusan
Keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih alternatif/kemungkinan. Walaupun
keputusan biasa dikatakan sama dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzei melihat
bahwa keputusan adalah pilihan nyata karena pilihan diartikan sebagai pilihan tentang tujuan termasuk pilihan
tentang cara untuk mencapai tujuan itu, apakah pada tingkat perorangan atau kolektif. Mc Grew dan Wilson lebih
melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah akhir dari suatu proses yang lebih
dinamis, yang diberi label pengambilan keputusan. Dipandang sebagai proses karena terdiri atas satu seri aktifitas
yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai tindakan bijaksana.
Morgan dan Cerullo mendefinisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan
pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih sementara yang lain dikesampingkan.
Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien
sesuai situasi. Proses tersebut untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Suatu aturan kunci
dalam pengambilan keputusan ialah sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat
(Brinckloe,1977). Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan
perubahan (Hill,1979).
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai proses memilih tindakan dari beberapa alternatif untuk
mencapai tujuan/sasaran (proses mengakhiri suatu masalah).
Oleh karena itu ’Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan’ dapat diartikan sebagai suatu proses
identifikasi, mencari penyebab, pemilihan alternatif dan mengantisipasi hambatan yang mungkin menghalangi
terlaksananya keputusan.
Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara teoritis dan realistis, bagaimana cara
membuat suatu keputusan. Ragam dalam pengambilan
Biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak
bersifat repetitif (berulang-ulang), tidak terstruktur, dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya. Sebagai
akibat keadaan demikian, para ahli belum mampu menyajikan teknik pemecahan yang sudah terbukti efektif di
masa lalu, baik karena sifatnya yang baru itu maupun karena sukar untuk mendefinisikan hakikatnya secara tepat.
Keputusan yang tidak Terprogram tidak menyangkut hal-hal yang sifatnya operasional, akan tetapi menyangkut
kebijaksanaan organisasi dengan dampak yang strategis bagi eksistensi organisasi. (Siagian, S.P.; 1993), Keputusan
Terprogram.
Sedangkan dalam Salusu menyebutkan bahwa keputusan tidak terprogram, dibuat sebagai respon dari
masalah-masalah unik, yang jarang dijumpai dan yang tidak dapat didefinisikan secara tepat, keputusan ini biasanya
dikenal dengan nama keputusan strategik, meliputi keputusan strategik dari Morgan dan Cerello, Mangkusubroto
dan Trisnadi, keputusan strategik dan tujuan (goal) Sutherland, serta keputusan tidak terstruktur dari Mintzberg dan
Brinckloe.
Dari segi struktur keputusan tertinggi adalah yang berhubungan dengan cita-cita, tujuan, menyusul keputusan
strategik lalu keputusan taktis dan yang paling bawah adalah keputusan operasional. Keputusan tertinggi hanya
dibuat satu atau dua kali makin ke bawah tingkat keputusan makin tinggi frekuensi pembuatannya.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu tindakan tunggal dan tidak sebagai suatu tindakan
yang Seragam yang berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh pengambil keputusan yang berbeda
dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan berorganisasi.
Berbagai model tentang pendekatan terhadap pengambilan keputusan telah diperkenalkan oleh para ahli teori
pengambilan keputusan, diantaranya adalah :
Keputusan yang menggunakan pendekatan (i) Fakta, secara sistematis akan mengumpulkan semua fakta mengenai
masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir dengan sendirinya; (ii) Pengalaman, seseorang yang
sudah memiliki pengalaman tentu lebih matang dalam membuat keputusan daripada seorang yang sama sekali
belum mempunyai pengalaman apa-apa namun perlu diperhatikan bahwa peristiwa-peristiwa yang lampau tidak
akan pernah sama dengan pada saat ini;(iii) Intuisi, tidak jarang keputusan yang diambil berdasarkan intuisi
dikarenakan kurang mengadakan analisis yang terkendali maka perhatian hanya ditujukan pada beberapa fakta; (iv)
Logika, pengambilan keputusan yang berdasar logika ialah suatu studi yang rasional terhadap semua unsur pada
setiap sisi dalam proses pengambilan keputusan; (v) Analisis Sistem, kecanggihan dari komputer telah merangsang
banyak orang untuk mengambil keputusan secara kuantitatif.
Mc Grew hanya melihat adanya tiga pendekatan yaitu proses pengambilan keputusan rasional, model proses
organisasional dan model tawar-menawar politik (political bargaining model) yaitu (i) Pendekatan proses
pengambilan keputusan rasional memberi perhatian utama pada hubungan antara keputusan dengan tujuan dan
sasaran dari pengambilan keputusan; (ii) Model proses organisasional menangani masalah yang jelas tampak
perbedaannya antara pengambil keputusan individu dan organisasi; (iii) Model tawar-menawar politik melihat kedua
pendekatan itu mengatakan bahwa pengambilan keputusan kolektif sesungguhnya dilaksanakan melalui tawar-
menawar namun hasil akhir keputusan itu sesungguhnya tergantung pada proses memberi dan menerima di antara
individu dalam kelompok tersebut.
1. Brainstorming
Jika sekelompok orang dalam suatu organisasi menghadapi suatu situasi problematic yang tidak terlalu rumit, dan
dapat diidentifikasikan secara spesifik mereka mengadakan diskusi dimana setiap orang yang terlibat diharapkan
turut serta memberikan pandangannya. Pada akhir diskusi berbagai pandangan yang dikemukakan dirangkum,
sehingga kelompok mencapai suatu kesepakatan tentang cara-cara yang hendak ditempuh dalam mengatasi
situasi problematic yang dihadapi. Penting diperhatikan dalam teknik ini yaitu :
a. Gagasan yang aneh dan tidak masuk akal sekalipun dicatat secara teliti.
b. Mengemukakan sebanyak mungkin pendapat dan gagasan karena kuantitas pandanganlah yang lebih
diutamakan meskipun aspek kualitas tidak diabaikan.
c. Pemimpin diskusi diharapkan tidak melakukan penilaian atas sesuatu pendapat atau gagasan yang dilontarkan,
dan peserta lain diharapkan tidak menilai pendapat atau gagasan anggota kelompok lainnya.
d. Para peserta diharapkan dapat memberikan sanggahan pendapat atau gagasan yang telah dikemukakan oleh
orang lain.
e. Semua pendapat atau gagasan yang dikemukakan kemudian dibahas hingga kelompok tiba pada suatu sintesis
pendapat yang kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan.
2. Synetics
Seorang diantara anggota kelompok peserta bertindak selaku pimpinan diskusi. Diantara para peserta ada seorang
ahli dalam teori ilmiah pengambilan keputusan. Apakah ahli itu anggota organisasi atau tidak, tidak dipersoalkan.
Pimpinan mengajak para peserta untuk mempelajari suatu situasi problematik secara menyeluruh. Kemudian
masing-masing anggota kelompok mengetengahkan daya pikir kreatifnya tentang cara yang dipandang tepat untuk
ditempuh. Selanjutnya pimpinan diskusi memilih hasil-hasil pemikiran tertentu yang dipandang bermanfaat dalam
pemecahan masalah. Dan tenaga ahli menilai melakukan penilaian atas berbagai gagasan emosional dan tidak
rasional yang telah disaring oleh pimpinan diskusi serta kemudian menggabungkannya dengan salah satu teori
ilmiah pengambilan keputusan dan tindakan pelaksanaan yang diambil.
3. Consensus thinking
Orang-orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus sepakat tentang hakikat, batasan dan dampak suatu
situasi problematik yang dihadapi, sepakat pula tentang teknik dan model yang hendak digunakan untuk
mengatasinya. Teknik ini efektif bila beberapa orang memiliki pengetahuan yang sejenis tentang permasalahan
yang dihadapi dan tentang teknik pemecahan yang seyogyanya digunakan. Orang-orang diharapkan mengikuti suatu
prosedur yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok biasanya melakukan uji coba terhadap langkah yang hendak
ditempuh pada skala yang lebih kecil dari situasi problematik yang sebenarnya.
3. Delphi
Umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang diperhitungkan akan dihadapi
organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk kelompok pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat.
Pengambil keputusan menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi peramalan dan
menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk meramalkan, apakah suatu
peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak. Jawaban dari anggota kelompok tadi dikumpulkan dan masing-
masing anggota ahli mempelajari ramalan yang dibuat oleh masing-masing rekannya yang tidak pernah ditemuinya.
Pada kesempatan berikutnya, rangkaian pertanyaan yang sama dikembalikan kepada para anggota kelompok
dengan melampirkan jawaban yang telah diberikan oleh para anggota kelompok pada putaran pertama serta hal-hal
yang dipandang sudah merupakan kesepakatan kelompok. Apabila pendapat seseorang ahli berbeda maka
memberikan penjelasannya secara tertulis. Tiap-tiap jawaban diberikan kode tertentu sehingga tidak diketahui siapa
yang memberikan jawaban.
Jawaban tersebut di atas dilakukan dengan beberapa putaran. Pengedaran daftar pertanyaan dan analisa oleh
beberapa ahli dihentikan apabila telah diperoleh bahan tentang ramalan kemungkinan terjadi sesuatu peristiwa di
masa depan.
Gortner (1987) lebih cenderung menganalisis pengambilan keputusan dari sudut metode. Ada empat metode
pengambilan keputusan yang dianggap lazim dipergunakan dalam pengambilan keputusan organisasional.
a. Metode pertama adalah metode rasional yang disebut juga model rasional. Ini adalah metode klasik yang
secara implicit mencakup model birokratik dari pengambilan keputusan.
b. Metode kedua, adalah metode tawar-menawar incremental (incremental-bargaining) yang dipandang sebagai
model paling dasar aktifitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui negosiasi. Karakteristik dari incremental ialah
bahwa keputusan tentang suatu kebijakan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil karenanya tidak terlalu jauh
dari status quo.
c. Metode ketiga yang disebut metode agregatif (aggregative methods) mencakup antara lain teknik Delphi dan
teknik-teknik pengambilan keputusan yang berkaitan. Konsensus dan peran serta merupakan karakteristik utama
dari metode agregatif.
d. Metode keempat adalah metode keranjang sampah (the garbage-can) atau nondecision-making model yang
dikembangkan oleh March dan Olsen (1979). Model keranjang sampah menolak model rasional bahkan rasional-
inkremental yang sederhana sekalipun. Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam keputusan, pada isu
yang bermacam-macam dari peserta pengambil keputusan dan masalah-masalah yang timbul pada saat itu. Sering
kali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari perdebatan dalam kelompok.
Teori ini memberi tekanan yang cukup besar pada arus dan jalannya pekerjaan dalam struktur organisasi. Tugas
dari eselon bawah ialah melaporkan masalah, memberi informasi, menyiapkan fakta dan keterangan-keterangan
lain kepada atasannya. Dengan segala pengetahuan, keterampilan dan kemampuannya, atasan membuat
keputusan setelah mempelajari semua informasi.
Teori ini menekankan pada pandangan bahwa tugas-tugas itu dapat dijabarkan ke dalam elemen-elemen logis, yang
dapat digambarkan secara saintifik. Sementara manajemen sendiri memiliki kemampuan untuk menganalisis dan
menyelesaikan suatu masalah.
