Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH KEMIRINGAN LERENG DAN LEBAR PONDASI DENGAN

RASIO d/B = 1 TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN


FISIK LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

MAKALAH JURNAL
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memeperoleh Gelar Sarjana Teknik

DISUSUN OLEH :
IRA FALKIYA
105060100111009

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2014
PENGARUH KEMIRINGAN LERENG DAN LEBAR PONDASI DENGAN
RASIO d/B = 1 TERHADAP DAYA DUKUNG PONDASI PADA PEMODELAN
FISIK LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL

Ira Falkiya, As’ad Munawir, Harimurti


Jurusan Teknik Sipil - Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, JawaTimur, Indonesia
Email : falkiyaira@gmail.com

ABSTRAK

Pembangunan bangunan di atas suatu lereng sangat riskan dan beresiko terjadi kelongsoran
karena komponen gravitasi cenderung untuk menggerakan massa tanah. Penelitian ini dilakukan
dengan membuat model lereng tanah pasir tanpa perkuatan serta lereng tanah pasir
menggunakan perkuatan geotekstil dengan RC 74%. Kemiringan sudut lereng yang digunakan
di sesuaikan dengan variasi yang ditentukan dengan penempatan pondasi menerus diatas lareng
yang memiliki beberapa variasi dimensi lebar. Perkuatan yang digunakan berupa geotekstil jenis
woven yang terbuat dari bahan polypropylene silt. Dari data hasil penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil, semakin besar kemiringan lereng maka daya dukung yang dihasilkan semakin
kecil. Sedangkan untuk variasi lebar pondasi, semakin besar lebar pondasi yang digunakan
maka daya dukung yang dihasilkan semakin kecil . Kontribusi perkuatan yang di pakai sangat
berpengaruh terhadap penentuan lebar pondasi yang paling optimum menghasilkan daya
dukung. Peningkatan daya dukung ultimit yang paling maksimal terjadi pada saat kemringan
lereng 46 dan lebar pondasi 4 cm yaitu sebesar 4,040.

Kata kunci : daya dukung pondasi menerus, lereng tanah pasir, perkuatan geotekstil, variasi
kemringan lereng, variasi lebar pondasi

PENDAHULUAN dukung dari sebuah lereng salah satunya


dengan menggunakan perkuatan
Lereng merupakan kondisi
geotekstil. Oleh karena itu dilakukan
dimana terdapat dua permukaan tanah
sebuah penelitian guna mencari
yang berbeda ketinggian. Pembangunan
parameter kemiringan lereng dan lebar
bangunan di atas suatu lereng sangat
pondasi yang menghasilkan daya
riskan dan beresiko terjadi kelongsoran
dukung paling optimum pada sebuah
karena komponen gravitasi cenderung
lereng dengan perkuatan geotekstil,
untuk menggerakan massa tanah. Faktor
sehingga kelongsoran dapat sedikit
yang paling krusial yang berpengaruh
dihindari.
terhadap rentannya kelongsoran adalah
kemiringan sudut dari lereng tersebut.
Pemilihan bentuk serta dimensi pondasi TUJUAN
juga sangat berpengaruh terhadap daya Penelitian ini bertujuan untuk
dukung yang dihasilkan, karena pondasi mengetahui mekanisme peningkatan
berfungsi untuk mentransfer beban ke daya dukung pondasi di atas lereng pada
lapisan tanah yang ada dibawahnya. lereng tanpa perkuatan dengan setelah
Ada beberapa alternatif yang dapat diberi perkuatan geotekstil. Selain itu
digunakan untuk menigkatkan daya juga untuk mengetahui pengaruh variasi
lebar pondasi dan kemiringan lereng kemampuan tanah mendukung beban
pada peningkatan daya dukung pondasi pondasi diatansnya. Daya dukung
diatas lereng. Serta kondisi mana yang menyatakan tahanan geser unutk
menghasilkan keadaan daya dukung melawan tahanan geser yang dikerehkan
paling optimum. tanah disepanjang bidang gesernya.
Analisis tanah dilakukan secara
TINJAUAN PUSTAKA pendekatan dan dianggap sebgai bahan
yang plastis (Prandtl, 1921).
Keruntuhan pada lereng
Lereng merupakan suatu Solusi Meyerhof
permukaan tanah yang memiliki Pada teori ini persamaan
kemiringan terhahadap bidang memperhatikan faktor bentuk pondasi,
horizontal, karena tidak datarnya kemiringan beban dan kuat geser tanah
permukaan serta karena faktor berat di atas dasar pondasi. Adapun daya
senduru dari tanah dan gaya grafitasi, dukung batas dari pondasi dinyatakan
menyebabkan tanah cenderung bergerak pada persamaan berikut;
kebawah dan bisa mengakibatkan
longsor seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.
Untuk tanah pasir, Meyerhof
menyatakan daya dukung dengan
persamaan berikut;

