Anda di halaman 1dari 13

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Mitigasi merupakan sebuah upaya atau tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
dampak kemungkinan yang terjadi. Oleh karena itu, melalui mitigasi bencana, mampu
mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan oleh bencana seperti gempa bumi. Mitigasi
bencana dapat dilakukan atau diwujudkan dalam pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan individu atau kelompok dalam menghadapi ancaman bencana.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk melakukan mitigasi bencana telah diatur dan
dituliskan di dalam UU No. 24 Tahun 2004.
Kecamatan Sayung merupakan sebuah wilayah yang termasuk ke dalam Kabupaten
Demak, yang berbatasan langsung dengan Semarang. Selain berbatasan langsung dengan
Semarang, wilayah perairan yang berada di Kecamatan Sayung, Demak berbatasan langsung
dengan Laut Jawa. Karena berbatasan langsung dengan laut, Kecamatan Sayung sering sekali
mengalami banjir rob. Hal ini dikarenakan berdasarkan kondisi morfologi dan kemiringan
pantai yang ada di Kecamatan Sayung sangat rendah. Selain itu, arus yang ada di wilayah
perairan Kecamatan Sayung memiliki pola arus yang cenderung berubah-ubah. Dimana
kondisi arus yang berubah-ubah ini akan berdampak pada perubahan wilayah pesisir, terutama
pada perubahan garis pantai. Karena kondisi kemiringan pantai yang rendah, Kecamatan
Sayung Demak mengalami rob. Terjadinya rob di Kecamatan Sayung Demak ini berkaitan
dengan pola pasang surut, arus perairan dan kondisi topografi Kecamatan Sayung Demaki
yang landai.
Banjir rob sendiri merupakan salah satu fenomena alam yang disebabkan karena pasang
tertinggi terjadi. Kemudian, pasang tertinggi laut ini menjalar sampai menggenangi daratan.
Pada umumnya, banjir rob sering melanda daeran yang memiliki topografi yang lebih rendah
daripada permukaan air laut. Karena dipengaruhi oleh pasang tertinggi, banjir rob terjadi
dalam kurun waktu tertentu dimana suatu perairan sedang mengalami pasang tertinggi. Saat
sedang terjadi banjir rob, pada umumnya air laut akan menggenangi daratan selama kurun
waktu tertentu sampai surut.
Banyak kerugian yang disebabkan oleh banjir rob, seperti menimbulkan kerugian secara
material dan merusak bangunan dikarenakan air laut bersifat korosif. Selain itu, banjir rob
menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan becek. Karena kotornya lingkungan, dapat
menyebarkan bibit penyakit seperti malaria. Oleh karena itu, dilakukan beberapa mitigasi
bencana sebagai upaya penanggulangan banjir rob. Mitigasi bencaya yang dilakukan di

1
Kecamatan Sayung Demak salah satunya adalah dengan membangun sabuk pantai dan
melestarikan mangrove.

I.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum lapangan mitigasi bencana ini adalah :
1. Mengetahui definisi mitigasi bencana.
2. Mengetahui dampak banjir rob.
3. Mengetahui upaya mitigasi bencana yang dilakukan di Kecamatan Sayung Demak.

I.3. Waktu dan Lokasi Penelitian


I.3.1. Waktu Penelitian
Hari, tanggal : Jum’at, 26 April 2019
Waktu : 13.00 WIB- selesai
Tempat: Pantai Desa Bedono, Kec. Sayung, Kab. Demak, Jawa Tengah.
I.3.2. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Praktikum

