Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya,
dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula disertai
frekuensi defekasi yang meningkat. Mansjoer (2000)
Diare sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja
di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak
dalam waktu yang singkat.
Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan kesehatan dan
ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih menjadi
masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap
tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita
diare infeksi. Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian
sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Afrika orang dewasa terserang diare
infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di negara berkembang lainnya
mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun.
Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di
Amerika Serikat keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan
pasien pada ruang praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di
Indonesia data menunjukkan diare akut karena infeksi terdapat peringkat
pertama s/d ke empat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit. WHO
memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus diare akut setiap tahun dengan
mortalitas 3-4 juta pertahun.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diare / Gastroenteritis?
2. Apa etiologi dari Diare / Gastroenteritis?

1
3. Bagaimana patofisiologi pada Diare / Gastroenteritis?
4. Apa saja manifestasi klinik dari Diare / Gastroenteritis?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada Diare / Gastroenteritis?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Diare / Gastroenteritis?
7. Bagaimana pencegahan pada Diare / Gastroenteritis?

C. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Definisi dari Diare / Gastroenteritis
2. Etiologi dari Diare / Gastroenteritis
3. Bagaimana patofisiologi pada Diare / Gastroenteritis
4. Apa saja manifestasi klinik dari Diare / Gastroenteritis
5. Bagaimana penatalaksanaan pada Diare / Gastroenteritis
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada Diare / Gastroenteritis
7. Bagaimana pencegahan pada Diare / Gastroenteritis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Diare atau gastroenteritis (GE) adalah radang pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering
kali disertsi peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang
air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4x, dan bentuk feses yang
cair, dapat disertai dengan darah atau lendir).

Klasifikasi Diare/Gastroenteritis:

1. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung


kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikan secara klinis menjadi :
a) Diare non inflamasi, disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
andomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi
cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan pengganti. Tidak
ditemukan leukosit pada pemeriksaan feses rutin.
b) Diare inflamasi, disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran
sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai mulas sampai nyeri seperti
kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi.
Secara makroskopis terdapat lender terdapat sel leukosit
polimorfonuklear.
2. Diare kronik adalah diare yang berlangsung selama lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi
menjadi :
a) Diare sekresi, diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan
oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksidan
sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbsi mukosa usus ke
dalam lumen usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri

3
(seperti toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantai
pendek, laksatif non osmotic dan hormone intertinal (gastrin
vasoactive intestinal polypeptide (VIP)).
b) Diare osmotic, terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat
diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari
plasma ke lumen usus sehingga terjadinya diare. Misalnya
malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat garam
magnesium.
c) Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa
baik usus halus mauun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapa terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflammatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
d) Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan
waktu transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat, kondisi
tirotoksikosis, sindrom usus iritabel atau diabetes mellitus dapat
muncul diare.

B. Etiologi
Diare atau gastroenteritis disebabkan oleh :
1. Infeksi oleh bakteri (salmonella spp, campylobacter jejuni, stafilococcus
aureus, bacillus cereus, clostridium perfringens dan enterohemorrhagic
Escherichia coli (EHEC)), virus (rota-virus, adenovirus enteris, virus
norwalk), dan parasite (biardia lambia, cryptosporidium).
2. Diare juga dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti replacement
hormone tiroid, laksatif, antibiotic, asetaminophen, kemoterapi dan
antasida.
3. Pemberian makan melalui NGT, gangguan motilitas usus seperti diabetic
enteropathy, scleroderma visceral, sindrom karsinoid, vagotomi.
4. Penyakit pada klien seperti gangguan metabolic dan endokrin (diabetes,
addison, tirotoksikosis, Ca Tyroid sehingga terjadi peningkatan pelepasan

4
calsitonin), gangguan nutrisi dal malabsorbsi usus (colitis ulseratif,
syndrome usus peka, penyakit seliak), paraletik ileus dan obstruksi usus.

Beberapa factor resiko terjadinya diare adalah makanan atau minuman


yang terkontaminasi bakteri, bepergian ke negara endemis dengan sanitasi
lingkungan dan kebersihan air yang buruk, penggunaan antibiotic yang
berkepanjangan. HIV positif atau AIDS.

C. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai factor antara lain
infeksi bakteri, malabsorbsi, atau sebab lain. Factor infeksi, proses ini diawali
dengan adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran pencernaan,
kemudian berkembang biak dalam lambung dan usus. Mikroorganisme yang
masuk dalam lambung dan usus memproduksi toksin, yang terikat pada
mukosa usus dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida ke dalam lumen usus
yang di ikuti air, ion karbonat, kation, natrium dan kalium. Infeksi bakteri jenis
enteroinvasif seperti: E. coli, paratypi, B.Salmonella, Shigella, toksin yang
dikeluarkannya dapat menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis
dan ulserasi. Diare bersifat sekretori eksudatif, cairan diare dapat bercampur
lender dan darah.
Factor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorbs
terhadap makana atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.
Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare, sebaliknya jika terjadi hipoperistaltik akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibat dari
diare dapat menyebabkan kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolic dan hipokalemi),
gangguan nutrisi (intake kurang, output berlebihan).