dimana;
qu = daya dukung (kN/m2)
Gambar 1 Kelongsoran Lereng B = Lebar pondasi (cm)
(Sumber : Das, B.M. 1993. Mekanika Nq, Ncq = Faktor daya dukung
Tanah Jilid 2)
 = Berat isi tanah (gr/cm3)
c = kohesi (kN/m2)
Menurut pengamatan yang
dilakukan oleh Collin (1846)
Solusi Hansen dan Vesic
kelonggsoran tanah sering terjadi
Untuk kondisi b = 0, Hansen
dengan bentuk lengkung. Bentuk
menyatakan daya dukung batas dari
tersebut dibagi menjadi tiga macam
pondasi menerus tersebut pada
yaitu, kelongsoran ujung kaki lereng
persamaan berikut;
yang terjadi ketika tanah di atas dan di
bawah lereng bersifat homogen, Yang
kedua adalah kelongsoran lereng terjadi
karna sudut lereng terlalu besar. Dan
yang terakhir kelongsoran dasar terjadi
dimana;
karena sudut lereng yang kecil dan
tanah di bagian bawah terlalu halus. 𝑁𝑐 , 𝑁𝑞 , 𝑁𝛾 = Faktor-faktor daya
dukung Hansen
Anilisi Daya Dukung Pondasi 𝜆𝑐𝛽 , 𝜆𝑞𝛽 , 𝜆𝛾𝛽 = Faktor-faktor lereng
Dangkal di Atas Lereng Tanpa qu = . Df = daya dukung (kN/m2)
Perkuatan
Analisis daya dukung (bearing Solusi Gemperline
capacity) mempelajari tentang Shield bersama dengan peneliti
lain telah mencoba melakukan
penelitian terhadap faktor daya dukung
Nq untuk sebuah pondasi pada lereng. Perkuatan Geotekstil
Nq dihitung dengan menggunakan Lereng tanah yang diperkuat
persamaan gemperline kemudian daya umumnya terdiri dari timbunan padat
dukung dihitung dengan solusi yang digabungkan dengan perkuatan
Meyerhof. geosintetik yang disusun kearah
Persamaan gemperline dinyatakan horisontal. Ketika tanah dan geosintetik
sebagai berikut; digabungkan, material komposit (tanah
yang diperkuat) tersebut menghasilkan
kekuatan tekan dan tarik tinggi sehingga
dapat menahan gaya yang bekerja dan
dimana; deformasi. Pada tahapan tersebut,
 = sudut geser dalam tanah (o) geosintetik berlaku sebagai bagian
 = sudut kemiringan lereng (o) tahanan tarik yang digabungkan ke
B = lebar pondasi (inchi) tanah/timbunan dan menjaga stabilitas
D = kedalaman pondasi (inchi) massa tanah. Mekanisme kerja
L = panjang pondasi (inchi) geotekstil pada tanah dapat dilihat pada
d = jarak pondasi kepuncak lereng Gambar 2 berikut;
(inchi)
fΦ = 10 (0,1159 - 2,386)
fB = 10 (0,34 – 0,2 log B)
f D/B = 1 + 0,65 (D/B)
f B/L = 1 - 0,27 (B/L)
f D/B, B/L= 1 + 0,39 (D/L)
fβ, b/B = 1 – 0,8 [ 1 – ( 1 – tan β )2]
{2/[2 + (b/B)2 tan β ]} Gambar 2 Dasar Mekanisme Perkuatan
fβ, b/D, D/B= 1 + 0,6 (B/L) [ 1–(1–tan β )2] Lereng Tanah dengan Geosintetik
{2/[2 + (b/B)2 tan β ]} (Sumber : DPU. 2009. Pedoman
fβ, b/B, B/L= 1 + 0,33 (D/B) tan β {2/[2 + Konstruksi Bangunan: Perencanaan
(b/B)2 tan β ]} dan Pelaksanaan Pekuatan tanah
dengan Geosintetik No. 003/BM/2009)
Bearing Capacity Improvement
(BCI) Pada penelitian ini dipilih
Bearing Capacity Improvement (BCI) geosntetik sebagai perkuatan karena
adalah suatu perbandingan rasio yang memiliki kelebihan daripada tipe
menjelaskan perbandingan antara daya gesintetik yang lain. Geotekstil
dukung tanah saat diberi perkuatan merupakan bahan geosintetik yang
dengan daya dukung tanah tanpa diberi paling banyak digunakan. Bentuknya
perkuatan. Perbandingan rasio dapat seperti tekstil pada umumnya, tetapi
dilihat pada persamaan berikut; terdiri dari serat-serat sintetis sehingga
selain lentur, juga tidak ada masalah
𝑞
BCI = 𝑞𝑜 penyusutan seperti pada material dari
serat alam seperti wol, katun ataupun
Dimana;
sutera. Terdiri dari tiga jenis yaitu
BCI = Improvement Bearing Capacity
woven (teranyam), non woven (tidak
q = daya dukung dengan perkuatan
teranyam), dan knitted (rajutan).
qo = daya dukung tanpa perkuatan
Geotekstil memiliki fungsi sebagai
(dalam hal ini perkuatan yang
separator, perkuatan, filter drainase dan
dipergunakan adalah geotekstil)
proteksi.
METODE PENELITIAN Pemodelan lereng dilakukan
Pengujian Dasar pada sebuah box berukuran panjang
Dalam penilitian ini dipergunakan tanah 1,50 m, lebar 1,0 m, dan tinggi 1,0.
pasir dengan pemadatan relative (Rc) Dasar dan sisi box berupa pelat baja
74%. Dilakukan uji pemeriksaan dasar dengan tebal 1,2 mm, kecuali sisi depan
pada tanah, yaitu antara lain: box menggunakan bahan fiber glass.
a. Pemeriksaan analisis saringan Box dibuat kaku agar dapat
menurut ASTM C-136-46 mempertahakan kondisi regangan.
b. Pemeriksaan berat jenis butiran
tanah mengikuti ASTM D-854-58 Metode Pengambilan Data
c. Kepadatan standart (Compaction) Pengambilan data dilakukan
mengikuti ASTM D-698-70 pada 9 variasi lereng tanpa perkuatan
d. Pemeriksaan kekuatan geser dan 9 variasi lereng dengan perkuatan.
langsung (Direct Shear) menurut Dengan variabel berupa variasi lebar
ASTM D-3080-72 pondasi dan variasi kemiringan lereng.
e. Pengujian kepadatan dengan alat Variasi perlakukan pemodelan lereng
uji sand cone dapat dilihat pada Tabel 1.

