SYOK NEUROGENIK
Disusun oleh :
YUNITA PK 115 017 067
NUR FADILAH PK 115 017 047
FERDY FERNANDY PK 115 017 049
B. Etiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh gangguan susunan saraf simpatis, yang
menyebabkan dilatasi arteriola dan kenaikan kapasitas vakular. Tekanan
darah sistolik biasanya akan turun hingga dibawah 80-90 mm Hg walaupun
curah jantung normal atau meningkat. Pingsan yang biasa merupakan contoh
syok neurogenik sementara. Kerusakan medula spinalis servikalis merupakan
sebab tersering syok neurogenik traumatik. (Boswick, 1997).
Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal cord.
Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah T6.
Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah
rendah , keadaan kulit hangat, normal, lembab. Kerusakan alur simpatik dapat
menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (elaine cole, 2009):
C. Manifestasi Klinis
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat, dan bukan
dingin, lembab seperti yang terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya
adalah bradikardia dan bukan takikardia seperti yang terjadi pada bentuk syok
lainnya (Smeltzer & Brenda 2013). Gangguan neurologis akibat syok
neurogenik dapat meliputi paralisis flasid, reflex ekstremitas hilang dan
priapismus (Leksana, 2015).
Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat
lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis
berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah
pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya
pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa
agak hangat dan cepat berwarna kemerahan.
D. Patofisiologi
Syok neurogenik disebabkan oleh cedera pada medulla spinalis yang
menyebabkan gangguan aliran keluar otonom simpatis. Sinyal-sinyal tersebut
berasal dari kornu grisea lateralis medulla spinalis antara T1 dan L2.
Konsekuensi penurunan tonus adrenergic adalah ketidakmampuan
meningkatkan kerja inotopik jantung secara tepat dan konstriksi buruk
vaskularisasi perifer sebagai respon terhadap stimulasi eksitasional. Tonus
vagal yang tidak mengalami perlawanan menyebabkan hipotensi dan
bradikardia. Vasodilatasi perifer menyebabkan kulit menjadi hangat dan
kemerahan. Hipotermia dapat disebabkan oleh tidak adanya vasokontriksi
pengatur otonomik pada redistribusi darah ke inti tubuh. Lebih tinggi tingkat
cedera medulla spinalis karena lebih banyak massa tubuh terpotong dari
regulasi simpatisnya. Syok neurogenik biasanya tidak terjadi cedera dibawah
T6 (Greenberg, dkk. 2007).
E. Komplikasi
Syok neurogenik dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut:
a. Hipoksia jaringan, kematian sel, dan kegagalan multiorgan akibat
penurunan aliran darah yang berkepanjangan.
b. Sindrom distres pernapasan pada orang dewasa akibat destruksi
pembatasan alveolus-kapiler karena hipoksia.
c. Kebanyakan pasien yang meninggal karena syok, disebabkan koagulasi
intravascular diseminata akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas
sehingga terjadi stimulus berlebihan kaskade koagulasi (Corwin, 2009)
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. CT-scan: Berhubungan dengan omen atau lavasi peritoneal bila diduga ada
perdarahan atau cedera berhubungan dengan ominal (Batticaca, 2008).
Menentukan tempat luka/jejas, mengevalkuasi gangguan structural
b. Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
c. Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur ,
dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
d. MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
e. Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terdajat oklusi
pada subaraknoid medulla spinalis
f. Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
g. Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan
ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
h. GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
G. Penatalaksanaan
a. Imobilisasi pasien untuk mencegah semakin beratnya cedera medulla
spinalis atau kerusakan tambahan
b. Kolaborasi tindakan pembedahan untuk mengurangi tekanan pada medulla
spinalis akibat terjadinya trauma yang dapat mengurangi disabilitas jangka
panjang.
c. Pemberian steroid dosis tinggi secara cepat (satu jam pertama) untuk
mengurangi pembengkakan dan inflamasi medulla spinalis serta
mengurangi luas kerusakan permanen.
d. Fiksasi kolumna vertebralis melalui tindakan pembedahan untuk
mempercepat dan mendukung proses pemulihan.
e. Terapi fisik diberikan setelah kondisi pasien stabil.
f. Penyuluhan dan konseling mengenai komplikasi jangka panjang seperti
komplikasi pada kulit, system reproduksi, dan system perkemihan dengan
melibatkan anggota keluarga (Corwin, 2009).
A. Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat
menunjukkan manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat,
kulit lembab dingin, sianosis perifer, haluaran urine rendah, gelisah,
perubahan sesorium (delirium, kacau mental, agitasi, letargi, obtudansi,
koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap tipe syok (manifestasi
tersebut diatas):
Syok neurogenik: hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi
refleks simpatis khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan
takipnea (Engram, 1998).
b. Pemeriksaan penunjang
CT-scan, Pemeriksaan CT-scan Berhubungan dengan omen atau lavasi
peritoneal bila diduga ada perdarahan atau cedera berhubungan dengan
ominal (Batticaca, 2008). Menentukan tempat luka/jejas,
mengevalkuasi gangguan structural
Elektrolit serum menunjukkan kekurangan cairan dan elektrolit.
Sinar X spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur ,
dislokasi), untuk kesejajaran traksi atau operasi
MRI: mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan
kompresi
Mielografi: untuk memperlihatkan kolumna spinalis jika terda[at oklusi
pada subaraknoid medulla spinalis
Rongent torak : untuk memperlihatkan keadan paru
Pemeriksaan fungsi paru: mengukur volume inspirasi maksimal dan
ekpirasi maksimal terutama pada kasus trauma servikal bagian bawah
GDA : menunjukan keefektifan pertukaran gas atau upaya ventilasi.
B. Diagnosa
Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
1. Perubahan kesadaran
2. Perubahan mental
3. Status pernapasan, diperlukan alat bantu respirasi atau tidak
4. Perubahan tekanan intrakranial
5. Kematian jaringan otak
Sulit berkonsentrasi
DAFTAR PUSTAKA
http://nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-neurogenik/.20.10.2015
https://ml.scribd.com/doc/92985428/SYOK-NEUROGENIK.20.10.2015