5
Pathway
Factor penyebab diare

Penyerapan sari-sari makanan dalam


Saluran pencernaan tidak adekuat

Terdapatnya zat-zat peradangan isi usus Gangguan motilitas usus


yang tidak diserap

Tekanan osmotif meningkat Hiperperistaltik


Gangguan sekresi

Reabsorbsi didalam usus Sekresi air dalam elektrolit Berkurangnya kesempatan


besar terganggu dalam usus meningkat usus menyerap makanan

Merangsang usus mengeluarkan isinya

DIARE

BAB sering dengan konsistensi cair Inflamasi saluran pencernaan

Kulit disekitar anus Cairan yang Frekuensi defekasi Agen pirogenic Mual dan muntah
lecet dan teriritasi keluar banyak meningkat

Suhu tubuh meningkat Anoreksia


Kemerahan & gatal Dehidrasi BAB encer dengan
atau tanpa darah
Hipertermi Nutrisi kurang
Sering digaruk dari kebutuhan
Gangguan Gangguan
pemenuhan cairan
eliminasi BAB
& elektrolit
Kerusakan diare
integritas kulit

D. Manifestasi Klinis
1. Muntah-muntah dan atau suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.
2. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia, nyeri

6
3. perut atau kram perut.
4. Tanda-tada dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil daripada
outputnya. Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, BB menurun, mata
cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun dan suara
serak. Hal ini disebabkan deplesi air yang isotonic. Tanda-tanda dehidrasi
berat dan sudah terjadi syok hipovolemik adalah tekanan darah menurun
atau tidak terukur, nadi cepat, gelisah, sianosis dan ekstermitas dingin.
5. Pada diare akut dapat terjadi hypokalemia akibat kalium ikut terbuang
bersama cairan feses sehingga beresiko terjadi aritmia jantung.

E. Komplikasi
1. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu syok hipovolemik dan
kehilangan elektrolit seperti hypokalemia dan asidosis metabolic.
2. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang
berkepanjangan.
3. Sindrom guillain barre
4. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyskit diare
karena campylobacter, shigella, salmonella, atau yersinia spp.
5. Distrimia jantung berupa takikardi atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel
dan kontraksi ventrikel premature akibat gangguan elektrolit terutama oleh
karena hypokalemia.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopi dan mikroskopis
b) pH dan kadar gula dalam feses
c) bila perlu adakan uji bakteri

7
2. Pemeriksaan kimiawi darah (ureum, kreatinin), kadar elektrolit darah
(natrium, kalium, klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah
lengkap perlu dilakukan pada kasus diare berat.
3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi dan kolonoskopi.

G. Penatalaksanaan
1. Penggantian cairan dan elektrolit
a) Rehidrasi oral dilakukan pada semua klien yang masih mampu minum
pada diare akut. Rehidrasi oral terdiri dari 3,5 gr Natrium klorida, 2,5
gr Natrium bikarbonat, 1,5 kalium klorida, dan 20 gr glukosa/L air.
b) Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. NaCl atau ringer
laktat harus diberikan dengan suplementasi kalium.
2. Antibiotik, pemberian antibiotic pada umumnya tidak dianjurkan karena
akan mengubah flora normal dalam usus. Pemberian antibiotic biasa di
indikasikan pada klien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti
demam, feses berdarah dan leukosit pada feses.
3. Pemberian nutrisi parenteral, bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi,
mencukupi dan mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit,
mencegah dan mengganti kehilangan cairan tubuh dan mengurangi
morbilitas dan mortalitas usus.

H. Pencegahan
1. Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik.
2. Memasak makanan dan air minum hingga matang.
3. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
4. Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat.
5. Tidak mengonsumsi makan yang basi.
6. Makan dan minum secara teratur.

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh kasus : Pada tanggal 01 April 2019, pukul 11.30 WIB Ny.S umur 22 tahun
datang dari UGD RSUD Anutapura, dengan keluhan diare selama 2 hari, mual,
muntah BAB encer berlendir dengan frekuensi 6-7 kali setiap harinya. Menurut
hasil observasi perawat badan klien panas dan lemah, warna dan bau feses khas.
Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan pedas.
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan TTV :

TD : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 38 º C
Keadaan Umum : Lemah, mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis.

A. Pengkajian
 RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Klien menyatakan diare 2 hari.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien menyatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 01
April 2019. Klien mengatakan mual dan muntah. Klien mengatakan
BAB encer dan berlendir dengan frekuensi 6-7x setiap harinya (±
300cc), warna dan bau khas feses. Klien menyatakan sebelumnya
mengkonsumsi makanan pedas.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya pernah menderita penyakit ini
tetapi tidak separah ini. Klien juga tidak pernah MRS sebelumnya.

9
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
DM, Hipertensi, dan penyakit menurun lainnya.
 PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- N : 84x/ menit
- RR : 20x/ menit
- Suhu : 38 º C
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva pucat
- Mulut : mukosa kering
e. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi : Suara timpani
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 TERAPI
a. Infus RA : RL 30 TMP
b. Injeksi Cefotaxime 3 x 1
c. Sanmol 3 x 1
d. Antasid syrup 3 x 1

B. DIAGNOSA
 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output
yang berlebihan dengan intrake yang kurang
 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

10
C. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan Setelah 1. Kaji status 1. Menunjukkan kehilangan
keseimbangan dilakukan dehidrasi : mata, cairan berlebihan atau
cairan dan tindakan kep. tugor kulit dan dehidrasi.
elektrolit Selama 1x24 membran 2. Memberikan informasi
berhubungan jam diharapkan mukosa tentang keseimbangan
dengan output kebutuhan 2. Kaji pemasukan cairan, fungsi ginjal dan
yang cairan terpenuhi dan pengeluaran kontrol penyakit usus juga
berlebihan dengan KH : cairan merupakan pedoman untuk
dengan turgor kulit 3. Pemberian pengganti cairan.
intrake yang elastis dan cairan parenteral 3. Pemberian cairan secara
kurang mukosa lembab 4. Kolaborasi cepat dapat mengganti
dengan tim cairan yang hilang.
medis dalam 4. Untuk memperbaiki
pemberian obat ketidak seimbangan cairan /
anti diare dan elektrolit
antibiotik.
2 Hipertermi Setelah 1. Monitor TTV, 1. Untuk mengetahui
berhubungan dilakukan terutama suhu keadaan umum pasien dan
dengan proses tindakan kep. tubuh. menentukan intervensi
infeksi Selama 1x24 2. Berikan yang tepat.
jam diharapkan kompres air 2. Untuk menurunkan suhu
hipertermi hangat tubuh pasien.
teratasi dengan 3. Anjurkan klien 3. Untuk mengurangi
KH : suhu tubuh minum sedikit dehidrasi yang disebabkan
normal (S : 36- tapi sering oleh output yang
37 o C) 4. Anjurkan klien berlebihan.
memakai 4. Agar klien merasa nyaman
pakaian tipis, 5. Untuk membantu
longgar dan memulihkan kondisi tubuh
menyerap dan mengurangi terjadinya
keringat infeksi.
5. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian anti
piretik

11
D. Implementasi & Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Gangguan 01 April 2019, pukul 19.00 S : Klien mengatakan diare berkurang
keseimbangan 1. Mengkaji status dehidrasi : dan panas sudah mulai turun
cairan dan mata, tugor kulit dan O : Keadaan umum sedang, diare
elektrolit membran mukosa berkurang 3-4x/hari, panas mulai
berhubungan 2. Mengkaji pemasukan dan turun
dengan output pengeluaran cairan S : 37,6 C
yang 3. Memberikan cairan Td : 110/70mmHg
berlebihan parenteral N :80x/mnt
dengan 4. Mengkolaborasikan dengan RR :20x/mnt
intrake yang tim medis dalam pemberian A : masalah teratasi sebagian
kurang obat anti diare dan P : lanjutkan intervensi 1-4
antibiotik.
2 Hipertermi 02 April 2019, pukul 08.00 S : Klien mengatakan diare sudah
berhubungan 1. Memonitor TTV, terutama jarang dan klien sudah tidak panas
dengan proses suhu tubuh. O : Keluhan utama hilang, frekuensi 1-
infeksi 2. Memberikan kompres air 2 x/hari, suhu tubuh normal
hangat T : 120/80 mmHg,
3. Menganjurkan klien minum S : 36,5 C
sedikit tapi sering RR : 20x/mnt
4. Menganjurkan klien N : 80x/mnt
memakai pakaian tipis, A : masalah teratasi
longgar dan menyerap P : Intervensi dihentikan
keringat
5. Mengkolaborasikan dengan
tim medis dalam pemberian
anti piretik

12
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Diare atau gastroenteritis adalah BAB dengan jumlah tinja yang banyak
dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan atau setengah cair dapat pula
disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Mansjoer (2000)
Diare biasa disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, parasite. Diare juga
dapat disebabkan oleh obat-obatan, pemberian makan melalui NGT, penyakit
pada klien seperti gangguan metabolic dan endokrin, gangguan nutrisi dan
malabsorbsi usus, paraletik ileus dan obstruksi usus.
Beberapa factor resiko terjadinya diare adalah makanan atau minuman
yang terkontaminasi bakteri, bepergian ke negara endemis dengan sanitasi
lingkungan dan kebersihan air yang buruk, penggunaan antibiotic yang
berkepanjangan. HIV positif atau AIDS.

B. Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap pembaca dapat
menghindari kemungkinan resiko yang dapat menyebabkan terjadinya
diare/gastroenteritis dan mengetahui apa yang harus segera dilakukan ketika
terserang diare/gastroenteritis agar tidak bertambah parah dan menimbulkan
komplikasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Suratun,


SKM, M. Kep. Lusianah, SKp, M.Kep. hal 136-154.

www.academia.edu/34848045/Askep_diare_mba_nita

eprints.ums.ac.id/6075/

14

Anda mungkin juga menyukai