BAB I
DEFINISI
1
medis, atau kemampuan fungsional yang independen. Asesmen lanjut
didapat dari hasil skrining awal.
12. Asesmen Nyeri adalah proses asesmen yang dilakukan oleh perawat
rawat inap dan rawat jalan untuk mengukur intensitas dan kualitas rasa
nyeri pasien.
13. Asesmen Nutrisi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh Ahli Gizi
untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko nutrisi dan mendapat terapi
nutrisi.
14. Asesmen Risiko Jatuh adalah proses asesmen yang dilakukan pada
semua pasien rawat inap dan rawat jalan untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko jatuh.
15. Asesmen Khusus adalah proses asesmen yang dilakukan pada kelompok
pasien tertentu baik rawat inap maupun rawat jalan. Kelompok khusus
rawat inap adalah pasien obstetri dan gynekologi, neonatus, dan anak.
Sedangkan kelompok khusus rawat jalan adalah obstetri dan gynekologi,
gigi dan mulut, THT, dan mata.
16. Asesmen Pasien Terminal adalah proses asesmen pada pasien yang
diperkirakan kondisi penyakitnya dalam keadaan terminal/ tidak ada
harapan untuk membaik.
17. Asesmen Rencana Pemulangan Kritis adalah proses asesmen pada
pasien yang memiliki kebutuhan khusus ketika akan dipulangkan.
18. Discharge planning adalah proses perencanaan sistematis yang
dilakukan oleh dokter beserta perawat bekerja sama dengan pasien,
keluarga dan petugas kesehatan lain guna mempertahankan status
kesehatan pasien serta mengantisipasi pemenuhan kebutuhan lanjutan
layanan kesehatan setelah selesai masa rawat inap.
19. Diagnosa awal adalah identifikasi awal saat pasien masuk rawat inap.
20. Keluhan utama rumah sakit adalah keluhan yang dirasakan pasien
waktu masuk rumah sakit.
21. Riwayat penyakit sekarang adalah keluhan yang dirasakan pasien saat
masuk Rumah Sakit.
22. Riwayat penyakit dahulu adalah catatan tentang penyakit dan
pengobatan yang dialami pasien pada masa lalu sebagai informasi untuk
menambah keterangan penyakit pasien sekarang.
23. Riwayat penyakit keluarga adalah riwayat penyakit yang diderita
keluarga sebagai informasi apakah merupakan penyakit yang ditularkan
atau penyakit keturunan.
2
24. Riwayat pengobatan saat dirumah adalah obat yang diminum pasien
sebelumnya termasuk kepatuhan pasien meminum obat.
25. Pemeriksaan fisik adalah tindakan pemeriksaan pasien yang dilakukan
oleh dokter dan perawat untuk menemukan tanda klinis atau kelainan
fisik pada pasien dengan tehnik inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
26. Alergi adalah suatu kondisi hipersensitif terhadap antigen atau allergen
tertentu yang menyebabkan gejala karakteristik baik terhadap obat
maupun makanan.
27. Kesadaran kualitatif
Status Keterangan
Kesadaran
Composmentis Apabila pasien mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang
diberiakan.
Apatis Pasien mengalami keadaan acuh tak acuh terhadap keadaan
disekitarnya.
Delirium Pasien disorientasi, kacau dan salah persepsi tehadap
rangsangan sensorik.
Somnolen Pasien memiliki kesadaran yang lebih rendah, ditandai
dengan kelihatan mengantuk, selalu ingin tidur ,tidak
responsif terhadap rangsangan ringan dan masih
memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat.
Sopor Pasien tidak memberikan respon ringan maupun sedang
tetapi masih memberikan respon sedikit terhadap
rangsangan yang kuat dengan adanya reflek pupil terhadap
cahaya yang masih positif.
Koma Pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau
rangsangan apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada.
3
Motor (respon motorik)
(6) : mengikuti perintah
(5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat
diberikanrangsang nyeri.
(4) : withdrawal, menghindari/menarik ekstremitas atau tubuh
manjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri
(3) : menjauhi rangsang nyeri
(2) : ekstensi spontan
(1) : tidak ada gerakan
4
37. Hasil akhir setelah pemeriksaan dokter untuk mengidentifikasi
pelayanan selanjutnya pada pasien (pulang, rawat, rujuk)
38. Prakiraan lama rawat adalah kemungkinan lama rawat yang akan
dijalani oleh pasien sampai memadai untuk berobat jalan.
39. Perencanaan adalah program pengobatan, pemeriksaan dan tindakan
yang akan dilakukan kepada pasien sesuai kebutuhan pelayanan.
40. Rencana tindak lanjut pasien setelah mendapat pelayanan di rawat jalan
(kontrol ke RS, Puskesmas, hari/tanggal)
41. Status Nutrisi adalah kondisi pasien yang menggambarkan kondisi
nutrisi pasien berdasarkan berat badan dan tinggi badan.
42. Psikologis adalah ekspresi pasien yang di dapatkan saat anamnesa
seperti cemas takut marah sedih atau kecenderungan bunuh diri.
43. Sosial dan ekonomi adalah bagaimana berinteraksi dengan lingkungan
pasien dan status tempat tinggal pasien.
