Anda di halaman 1dari 13

PEMERINTAHAN DAN KEBUDAYAAN PADA MASA

PEMERINTAHAN KHULAFAUR RASYIDIN


ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Asmawati, M. Pd.

Disusun Oleh:

Muhammad Faisal Nurul Hasanah

NIM.1801112291 NIM. 1801112297

Nor Fahmi Rizkan Wafiq Hafifah

NIM. 1801112425 NIM.1801112262

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2019 M / 1440 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Pemerintahan dan
Kebudayaan Pada Masa Pemerintahan Khulafaur Rasyidin Abu Bakar Ash-
Shiddiq”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palangka Raya, April 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................i

Daftar Isi ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq ............................................................2-3


B. Peradaban Islam dalam Bidang Keagamaan ..........................................3-5
C. Peradaban Islam dalam Bidang Non-Keagamaan ..................................5-6
1. Peradaban Islam dalam Bidang Politik .............................................6-7
2. Peradaban Islam dalam Bidang Sosial Ekonomi ...............................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................8
B. Saran ......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah
tidak dapat diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi
kedudukan beliau yang kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera
ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan “Khalifah” artinya yang
menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan komunitas
Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan
hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu
berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang secara bergantian
oleh Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Khulafaur rasyidin adalah para pengganti Nabi. Islam sebagai sebuah
ajaran dan Islam sebagai institusi Negara, mulai tumbuh dan berkembang
pada masa tersebut. Dalam Islam kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT,
sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas “ekstra” dalam ajaran
Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka termasuk
pelaksana hukum.
Pada makalah ini ditekankan pada pembahasan khilafah pada masa
Abu Bakar yang dimulai sejak pengangkatannya sampai kontribusi-
kontribusi yang telah diberikannya untuk Islam dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Biografi tentang Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Bagaiamana Peradaban Islam Pada Masa Pemerintahan Khulafaur Rasyidin
Abu Bakar Ash-Shiddiq.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Biografi tentang Abu Bakar Ash-Shiddiq.
2. Untuk mengetahui tentang Peradaban Islam yang telah ada pada masa
pemerintahan Khulafaur Rasyidin Abu Bakar Ash-Shiddiq.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq


Abu Bakar memiliki nama lengkap Abdullah bin Utsman bin Amir bin
Umar bin Ka’ab bin Tiim bin Mairah at-Tamimi. Abu Bakar kecil bernama
Abdul Ka’bah. Dia dilahirkan pada tahun kedua atau ketiga dari tahun gajah
yakni pada tahun 573 M.1 Dari segi usia, Abu Bakar lebih muda dua atau tiga
tahun dari Nabi Muhammad SAW.
Gelar Abu Bakar diberikan oleh Rasulullah karena ia orang yang
paling cepat masuk Islam, sedang gelar As-Shiddiq yang berarti “amat
membenarkan” adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat segera
membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa, terutama
peristiwa Isra Mi’raj. Yaitu ketika banyak orang sulit atau bahkan tidak
percaya akan kejadian Isra Mi’raj itu, tetapi justru Abu Bakarlah yang tidak
meragukan kebenaran peristiwa itu.
Ayahnya bernama Usman dan juga dikenal sebagai Abi Kuhafah bin Amir
bin Amr bin Ka’ab bin Saad bin Laym bin Mun’ah bin Ka’ab bin Lu’ay, dan
ibunya bernama Ummu Al-Khair Salmah binti Sahr bin Ka’ab bin Sa’ad bin
Taym bin Murrah. Kedua orang tua Abu Bakar merupakan keturunan Bani
Talim, dan merupakan salah satu keluarga yang mempunyai status sosial
yang cukup tinggi di kalangan suku Quraisy.
Banyak penulis sejarah yang menyebutkan bahwa Abu Bakar sejak
masa mudanya memiliki sifat dan kebiasaan-kebiasaan yang sangat dekat
dengan sifat dan kebiasaan Rasulullah SAW.2
Setelah menderita sakit selama lima belas hari, Abu Bakar pun wafat
pada 21 Jumadil Akhir 13 H (22 Agustus 634 M). Beliau dimakamkan di

1
Dedy Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2008, hlm. 67.
2
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2011, hlm. 19-20

2
samping makam Rasulullah Saw. di kota Madinah. Sekarang makam tersebut
telah termasuk dalam Masjid al-Nabawi.3

Masa awal pemerintahan Abu Bakar diwarnai dengan berbagai


kekacauan dan pemberontakan, seperti munculnya orang-orang murtad,
aktifnya orang-orang yang mengaku diri nabi, pemberontakan dari beberapa
kabilah Arab dan banyaknya orangorang yang ingkar membayar zakat.
Munculnya orang-orang murtad disebabkan keyakinan mereka terhadap
ajaran Islam belum begitu mantap, dan wafatnya nabi Muhammad
menggoyahkan keimanan mereka. Masalah nabi palsu sebenarnya telah ada
sejak nabi Saw masih hidup, tetapi kewibawaan nabi Saw menggetarkan hati
mereka untuk melancarkan aktivitasnya. Masalah pemberontakan kabilah
disebabkan oleh anggapan mereka bahwa perjanjian perdamaian dibuat
bersama nabi secara pribadi dan perjanjian tersebut berakhir dengan wafatnya
beliau. Mereka menganggap tidak perlu lagi taat dan tunduk kepada penguasa
Islam yang baru. Sedangkan orang-orang yang ingkar membayar zakat
hanyalah karena kelemahan iman mereka (Ensiklopedi Islam, 1994: 39).4
Sebagai seorang kepala Negara, Abu Bakar telah melakukan beberapa
kebijakan yang dinilai cukup penting. Kebijakan tersebut secara umum dapat
golongkan kedalam dua bagian, yaitu bidang keagamaan dan bidang non
keagaamaan yang akan dijelaskan pada bagian berikut.
B. Peradaban Islam dalam Bidang Keagamaan
Hampir banyak buku sejarah Islam, umumnya mengabdikan jasa Abu
Bakar di bidang keagamaan ini. Yang paling umum kebijakan Abu Bakar di
bidang keagamaan ini adalah kebijakan mengumpulkan mushaf Al-
Qur`an, yang semula merupakan usulan Umar bin Khattab. Pada mulanya,
beliau agak berat melakukan tugas ini karena belum pernah dilakukan oleh
Nabi. Akan tetapi Umar banyak mengemukakan alasan. Di antara alasannya
adalah bahwa banyak sahabat penghafal Qur’an gugur di medan perang dan
3
Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI),
2013, hlm. 170.
4
https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/khatulistiwa/article/download/260/214 di
akses pada hari Rabu, 24 April 2019 pukul 15.22 WIB.

3
dikhawatirkan akan habis seluruhnya. Pada akhirnya Abu Bakar
menyetujuinya. Untuk selanjutnya ia menugaskan Zaid bin Tsabit untuk
mengerjakan tugas pengumpulan itu.5
Kebijakan lainnya adalah mengembalikan stabilitas negara dengan
melakukan upaya penyadaran terhadap mereka yang telah melakukan
penyelewengan terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw. Upaya penyadaran ini
terutama dilakukan terhadap kalangan yang mengingkari kewajiban zakat,
murtad, dan mengaku dirinya Nabi. Agaknya penyebab utama kemunculan
ketiga kelompok ini bersumber dari kesalahpahaman dan kekurangan
mengertian mereka terhadap Islam yang sesungguhnya.
Sikap tegas dan demokratis Abu Bakar dalam memerintah mendapat
respon masyarakat luas. Maka dibentuklah sebelas pasukan utnuk
menghadapi kelompok murtad (Riddah). Sebelum pasukan dikirim ke daerah
yang dituju, dikirimlah surat yang menyerukan kepada mereka agar kembali
kepada ajaran Islam. Bila tidak ada respons positif atau tetap membangkang,
maka tindakan berikutnya adalah perintah perang. Kebijakan tersebut
dilakukan demi terciptanya persatuan umat, penegakan hukum dan keadilan.6
Adanya golongan yang tidak mau membayar zakat, sejumlah orang
yang mengaku sebagai Nabi, dan orang-orang yang murtad adalah sebuah
ujian nyata bagi Abu Bakar yang memimpin umat Islam hanya dalam waktu
dua tahun. Lewat usahanya melakukan penyadaran dan dalam kondisi tertentu
kemudian memerangi, sesungguhnya juga dimaknai sebagai upaya dakwah
dari Abu Bakar.
Abu Bakar mengutus beberapa pasukan ke beberapa wilayah yang
dipimpin oleh beberapa panglima, yaitu: Khalid bin Walid (memadamkan
pemberontakan di Battah Arab Selatan di bawah pimpinan Malik bin
Nuwairah dan memerangi nabi palsu Tulaihah bin Khuwailid), Ikrimah bin
Abu Jahal (memerangi nabi palsu Musailamah Al-Kadzab di pesisir Timur
Arab), Surahbil bin Hasanah yang membantu Ikrimah, Muhajir bin Umayah
5
Ibid.
6
Rusydi Sulaiman, Pengantar Metodolodi Studi Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2014, hlm.221.

4
(menundukkan pengikut nabi palsu di Yaman yaitu Aswad al-Insa dan
memadamkan pemberontakan di daerah Hadramaut), Huzaifah bin Muhsin al-
Gailani (mengamankan daerah Gaba), Arlajah bin Harsamah (mengembalikan
stabilitas Oman dari Muhrah), Suwaid bin Muraqin (mengamankan daerah
Tihamah di sepanjang Laut Merah), al-Alla’ bin Hadrami (memadamkan
pemberontakan para murtaddin di Bahrein), Amru bin Ash (memadamkan
pemberontakan suku Kuda’ah dan Wad’ah), Khaid bin Said (memadamkan
pemberontakan suku-suku besar di Suriah dan Irak, dan Maan bin Hajiz
(memadamkan pemberontakan para murtaddin dan Suku Salim dan Hawazin
di derah Thaif).
Ke wilayah jauh dari pusat pemerintahan di Madinah, Abu Bakar juga
mengutus beberapa panglima perang untuk menakhlukan beberapa derah,
yaitu: Musanah bin Harisah al-Sayaibani (beberapa wilayah Persia), Khalid
bin Walid (membantu pasukan Musanah di pusat kekuasaan Persia), Abu
Ubaidah bin Jarrah (beberapa daerah Romawi: Homs Suriah Utara
danAntokia), Amru bin Ash (daerah Palestina), Surahbil bin Hasan (Tabuk
dan Yordania), dan Yazid bin Abi Sofyan (Damaskus dan Suriah Selatan).7
Pada sisi lain, Abu Bakar juga ingin menunjukan kepada dunia bahwa
ada aspek-aspek tertentu dari ajaran Islam yang tidak dapat ditawar lagi.
Karenanya, melakukan penyelewengan terhadapnya, sama artinya dengan
merusak agama itu sendiri. Namun demikian upaya Abu Bakar dalam
memerangi ketiga kelompok diatas lebih banyak dikarenakan mereka tidak
mau membayar zakat, lebih dari itu mereka memprovokasi yang lain untuk
tidak mau bayar zakat pula. Sedangkan eksistensi zakat dalam posisi ini
sangat penting dan merupakan kewajiban nyata dari ajaran Islam, yang
berefek kepada kehidupan negara.8
C. Peradaban Islam dalam Bidang Non-Keagamaan

7
Hamdani Anwar, Masa Khulafaur Rasyidin, Ensiklopedi Tematis 2, Jakarta: PT Ichtiar
baru Van Hoeve, 2002, hlm. 44-46
8
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2011, hlm. -

5
Selain kebijakan nyata di bidang keagamaan, Abu Bakar juga
melakukan kebijakan Non-keagamaan. Di antaranya kebijakan itu adalah
sebagai berikut.
1. Peradaban Islam dalam Bidang Politik
Kebijakan Abu Bakar di bidang ini juga dianggap sebagai pencapaian
yang bagus karena secara prinsipil ia bersesuaian dengan semangat modern.
Kebijakan Abu Bakar bisa dilihat misalnya sejak proses pengangkatannya
sebagai khalifah dan pada saat pidato pertamanya pada hari pembaiatan
dirinya sebagai khalifah. Pidato tersebut mengandung prinsip-prinsip
nasionalisme partisipatif egaliter. Pidato ini oleh banyak ahli sejarah dianggap
suatu statement politik yang amat maju, dan yang pertama sejenisnya dengan
semangat modern. Pidato ini merupakan manifesto politik yang secara singkat
dan padat menggambarkan kontinuitas Nabi. Pidatonya disampaikan secara
bersahabat, apa adanya dan cukup lugas.
Abu Bakar juga mengembangkan prinsip-prinsip demokrasi dalam
pengambilan keputusan dengan membentuk semacam dewan
perwakilan. Pengambilan keputusan itu sendiri didasarkan pada suara
mayoritas, dengan melalui prosedur-prosedur tertentu dalam prosedur
pengambilan keputusan, terutama untuk kepentingan bersama.
Abu Bakar juga membuat aturan-aturan tertentu dalam hal
peperangan yang disampaikan kepada para tentaranya. Diantara etika
peperangan yang dicoba dikembangkannya antara lain adalah:
a. Orang-orang tua, anak-anak, dan wanita adalah mereka yang tidak boleh
disakiti,
b. ahli ibadah dan tempat ibadah tidak boleh dirusak,
c. mereka yang tidak menyerahkan diri tidak boleh disakiti,
d. lahan-lahan produktif dan habitat lainnya tidak boleh dirusak atau dibakar,
e. perjanjian yang telah dibuat dengan kalangan non-islam bagaimanapun harus
di patuhi,
f. mereka yang menyerah dan kemudian masuk kedalam komunitas muslim
akan diberi hak-hak yang sama dengan muslim lainnya.

6
Tentu ini merupakan etika perang yang maju yang tidak semua
pemimpin melakukan hal serupa. Dengan demikian meskipun Abu Bakar
hanya memerintah selama dua tahun tetapi pencapaian prestasinya cukup
bagus, dan yang penting juga adalah Abu Bakar mampu menciptakan
stabilitas dalam negeri umat Islam, yang ini menjadi bekal pengembangan
pemerintahan di zaman khalifah berikutnya.9
Abu Bakar juga melakukan penyebaran Islam melalui ekspansi
wilayah dan dakwah. telah memasuki kota Hirah dan Anbar di
Mesopotamia (Irak) dan telah sampai ke Sungai Yarmuk di Syiria.10
2. Peradaban Islam dalam Bidang Sosial Ekonomi
Dalam bidang pranata sosial ekonomi adalah mewujudkan keadilan
rakyat dan kesejahteraan sosial rakyat. Untuk kemaslahatan rakyat ini, ia
mengelola zakat, infak, dan sedekah yang berasal dari kaum muslimin,
ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari warga negara non
muslimin, sebagai sumber pendapatan Baitul Mal. Penghasilan diperoleh
dari sumber-sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk kesejahteraan
para tentara, gaji para pegawai negara, dan ke rakyat yang berhak
menerimanya sesuai dengan ketentuan Al-Qur’an. Diriwayatkan bahwa Abu
Bakar sebagai khalifah tidak pernah ambil atau menggunakan uang dari
Baitul Mal. Karena menurutnya ia tidak berhak mengambil sesuatu dari
Baitul Mal umat Islam. Oleh karena itu, selama ia menjadi khalifah, ia tetap
berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.11

9
Ibid hlm. 26-30
10
Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI),
2013, hlm. 160.
11
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2011, hlm. 74.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil
memadamkan kerusuhan oleh kaum riddah yang demikian luasnya dan
memulihkan kembali ketertiban dan keamanan diseluruh semenanjung
Arabia. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar bagi kepentingan agama
Islam adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah-naskah setiap
ayat-ayat Al-Qur’an dari simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris)
yang pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya, dan
menyimpan keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW, yakni Siti
Hafshah.
Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan
tiang-tiang agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas.
Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11
hari. Masa tersebut merupakan waktu yang paling singkat bila dibandingkan
dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya.
Peradaban Islam yang telah dibangun pada masa Khalifah Abu Bakar
mencakup dua bidang yaitu bidang keagamaan dan bidang non keagamaan.
Di bidang keagamaan, Abu Bakar telah membuat kebijakan mengumpulkan
mushaf Al-Qur`an dan melakukan upaya penyadaran terhadap mereka yang
telah melakukan penyelewengan terhadap ajaran Nabi Muhammad Saw. Lalu
di bidang non keagamaan terbagi menjadi dua, bidang politik dan bidang
sosial ekonomi. Di bidang politik, Abu Bakar mengembangkan prinsip-
prinsip demokrasi dalam pengambilan keputusan dengan membentuk
semacam dewan perwakilan dan membuat aturan-aturan tertentu dalam hal
peperangan yang disampaikan kepada para tentaranya. Sedangkan dalam
bidang sosial ekonomi, Abu Bakar telah mewujudkan keadilan rakyat dan
kesejahteraan sosial rakyat, dengan mengelola zakat, infak, dan sedekah yang
berasal dari kaum muslimin, ghanimah harta rampasan perang dan jizyah dari
warga negara non muslimin, sebagai sumber pendapatan Baitul Mal.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan, untuk itu kami
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua, aamiin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anwar Hamdani, Masa Khulafaur Rasyidin, Ensiklopedi Tematis 2, Jakarta: PT


Ichtiar baru Van Hoeve, 2002.

Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Teras, 2011.

Sulaiman Rusydi, Pengantar Metodolodi Studi Sejarah Peradaban Islam, Jakarta:


PT RajaGrafindo Persada, 2014.

Supriyadi Dedy, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA,


2008.

Susmihara, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota


IKAPI), 2013.

https://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/khatulistiwa/article/download/260/214

9
10

Anda mungkin juga menyukai