Jumlah dan Perlakuan Benda Uji Tabel 1 Varasi Lereng tanpa Perkuatan
Pada penelitian ini dibuat 9
sampel unutk lereng tanpa perkuatan
dan 9 sampel untuk lereng dengan
menggunakan perkuatan. Terdapat 3
variabel untuk lebar pondasi yaitu
sebesar 4 cm, 6 cm, dan 8 cm. Selain itu
juga terdapat 3 variabel untuk
kemiringan lereng antara lain 46, 51,
dan 56. Variabel tersebut dinyatakan
sebagai variabel bebas. Setelah dilakukan uji
Pondasi diletkkan pada posisi pembebanan pada sampel, diperoleh
d/B=1 dari ujung lereng. Dimana d/B hasil beban runtuh maksimum dan
merupakan rasio jarak pondasi ke tepi penurunan yang terjadi. Lalu dihitung
lereng. Untuk sampel lereng dengan besar daya dukung batas pada tiap
perkuatan geotekstil, menggunakan sampel dengan persamaan sebagai
jumlah perkuatan sebanyak dua lapis berikut;
(n=2), dengan jarak antar geotekstil (sv) 𝑃𝑢
qu = 𝐴
sebsar 3,2 cm dan panjang geotekstil
sebesar (L) 40 cm. Model test lereng dimana;
dapat dilihat pada Gambar 3. Pu = beban runtuh maksimum (kg)
d B
A = luasan pondasi (cm2)
Pondasi
2 @ 3.2

n=1
Geotekstil
40
n=2
Kemudian dilakukan analisis
peningkatan daya dukung atau bearing
10

 Lereng Pasir Rc 74% capacity improvement (BCI) seperti


70
10

dijelaskan pada tinjauan pustaka.


10
10
10

10 105

Gambar 3 Model Lereng Penelitian


(B=4cm, d/B=1, n=2)
HASIL DAN PEMBAHASAN q (kN/m2)

0 20 40 60 80 100
0 0
Analisis Daya Dukung Tanah Pasir 1
2
sudut 46
dengan Rc 74% untuk Lereng Tanpa 2
sudut 51
4

Perkuatan sudut 56 6

Settlement (mm)
3
8
Analisis daya dukung tanah

s/B (%)
4 10

tanpa perkuatan dilakukan dengan 5


12

metode analitik serta metode 6


14

16
eksperimen. Metode analitik diperoleh 7
18

dengan mnggunakan solusi Meyerhof, 8 20

solusi Hansen, serta solusi Gemperline.


Sedangkan untuk metode eksperimen Gambar 4 Grafik hubungan daya
diperoleh dengan melakukan percobaan dukung dan penurunan lereng
terhadap sampel dengan jumlah yang menggunkan perkuatan saat B = 4cm
telah ditetapkan. Hasil dari semua dengan variasi kemiringan lereng
analisis ditampilkan pada Tabel 2.
Analisis Bearing Capcity Improvement
Tabel 2 Nilai daya dukung Pondasi Berdasarkan Daya Dukung Batas
pada lereng tanpa perkuatan antara (BCIqu)
analitik dan eksperimen lereng tanpa Hasil analisis nilai BCIqu paling
perkuatan maksimum terjadi pada saat lebar
pondasi 4 cm dan kemiringan lereng
46 dengan nilai 4,040. Hasil dari
analisis dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Gambar 5

Tabel 4 Nilai BCIqu untuk variasi


kemiringan lereng
kemiringan qu lereng tanpa
lebar pondasi (B) qu (kN/m2) BCIqu
lereng () perkuatan (kN/m2)
46 77.296 19.133 4.040
Analisis daya Dukung untuk lereng 4 cm 51 73.214 18.622 3.932
56 55.612 16.837 3.303
dengan Perkuatan pada Variasi 46 77.211 21.173 3.647
Lebar Pondasi dan Kemiringan 6 cm 51
56
69.133
54.932
19.048
18.367
3.529
2.991
Lereng 8 cm
46
51
67.985
57.143
27.742
24.872
2.451
2.297
Pada analisis daya dukung 56 53.061 24.490 2.167

dengan perkuatan diperoleh hasil paling


maksimum saat lebar pondasi 4 cm dan
5.0
saat kemiringan lereng 46. Hasil dari 4.5 B=4cm

percobaan di laboratorium di tampilkan 4.0 4.040 3.932


B=6cm
B=8cm
3.647
pada Tabel 3 dan Gambar 4. 3.5 3.529
BCIu

3.303
3.0 2.991

2.5 2.451
2.297
Tabel 3 Nilai daya dukung dan 2.0
2.167

penurunan saat lebar pondasi 4 cm dan 1.5


45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60

variasi kemiringan kemiringan lereng

Gambar 5 Grafik perbandingan


peningkatan BCIqu antar lereng dengan
perkuatan pada variasi kemiringan
lereng terhadap lebar pondasi.
Dapat dilihat juga pada hasil percobaan geotekstil dan setelah diberi perkuatan
bahwa terjadi peningkatan daya dukung geotekstil. Hal ini ditunjukkan pada
lereng ketika sebelum diberi perkuatan nilai BCI yang lebih besar dari satu
dengan setalah diberi perkuatan berupa (>1).
geotekstil. Hal ini ditunjukkan dengan Data hasil eksperimen pada variasi
nilai BCIqu yang lebih dari 1. kemiringan lereng menunjukkan bahwa
semakin besar sudut maka daya dukung
Analisis Bearing Capcity Improvement yang dihasilkan semaking kecil. Dan
Berdasarkan Penurunan saat s/B daya dukung maksimum terjadi pada
(rasio penurunan) 2% (BCIs) saat kemiringanlereng 46.
Hasil analisis nilai BCIs paling
maksimum terjadi pada saat lebar Sedangkan hasil eksperimen pada
pondasi 8 cm dan kemiringan lereng variasi lebar pondasi diperoleh hasil
46 dengan nilai 1,918. Hasil dari yang agak berbeda. Semakin besar lebar
analisis dapat dilihat pada Tabel 5 dan pondasi, daya dukung yang dihasilkan
Gambar 6 makin menurun. Setelah dilakukan
peninjauan ulang, diketahui bahwa
Tabel 5 Nilai BCIs untuk variasi kontribusi geotekstil sangatlah
kemiringan lereng berpengaruh terhadap hasil yang
didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian
dari Enas B. Altahe, Mohd Raihan
Taha, dan Fathi M.Abdrabbo (2013),
pada percobaan kali ini digunakan jarak
vertikal antar geotekstil (sv) pada
rentang antara 0,5B sampai 1B.
Berdasarkan rentang tersebut digunakan
sv sebesar 3,2 cm dan di terapkan pada
Gambar 6 Grafik perbandingan semua kondisi.
peningkatan BCIs antar lereng dengan pada kenyataanya untuk lebar
perkuatan pada variasi kemiringan pondasi 8 cm tidak masuk kedalam
lereng terhadap lebar pondasi pada saat rentang maksimum yaitu antara 0,5B
s/B=2% sampai 1B. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa daya dukung
BCI(s) Kemiringan Lereng untuk s/B=2% pada saat B = 8cm menurun. Namun
2.000
1.918 jika ditinjau dari penurunan (settlement)
1.800 B=4cm

1.600
B=6cm yang sama saat s/B 2%, menghasilkan
1.544 B=8cm
peningkatan daya dukung yang lebih
BCI

1.400 1.398
1.320 1.353
1.200 1.176
1.232
1.148
1.066
seragam. Peningkatan terbesar ternjadi
1.000

0.800
ketika lebar pondasi 8 cm.
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Kemiringan Lereng

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang
Pengaruh Kemiringan Lereng dan dilakukan, didapatkan kesimpulan
Lebar Pondasi terhadap Nilai Daya sebagai berikut:
Dukung 1. Terjadi peningkatan daya dukung
pondasi menerus pada lereng
Pada eksperimen yang telah dengan menggunakan perkuatan
dilakukan dengan membuat pemodelan geotekstil dibandingkan dengan
fisik lereng Rc 74%, diperoleh hasil pada lereng tanpa perkuatan.
bahwa terjadi peningkatan daya dukung
ketika sebelum diberi perkuatan
2. Semakin besar kemiringan lereng, DPU. 2009. Pedoman Kontruksi Bangunan :
maka daya dukung yang Perencanaan dan Pelaksanaan
dihasilkan akan semakin menurun Perkuatan tanah dengan
3. Semakin lebar pondasi yang Geosintetik No. 003/BM/2009.
digunakan maka daya dukung As’ad Munawir, Murni Dewi, Yuvi Zaika,
pondasi semakin menurun, hal ini Agoes Soehardjono MD. 2013.
dikarenakan unruk B = 8cm Bearing Capacity on Slope
setelah ditinjau ulang tidak masuk Modeling with Composite Bamboo
dalam rentang sv maksimum yatu Pile Reinforcement. Jurnal
0,5B sampai 1B. Sehingga jika Terpublikasi: International Journal
ditinjau dari BCIqu, yang of Engineering and Advanced
meghasilkan daya dukung Technology (IJEAT).
maksimal adalah B = 4cm. Zaika, Yulvi & Kombino, B. A.
Sedangkan berdasarkan analisis Penggunaan Geotextil sebagai
BCIs saat s/B=2%, yang Alternatif Perbaikan Tanah
menghasilkan daya dukung Terhadap Penurunan Pondasi
maksimal adalah B = 8cm. Dangkal. Jurnal Teknik
4. Berdasarkan analisis nilai BCIqu Geoteknik. Malang: Jurusan
yang terjadi, variasi yang Teknik Sipil Fakultas Teknik
memberikan nilai daya dukung Universitas Brawijaya.
paling optimum terjadi pada saat Sommers, A. N. & Viswanadham, B. V. S.
B = 4cm dan  = 46. 2009. Centrifuge Model Tests on
5. Berdasarkan analisis nilai BCIs The Behavior of Strip Footing on
yang terjadi, variasi yang Geotextile-Reinforced Slopes.
memberikan nilai daya dukung Journal of Geotechnical
paling optimum terjadi pada saat Engineering. Elsevier.
B = 8cm dan  = 46 Hoang C. Nguyen, Canh V. Le, Vu P. Q.
Nguyen, and Tri P. Truong. 2012.
DAFTAR PUSTAKA Bearing Capacity of Footing Strip
Das, Braja M. 1984. Mekanika Tanah Resting on Slope Using Upper
(Prinsip-Prinsip Rekayasa Bound Limit Analysis. Journal of
Geoteknis) Jilid 2. Jakarta: Engineering Technology and
Erlangga. Education. GTSD2012.
Craig, R. F. 1989. Mekanika Tanah Edisi S.V. Anil Kumar, K. Ilamaparuthi. 2009.
Keempat. Jakarta: Penerbit Respon of Footing on Sand Slopes.
Erlangga. Jurnal Terpublikasi. Anna
Das, Braja M. 1998. Mekanika Foundation University Chennai, Chennai,
Engineering, Fourth Edition. New India.
York: PWS Publishing. J. Thanapalasingam. C. T. Gnanendram.
Bowles, J. E. 1993. Sifat-Sifat Fisis dan 2008. Predicitng The Performance
Geoteknis Tanah. Jakarta: of Foundation Near Reinforced
Erlangga. Sloped Fills. Jurnal Terpublikasi.
Suroso, As’ad Munawir, dan Herlien University of New South Wales at
Indrawahyuni. Buku Ajar Teknik ADFA, Canberra, Australia.
Pondasi. Malang: Jurusan Teknik Qiming Chen 2007. An Expereimental
Sipil Fakultas Teknik Universitas Study on Characteristics and
Brawijaya. Behavior of Reinforced Soil
Christady H., Hary. Yogtakarta: Jurusan Foundation. Disertasi
Teknik Sipil Fakultas Teknik Terpublikasi: The Departement of
Universitas Gajah
Civil and Enviromental
Egineering.
Prasasti, Y. D. J. 2014. Pengaruh
Variasi Panjang Lapisan dan
Jarak Vertikal antar Geotekstil
Terhadap Daya Dukung Pondasi
Menerus Pada Pemodelan Lereng
Pasir Kepadatan Relatif 74%.
Tugas Akhir. Malang: Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai