Anda di halaman 1dari 27

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pasang surut air laut merupakan suatu kejadian alam yang terjadi di laut secara periodik
atau berulang. Pada suatu lokasi tertentu akan terjadi periode pasang surut tertentu sesuai
dengan kondisi di sekitarnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pasang surut.
Tak ayal, ditemukan berbagai jenis pasang surut yang berbeda di setiap tempat. pasang surut
menjadi kajian yang menarik karena keberadaannya sangat dipengaruhi Liem berbagai faktor
dan memiliki dampak yang sangat besar bagi ekosistem yang ada di sekitarnya.

Pasang surut atau disingkat pasut merupakan salah satu parameter fisika yang lain, yakni
suatu gerakan vertikal dari suatu masa air dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar
laut yang disebabkan oleh pengaruh dari gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan. Mengingat jarak antar bumi dan matahari lebih jauh dari
pada jarak antara bumi dan bulan, maka fenomena pasang surut di bumi lebih dominan
dipengaruhi oleh gaya tarik terhadap bulan. Fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama
matahari dan bulan terhadap massa air di bumi.
Kejadian pasang surut secara periodik terjadi karena adanya pengaruh salah satunya dari
benda-benda langit seperti bulan dan matahari. Gaya gravitasi bulan dan matahari dapat
menarik air di permukaan bumi, sehingga ketika bulan purnama/ketika gaya gravitasi bulan
memuncak terjadi peristiwa pasang tertinggi yang diakibatkan gaya tarik bulan tersebut. Salah
satu cara untuk menentukan besarnya pasang surut di suatu perairan yaitu dengan aplikasi
World Tide.
Worldtide merupakan program untuk menganalisa dan memprediksi perubahan level air
pada fenomena pasang surut. Analisa pasang surut dengan program ini digunakan metode
reduksi Harmonik Least Square dan metode ini mampu menyelesaikan 35 masalah konstanta
pasut. Dengan menggunakan program ini maka didapatkan hasil analisa pasang surut dan
peramalan yang lebih valid. Didesain untuk dapat dipergunakan dengan sangat mudah, GUI
(Graphical User Interface/ Antarmuka Grafis Pengguna)-nya memudahkan untuk menyiapkan
dengan pengukuran ketinggian pada suatu deret waktu ke dalam komponen pasut maupun
nonpasutnya. Sehingga sangat diperlukan aplikasi tersebut untuk menentukan parameter dan
mengolah data pasang surut, oleh karena itu diharapkan dengan adanya praktikum Pasang Surut
modul World Tides memberikan gambaran dan informasi mengenai tentang pengolahan pasang
surut.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Mengetahui tentang worldtide
2. Prediksi/sejarah pasang surut di suatu tempat
1.3 Manfaat
Manfaat praktikum Worltide adalah
1. Mahasiswa mampu melakukan peramalan pasang surut
2. Mahasiswa mampu menganalisis grafik hasil Worldtide
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Worldtide
Worldtide merupakan program untuk menganalisa dan memprediksi perubahan
level air pada fenomena pasang surut. Analisa pasang surut dengan program ini
digunakan metode reduksi Harmonik Least Square dan metode ini mampu
menyelesaikan 35 masalah konstanta pasut. Dengan menggunakan program ini maka
didapatkan hasil analisa pasang surut dan peramalan yang lebih valid. Didesain untuk
dapat dipergunakan dengan sangat mudah, GUI (Graphical User Interface/
Antarmuka Grafis memudahkan untuk menyiapkan dengan pengukuran ketinggian
pada suatu deret waktu ke dalam komponen pasut maupun nonpasutnya. Setelah
konstanta yang dipilih selama analisi berlangsung, pengguna dapat melakukan
prediksi pasut astronomis, ketinggian muka air yang bervariasi terhadap frekuensi
pasut yang diketahui yang dapat dihubungkan dengan interaksi gravitasi antara bumi,
bulan dan matahari (Boon, 2006).
Perangkat lunak yang tersedia saat ini yang memungkinkan prediksi pasang
surut harus dibuat dalam pasang surut saluran air di seluruh dunia. Dengan sedikit
pengecualian, program ini menggunakan konstanta pasang surut ditentukan oleh
lembaga pemerintah dan pengguna biasa dari perangkat lunak ini umumnya tidak
menyadari setiap detail yang terlibat dalam analisis badan, tidak sedikit rincian air
yang diamati tingkat variasi menjadi beberapa bagian pasang surut dan non-pasang
surut (Boon, 2006).

2.2 Matlab
MATLAB atau yang sering disebut dengan (Matrix Laboratory) yaitu sebuah
program untuk menganalisis dan mengkomputasi data numerik, dan MATLAB juga
merupakan suatu bahasa pemrograman matematika lanjutan, yang dibentuk dengan
dasar pemikiran yang menggunakan sifat dan bentuk matriks. MATLAB yang
merupakan singkatan dari Matrix Laboratory, merupakan bahasa pemrograman yang
dikembangkan oleh The Mathwork Inc. yang hadir dengan fungsi dan karakteristik
yang berbeda dengan bahasa pemrograman lain yang sudah ada lebih dahulu seperti
Delphi, Basic maupun C++. Pada awalnya program aplikasi MATLAB ini merupakan
suatu interface untuk koleksi rutin-rutin numerik dari proyek LINPACK dan
EISPACK, dan dikembangkan dengan menggunakan bahasa FORTRAN, namun
sekarang ini MATLAB merupakan produk komersial dari perusahaan Mathworks,
Inc. Yang dalam perkembangan selanjutnya dikembangkan dengan menggunakan
bahasa C++ dan assembler, (utamanya untuk fungsi-fungsi dasar MATLAB).
MATLAB telah berkembang menjadi sebuah environment pemprograman yang
canggih yang berisi fungsi-fungsi built-in untuk melakukan tugas pengolahan sinyal,
aljabar linier, dan kalkulasi matematis lainnya. MATLAB juga menyediakan berbagai
fungsi untuk menampilkan data, baik dalam bentuk dua dimensi maupun dalam
bentuk tiga dimensi(Dianthy Marya, Soetamso, 2009)
2.3 Bagian Utama Sistem Matlab
Menurut (Dianthy Marya, Soetamso, 2009), berpendapat bahwa sebagai sebuah
sistem MATLAB tersusun dari 5 bagian utama:
1. Development Environment. Merupakan sekumpulan perangkat dan fasilitas yang
membantu untuk menggunakan fungsi-fungsi dan file-file MATLAB. Beberapa
perangkat ini merupakan sebuah graphical user interface (GUI). Termasuk didalamnya
adalah MATLAB desktop dan Command Window, command history, sebuah editor dan
debugger, dan browsers untuk melihat help, workspace, file, dan serch Plath
2. MATLAB Mathematical Function Library. merupakan sekumpulan algoritma
komputasi mulai dari fungsi-fungsi dasar seperti : sum, sin, cos, dan complex arithmetic,
sampai dengan fungsi-fungsi yang lebih kompek seperti matrix inverse, matrix
eigenvalues, Bessel functions, dan fast Fourier transformis
3. MATLAB Language. Merupakan suatu high-level matrix/array language dengan
control flow statements, functions, data structures, input/output, dan fitur-fitur object-
oriented programming.
4. Graphics. MATLAB memiliki fasilitas untuk menampilkan vector dan matrices sebagai
suatu grafik. Didalamnya melibatkan high-levelfunctions (fungsi-fungsi level tinggi)
untuk visualisasi data dua dikensi dan data tiga dimensi, image processing, animation,
dan presentation graphics. Ini juga melibatkan fungsi level rendah yang memungkinkan
bagi anda untuk membiasakan diri untuk memunculkan grafik mulai dari benutk yang
sederhana sampai dengan tingkatan graphical user interfaces pada aplikasi MATLAB
5. MATLAB Application Program Interface (API). Merupakan suatu library yang
memungkinkan program yang telah anda tulis dalam bahasa C dan Fortran mampu
berinterakasi dengan MATLAB. Ini melibatkan fasilitas untuk pemanggilan routines
dari MATLAB (dynamic linking), pemanggilan MATLAB sebagai sebuah
computational engine, dan untuk membaca dan menuliskan MAT-files.
2.4 Tide Analysis
Tide Analysis adalah metode yang digunakan untuk menganalisa ketinggian air
dalam kurun waktu tertentu yang secara umum diketahui sebagai Analisa Harmonik,
metode Least Square (HAMELS). Ini mencapai laju reduksi yang beragam (deviasi
pangkat rata rata dari rata-rata) dengan menambahkan kondisi harmonik dengan
spesifikasi frekuensi astronomi menjadi model least square dalam bentuk umum dari
tipe yang digunkan untuk perkalian regresi. HAMELS disajikan dalam bentuk
Appendiks A untuj sebuah deskripsi yang lengkap pada kwadrat harmoni terkhir
metode analisis yang dikerjakan (Rufaida, 2008).
Tide Analysis disebut juga sebagai analisis tingkat air (bukan dari analisis
pasang) karena perubahan diukur tingkat air di perairan pantai bervariasi pada kedua
pasang surut dan non-pasang surut frekuensi, termasuk frekuensi begitu rendah
mereka muncul sebagai tingkat rata-rata atau kecenderungan linier seri pendek.
Tujuan dari analisis ini adalah untuk memisahkan komponen-komponen ini sehingga
pasang surut prediksi tinggi dapat dibuat dengan komponen yang mudah ditebak -
tingkat air yang pada frekuensi pasang surut. Jadi, jika anda sudah mulai worldtide
dan berada di utama (Rufaida, 2008)
2.5 Tide Prediction
Serangkaian pengamatan yang relatif singkat (29 hari menjadi 58 hari), ada batas
untuk jumlah konstituen yang dapat digunakan dalam analisis harmonik pasang.
Secara umum, kesulitan yang disebabkan oleh serangkaian panjang pendek muncul
dalam resolusi dari unsur tertentu yang dekat dengan orang lain dalam frekuensi
(berkonsultasi listbox di bagian atas halaman Analisis untuk daftar konstituen yang
tersedia dan frekuensi mereka). Para S2 unsur utama semidiurnal surya, misalnya,
memiliki frekuensi tepat 2 siklus per mean hari matahari, T2 konstituen semidiurnal
(1,9973 CPD), R2 (2,0027 CPD) dan K2 (2,0055 CPD) semua sangat dekat dengan
frekuensi ini dan bisa sulit untuk menyelesaikan dari seri pendek. Ini bukan bahwa
konstituen tidak memiliki amplitudo dan fase yang benar (Rufaida, 2008)

2.6 Frekuensi Pasang Surut


Menurut Zakaria (2015), unntuk bisa memodelkan gerak harmonik pasang surut,
biasanya frekuensi astronomi dipergunakan untuk mendapatkan konstanta harmonik.
Didalam memodelkan gerak harmonik pasang surut umumnya dipergunakan 9
frekuensi astronomi berikut, yaitu M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, P1, dan K2.
Selain dengan menggunakan frekuensi astronomi seperti yang dijelaskan di
atas,frekuensi harmonik pasang surut juga dapat dihasilkan dari transformasi Fourier
(FFT).Metode FFT ini merupakan metode transformasi yang sudah biasa
dipergunakan didalambidang keteknikan, untuk mentranformasi data dari domain
waktu menjadi domain frekuensi. Metode ini dipresentasikan sebagai bentuk
persamaan transformasi sebagai berikut, (Zakaria, 2015).

2.7 Energi Pasang Surut


Energi pasang surut adalah energi yang dihasilkan dari pasang surut air laut dan
menjadikannya energi dalam bentuk lain, terutama listrik. Energi pasang surut
merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang relatif lebih mudah diprediksi
jumlahnya dibandingkan energi angin dan energi surya. Pemanfaatannya saat ini
belum luas karena tingginya biaya awal dan terbatasnya lokasi yang memiliki pasang
surut yang mencukupi. Penelitian dan pengembangan lebih lanjut terus dilakukan
untuk meningkatkan efisiensi dan batas kritis energi yang dihasilkannya sehingga
didapatkan berbagai metode untuk mengekstraksi energi jenis ini (Edwin Maulani ,
Gentur Handoyo, 2012)
Hasil dari perhitungan konstanta harmonik pasang surut, diperoleh nilai tinggi
potensi energi pasang surut berdasarkan muka air tinggi tertinggi (HHWL) dan tinggi
muka air rendah terendah (LLWL) dalam satuan meter. Potensi Energi Pasang Surut
di peroleh dengan menggunakan simulasi sistem kolam tunggal dan sistem daur
ganda. Sistem kolam tunggal ini merupakan gabungan dari sistem daur tunggal
pasang dan daur surut(Edwin Maulani , Gentur Handoyo, 2012)
III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Senin, 15 April 2019
Waktu : 18.00 – 21.00 WIB
Tempat : Ruang B301, Gedung B Lantai 3, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro

3.2 Materi
1. Laptop
2. Kabel rol
3. Charger laptop
4. Software Matlab
5. Data Pasang Surut
6. Worldtide

3.3 Metode
3.3.1. Penyiapan Data
1. Buka Ms. Excel data Worldtide dan data yang digunakan adalah data bulan
Maret 2018
2. Kemudian membagi hasil data pengamatan pasang surut dengan menggunakan
Paste special lalu pilih divide dan hapus angka 100

3. Sehingga tampilannya menjadi seperti dibawah ini

4. Setelah itu buka matlab

5. Kemudian masukkan data yang telah dibuat di excel tadi dengan cara import
data, lalu masukkan data kita
6. Setelah itu klik Import selection

3.3.2 Tide Analysis


1. Pada Current folder, klik worldtides.fig

2. Klik Tide Analysis


3. Mengubah Water levels dengan meter, dan klik pada data yang tadi digunakan
lalu checklist pada komponen pasut yang digunakan dan checklist pada low
band periodogram dan compute Datums

4. Lalu klik Analyze, maka akan muncul grafik yang diinginkan

5. Kemudian save Figure 1 dan 2 dan klik Save


6. Kemudian simpan juga Harmonic constant dengan nama_nim_kelas dan klik
Save

3.3.1 Tide Prediction


1. Klik pada Tide Prediction

2. Hingga tampilannya seperti dibawah ini

3. Klik pada data yang tadi disimpan dengan type mat


4. Pilih bulan yang akan diprediksi, seperti bulan Maret dan pilih batas waktu
untuk memprediksi pasang surut yang diinginkan, seperti tahun 2018. Lalu klik
meters dan checklist Daylight Time dan Histogram

5. Kemudian klik Predict, hingga terdapat grafik hasil prediction

6. Setelah itu, pilih tanggal yang diinginkan untuk memprediksi pasang surut,
contohnya pada tanggal 10 Maret 2018
7. Untuk mengetahui prediksi pasang surut dalam satu minggu, dapat mengklik
W1,

8. Untuk mengetahui prediksi pasang surut dalam satu bulan dapat mengklik
M.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Tide Analysis
4.1.1.1 Grafik analisis paut

4.1.1.2 Grafik perbandingan frekuensi vs energi pasut


4.1.2 Tide Prediction
4.1.2.1 Grafik perbandingan frekuensi dan ketinggian paut

4.1.2.2 Grafik prediksi pasut minggu


4.1.2.3 Grafik prediksi pasut 1 bulan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Perbandingan Hasil Admiralty dan Worldtide
Perbandingan hasil pengolahan Admiralty dan Worldtide dapat dilihat
dari Grafik yang didapat. Pada hasil Admiralty, dihasilkan sebuah grafik
tentang pasang surut selama satu bulan dengan hasil grafik tidak beraturan. Pada
grafik hasil Admiralty, kita hanya mendapatkan informasi mengenai tinggi
pasut secara umum tidak ada klasifikasi tinggi pasut yang disebabkan oleh
benda langit ataupun tidak. Informasi yang mudah kita dapatkan pada
Admiralty adalah muka air tinggi tertinggi dan muka air rendah terendah.
Melalui proses admiralty juga kita dapat mengetahui jenis atau tipe paut apa
yang terjadi di perairan tersebut.
Hasil yang didapat pada proses Worldtide berbeda dengan yang
dihasilkan dari Admiralty. Pada metode Admiralty, kita hanya mendapatkan
informasi berupa jenis pasang surut dan grafik pasang surut selama bulan
tertentu. Sedangkan pada metode Worldtide ini kita mendapatkan banyak
informasi sekaligus hanya dari 1 buah data saja. Hasil metode Worldtide ini
pertama kita bisa menganalisis pasang surut yang terjadi, pada proses analisa
ini kita akan mendapatkan hasil berupa grafik pasang surut. Grafik pasang surut
yang didapat berbeda dengan yang dihasilkan oleh Metode Admiralty, pada
hasil Worldtide kita mendapatkan 3 data sekaligus mengenai data pasang surut,
yaitu data ketinggian hasil observasi, astronomi, dan pasang surut residual.
Dengan begitu kita dapat mengetahui tinggi sebenarnya pasang surut yang
disebabakan oleh benda-benda astronomi terlepas dari adanya residual pasang
surut. Selain kita mengetahui tinggi dari pasang surut, dalam metode Worldtide
ini kita dapat mengetahui frekuensi dari pasang surut yang terjadi pada bulan
tersebut. Dengan ini memudahkan kita untuk mengetahui parameter-parameter
paut lebih mendetail.
4.2.2 Tide Analysis
4.2.2.1 Grafik analisis pasut
Grafik analisis pasut yang dihasilkan, kita dapat mengambil
informasi berupa jenis pasut yang didapatkan sebeanrnya bukan hanya
satu jenis saja, tetapi ada beberapa jenis yaitu yang teramati, astronomi,
dan residual. Kita dapat mengetahui dari grafik hasil yang didapat kita
mendapatkan tinggi pasang surut yang kita amati dan pasang surut
residual memiliki rerata 0.6 m3 pada saat bulan Maret 2018. Tinggi
pasang surut yang diamati/teramati selalu berada di atas pasang surut
astronomi, untuk pasut residual sendiri grafik hasilnya dipisah dengan
grafik teramati & astronomi yang disatukan.
4.2.2.2 Grafik perbandingan frekuensi vs energi pasut
Grafik perbandingan frekuensi dan energi dapat diketahui
memiliki hubungan yang saling berkaitan, dari grafik yang dihasilkan
besaran energi pasang surut tidak bergantung pada besarnya frekuensi
saja, tetapi akan dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan grafik, pada
frekuensi antara 0-1 memiliki jumlah energi rerata yang paling besar,
sedangkan pada frekuensi >1 memiliki rerata energi lebih kecil
dibandingkan dengan frekuensi di bawah 1.
4.2.2.3 Analisis Pasang Surut menggunakan Worldtide
Berdasarkan hasil yang didapat, kita mengetahui tinggi pasang
surut yang terjadi pada bulan Maret 2018. Pada penganalisaan data
pasut kali ini menggunakan metode Worldtide lebih mudah dan data
yang didapat lebih akurat serta mendapat data yang kompleks. Data
yang didapat berupa pola pasut pada satu bulan dengan data yang
kompleks (terdapat 3 bauah data dalam sekali pengolahan, yaitu data
observasi, astronomi dan residual). Serta kita juga dapat mengetahui
energi yang dihasilkan dan frekuensinya.
4.2.3 Tide Prediction
4.2.3.1 Grafik perbandingan frekuensi dan ketinggian pasut