44. Penilaian risiko jatuh adalah kondisi pasien yang dapat menimbulkan
risiko jatuh yang penilainya menggunakan skala morse dan humpty
dumpty.
45. Asesmen fungsional untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien
dalam memenuhi kebutuhannya
46. Edukasi yang diberikan pada setiap pasien yang datang berobat ke
Rumah Sakit dan setelah mendapatkan pelayanan di Rumah Sakit
47. Masalah keperawatan adalah masalah yang ditemukan setelah asesmen
lengkap dilakukan meliputi nyeri, skrining gizi, risiko jatuh,asesmen
fungsional serta masalah keperawatan yang lain.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
6
3. Rawat Inap Neonatus
Pada ruang bayi, maka asesmen awal khusus dituangkan dalam
Asesmen Awal Medis Rawat Inap Neonatus dan Asesmen Awal
Keperawatan Rawat Inap Neonatus. Asesmen ulang dituangkan
dalam CPPT Rawat Inap.
4. Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi
Pada ruang rawat inap obstetri dan ginekologi maka asesmen awal
dituangkan dalam formulir Asesmen Medis Awal medis dan
keperawatan Rawat Inap Obstetri dan Ginekologi. Asesmen ulang
dituangkan dalam CPPT Rawat Inap.
C. PELAYANAN KHUSUS
1. Instalasi Gawat Darurat ( IGD)
Pada pasien IGD, maka dilakukan asesmen gawat darurat medis dan
asesmen gawat darurat keperawatan yang dituangkan dalam
formulir Asesmen Awal Medis dan Asesmen Awal Keperawatan IGD.
Pada pasien yang membutuhkan ruang observasi maka ditempatkan
di ruang observasi dengan mengisi formulir observasi. Asesmen
ulang medis dan keperawatan dituangkan dalam CPPT Rawat inap.
2. Kamar Operasi
Pada pasien emergency dan pasien tengah dirawat rencana operasi
DPJP mengisi asesmen pra bedah sebelum dilakukan tindakan
pembedahan dan penandaan lokasi pembedahan.
Asesmen pra anestesi dan sedasi dilakukan pada pasien yang
hendak menjalani anestesi yang merupakan formulir terintegrasi
dokter anastesi dan perawat.
7
BAB III
KEBIJAKAN
Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Nomor : 445/
/BLUD-RSUDAD/XI/2017 tentang Panduan Asesmen berisikan :
1. Semua pasien yang dilayani di BLUD RSUD dr. Achmad Darwis
Kabupaten Lima Puluh Kota harus diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu proses asesmen yang baku
2. Semua pasien yang mendapat pelayanan/pengobatan rawat inap, rawat
jalan harus mendapatkan informasi yang jelas sesuai dengan prosedur
asesmen informasi di BLUD RSUD dr. Achmad Darwis Kabupaten Lima
Puluh Kota.
8
BAB IV
TATA LAKSANA
9
2. Asesmen Ulang Rawat Jalan
a. Asesmen ulang dilakukan secara terintegrasi antara dokter dan
perawat.
b. Asesmen ulang pasien rawat jalan dilakukan pada saat
kunjungan pasien selanjutnya atau kontrol ke poliklinik.
c. Isi minimal asesmen ulang, meliputi tanda-tanda vital, status
nutrisi, status fungsional, skala nyeri, pemeriksaan fisik,
anamnesa dan data laboratorium, radiologi dan lain-lain ditulis
dalam bentuk SOAP
3. Asesmen Pasien Khusus
Asesmen awal medis dan keperawatan pada pasien khusus di BLUD
RSUD dr. Achmad Darwis Kabupaten Lima Puluh Kota meliputi
Obstetri dan Gynekologi, THT, Anak, Mata, Gigi dan Jiwa.
10
masuk ruang rawat dan diselesaikan dalam waktu 1 x 24
jam.
b. Asesmen Medis
1) Saat pasien tiba di ruang rawat inap, dokter melakukan
asesmen awal medis.
2) Asesmen awal medis pasien rawat inap diisi oleh Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
3) Asesmen awal medis minimal meliputi;
Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara antara pasien
dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang
berwenang untuk memperoleh keterangan-keterangan
tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien. Anamesis
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
a) Auto Anamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan
langsung kepada pasien karena pasien mampu
melakukan tanya jawab.
b) Allo Anamnesis, yaitu anamnesis yang dilakukan tidak
langsung karena pasien tidak mampu melakukan tanya
jawab, seperti belum dewasa/ anak-anak, tidak sadar,
tidak dapat berkomunikasi, atau dalam keadaan
gangguan jiwa.
11
rumah sakit. Keluhan utama yang dinyatakan oleh pasien
merupakan dasar utama untuk memulai evaluasi masalah
pasien. Sebaiknya disertai data lamanya keluhan tersebut.
13
patologi anatomi, elektrokardiografi (EKG) echokardiografi dan
lain-lain.
Diagnosis hasil kesimpulan untuk menentukan identitas dari
penyakit dengan pemeriksaan (anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan penunjang).
Program Kerja terdiri atas :
a) Edukasi/ penyuluhan yang akan diberikan kepada pasien
sehubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi
pasien harus ditulis, terutama dalam hubungannya
dengan mencegah penyakit atau mencegah timbulnya
komplikasi penyakit. Misalnya anjuran perubahan pola
makan, anjuran melakukan olahraga, pencegahan
penularan, dan lain-lain. Selain itu, perlu pengertian
diberikan penjelasan mengenai rencana diagnostik dan
terapi yang akan diberikan agar pasien dan/ atau
keluarga memahami dan terlibat dalam tata laksana
pasien.
b) Diagnostik sebagai tindak lanjut dikerjakan dalam rangka
memastikan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis
banding/ selain itu, juga dipertimbangkan perlunya
tindakan konsultasi. Prinsip pemilihan alat bantu
diagnostik adalah cost effetiveness yang akan menyangkut
biaya yang mahal.
c) Terapi terdiri dari :
Pengobatan simtomatik, obat ini sering diperlukan
pemberiannya karena bersifat simtomatik, walaupun
keterangan mengenai patofisiologi belum jelas benar.
Pemberian pengobatan simtomatik untuk menghilangkan
rasa sakit akan sangat membantu pasien. Tentu saja
dalam beberapa hal perlu diingat, bahwa dengan
menghilangkan keluhan, ada kemungkinan tanda yang
bersifat diagnostik atau kabur/ hilang. Obat penghilang
rasa sakit umumnya diberikan berdasarkan patofisiologi
yang mungkin menerangkan timbulnya sakit.
Pengobatan kausal, pengobatan kausal/ spesifik sangat
diperlukan untuk menyembuhkan penyakit pasien. Hal ini
baru diberikan setelah patofisiologi penyakit diketahui
14
dengan jelas dan dapat diterangkan faktor penyebab
penyakit.
Pencegahan komplikasi, seyogyanya penatalaksanaan
penyakit tidak menimbulkan komplikasi lain yang tidak
perlu terjadi.
Pengobatan jangka panjang, pengobatan jangka panjang
berlangsung jika diperlukan pengobatan atau perawatan
lanjutan di luar rumah sakit atau perawatan rumah.
d) Konsul diperlukan apabila penatalaksanaan lebih lanjut
ke dokter spesialis lain.
c. Asesmen Keperawatan
1) Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan oleh
perawat sesuai dengan kewenangan klinisnya.
2) Asesmen awal keperawatan rawat inap terdokumentasi dalam
rekam medik dengan menggunakan tulisan yang terbaca
jelas.
3) Asesmen awal keperawatan terdiri dari:
a) Riwayat Kesehatan/ Pengobatan/ Perawatan Sebelumnya
mencakup riwayat kesehatan pasien sebelum dirawat.
Data tersebut diperoleh berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang tersedia.
b) Pemeriksaan Fisik yaitu dilakukan dengan teknik IPPA
(Inspeksi, Palpasi, Perkusi dan Auskultasi), Head To Too
4) Riwayat Alergi merupakan riwayat alergi yang dialami pasien
terhadap obat-obatan, makanan, dan alergen lainnya.
5) Asesmen nyeri dilakukan pada pasien yang merasakan nyeri
untuk menentukan skor dan intensitas nyeri
6) Skrining Gizi di BLUD RSUD dr. Achmad Darwis Kabupaten
Lima Puluh Kota menggunakan kriteria Malnutrition
Screening Tool (MST), Metode Strong Kids yang bertujuan
mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi sehingga
menjadi pertimbangan dasar proses asuhan gizi oleh Ahli Gizi
pada tahap asuhan ulang gizi.
7) Penilaian Risiko Jatuh di BLUD RSUD dr. Achmad Darwis
Kabupaten Lima Puluh Kota dilakukan kepada semua pasien
IGD baik yang tidak dirawat maupun yang akan dirawat inap,
semua pasien rawat inap baik rawat inap umum maupun
rawat inap khusus, serta pasien pasca anastesi di ruang
15
pemulihan kamar operasi. Skrining risiko jatuh juga
dilakukan pada asesmen pasien rawat jalan. Untuk
melakukan penilaian ini dibutuhkan suatu media atau alat
pengukur berupa skala penilaian. Penilaian risiko jatuh yang
diterapkan di BLUD RSUD dr. Achmad Darwis Kabupaten
Lima Puluh Kota menggunakan 3 (tiga) skala, yaitu penilaian
risiko jatuh pada pasien anak dengan skala Humpty Dumpty,
penilaian risiko jatuh pada pasien dewasa dengan skala Morse
. Asesmen Fungsional meliputi Aktivitas dan latihan
(sensorik, kognitif, motorik)
8) Satatus psikologis merupakan kondisi yang dirasakan pasien;
cemas, takut, marah, sedih dan kecendrungan bunuh diri
9) Status sosial dan Ekonomi merupakan informasi penting
baik dalam kaitannya dengan masalah klinik maupun
penyakit yang diderita saat ini. Data ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan yang optimal
dan menyeluruh (holistik) untuk pasien saat merupakan
informasi penting baik dalam kaitannya dengan masalah
klinik maupun penyakit yang diderita saat ini. Data ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan
yang optimal dan menyeluruh (holistik) untuk pasien.
10) Skrining Faktor Risiko Pasien Pulang
a) Dalam asesmen awal rawat inap, pasien sudah harus
dilakukan skrining faktor risiko pasien pulang selambat-
lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam sejak pasien dirawat.
b) Asesmen yang dilakukan untuk membuat perencanaan
pemulangan pasien, yang dilakukan bersamaan dengan
asesmen awal pasien yang akan masuk rawat inap, yang
bertujuan untuk:
Melakukan identifikasi kebutuhan pasien saat
pemulangannya dari rumah sakit.
Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan
pasien saat keluar rumah sakit.
Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di
rumah.
Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan
yang lain.
16
Membantu klien dan keluarga agar memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam
mempertahankan status kesehatan klien.
Discharge planning dilakukan oleh perawat dan case
manager bersama-sama dengan pemberi asuhan lain,
seperti : rehabilitasi medik, ahli gizi, pasien dan
keluarga.
11) Kebutuhan Edukasi umumnya diberikan kepada pasien
sesuai dengan keadaan kesehatannya, seperti : penjelasan
penyakit/ konsultasi Dokter, Perawat, Konsultasi gizi, dan
lain-laiin
12) Masalah keperawatan
Merupakan masalah yang ditemukan setelah asesmen
lengkap dilakukan meliputi risiko jatuh, nyeri, status
fungsional dan nutrisi serta masalah keperawatan yang lain
guna menentukan tindakan selanjutnya.
17
S (Subjektif) : Berisi informasi tentang pasien yang
meliputi informasi yang diberikan oleh
pasien, anggota keluarga.
O (Objektif) : Berisi informasi tentang pemeriksaan
fisik, tes-tes diagnostik, laboratorium dan
terapi obat.
A (Asesmen) : Menilai kondisi pasien untuk terapi.
P (Planning) : Penentuan tindakan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.
18
10) Pasien berisiko nutrisi (skor MST ≥ 2 dan Modifikasi
Strongkids 1 - 2) dan malnutrisi (MST > 3 dan Modifikasi
Strongkids > 3) berdasarkan data asesmen awal keperawatan.
11) Adanya perubahan kondisi pasien berdasarkan monitoring
dan evaluasi terhadap daya terima terapi nutrisi.
12) Instruksi DPJP yang diselesaikan dalam waktu 2 x 24 jam.
13) Ahli Gizi yang berwenang melakukan asesmen ulang gizi,
yaitu :
a) Marta Saragih, AMG
b) Ade Indah Wati, AMG
14) Pasien yang dilakukan asesmen awal berada pada risiko
nutrisi, mendapat tindak lanjut dari gizi, sebagai berikut :
a) Pasien risiko tinggi dilakukan reasesmen 1 x 24 jam
b) Pasien risiko sedang dilakukan reasesmen 3 x 24 jam
c) Pasien tidak berisiko reasesmen 7 x 24 jam
d) Monitor respon pasien terhadap tindak lanjut gizi yang
kemudian dicatat dalam rekam medis.
15) Asesmen ulang profesi lain, seperti apoteker, fisioterapi, dan
lain-lain dilaksanakan minimal 1x/ hari atau sesuai
kebutuhan.
e. Asesmen Gizi
Semua pasien pada awal masuk dilakukan skrining gizi, apabila
berisiko memiliki masalah gizi maka dilakukan rujukan kepada
ahli gizi untuk dilakukan asesmen dan bila perlu dilakukan
pengobatan lebih lanjut.
1) Rawat Inap
a) Pasien diskrining untuk status gizi dan kebutuhan
fungsional untuk mengetahui risiko gizi sebagai bagian
dari asesmen awal, kemudian dikonsul untuk asesmen
lebih lanjut dan pengobatan apabila dibutuhkan.
b) Pasien yang berisiko nutrisi dari hasil asesmen awal gizi
mendapatkan tindak lanjut, sebagai berikut:
Pasien risiko tinggi dilakukan reasesmen 1 x 24 jam
Pasien risiko sedang dilakukan reasesmen 3 x 24 jam
Pasien tidak risiko reasesmen 7 x 24 jam
Monitor respon pasien terhadap tindak lanjut gizi yang
kemudian dicatat dalam rekam medis.
19
Pasien dewasa (Malnutrition Screening Tool / MST )
No Parameter Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak
diinginkan dalam 6 bulan terakhir ?
a. Tidak ada penurunan berat badan 0
b. Tidak yakin (ada tanda : baju menjadi lebih longgar) 2
c. Ya, ada penurunan BB sebanyak;
1-5 kg 1
6 - 10 kg 2
11 - 15 kg 3
> 15 kg 4
Tidak tahu berapa Kg penurunannya 2
2. Apakah asupan makan pasien berkurang karena berkurangnya nafsu
makan/kesulitan menerima makanan?
a. Tidak 0
b. Ya 1
Total skor
3 Pasien dengan diagnosa khusus : penyakit DM / ginjal / hati / jantung /
paru / stroke / kanker / penurunan imunitas, Geriatri, lain-lain
(sebutkan)............ Ya Tidak
Hasil total skor :
1. 0 : Berisiko rendah, ulangi skrining setiap 7 hari.
2. 1-3 : Berisiko menengah, dirujuk ke Tim Terapi Gizi (TTG)
3. 4-5 : Berisiko tinggi, dirujuk ke Tim Terapi Gizi (TTG
Bila skor Bila skor ≥ 2 dan atau pasien dengan diagnosis / kondisi
khusus dilakukan pengkajian lanjut oleh Tim Ahli Gizi.
20
Gizi Terstandar (PAGT) oleh Dietisien, dengan kriteria
sebagai berikut :
Skor ≥ 2 : Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
oleh Ahli Gizi/ Dietisien) dengan metoda Nutrition
Care Process (NCP) dan dalam kondisi tertentu
(pasien diet khusus, memiliki masalah asupan zat
gizi, pengetahuan tentang gizi kurang, dan/ atau
rujukan dari DPJP) diberikan pelayanan konsultasi
gizi oleh Ahli Gizi/ Dietisien.
Skor > 3 : Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
dengan metoda Nutrition Care Process (NCP) secara
mendalam sampai dengan monitoring dan evaluasi
gizi yang terprogram khusus selama masa
perawatan serta reasesmen 1 x 24 jam. Bila
program terapi gizi memerlukan dukungan profesi
terkait maka dilakukan pengajuan kasus tersebut
kepada Tim Pendukung Nutrisi (Nutrition Support
Team).
Pasien Obstetri
No Parameter Penilaian
1. Apakah asupan makan berkurang karena □ Ya □ Tidak
nafsu makan berkurang ?
2 Ada gangguan metabolism □ Ya □ Tidak
(DM, gangguan fungsi tiroid, infeksi
kronis, lain-lain (sebutkan)...............
3. Ada pertambahan berat badan yang □ Ya □Tidak
kurang atau lebih sesuai usia kehamilan
4. Nilai Hb < 10b g/dl atau Ht < 30% □Ya □ Tidak
22
Terstandar (PAGT) oleh Dietisien, dengan kriteria sebagai
berikut:
Skor 0 : tidak memerlukan Proses Asuhan Gizi
Terstandar (PAGT) oleh Ahli Gizi/ Dietisien, tetapi
perlu adanya monitoring berat badan secara berkala
dan evaluasi resiko gizi serta mengawasi alergi
makanan dalam periode waktu 1 minggu (reasesmen 7
x 24 jam).
Skor 1 – 2 : proses asuhan gizi terstandar (PAGT)
oleh Ahli Gizi dengan metoda Nutrition care Process
(NCP) dan dalam kondisi tertentu (pasien memiliki
masalah asupan zat gizi, masalah pola asuh dalam
mengelola makan anak, pengetahuan ibu tentang gizi
kurang, dan/ atau rujukan dari DPJP) diberikan
pelayanan konsultasi gizi.
Skor ≥ 3 : Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
dengan metoda Nutrition Care Process (NCP) secara
mendalam sampai dengan monitoring dan evaluasi gizi
yang terprogram khusus selama masa perawatan serta
reasesmen 1 x 24 jam. Bila program terapi gizi
memerlukan dukungan profesi terkait maka dilakukan
pengajuan kasus tersebut kepada Tim Pendukung
Nutrisi (Nutrition Support Team).
23
5) Asesmen ulang jatuh dilakukan setiap hari untuk skor
rendah dan sedang pada shift pagi dan untuk skor tinggi
asesmen ulangnya per shift dinas
Msk Saat
Sk Sblm Mgg Mgg
No Fungsi Keterangan RS Plg
or Sakit I II
Tgl Tgl
1. Mengenalikan 0 Tidak
rangsangan terkendali/tidak
defekasi (BAB) teratur (perlu
(Bladder) pencahar) / perlu
enema
1 Kadang-kadang
tidak terkendali (1x
seminggu)
2 Terkendali teratur
24
n rangsangan terkendali atau
berkemih pakai kateter /
(BAK)/ tidak terkontrol
(Bowels) 1 Inkonentisia/kadan
g-kadang tidak
terkendali ( 1x 24
jam)
2 Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7
hari)
3. Membersih 0 Membutuhkan
kan diri / bantuan orang lain
Grooming 1 Mandiri
(mencuci
muka, sisir
ranbut, sikat
gigi, bercukur)
(Grooming)
4. Penggunaan 0 Tergantung pada
toilet, masuk bantuan orang
dan keluar lain/bedrest total
(melepas, 1 Membutuhkan
memakai bantuan, tapi dapat
celana, melakukan
membersihka beberapa hal sendiri
n, menyiram) 2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu
(Feeding) makan sendiri
1 Butuh bantuan
memotong,
mengoles mentega
dll
2 Mandiri
6. Berubah sikap 0 Tidak mampu
dari berbaring 1 Butuh bantuan
ke duduk / untuk bisa duduk (
(Transfer) 2 orang)
2 Bantuan kecil ( 1
orang)
3 Mandiri
7. Berpindah / 0 Tidak mampu
berjalan / (Immobile)
(Mobilitas)
1 Bisa (pindah)
dengan kursi roda
2 Berjalan dengan
bantuan 1 orang
3 Mandiri (meskipun
menggunakan alat
bantu spt:
tongkat)
8. Memakai baju 0 Tergantung orang
lain
25
1 Sebagian dibantu
(misalnya:
mengancing baju)
2 Mandiri
9. Naik turun 0 Tidak mampu
tangga 1 Butuh bantuan (alat
bantu)
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang
. (Bathing) lain
1 Mandiri
TOTAL SKOR
26
Pelaksanaannya :
1. Pelaksanaannya pada waktu pasien masuk ruang rawat Sakit.
2. Asesmen lanjutan dilakukan perminggu
3. Penilaian juga dilakukan pada waktu pasien pulang (skoring)
27
h) Observasi tanda- tanda vital setiap 2 jam
i) Pemakaian suction dan oksigen
j) Gelisah/disorientasi
g. Asesmen Decubitus
Risiko decubitus dan derajat decubitus dapat dinilai
menggunakan tabel berikut :
PENILAIAN RISIKO DECUBITUS ( SKALA NORTON )
Yang Dinilai 4 3 2 1
Sangat
Kondisi Fisik Baik Sedang Buruk
Buruk
Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Jalan dengan Di tempat
Aktifitas Jalan Sendiri Kursi Roda
bantuan Tidur
Bebas Sangat Tidak
Mobilitas Gerak Terbatas
Bergerak Terbatas bergerak
Kadang Selalu Inkontinen
Inkontinensia Kontinen
Inkontinen Inkontinen Urin & Alvi
12-15 Rentan < 12 : Risiko
Jumlah Skor 16-20 Tidak ada Risiko
Risiko Tinggi
28
g) Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan
benar.
h) Beri nutrisi secara adekuat sesuai kebutuhan pasien/ program
dietnya.
i) Keringkan area yang lembab dengan segera.
j) Edukasi pasien dan keluarga/ care giver dalam program
pencegahan decubitus.
k) Libatkan keluarga/ care giver dalam program pencegahan
decubitus.
3) Risiko Tinggi Terjadi Decubitus (Skor < 12)
a) Lakukan asesmen ulang setiap shift.
b) Ubah posisi pasien secara teratur setidaknya 1 – 2 jam sekali.
c) Beri motivasi pasien untuk mobilisasi seaktif mungkin.
d) Berikan lotion/ skin barier cream untuk kulit yang kering.
e) Lindungi area tonjolan tulang yang berisiko terjadi luka tekan.
f) Gunakan alat penyanggah untuk melindungi area tubuh dari
tekanan.
g) Cegah gesekan dengan mengangkat atau mobilisasi pasif dengan
benar.
h) Beri nutrisi secara adekuat sesuai kebutuhan pasien/ program
dietnya.
i) Keringkan area yang lembab dengan segera.
j) Pengaturan posisi miring 30 dengan menggunakan bantuan bantal
busa.
k) Gunakan matras khusus untuk terjadi luka tekan.
l) Edukasi pasien dan keluarga/ care giver dalam program
pencegahan decubitus.
m) Libatkan keluarga/ care giver dalam program pencegahan
decubitus.
29
h. Asesmen Nyeri
1) Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk
rasa nyeri dan dilakukan asesmen apabila terdapat rasa
nyeri.
2) Apabila diidentifikasi ada rasa nyeri pada asesmen pasien,
maka rumah sakit melakukan asesmen lebih mendalam
meliputi :
a) Tipe nyeri: akut (kurang dari 3 bulan), kronik (lebih dari 3
bulan) kecepatannya, lamanya.
b) Kualitas nyeri: tumpul, tajam, panas/terbakar, tertindih
benda, ngilu/pegal, kram, seperti di tusuk-tusuk,
berdenyut-denyut, perih.
c) Frekuensi nyeri: jarang, hilang timbul, terus menerus
d) Lamanya nyeri
e) Lokasi nyeri
f) Faktor-faktor yang mengurangi/menghilangkan nyeri :
istirahat, kompres hangat/dingin, relaksasi, diberi obat
injeksi atau oral.
g) Asesmen dicatat di dalam rekam medik sehingga
menfasilitasi asesmen ulang yang teratur dan tindak
lanjut sesuai dengan kebutuhan pasien.
h) Asesmen nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih
dari beberapa jam dan menunjukkan adanya rasa nyeri,
sebagai berikut :
Asesmen nyeri dengan penilaian > 4 – 6 (nyeri sedang)
dilaporkan DPJP dan lakukan intervensi nyeri ringan
(skor 1-3)
Evaluasi 2 jam setelah pemberian terapi, bila penilaian
nyeri masih > 4 lapor DPJP kembali.
Bila penilaian nyeri < 4 atau 1 – 3 (nyeri ringan)
evaluasi dilakukan setiap shift (7-8 jam)sesuai
evaluasi vital sign.
Bila penilaian nyeri masih 7-8 perawat lapor DPJP
dengan usulan untuk konsul ke dokter spesialis
anestesi.
c) FLACC scale
Indikasi digunakan pada pasien yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyeri dan anak usia 3 s/d
6 tahun, selain itu juga digunakan untuk pasien yang
tidak dapat berkomunikasi.
Dilakukan dengan cara mengamati ekspresi wajah,
gerakan kaki, kegiatan,ada tidaknya tangisan dan
kemampuan untuk di hibur.