Aliran ini tidak mengharapkan suatu keputusan yang sempurna. Aliran ini yakin bahwa para manajer yang selalu
dipenuhi berbagai masalah mampu membuat keputusan yang rasional.
f. Aliran Analisis Sistem
Aliran ini percaya bahwa tiap masalah berada dalam suatu system yang terdiri dari berbagai sub sistem yang
keseluruhannya merupakan satu kesatuan.
g. Pengambilan Keputusan Birokratik
Keputusan rutin adalah keputusan terprogram, keputusan repetitive, keputusan yang berulang-ulang dibuat. Disebut
keputusan repetitive karena berbagai peraturan dan prosedur sebagai dasar untuk membuat keputusan telah
dilembagakan. Peraturan dan prosedur semacam ini banyak dijumpai dikalangan birokrasi. Ada yang mengatakan
bahwa sesungguhnya keputusan-keputusan dikalangan birokrasi telah dirutinkan sehingga dapat dikatakan bahwa
keputusan rutin sama dengan keputusan birokratik (Inbar, 1979).
h. Dalam pengambilan keputusan birokratik selalu bertindak tidak memihak tetapi juga tidak responsive bahkan
soulless, tidak punya jiwa pendeknya seperti organisasi robot dalam banyak hal. Pengaruh yang terutama
memegang peranan dalam pengambilan keputusan birokratik ialah tekanan politik dan pengaruh elit.
a. Keputusan-keputusan strategik pada umumnya berkaitan dengan skope dari aktifitas sesuatu organisasi.
Timbullah pertanyaan di sini: “Apakah kirannya organisasi yang bersangkutan memusatkan perhatiannya pada satu
bidang aktifitas saja, ataukah perlu ia memiliki aneka macam bidang aktifitas?”
b. Strategi berkaitan dengan upaya menyesuaikan (MATCHING) aktifitas-aktifitas organisasi dengan lingkungan di
mana ia beroperasi.
Misalnya persaingan luar negeri merupakan salah satu perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi sesuatu
organisasi.
c. Strategi juga berhubungan dengan tindakan dan upaya menyesuaikan aktifitas-aktifitas organisasi yang
bersangkutan dengan kemampuan sumberdayanya.
Strategi bukan hanya sekedar menghadapi ancaman lingkungan dan memanfaatkan peluang karena lingkungan,
tetapi juga berkaitan dengan upaya menyesuaikan sumber-sumber daya keorganisasian dengan ancaman dan
peluang tersebut.
d. Keputusan-keputusan strategik sering kali menimbulkan implikasi-implikasi serius terhadap sumber daya
sesuatu organisasi.
Misalnya perusahaan-perusahaan mobil sudah banyak menggunakan tenaga robot agar mereka tetap dapat
bertahan dalam persaingan mobil.
e. Keputusan-keputusan strategik besar kemungkinan mempengaruhi keputusan-keputusan operasional.
f. strategi suatu organisasi bukan saja akan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan, dan ketersediaan
sumber-sumber daya, tetapi akan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan harapan-harapan pihak yang memiliki kekuasaan
dalam organisasi yang bersangkutan.
g. Keputusan-keputusan strategik kirannya akan mempengaruhi arah jangka panjang suatu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://aguspasawahan.wordpress.com/2012/03/28/pemecahan-masalah-dan-pengambilan-keputusan/
https://freeninda1310.wordpress.com/2012/01/13/metode-pemecahan-masalah/
http://pmat.uad.ac.id/metode-pemecahan-masalah-matematika
http://nuraditama.blogspot.com/2012/03/pemecahan-masalah-dan-pengambilan.html
http://vodca-stinger.blogspot.com/2012/04/pemecahan-masalah-dan-pengambilan.html
https://aguspasawahan.wordpress.com/2012/03/28/pemecahan-masalah-dan-pengambilan-keputusan/
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia,2008, Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan, Modul
Dilat Kepemimpinan Tingkat IV
2 komentar
Sabtu, 01 Desember 2018 23:31 ditulis oleh mareta Link Komentar
Terimakasih informasinya...