Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

SYOK KARDIOGENIK

Disusun oleh :
 VIKA PUSPITA SARI PK 115 017 039
 MUKDIANTO MAHADJU PK 115 017 025
 YUL NUTRICIA PK 115 017 040

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Syok merupakan sindroma klinis yang kompleks yang mencakup
sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamika yang bervariasi,
tetapi petunjuk yang umum adalah tidak memadainya perfusi jaringan ketika
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah mengalami kerusakan
(Muttaqin, 2010).
Syok kardiogenik adalah suatu sindroma yang diakibatkan oleh gangguan
sirkulasi, akibat utama dari aktivitas pompa jantung yang lemah. Biasanya
terjadi secara tiba-tiba dan mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap
organ-organ vital (Eliastam et al.,1998 dalam Muttaqin 2010).
Syok kardiogenik adalah suatu kondisi dimana jantung secara tiba-tiba
tidak mampu memompa darah secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Kondisi ini merupakan kegawatdaruratan medis dan memerlukan
penanganan secara cepat. Penyebab paling umum syok kardiogenik adalah
kerusakan otot jantung akibat serangan jantung. Namun, tidak semua pasien
dengan serangan jantung akan mengalami syok kardiogenik. Rata-rata, sekitar
7% pasien dengan serangan jantung akan mengalami kondisi ini (National
Heart, Lung, and Blood Institute, 2011).

B. Etiologi
Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak
fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktilitas jantung kronik.
Secara praktis, syok kradiogenik timbul karena gangguan mekanik atai
miopatik. Etiologi syok kardiogenik adalah (Bakta dan Suastika, 1999 dalam
Mayoclinic, 2014):
a) Infark miokard akut Kebanyakan IMA terjadi akibat dari PJK. Plak
menurunkan aliran darah ke jantung sehingga akan menyebabkan
sumbatan.
b) Miokarditis akut
c) Tamponade jantung akut
d) Endokarditis infektif
e) Trauma jantung
f) Ruptur septal ventrikular (biasanya terjadi karena komplikasi post-IMA_
g) Ruptur korda tendinea spontan
h) Kardiomiopati tingkat akhir
i) Stenosis valvular berat
j) Regurgitasi valvular akut
k) Miksoma atrium kiri
l) Komplikasi bedah jantung

Faktor risiko paling utama timbulnya syok kardiogenik adalah serangan


jantung. Jika pasien pernah mengalami serangan jantung, faktor yang dapar
meningkatkan risiko terjadinya syok kardiogenik antara lain:
a. Umur yang relative lebih tua > 60 tahun : dengan bertambah umur
produksi hormone, enzim dan daya imun biasanya juga menurun.
b. Telah terjadi payah jantung sebelumnya.
c. Adanya infark yang lama ataupun baru
d. IMA yang meluas secara progresif
e. Komplikasi IMA : septum sobek, disenergi ventrikel
f. Gangguan irama jantung
g. Factor factor ekstramiokardial : obat obatan yang menyebabkan hipotensi
atau hipovolemi.

C. Patofisiologi
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan
jantung pada fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke
aliran darah koroner berdampak pada supply O2 kejaringan  khususnya pada
otot jantung yang semakin berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik
miokard pada fase awal, namun bila berkelanjutan  akan menimbulkan injuri
sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak tertangani dengan baik
akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik. Pada kondisi
syok, metabolisme yang  pada fase awal sudah mengalami perubahan pada
kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat  
terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun 
tertekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga
terjadi sebagai akibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.
Semakin Menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin
kehilangan kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan
jumlah strok volume mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau
berhenti sama sekali.  Hal tersebut menyebakkan suplay darah maupun O2
sangatlah menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan
kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot
jantung dengan meningkatkan denyut nadi  yang berdampak pada penurunan
tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran.
Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang
berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR ). Pada kondisi ini
pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan , menambah
retensi air dan natrium menyebabkan produksi  urine  berkurang( Oliguri <
30ml/ jam) .   Penurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang
menyebabkan adanya  peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana 
kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun
stenosis valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena
pulmonalis oleh akumulasi cairan maupun refluk aliran darah  dan akhirnya
memperberat kondisi edema paru.
Pathway
Gangguan Bedah pintas Akut miokard
mekanis akut kardiopulmonal infark (AMI) Payah jantung

Necrosis mokard

Kerusakan otot jantung

Gangguan kontraktilitas
miokardium

Disfungsi ventrikel kiri

Syok kardiogenik

Penurunan curah jantung

Nutrisi & O2 ke Aliran darah arteri Darah ke pulmonal


jaringan koroner

Kerusakan
Asupan O2 ke jantung pertukaran gas
Gangguan Metabolisme
perfusi basal
terganggu Hipoksia myokardium Pola nafas
jaringan
tidak efektif

Energy Mekanisme anaerob

Kelemahan & kelelahan Nyeri dada

Intoleransi aktivitas
Gangguan rasa nyaman
D. Manifestasi Klinis
 Keluhan Utama Syok Kardiogenik :
1. Oliguri (urin < 20 mL/jam).
2. Mungkin ada hubungan dengan IMA (infark miokard akut).
3. Nyeri substernal seperti IMA.
 Tanda Penting Syok Kardiogenik :
1. Tekanan darah < 80-90 mmHg.
2. Takipneu dan dalam.
3. Takikardi.
4. Nadi cepat, kecuali ada blok A-V.
5. Tanda-tanda bendungan paru: ronki basah di kedua basal paru.
6. Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar
7. Sianosis.
8. Diaforesis (mandi keringat).
9. Ekstremitas dingin.
10 . Perubahan mental (cemas, gelisah)

E. Komplikasi
1. Cardiopulmonary arrest
2. Disritmi
3. Gagal multisistem organ
4. Stroke
5. Tromboemboli

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan (Bakta dan Suastika, 1999)
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011):
Langkah pertama dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah dengan
mengidentifikasi apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok.
Pada waktu tersbut, penatalaksanaan emergensi harus segera dilakukan.
Kemudian diidentifikasi penyebab syok tersebut. Jika penyebab terjadinya
syok karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, berarti
diagnosisnya merupakan syok kardiogenik. Prosedur untuk mendiagnosa yok
dan penyebabnya adalah:
a. Pemeriksaan tekanan darah, dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
mengalami hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
b. Foto toraks
 Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
 Edema paru intersisial/alveolar
 Mungkin ditemukan efusi pleura
c. Elektrokardiogram
 Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa
gelombang Q
 Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan
tamponade jantung
d. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk
sebuah gambaran jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai ukuran dan bentuk jantung dan bagaimana kinerja jantung.
Pemeriksaan ini penting untuk menilai:
 Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark
miokard)
 Efusi pericardial
 Katup mitral dan aorta
 Ruptur septum
e. Kateterisasi jantung
 Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui
anatomi pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk
persiapan bedah pintas krooner atau angioplastu koroner transluminal
perkutan.
 Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau
regurgitasi mitrala kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.
f. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan
mengelurakan enzim ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker.
Pemeriksaan enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung mengalami
kerusakan.
g. Tes darah
 Pemeriksaan gas darah arteri, pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan pH dalam darah.
 Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal
dan hati. Jika organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka
mungkin menunjukkan bahwa organ terebut tidak mendapatkan suplai
nutrisi dan oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang tanda-
tanda terjadinya syok kardiogenik.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
1) Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakuka
intubasi.
2) Berikan oksigen 8 – 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 – 120 mmHg
3) Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada
harus diatasi dengan pemberian morfin.
4) Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang
terjadi.
5) Bila mungkin pasang CVP.
6) Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

Medikamentosa :

1) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri


2) ansietas, bila cemas
3) Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi
4) Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit
5) Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung
tidak adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6) Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan
amrinon IV. Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m
7) Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi
jaringan. Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

Anda mungkin juga menyukai