Frekuensi dengan ketinggian pasang surut yang terjadi
berdasarkan grafik dapat disebutkan bahwa semakin besar ketinggian
pasut, frekuensinya semakin kecil. Semakin rendah tinggi air pasut
semakin besar frekuensi terjadinya. Hal ini berarti frekuensi terjadinya
pasut tinggi akan lebih sedikit atau jarang terjadi dibandingkan dengan
pasut yang rendah. Tinggi pasut yang sering terjadi di perairan Tanjung
Mas Semarang yang memiliki frekuensi paling besar adalah 0.2 m
dengan frekuensi 100, sedangkan yang paling rendah adalah ketinggian
0.8 m yang memiliki frekuensi yaitu <1.
4.2.3.2 Grafik prediksi pasut mingguan
Prediksi pasang surut pada Minggu pertama adalah terjadi pasut
dengan 2 kali pasang, akan tetapi tingginya berbeda. Terjadi satu
pasang tinggi dan satu pasang rendah, dan pada bertambahnya hari,
tingginya semakin besar. Pada Minggu kedua terjadi penurunan tinggi
paut semakin bertambah hari, pada tengah periode terlihat terjadi 1 kali
pasang dalam 1 hari dan pada akhir Minggu terjadi kenaikan pasang
kembali. Pada Minggu ketiga terjadi peningkatan tinggi pasut dari
Minggu kedeua, dan pada Minggu ketiga ini ketinggian pasang
memiliki ketinggian yang relatif sama/ rata. Pada Minggu ke empat
berkebalikan dengan apa yang terjadi pada Minggu ke tiga. Pada
Minggu ke empat tinggi rerata pasut sangat rendah dan terlihat hanya
terjadi 1 kali pasut pada satu hari.
4.2.3.3 Grafik prediksi pasut bulanan
Berdasarkan hasil yang didapat, prediksi atau peramalan pasut
yang terjadi pada bulan Maret 2018 di perairan Tanjung Mas Semarang
terjadi 2 kali pasang tinggi pada akhir Minggu pertama dan akhir
Minggu ke dua serta terjadi pada pertengahan Minggu ke 3. Sedangkan
akan terjadi pasang terendah pada pertengahan Minggu ke 2 dan
pertengahan Minggu ke 4. Pola prediksi pasut dalam satu bulan pada
bulan Maret 2018 di perairan Tanjung Mas Semarang terjadi 2 kali
pasang surut tertinggi dan 2 kali pasang surut terendah.
4.2.3.4 Prediksi Pasang Surut menggunakan Worldtide
Berdasarkan hasil yang didapat, peramalan pasang surut
menggunakan Worldtide mempermudah kita dalam mengetahui
kejadian pasang surut yang akan terjadi pada waktu yang kita inginkan.
Demam menggunakan metode worltide kita dengan mudahnya
mengetahui kondisi pasut yang akan terjadi melalui data pasang surut
yang kita punya pada saat ini. Selain itu, kita juga dapat mengetahui
frekuensi pasut yang akan terjadi, berapa tinggi pasang yang sering
terjadi dan berapa kali tinggi pasut tertinggi yang akan terjadi.
Worldtide akan sangat bermanfaat bagi peneliti dan semua pihak yang
membutuhkan peramalan pasut.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Worldtide merupakan suatu program atau metode dalam pengolahan data
pasang surut, keluaran yang dihasilkan dari worldtide ini dapat berupa grafik
dengan berbagai macam data, kita juga dapat melakukan peramalan pasut
menggunakan worldtide.
2. Peramalan pasut dapat dilakukan dengan menggunakan opsi Tide
Prediction, nanti kita hanya perlu memasukkan waktu yang kita perlukan
untuk diramal/mengetahui sejarahnya.
5.2 Saran
1. Praktikum bisa lebih kondusif lagi
2. Kakak-kakak asisten mungkin bisa lebih menyebar lagi ketika praktikum
berlangsung untuk membantu para praktikan ketika beda dalam kebingungan.
DAFTAR PUSTAKA

Boon, J. D. (2006). World Tides. Program, 1–24.


Dianthy Marya, Soetamso, T. B. (2009). Perancangan perangkat lunak berbasis matlab untuk
antena dwitunggal-kawat kembar-jajar.
Edwin Maulani , Gentur Handoyo, M. H. (2012). KAJIAN POTENSI ENERGI PASANG
SURUT DI PERAIRAN KABUPATEN CILACAP PROPINSI JAWA TENGAH. 1, 78–86.
Rufaida, N. H. (2008). Perbandingan Metode Least Square ( Program World Tides Dan
Program Tifa ) Dengan Metode Admiralty Dalam Analisis Pasang Surut.
Zakaria, A. (2015). MODEL PERIODIK DAN STOKASTIK DATA PASANG SURUT JAM-
JAMAN DARI PELABUHAN PANJANG. (1).
Grafik Prediksi tiap hari

Anda mungkin juga menyukai