Anda di halaman 1dari 3

Aku dan Indonesiaku Hari Ini

Indonesia tidak terlahir hanya dengan tekad yang kuat dari para penduduknya,
namun Indonesia terlahir dengan perjuangan panjang, yang bahkan melibatkan
pertumpahan darah dari para pahlawan terdahulu. Jauh sebelum hari ini, sebelum
Indonesia meraih kemerdekaannya, Indonesia mengalami keterpurukan yang amat
sangat ketika negara-negara lain silih berganti menjajahnya. Para penduduknya
diperbudak dan kekayaan alamnya diambil secara terus-menerus tanpa
mempertimbangkan peri kemanusiaan.

Indonesia memang telah meraih kemerdekaannya, namun kemerdekaan ini


bukanlah akhir dari perjuangan. Perjuangan hari ini mungkin berbeda dengan
perjuangan para pahlawan dahulu melawan penjajah, hari ini Indonesia harus
masih berjuang keras menyejahterakan penduduknya di tengah globalisasi yang
merajalela. Perekonomian setiap penduduknya merupakan salah satu indikator
kesejahteraan suatu negara, nyatanya Indonesia sampai saat ini masih belum bisa
dikategorikan sebagai negara yang sejahtera apabila dilihat dari indikator ini.
Kemiskinan masih terlihat dimana-mana, baik di perkotaan, pedesaan maupun
diantara keduanya. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk miskin
(penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)
pada Maret 2016 di Indonesia mencapai 28,01 juta jiwa atau sebesar 10,86 persen
dari total jumlah penduduk Indonesia. Berdasarkan profil kemiskinan BPS,
walaupun dari sisi jumlah kemiskinan di perdesaan menurun, namun secara
persentase penduduk miskin meningkat. Pada bulan Maret 2015 persentase
penduduk miskin perdesaan sebesar 14,21 persen, lalu turun pada September 2015
menjadi 14,09 persen kemudian naik 0,02 persen di bulan Maret 2016 menjadi
14,11 persen. Bila mengacu data Nilai Tukar Petani (NTP) yang terus menurun
(dari 102,55 pada Januari 2016 menjadi 101,47 pada Juni 2016) maka wajar jika
persentase kemiskinan di perdesaan meningkat, karena usaha pertanian menurun
(Serikat Petani Indonesia, 2016).

Penyumbang terbesar terhadap kemiskinan di pedesaan adalah beras, sangat miris


tentunya jika diingat bahwa agenda prioritas Kabinet Kerja mengarahkan
pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Banyak
faktor yang menyebabkan hal ini masih terjadi, diantaranya adalah produk hasil
pertanian yang berkualitas rendah, alih fungsi lahan pertanian, pertumbuhan
penduduk yang tinggi, dan iklim yang tidak mendukung. Jika dikerucutkan,
permasalahan pertanian ini berakar dari rendahnya tingkat pengetahuan petani.
Tidak banyak petani yang memahami pengetahuan pemilihan bibit unggul,
perawatan pertanian, penanganan pasca panen yang baik, teknologi pengolahan
hasil pertanian, hingga distribusi dan pemasaran produk pertanian. Seharusnya
para petani dapat menangani secara mandiri suatu komoditas pertanian yang
dijalaninya, sehingga produk yang dipasarkan akan memiliki nilai ekonomi yang
lebih tinggi dan lebih menguntungkan.

Sesuai dengan tri dharma perguruan tinggi bahwasanya tugas mahasiswa bukan
hanya melaksanakan pendidikan dan penelitian di kampus, melainkan juga
pengabdian terhadap masyarakat. Mahasiswa pada akhirnya akan terjun langsung
ke masyarakat, oleh karena itu perlu adanya persiapan yang matang sebelumnya.
Mahasiswa sebagai pemuda yang berpendidikan seharusnya dapat
memberdayakan masyarakat khususnya petani, sehingga dapat mewujudkan
perubahan sekaligus membantu menyukseskan program pemerintah tentang
kedaulatan pangan. Mahasiswa dapat memberikan penyuluhan pertanian kepada
para petani Indonesia, sehingga mereka dapat menyejahterakan hidupnya sendiri
dan orang lain yang ada di sekitarnya. Tidak hanya dengan pemberian
penyuluhan, mahasiswa bahkan setiap orang yang bukan mahasiswa pun dapat
melakukan suatu tindakan yang dapat dikatakan sederhana, yaitu memanfaatkan
media sosial di era globalisasi ini sebagai upaya penyebaran informasi mengeni
hal tersebut.

“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” kutipan ayat
Allah tersebut hendaknya diaktualisasikan dalam kehidupan setiap umatnya.
Apalagi mahasiswa yang diberikan kesempatan lebih untuk menuntut ilmu di
jenjang yang lebih tinggi, mahasiswa seharusnya dapat berperan lebih banyak
dibandingkan yang lainnya dalam usaha memberdayakan masyarakat dan
memajukan bangsa Indonesia. Berbagi tidak akan membuat seseorang menjadi
kekurangan, berbagi justru akan membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya. Artinya, jangan pernah ragu untuk berbuat kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai