Anda di halaman 1dari 6

DEFINISI

Tetanus neonatorum (TN) disebabkan masuknya basil Clostridium tetani ke tubuh


melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang berusia kurang dari 28 hari. Salah
satu penyebab TN adalah apabila pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat yang steril.
Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di negara berkembang terutama negara dengan
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang rendah (Novita Sari, 2017)

Penyakit tetanus merupakan salah satu yang berbahaya karena mempengaruhi sistem
saraf dan otot. Kata tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu tetanos dari teinein yang berarti
menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),
spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan. (scribe)

ETIOLOGI

Penyebab tetanus adalah bakteri anaerob berbentuk spora bernama Clostiridium tetani.

Basil gram positif ini di temukan dalam feses manusia dan hewan, serta tanah. Spora dapat

dorman selama bertahun tahun tetapi jika terkena luka. Spora akan menjadi bentuk vegetative

dan menghasilkan tosin. Toksin tersebut adalah neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula

akan menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat (Arif, 2014)

Clostridium tetani merupakan organisme obligat anaerob, batang gram positif, bergerak,

ukurannya kurang lebih 0,4 x 6 μm. Mikroorganisme ini menghasilkan spora pada salah satu

ujungnya sehingga membentuk gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis.

Spora Clostridium tetani sangat tahan terhadap desinfektan kimia, pemanasan dan pengeringan.

Kuman ini terdapat dimana-mana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran hewan terutama

kuda. Spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif dalam suasana anaerobik. Bentuk vegetatif ini

menghasilkan dua jenis toksin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Tetanolisin belum diketahui

kepentingannya dalam patogenesis tetanus dan menyebabkan hemolisis in vitro, sedangkan


tetanospasmin bekerja pada ujung saraf otot dan sistem saraf pusat yang menyebabkan spasme

otot dan kejang (Putri Kusnawan, 2014)

Gambar 1. Mikroskopik Clostridium tetani (Putri Kusnawan, 2014)

EPIDEMIOLOGI

Tetanus merupakan suatu masalah kesehatan di berbagai belahan dunia dengan taraf
ekonomi rendah. Jumlah kasus tetanus neonatorum dapat dikatakan berbanding terbalik dengan
kondisi sosial ekonomi suatu negara. Semakin baik taraf sosial ekonomi suatu begara semakin
sedikit pula jumlah kasus tetanus neonatorum di negara tersebut, demikian juga sebaliknya.
Tetanus neonatorum saat ini merupakan suatu penyakit yang dapat dikatakan langka di
banyak negara maju dan berkembang, di mana proses partus yang steril dan pemberian vaksin
tetanus secara umum telah disosialisasikan dan dilaksanakan sebagai suatu prosedur kesehatan
wajib. Amerika Serikat memilki insiden tetanus neonatorum yang sangat rendah yaitu 0,01/1000
kelahiran sejak tahun 1967 (WHO, 2005)
Tetanus neonatorum terjadi sama banyaknya baik pada laki-laki maupun wanita (1:1),
usia ibu yang paling sering mengalami tetanus maternal adalah antara usia 20-30 tahun
(berbanding lurus dengan usia melahirkan terbanyak). 90 % kasus tetanus neonatorum dan
tetanus maternal terjadi pada partus yang dilakukan di luar fasilitas kesehatan (di rumah, dukun,
dsb).
Tetanus neonatorum memilki tingkat morbiditas yang tinggi, dimana > 50% kasus
tetanus neonatorum berakhir dengan kematian. Menurut data UNICEF, setiap 9 menit, seorang
bayi meninggal akibat penyakit ini. WHO menyatakan bahwa tetanus neonatorum merupakan
poenyebab dari 14 % kematian neonatus di seluruh dunia.

Gambar 2. Eliminasi TMN di Dunia hingga tahun 2012 (Sitohang, Palzati, & Ismail, 2012)

Menurut WHO dan UNICEF sebelum tahun 2000 di seluruh dunia ada sebanyak 135
negara yang sudah mencapai eliminasi TMN. Hingga akhir tahun 2009 sudah 151 negara yang
mencapai eliminasi TMN, dan 42 negara belum mencapai eliminasi TMN1 . Per Desember 2010
masih terdapat 38 negara yang belum mencapai eliminasi TMN, terutama berada di Afrika dan
Asia2 . Hingga Februari 2012, masih terdapat 34 negara yang belum tereliminasi TMN.
Gambar 3. Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum per Provinsi di Indonesia Tahun 2011.
(Sitohang, Palzati, & Ismail, 2012)

Kasus tetanus neonatorum berdasarkan provinsi menunjukkan pada tahun 2011 terdapat
sebanyak 15 provinsi yang memiliki kasus tetanus neonatorum, seperti terlihat di grafi k pada
Gambar 2. Provinsi yang memiliki kasus tetanus neonatorum terbanyak adalah Provinsi Banten
sebanyak 38 kasus tetanus neonatorum dan disusul oleh Provinsi Jawa Timur sebanyak 22 kasus
tetanus neonatorum. (Sitohang, Palzati, & Ismail, 2012)

FAKTOR RISIKO

Terdapat 5 faktor resiko utama terjadinya tetanus neonatorum, yaitu: (Putri Kusnawan, 2014)

a. Faktor Resiko Pencemaran Lingkungan Fisik dan Biologik

Lingkungan yang mempunyai sanitasi yang buruk akan memyebabkan Clostridium tetani

lebih mudah berkembang biak. Kebanyakan penderita dengan gejala tetanus sering mempunyai

riwayat tinggal di lingkungan yang kotor. Penjagaan kebersihan diri dan lingkungan adalah amat

penting bukan saja dapat mencegah tetanus, malah pelbagai penyakit lain.

b. Faktor Alat Pemotongan Tali Pusat


Penggunaan alat yang tidak steril untuk memotong tali pusat meningkatkan risiko

penularan penyakit tetanus neonatorum. Kejadian ini masih lagi berlaku di negara-negara

berkembang dimana bidan-bidan yang melakukan pertolongan persalinan masih menggunakan

peralatan seperti pisau dapur atau sembilu untuk memotong tali pusat bayi baru lahir.

c. Faktor Cara Perawatan Tali Pusat

Terdapat sebagian masyarakat di negara-negara berkembang masih menggunakan ramuan

untuk menutup luka tali pusat seperti kunyit dan abu dapur. Seterusnya, tali pusat tersebut akan

dibalut dengan menggunakan kain pembalut yang tidak steril sebagai salah satu ritual untuk

menyambut bayi yang baru lahir. Cara perawatan tali pusat yang tidak benar ini akan

meningkatkan lagi risiko terjadinya kejadian tetanus neonatorum.

d. Faktor Kebersihan Tempat Pelayanan Persalinan

Kebersihan suatu tempat pelayanan persalinan adalah sangat penting. Tempat pelayanan

persalinan yang tidak bersih bukan saja berisiko untuk menimbulkan penyakit pada bayi yang

akan dilahirkan, malah pada ibu yang melahirkan. Tempat pelayanan persalinan yang ideal

sebaiknya dalam keadaan bersih dan steril.

e. Faktor Kekebalan Ibu Hamil

Ibu hamil yang mempunyai faktor kekebalan terhadap tetanus dapat membantu mencegah

kejadian tetanus neonatorum pada bayi baru lahir. Antibodi terhadap tetanus dari ibu hamil dapat

disalurkan pada bayi melalui darah, seterusnya menurunkan risiko infeksi Clostridium tetani.

Sebagian besar bayi yang terkena tetanus neonatorum biasanya lahir dari ibu yang tidak pernah

mendapatkan imunisasi TT.

Faktor predisposisi pada tetanus, antara lain:

1. Umur tua atau anak-anak


2. Luka yang dalam dan kotor

3. Belum terimunisasi

Sumber :

Arif, M. (2014). Kapita Selecta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Novita Sari, S. (2017). Analisis Faktor Risiko Kematian Bayi Penderita Tetanus. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 195-206.

Putri Kusnawan, O. (2014). MENGENAL CLOSTRIDIUM TETANI PADA TETANUS


NEONATORUM. pp. 1-31.

Sitohang, V., Palzati, E., & Ismail. (2012, september 20). Eliminasi Tetanus Maternal dan
Neonatal. pp. 1-44.

WHO. (2005). Neonatal Tetanus Elimination. PAHO, 1-12.

Anda mungkin juga menyukai