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Tektonik Pantai Utara Jawa


Indonesia merupakan negara yang memiliki aktivitas vulkanik dan tektonik yang
tinggi. Aktivitas vulkanik dan tektonik ini disebabkan oleh posisi dari gugusan kepulauan
Indonesia yang berada di daerah pertemuan antar lempeng tektonik. Ada tiga lempeng
tektonik yang bertemu di bawah wilayah Indonesia yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng
samudera Pasifik, dan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia berinteraksi dengan
lempeng Eurasia dan juga dengan lempeng Pasifik. Ketiga lempeng tektonik tersebut
memiliki jenis bidang batas lempeng yang sama yaitu bidang batas konvergen yang
membentuk zona-zona subduksi. Zona subduksi di Samudera Indonesia merupakan hasil
interaksi lempeng Indo-Australia yang bergerak ke Utara dengan lempeng Eurasia yang
bergerak ke Selatan. Subduksi lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia diduga
berkorelasi dengan berbagai system sesar, lipatan, cekungan dan gunung api aktif yang
terbentang dari Sumatra, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara. Salah satu yang menjadi ciri khas
zona subduksi adalah terbentuknya palung laut. Palung laut yang berhadapan langsung
dengan pantai selatan Jawa adalah palung Jawa yang merupakan hasil subduksi lempeng
Eurasia dan Indo-Australia (Indriana, 2008).
Hasil-hasil penelitian gravitasi yang telah dilakukan dari pesisir Selatan sampai pantai
Utara Pulau Jawa yaitu adanya nilai anomali Bouguer positif yang besar di sepanjang pantai
Selatan Jawa yang dapat ditafsirkan sebagai struktur sejenis sembul yang menunjukkan suatu
kenaikan terus menerus dan anomali negatif di tengah tengah Jawa bagian tengah dan timur
yang dapat ditafsirkan sebagai penurunan sisa lempeng lautan yang membentuk suatu
cekungan geosinklin yang terisi sedimen (Indriana, 2008).
Di Jawa Tengah, kejadian gempa buumi dapat dijelaskan lebih mikro dalam peristiwa
subduksi lempeng Samudera Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng benua Eurasia
seperti Nampak pada gambar berikut :

3
Gambar 2. Pusat gempa di Jateng berada pada zona gesekan lempeng
(Adi, 2008).
2.2. Potensi Bencana Pantai Utara Jawa
Rusaknya ekologi pantai seperti mangrove dan tanaman vegetasi lainnya yang berfungsi
sebagai peredam kecepatan dan energi gelombang serta penahan sedimen membawa dampak
yang buruk bagi wilayah utara jawa. Rusaknya mangrove yang ada di wilayah utara jawa,
menyebabkan pada saat pasang tertinggi, hempasan gelombang akan menerjang sampai pada
daratan. Hal ini dikarenakan sudah tidak ada mangrove yang berfungsi sebagai penahan laju
gelombang dimana kerusakan mangrove di wilayah utara jawa sudah mencapai 67%. Selain
itu, abrasi semakin meluas di wilayah utara jawa, terlebih lagi pantai Utara Jawa merupakan
daerah yang rawan abrasi. Seiring dengan bertambahnya tahun, abrasi dan erosi yang terjadi
di utara jawa semakin meningkat. Abrasi dan erosi yang terjadi menyebabkan kemunduran
garis pantai, sehingga dapat mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat pesisir
(Wahyudi et al, 2009).
Pantai Utara Jawa merupakan wilayah yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Selain itu, pantai utara Jawa cenderung memiliki topografi yang rendah. Apabila pengambilan
air tanah pada daerah yang memiliki toporgafi rendah dilakukan secara berlebihan akan
memberikan dampak pada penurunan permukaan tanah. Penurunan permukaan tanah ynag
terjadi di utara jawa dapat menyebabkan banjir rob, dimana air pasang tertinggi akan masuk
menggenangi sampai daratan. Selain itu, pantai Utara Jawa pada daerah hulu dan daerah hilir
merupakan daerah yang memiliki material lempung yang bersifat plastis dengan daya dukung
yang rendah. Sehingga, apabila terlalu besar, dapat memberikan beban diatasnya dan
menyebabkan amblesan atau subsidence yang dapat memicu banjir rob. Selain banjir rob dan
penurunan permukaan tanah, potensi bahaya yang mengancam wilayah utara jawa juga
berasal dari pembuangan limbah industri. Pembuangan limbah industri yang sembarangan
dapat menyebabkan pendangkalan sungai dan semakin rusaknya ekosistem terumbu karang
(Wahyudi et al, 2009).

2.3. Mitigasi Bencana Pesisir dan Laut


Mitigasi adalah merupakan tindakan-tindakan untuk mengurangi atau meminimalkan
potensi dampak negatif dari suatu bencana. Menurut Jokowinarno (2011), minimal terdapat
enam langkah yang bisa diupayakan dalam melakukan mitigasi bencana, yaitu :
 Pertama, adalah dengan melakukan upaya-upaya perlindungan kepada kehidupan,
infrastruktur dan lingkungan pesisir.
 Kedua adalah dengan meningkatkan pemahaman dan peranserta masyarakat pesisir
terhadap kegiatan mitigasi bencana gelombang pasang.
 Ketiga adalah meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana.

4
 Keempat, adalah meningkatkan koordinasi dan kapasitas kelembagaan mitigasi bencana.
 Kelima adalah menyusun payung hukum yang efektif dalam upaya mewujudkan upaya-
upaya mitigasi bencana yaitu dengan jalan penyusunan produk hukum yang mengatur
pelaksanaan upaya mitigasi, pengembangan peraturan dan pedoman perencanaan dan
pelaksanaan bangunan penahan bencana, serta pelaksanaan peraturan dan penegakan
hukum terkait mitigasi.
 Sedangkan kebijakan yang ke enam adalah mendorong keberlanjutan aktivitas ekonomi
dan peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui melakukan kegiatan mitigasi
yang mampu meningkatkan nilai ekonomi kawasan, meningkatkan keamanan dan
kenyamanan kawasan pesisir untuk kegiatan perekonomian.
Menurut Ongkosongo (2004) ternyata daerah pantai, pesisir dan pulau-pulau kecil
merupakan bagian yang dinamik, karena berhubungan dengan kondisi lingkungan yang juga
dinamik. Dinamika tersebut dapat terjadi karena gerakan massa air, serta akibat bencana alam
yang sering terjadi di wilayah lepas pantai seperti gempa, banjir pasang, dan angin besar.
Tahapan untuk melakukan deteksi, mitigasi dan pencegahan degradasi akibat bencana dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan akar masalah penyebab degradasi, komponen utama
yang menjadi pokok pendeteksi, satuan upaya deteksi dan tindakan umum deteksi bencana.
 Memberi pengetahuan tentang bangunan rumah tahan gempa
 Melakukakn rehabilitasi dan rekontruksi
 Mengadakan simulasi tanggap bencana
 Pemulihan psikologi warga yang mengalami trauma
 Sosialisai tanggap darurat
 Pengerukan tanah

5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian


III.1.1.Kondisi Morfologi
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kelerengan Pantai di Perairan Desa Bedono, Demak
Beda
Koordinat Jarak Kemiringan Kemiringan
No Tinggi
o o (m) (o) (%)
Lintang ( S) Bujur ( T) hA hB
1 06o55’32.4” 110o29’27.4” 100 144 5 5.029074 8.80%
2 06o56’35.1” 110o29’53.7” 107 135 5 3.205216 5.60%
3 06o57’0.2” 110o30’31.3” 130 160 5 3.43363 6.00%
 Lokasi 1
Koordinat : 06o55’32.4” S 110o29’27.4” E

= ((144-100)/500)*100%
= (44/500)*100%
= 8.80%
 Lokasi 2
Koordinat : 06o56’35.1” S 110o29’53.7” E

= ((135-107)/500)*100%
= (28/500)*100%
= 5.60%
 Lokasi 3
Koordinat : 06o57’0.2” S 110o30’31.3” E

= ((160-130)/500)*100%
= (30/500)*100%
= 6.00%

III.1.2.Jenis Sedimen/Batuan
Pada daerah desa Bedono, Demak didapatkan jenis sedimen berlumpur bercampur
pasir yang di mana pada daerah pinggiran pantai banyak sekali sedimen berlumpur. Pada
praktikum ini, kita melakukan pengamatan di daerah sekolah dasar Bedono dimana
sekolahnya berdampingan langsung dengan laut. Sedimen yang terdapat dikawasan
tersebut adalah tanah liat berpasir untuk daerah jalan yang dilalui disertai dengana batuan-
batuan yang membuatnya lebih kokoh untuk dilewati. Sedimen yang terdapat di daerah
laut yaitu sedimen berlumpur bercampur pasir pada koordinat 06o55’32.4” 110o29’27.4”.