31
FLACC scale
Score Nilai
Kategori
0 1 2 Score
Menyeringai,
Tidak ada Dagu gemetar,
mengerutkan dahi,
ekspresi gerutu
Face (Wajah) tampak tidak
khusus, berulang
tertarik (kadang-
senyum (sering)
kadang)
Menendang,
Posisi normal
Leg (Kaki) Gelisah, tegang kaki
atau santai
tertekuk
Berbaring
tenang, posisi
Menggeliat, tidak Kaku atau
Activity normal,
bisa diam, tegang tegang
gerakan
mudah
Merintih, merengek, Terus
Tidak
Cry (Menangis) kadang-kadang menangis,
menangis
mengeluh, berteriak
Dapat ditenangkan
Consolability Sering
dengan sentuhan,
(Kemampuan Rileks mengeluh, sulit
pelukan, bujukan,
Consol) dibujuk
dapat dialihkan
Total Skor
Skala 0 = Nyaman,
Skala 1–3 = Kurang nyaman,
Skala 4–6 = Nyeri Sedang,
Skala 7 – 10 = Nyeri hebat
32
Fleksi/ekstensi kaku, meluruskan tangan tapi dengan 1
cepat melakukan fleksi/ekstensi yang kaku
5 Kaki
Rileks, otot kaki tidak kaku, kadang bergerak tidak 0
beraturan
Fleksi/ekstensi kaku, meluruskan kaki tapi dengan cepat 1
melakukakan fleksi/ekstensi yang kaku
6 Kesadaran
Tidur pulas atau cepat bangun, alert dan tenang 0
Rewel, gelisah dan meronta-ronta 1
TOTAL SKOR
33
Status psikologis
Status social ekonomi
Skrining faktor risiko pasien pulang
Kebutuhan edukasi
Masalah keperawatan
34
3) Asesmen awal rawat inap obstetri dan gynekologi, meliputi :
a) Asesmen medis
Anamnesis
Keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
kehamilan/abortus,persalinan, riwayat penyakit
dahulu
Pemeriksaan fisik
Status generalis
Status obsgin
Pemeriksaan penunjang
Diagnosis
Diagnosis banding
Program kerja
Edukasi, anjuran pemeriksaan penunjang,
terapi/tindakan
Konsul
b) Asesmen Keperawatan
Riwayat kesehatan, Riwayat kesehatan sekarang,
riwayat penyakit dahulu
Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Riwayat menstruasi
Riwayat perkawinan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Riawayat hamil ini
Pemeriksaan fisik
Riwayat alergi
Asesmen nyeri
Skrining gizi
Penilaian risiko jatuh
Status fungsional
Status psikologis
Status sosial ekonomi
Skrining faktor risiko pasien pulang
Kebutuhan edukasi
Masalah keperawatan
35
j. Asesmen Tahap akhir kehidupan Pasien Terminal
1) Semua kebutuhan pasien terminal, yang menjalani perawatan
dirumah sakit harus diidentifikasi melalui proses asesmen.
Pasien terminal harus dinilai sesuai dengan kondisi pasien
meliputi:
a) Gejala seperti mual muntah dan kesulitan pernafasan
b) Faktor-faktor yang meningkatkan dan membangkitkan
gejala fisik
c) Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
d) Orientasi spiritual pasien dan keluarga dan kalau perlu
keterlibatan kelompok agama.
e) Urusan dan Kebutuhan spiritual pasien dan keluarga,
seperti putus-asa, penderitaan , perasaan bersalah, atau
pengampunan.
f) Kebutuhan psikososial pasien dan keluarganya
g) Kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan (
respite services) bagi pasien, keluarga dan pemberi
pelayanan lain
h) Kebutuhan akan suatu jenis perawatan atau perawatan
alternative
i) Faktor resiko pihak yang ditinggalkan, seperti mekanisme
keluarga untuk mengatasi kesedihan, reaksi berkabung
yang parah.
36
2) Memberikan waktu yang cukup untuk mempersiapkan pasien
saat keluar rumah sakit.
3) Meningkatkan kemandirian klien saat perawatan di rumah.
4) Membantu rujukan pada klien pada sistem pelayanan yang
lain.
5) Membantu klien dan keluarga agar memiliki pengetahuan,
sikap dan keterampilan dalam mempertahankan status
kesehatan klien.
6) Discharge planning dilakukan oleh perawat dan dokter
ruangan bersama-sama dengan pemberi pelayanan lain, yaitu
rehabilitasi medik, Ahli Gizi, pasien dan keluarga.
C. PELAYANAN KHUSUS
1. Asesmen Pasien Gawat Darurat
a. Pasien dengan kondisi gawat darurat yang membutuhkan
penanganan cepat. Prioritas penanganan pasien gawat darurat
menggunakan kriteria skrining yang disebut triage.
b. Pada kondisi gawat darurat, asesmen awal medis dan
keperawatan dapat dibatasi sesuai kebutuhan dan kondisi yang
nyata.
c. Langkah-langkah asesmen pasien gawat darurat, yaitu :
1) Triage
Triage merupakan suatu skrining yang dilakukan untuk
menentukan tingkat kegawatan dan kedaruratan pasien IGD.
Triage di BLUD RSUD dr. Achmad Darwis kabupaten Lima
Puluh Kota menggunakan Triage Australia
2) Asesmen medis, meliputi anamnesis (keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat lainnya, pemeriksaan fisik, status
generalis, status lokalis, diagnosa kerja, diagnosa banding,
pemeriksaan penunjang, kesimpulan akhir dan kondisi saat
pulang
3) Asesmen keperawatan terdiri atas identitas pasien, riwayat
kesehatan (keluhatan utama), survei primer, asesmen nyeri,
survei sekunder, skrining gizi, penilaian risiko jatuh, status
psikologis, status sosial ekonomi, asesmen fungsional, daftar
masalah keperawatan, implementasi keperawatan, dan
tindakan kolaborasi.
37
2. Asesmen Pra Bedah dan Pra Anastesi/sedasi
Penggunaan anastesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah proses
yang umum dan merupakan prosedur yang kompleks di rumah
sakit. Tindakan-tindakan ini membutuhkan asesmen pasien yang
lengkap dan komprehensif, perencanaan asuhan yang terintegrasi,
monitoring pasien yang berkesinambungan dan kriteria transfer
maupun pemulangan pasien.
38
BAB V
DOKUMENTASI
39
B. ASESMEN RAWAT INAP
No PROSES ASESMEN DOKUMENTASI PETUGAS
1. Asesmen awal Formulir asesmen awal medis Dokter
medis neurologi rawat inap
Formulir asesmen awal medis
obgyn rawat inap
Formulir asesmen awal medis
paru rawat inap
Formulir asesmen awal medis
penyakit rawat inap
Formulir asesmen awal medis THT
rawat inap
Formulir asesmen awal medis
kulit kelamin rawat inap
Formulir asesmen awal medis
mata rawat inap
Formulir asesmen awal medis
neonatus rawat inap
Formulir asesmen awal medis
bedah rawat inap
Formulir asesmen awal medis
jantung rawat inap
Formulir asesmen awal medis
anak rawat inap
2. Asesmen awal Formulir asesmen awal Perawat
keperawatan keperawatan interne rawat inap
Formulir asesmen awal
keperawatan bedah rawat inap
Formulir asesmen awal
keperawatan anak rawat inap
Formulir asesmen awal
keperawatan neonatus rawat inap
Formulir asesmen awal
keperawatan obstetri rawat inap
Formulir asesmen awal
keperawatan ginekologi rawat
inap
3. Visite Formulir catatan perkembangan Dokter
dokter/asesmen pasien terintegrasi (CPPT)
ulang rawat inap
4. Asesmen ulang Formulir catatan perkembangan Perawat
asuhan pasien terintegrasi (CPPT)
keperawatan
5. Asesmen ulang Formulir catatan perkembangan Ahli gizi,
profesi kesehatan pasien terintegrasi (CPPT) terapis,
lain Bidan,
Farmasi
dll
40
C. ASESMEN GAWAT DARURAT
NO PROSES ASESMEN DOKUMENTASI PETUGAS
1. Asesmen awal medis Formulir asesmen awal medis Dokter
gawat darurat gawat darurat
2. Asesmen awal Formulir asesmen awal Perawat
keperawatan gawat keperawatan gawat darurat
darurat
3. Observasi pasien Formulir observasi IGD Perawat
4. Asesmen ulang Formulir catatan Dokter,
pasien gawat darurat perkembangan terintegrasi Perawat
(CPPT) IGD
E. ASESMEN NYERI
NO PROSES DOKUMENTASI PETUGAS
ASESMEN
1. Asesmen Nyeri Formulir asesmen awal keperawatan Perawat
interne rawat inap
Formulir asesmen awal keperawatan anak Perawat
rawat inap
Formulir asesmen awal keperawatan Perawat
neonatus rawat inap
Formulir asesmen awal keperawatan Perawat,
obgine rawat inap bidan
Formulir asesmen awal keperawatan Perawat,
ginekologi rawat inap bidan
Formulir asesmen awal keperawatan
bedah rawat inap
Formulir sesemen keperawatan gawat Perawat
darurat
2. Asesmen Ulang Formulir pemantauan nyeri Perawat
41
F. ASESMEN GIZI
NO PROSES DOKUMENTASI PETUGAS
ASESMEN
1. Skrining Gizi Formulir asesmen awal keperawatan Perawat
interne rawat inap
Formulir asesmen awal keperawatan
bedah rawat inap
Formulir asesmen awal keperawatan Perawat,
ginekologi rawat inap bidan
Formulir asesmen awal keperawatan Perawat,
obsgine rawat inap bidan
Formulir asesmen awal keperawatan Perawat
anak rawat inap
Formulir sesemen keperawatan gawat Perawat
darurat
2. Asesmen Gizi Formulir catatan perkembangan pasien Ahli Gizi
Ulang terintegrasi (CPPT)
Formulir asuhan gizi Ahli Gizi
42
I. ASESMEN DECUBITUS
NO PROSES DOKUMENTASI PETUGAS
ASESMEN
1. Asesmen Formulir asesmen awal keperawatan Perawat
decubitus rawat inap
2. Asesmen ulang Formulir pemantauan risiko luka Perawat
dekubitus
Ditetapkan di : Suliki
Pada tanggal : November 2018
Direktur
BLUD RSUD dr. Achmad Darwis
43