Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif umum. Pada
kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker
internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000
kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon
menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat
sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin
tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus
inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun
terakhir. Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens
pada kolon asendens dan desendens meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut
meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan
dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun
adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase.
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan
hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah
teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah
serat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kanker rektum?
2. Bagaimana etiologi kanker rektum?
3. Bagaimana manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan kanker rektum?
4. Bagaimana patofisiologi kanker rektum?
5. Bagaimana pemeriksaan diagnostic kanker rektum?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari kanker rektum?
7. Bagaimana komplikasi dari kanker rektum?

C. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah pencernaan
dengan kanker rektum.
2. Tujuan khusus
a) Mengetahui dan memahami pengertian kanker rektum
b) Mengetahui dan memahami etiologi kanker rektum
c) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan
kanker rektum
d) Mengetahui dan memahami patofisiologi dari kanker rektum
e) Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic dari kanker rektum
f) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dari kanker rectum
g) Mengetahui dan memahami komplikasi dari kanker rektum

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. PENGERTIAN
Rectum merupakan tempat keganasan saluran cerna yang paling sering. Kanker colon
(termasuk rectum) merupakan penyebab ke 3 dari semua kematian akibat kanker di Amerika
Serikat baik pria maupun wanita. ( Amerika Cancer Sosiety,2001)
Kanker rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika. Penyebab
nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi faktor riwayat kanker kolon dalam keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi lemak, protein dan daging serta rendah
serat.
Karsinoma rekti merupakan salah satu dari keganasan pada colon dan rectum yang khusus
menyerang bagian recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel yang tidak
terkendali. ( Soeparman & Waspadji, 1990 )
Jadi dapat disimpulkan bahwa kanker rectum adalah pertumbuhan baru yang ganas terdiri
dari sel-sel epitel yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbul metastasis
yang terjadi pada bagian distal usus besar.
2. ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker rectum tidak di ketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi.
Termasuk riwayat kanker colon/polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis
dan diet tinggi lemak, protein dan daging serta rendah serat.
Kanker yang di temukan pada colon dan rectum 16 % di antaranya menyerang recty terutama
terjadi di negara-negara maju dan lebih tinggi laki-laki dari pada wanita. Beberapa faktor
resiko yang telah diidentifikasi adalah sebagai berikut :
– Kebiasaan diet rendah serat,
– Polyposisi familial (riwayat kanker colon atau polip dalam keluarga)
– Ulserasi colitis (radang kronis pada usus besar di tandai dengan diare bercampur darah)
– Deversi colitif (penyebaran radang pada usus besar)
3. MANIFESTASI KLINIK
Gejala paling menonjol adalah :
– Perubahan kebiasaan defekasi
– Pasase darah dalam feses
Gejala lain berupa :
– Anemi yang tidak diketahu sebabnya
– Anoreksia
– Penurunan berat badan
– Keletihan
– Ulserasi
– Nause dan Vomitus
– Obstipasi
– Diare paradoksial
– Keinginan defekasi
– Nyeri tekan
– Ikterus

4. PATOFISIOLOGI
Hampir semua karsinoma kolon-rectum berasaal dari polip, terutama adenomatus. Ini di sebut
Adenoma-Carcinoma Sequence. Menurut P. Deyle, perkembangannya di bagi atas tiga fase.
Fase pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan. Proses ini berjalan lama sekali,
sampai puluhan tahun. Fase ke dua adalah fase pertumbuhan tumor, akan tetapi tanpa
menimbulkan keluhan atau fase tumor asimtomatis. Ini berlangsung bertahun-tahun juga.
Kemudian fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata, karena keluhan-
keluhan tersebut berjalan perlahan-lahan dan tidak sering, biasanya penderita merasa terbiasa
dan menganggap enteng saja. Setelah lebih dari 5 bulan penderita baru pergi ke dokter. Di
tangan dokter biasanya memakan waktu lebih dari 5 bulan lagi sebelum diagnosis karsinoma
di tegakan. Semua ini menyebabkan penderita datang berobat dalam stadium lanjut.
Phatway dari kanker rectum :

5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
a. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik (CEA)
Kadar CEA (Antigen Karsinoma Embrionik) dapat dipercaya dalam diagnosis prediksi, pada
eksisi tumor komplek, kadar CEA yang meningkat harus kembali ke normal dalam 48 jam.
Peningkatan CEA pada tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.
b. Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi mereka
yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman, tidak berbahaya,
namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan untuk menemukan
kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di laboratorium patologi.
Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang digunakan untuk
pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus besar, memotretnya,
sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat dilihat kelainan
berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau ulkus, pengamatan
kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan gambaran pembuluh
darahnya.
c. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
d. Pemeriksaan rektal secara digital: Pemeriksaan rektal seringkali menjadi bagian
pemeriksaan (check-up) fisik rutin. Dokter akan memasukkan jari dengan sarung tangan yang
telah dilumasi ke dalam rektum, untuk merasakan ketidaknormalan.
e. Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan ini penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan
(FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala, untuk
menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.
f. Pemeriksaan colok dubur, oleh dokter bila seseorang mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan
tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
g. Sigmoidoskopi: Dokter akan memeriksa rektum dan bagian bawah kolon dengan tabung
cahaya (sigmoidoskop). Jika ditemukan polip (pertumbuhan jinak yang dapat menjadi
kanker), maka polip bisa diangkat.

6. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif ialah tindakan bedah, dengan tujuan utamanya
memperlancar saluran cerna. Kemotrapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan
manfaat kuratif. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pilihan
pembedahan adalah :
– Reseksi segmental dengan anastomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada sisi
pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik).
– Reseksi abdominoperineal dengan kolostoti sigmoid permanen / pengangkatan tumor dan
porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal
– Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis serta
reanastomosisi lanjut dari kolostomi. (memungkinkan dekompresi usus awal dan persiapan
usus sebelum resekai )
– Kolostomi permanen (unuk menyembuhkan lesi obstrusi yang tidak dapat direseksi)

7. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut :
– Obstrusi usus partial atau lengkap
Obstruksi usus adalah penyumbatan parsial atau lengkap dari usus yang menyebabkan
kegagalan dari isi usus untuk melewati usus.
– Hemorhargi
– Perfosi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
– Peritonotis
– Syok
Syok merupakan keadaan gagalnya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat gangguan peredaran
darah atau hilangnya cairan tubuh secara berlebihan.
B. KONSEP KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
– Kelemahan, keletihan, kelelahan
– Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur,
misalnya: nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari
– Pekerjaan/profesi dengan pemajaan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas
Tanda : Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah
3. Integritas Ego
Gejala :
– Faktor stress
– Masalah terhadap perubahan penampilan
– Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa bersalah, kehilangan control, depresi
Tanda : Menyangkal, menarik diri
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada saat defekasi
Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :
1. Perasaan lelah
2. Nyeri abdomen atau rectal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan
makan atau defekasi)
3. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
4. Deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mucus.
5. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
6. Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal dan terapi obat saat ini
7. Kebiasaan diet ( masukan lemak, serat & konsumsi alcohol ) juga riwayat penurunan BB.
Pengkajian objekif meliputi :
1. Auskultasi abdomen terhadap bising usus
2. Palpasi abdomen untuk area nyeri tekan, distensi, dan massa padat
3. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun
potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994). Meliputi:
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Kebutuhan cairan kurang berhubungan dengan muntah dan dehidrasi
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia
4. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan
5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi, imunitas tubuh menurun,
prosedur invasive
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, serta pengobatannya berhubungan
dengan kurang paparan terhadap informasi, keterbatasan kognitif

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri fisik
Kriteria hasil :
– klien melaporkan nyeri berkurang, skala nyeri 2-3
– Ekspresi wajah tenang & dapat istirahat, tidur.
Tujuan : tingkat kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol

Intervensi :
– Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Rasional : Untuk mengetahui tingkatan nyeri
– Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
Rasional : Mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesik.
– Berikan tindakan yang nyaman (pijatan punggung, ubah posisi) & aktivitas senggang
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan menigkatkan
kemampuan koping.
– Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri
Rasional : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali
perhatian, sehingga menurunakan nyeri dan ketidak nyamanan
– Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Rasional : Menurunkan nyeri, meningkatkan kenyamanan.

2. Kebutuhan cairan kurang berhubungan dengan muntah dan dehidrasi


Kriteria hasil :
Membran mukosa lembab, turgor kulit baik, dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, dan
secara individual mengeluarkan urine dengan tepat
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Intervensi :
– Awasi masukan dan haluaran dengan cermat, ukur feses cair. Timbang berat badan tiap
hari.
Rasional : Memberikan indikator langsung keseimbangan cairan
– Kaji tanda vital (TD, Nadi, Suhu)
Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menunjukkan respons terhadap dan/atau efek
kehilangan cairan
– Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian
kapiler lambat
Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/ dehidrasi
– Pertahankan pembatasan peroral, tirah baring; hindari kerja
Rasional : Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan dan untuk menurunkan kehilangan
cairan usus
– Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar
Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vit. K dan
merusak koagulasi, potensial resiko pendarahan
– Kolaborasi pemberian cairan paranteral, transfusi darah sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/ anemia
– Kalaborasi pemberian obat sesuai indikasi yaitu Antiemetik, mis, trimetobenzamida
(Tigan); hidroksin (Vistaril); proklorperazin (Compazine), Antipiretik, mis, asetaminofen
(Tyenol), Vitamin K
Rasional : Digunakan untuk mengontrol mual/muntah pada eksaserbasi akut, Mengontrol
demam, Merangsang pembentukan protrombin hepatik, menstabilisasi koagulasi dan
menurunkan resiko perdarahan

3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan anoreksia
Kriteria hasil : Klien melaporkan selera makannya meningkat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi yang
optimal
Intervensi :
– Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi
Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energy

– Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral hygiene)


Rasional : Meningkatkan kenyamanan dan selera makan
– Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi (roborantia)
Rasional : Pemberian preparat zat besi dan vitamin B12 dapat mencegah anemia; pemberian
asam folat mungkin perlu untuk mengatasi defisiensi karena malbasorbsi
– Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
Rasional : Pemberian peroral mungkin dihentikan sementara untuk mengistirahatkan saluran
cerna

4. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan


Kriteria hasil : Penurunan ansietas sampai tingkat dapat ditangani.
Tujuan : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang
Intervensi :
– Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
Rasional : Informasi yang tepat tentang situasi yang dihadapi klien dapat menurunkan
kecemasan/ rasa asing terhadap lingkungan sekitar dan membantu klien mengantisipasi dan
menerima situasi yang terjadi.
– Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.
Rasional : Mengidentifikasi faktor pencetus/ pemberat masalah kecemasan dan menawarkan
solusi yang dapat dilakukan klien.
– Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang lazim dialami oleh banyak orang dalam
situasi klien saat ini.
Rasional : Menunjukkan bahwa kecemasan adalah wajar dan tidak hanya dialami oleh klien
satu-satunya dengan harapan klien dapat memahami dan menerima keadaanya
– Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) selama fase kecemasan dan pertahankan
ketenangan lingkungan.
Rasional : Memobilisasi sistem pendukung, mencegah perasaan terisolasi dan menurunkan
kecemsan.
– Kolaborasi pemberian obat sedatif.
Rasional : Menurunkan kecemasan, memudahkan istirahat, menilai perkembangan masalah
klien
– Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien yang menunjukan kecemasan.
Rasional : Mendapatkan informasi keefektifan terapi yang diberikan

5. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi, imunitas tubuh menurun,
prosedur invasive
Kriteria hasil :
– Klien bebas dari tanda & gejala infeksi;
– mampu menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi; jumlah leukosit
dalam batas normal;
– klien menunjukkan perilaku hidup sehat;
– status imun gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi
Intervensi :
– Monitor tanda & gejala infeksi (suhu, kulit kemerahan, leukosit dll)
Rasional : Untuk melihat tanda-tanda terjadinya resiko infeksi
– Batasi pengunjung untuk meminimalkan resiko infeksi tekankan hygene personal
Rasional : Lindungi klien dari sumber-sumber infeksi, seperti pengunjung
– Hindari/batasi prosedur invasif. Taati teknik aseptic
Rasional : Mengurangi risiko infeksi dan/atau pertumbuhan sekunder, serta menurunkan
risiko kontaminasi, membatasi masuknya agen infeksius
– Berikan antibiotic sesuai indikasi
Rasional : Mungkin digunakan untuk mengidentifikasi infeksi atau diberikan secara
profilaktik pada klien imunosupresi

6. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan, serta pengobatannya berhubungan


dengan kurang paparan terhadap informasi, keterbatasan kognitif
Kriteria hasil :
– Klien/keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
– Klien /keluarga kooperative saat dilakukan tindakan
Tujuan : pengetahuan klien meningkat dan dapat mengetahui tentang penyakitnya
Intervensi :
– Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan kemampuan / kesiapan belajar klien.
Rasional : Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental klien.
– Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor risiko, dan dampak penyakit terhadap
perubahan status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan pola interaksi sosial klien.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien tentang masalah yang dialaminya.
– Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan kemoterapi serta efek samping yang dapat
terjadi
Rasional : Meningkatkan partisipasi dan kemandirian klien untuk mengikuti program terapi.
– Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional : Penderita kanker yang mengikuti program terapi yang tepat dengan status gizi
yang adekuat meningkatkan kualitas hidupnya.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Sasaran utama dapat mencakup eliminasi yang adekuat dari produk sisa tubuh,
reduksi/peningkatan nyeri, peningkatan toleransi aktivitas, pencapaian tingkat nutrisi yang
optimal, pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit, reduksi ansietas, penjelasan
informasi tentang diagnose, prosedur pembedahan, perawatan diri setelah pulang dari rumah
sakit, pemeliharaan kesehatan dan tidak adanya komplikasi, serta peningkatan pengetahuan
mengenai penyakit.

V. EVALUASI
Yang diharapkan pada pasien dengan Ca rectum setelah perawatan meliputi :
Diagnosa 1 : tingkat kenyamanan klien meningkat, nyeri terkontrol
Diagnosa 2 : Keseimbangan cairan dan elektrolit tercapai
Diagnosa 3 : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dan Mencapai tingkat pemenuhan nutrisi
yang optimal
Diagnosa 4 : Pasien tampak rilekx, ansietas berkurang
Diagnosa 5 : Klien tidak mengalami infeksi
Diagnosa 6 : Pengetahuan klien meningkat dan dapat mengetahui tentang penyakitnya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker rektum adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika. Penyebab
nyata dari kanker rektum tidak diketahui, tetapi faktor riwayat kanker kolon dalam keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diit tinggi lemak, protein dan daging serta rendah
serat.
Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawatan klien dengan
kanker rektum.

B. Saran
Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa calon
perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai penyakit KANKER REKTAL
menjadi bekal dalam pengaplikasian dan praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.

Gale, Danielle & Charette, Jane, Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, EGC, Jakarta,
2000.

Price, Sylvia A., & Wilson, Lorraine M., Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses–Proses
Penyakit Vol. 1, Edisi 4, EGC, Jakarta, 1995.

Schrock, Theodore R. MD. 1999. Ilmu Bedah ( Hand Book of Surgery ) Edisi 7. Penerbit :
EGC, Jakarta.

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan . Edisi 3. Penerbit : EGC, Jakarta.

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
KELOMPOK 4
KELAS II.A
MATERI : CA.COLON DAN REKTUM
NAMA ANGGOTA :
1. HUSNUNNISA ABBAS
2. RAHMI ARIFIN
3. FATMAWATI
4. RABIATUL ADEWIAH
5. DEVI AWALIAH
6. DEWI EKA PUTRI
7. FITRIANI
8. RINDU PUTRI AL QURNIA
9. HARDIONO PARAKASI

Bagikan ini:
Twitter
Facebook
Google
Memuat...
Posted on 19 Maret 201519 Maret 2015Author husnunnisaabbas'blogCategories Tak
BerkategoriTags tumor usus besar Tinggalkan komentar
Navigasi pos

Nextasuhan keperawatan klien dengan ca colon


Tinggalkan Balasan
Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar

Nama *

Surel *

Situs Web

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Toggle Sidebar
Menu

Beranda
Perihal
Blog di WordPress.com.
:)

Anda mungkin juga menyukai