6
Banyaknya jenis sedimen berlumpur ini yang menyebabkan daerah tersebut berwarna
coklat.

III.1.3.Vegetasi / Penutup Lahan


Tumbuhan yang terdapat di pantai merupakan tumbuh-tumbuhan yang mempunyai
kemampuan beradaptasi terhadap kekeringan, temperatur panas, angin yang kencang,
cahaya matahari penuh dan kadar garam yang cukup tinggi. Tumbuhan yang hidup di
pantai cenderung tumbuh melata di atas pasir dan berakar pada buku-bukunya. Tumbuhan
demikian tahan terhadap tiupan angin yang kencang dan biasanya mudah berkembang
biak secara vegetatif. Untuk jenis tumbuhan yang tumbuh sepanjang pesisir pantai yaitu
didominasi oleh mangrove dimana substrat dasarnya didominasi dengan sedimen yang
berlumpur. Selain itu, tumbuhan cemara laut dan waru juga banyak ditanam di pinggiran
jalan.

III.1.4.Data Hidro – Oseanografi (Gelombang, Arus, Pasut)


Dalam segi kelautan, khususnya Oseanografi data data sangat dibutuhkan untuk
mengetahui atau menganalisis suatu masalah yang terjadi. Hal ini terjadi pada daerah
pesisir yang biasanya terkena dampak oleh parameter – parameter oseanografi tersebut,
contoh kasus atau bencana yang sering terjadi adalah banjir rob, abrasi muka air laut dan
hal sebagainya. Data timeseries gelombang, pasut dan arus dapat digunakan untuk
mengetahui intensitas parameter – parameter tersebut dan dapat memprediksi waktu
terjadinya bencana, seperti banjir rob. Gelombang yang datang terus menerus akan
mengakibatkan abrasi dimana garis pantai akan terkikis dan berkurang, sedangkan data
pasang surut digunakan untuk mengetahui atau memprediksi kapan terjadinya pasang
tertinggi di mana hal ini dapat menguntungkan masyarakat pesisir untuk melakukan
mitigasi bencana Pra kejadian bencana.
Data – data hidro-oseanografi dapat ditemukan atau didapatkan dari beberapa
instansi yang memang menguasai bidang tersebut seperti BMKG, BIG dan BPOL. Data-
data parameter oseanografi inilah yang mempunyai manfaat yang baik apabila diolah
dengan teliti dan tepat yang dapat membantu masyarakat pesisir untuk melakukan
mitigasi pra kejadian.

III.1.5.Sketsa

7
Gambar 3. Sketsa Tracking lokasi Praktikum

III.2. Analisa Potensi Bahaya


Tabel 2. Hasil Perhitungan Potensi Bahaya di Perairan Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak

No Variabel Klasifikasi Keterangan

1 Geomorphologi 3 Berlumpur, Mangrove,Payau


2 Erosi/akresi pada garis pantai >-1 m/tahun
3
(m/tahun)
3 Kemiringan pantai (%) 3 6.8%
4 Perubahan elevasi muka air relatif 7.74 mm/tahun
3
(mm/tahun)
5 Rata - rata tinggi gelombang (m) 1 1m
6 Rata - rata kisaran pasang surut (m) 3 1.2 m
TOTAL SKOR Rata-rata = 2.667

Tabel 3. Klasifikasi Potensi Bahaya

8
III.3. Analisis Kerentanan Pantai
Tabel 4. Hasil Perhitungan Potensi Bahaya di Perairan Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak

Nilai Kerentanan = (2.5+1.6+0.6+1.3+1.4+1+1.1+2.75)/8


Nilai Kerentanan = 1.53125

Tabel 5. Nilai Variabel Analisa Kerentanan Pantai

III.4. Analisis Resiko


Tabel 6. Hasil Perhitungan Potensi Bahaya di Perairan Desa Bedono, Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak
Wilayah Potensi Kerentanan
Resiko Kelas Deskripsi
Administrasi Bahaya Pantai
Desa Bedono 2.667 1.531 1.506 1.5 – 2.1 Tinggi

9
III.5. Analisis Perubahan Garis Pantai

Gambar 4. Perubahan Garis Pantai Desa Bedono kurun waktu 2007-2018

III.6. Mitigasi Bencana


III.6.1.Mitigasi Bencana Yang Sudah Ada
Dari hasil pengamatan lapangan, terlihat bahwa sudah ada beberpa mitigasi bencana
yang dilakukan di Pantai Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Mitigasi
bencana yang sudah ada antara lain adalah :
1. Pembangunan bangunan pantai, berupa groin, beton pembatas untuk jalan.
2. Penananaman sabuk hijau, berupa cemara laut dan jenis-jenis mangrove lainnya.
3. Pengerukan sedimen,yang dilakukan oleh kapal penyedot sedimen disekitar lokasi pantai.

III.6.2.Mitigasi Yang Perlu Dilakukan/Ditambahkan


Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dilapangan saya rasa mitigasi yang ada
pada Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak masih dirasa kurang cukup, hal ini
dikarenakan masih banyaknya warga yang menjadi korban bencana yang dapat merugikan
baik dari sisi material maupun psikologis. Mitigasi bencana pada daerah tersebut harus
ditambahkan atau dilakukan khususnya saat pra kejadian yaitu dengan melakukan penyuluhan
kepada warga Desa Bedono mengenai potensi bahaya bencana yang ada pada daerah tersebut
dan melakukan pembelajaran mengenai evakuasi saat bencana tersebut terjadi. Selain itu,
penambahan Breakwater pada daerah tersebut juga sangat diperlukan karena masih sedikitnya
breakwater didaerah tersebut yang dapat mengakibatkan kuatnya abrasi.

IV.KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum lapangan Mitigasi Bencana ini adalah :

10
1. Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk meminimalisir dampak yang terjadi
karena adanya suatu bencana.
2. Adanya banjir rob membawa dampak negatif bagi masyarakat pesisir, dimana air laut
yang bersifat korosif akan merusak bangunan, dan selain itu adanya banjir rob akan
merusak tambak-tambak yang ada.
3. Untuk menangani banjir rob yang terjadi, perlu dilakukan upaya mitigasi bencana untuk
meminimalisir dampak yang terjadi. Upaya mitigasi bencana yang dilakukan di
Kecamatan Sayung Demak adalah dengan membangun sabuk pantai, groin, hybrid
engineering dan pelestarian mangrove yang bertujuan untuk meredam kekuatan
gelombang dan mengurangi abrasi.
4.2. Saran
1. Sebelum praktikum dimulai, alangkah baiknya dimulai dengan do’a.
2. Dalam perjalanan menuju lokasi, alangkah baiknya untuk tidak terlalu mengebut agar
sampai di tujuan dengan selamat dan tidak ada yang tertinggal di jalan.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Henny Pratiwi et al.2008.Studi Tentang Kerusakan Infrastruktur Keairan Akibat Gempa
Tektonik Di Kabupaten Klaten. Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan Vol. 11 No. 2

11
Indriana, Rina Dwi. 2008. Analisis Sudut Kemiringan Lempeng Subduksi di Selatan Jawa
Tengah dan Jawa Timur Berdasarkan Anomali Gravitasi dan Implikasi Tektonik
Vulkanik. Jurnal Berkala Fisika Vol. 11 No. 3
Jokowinarno, Dwi. 2011. Mitigasi Bencana Tsunami di Wilayah Pesisir Lampung. Jurnal
Rekayasa Vol. 15 No. 1
Ongkosongo, O.2004. Perubahan Lingkungan di Wilayah Pesisir. Stuktur Fisik dan Dinamik
Pesisir. Makalah Workshop: Deteksi, Mitigasi dan Pencegahan Degradasi Lingkungan
Pesisir dan Laut Indonesia
Wahyudi et al. 2009. Analisa Kerentanan Pantai di Wilaya Pesisir Pantai Utara Jawa Timur.
Institut Teknik Surabaya. Surabaya

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai