Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun
dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif,
kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak menyadari bahwa
kondisi mereka telah parah (Askandar, 2015). Kondisi fungsi ginjal yang
memburuk mengakibatkan kemampuan untuk mensekresi insulin oleh ginjal
menurun sehingga terjadi penumpukan insulin dalam darah yang mengakibatkan
hipoglikemia (Maureen et al., 2009).
EPIDEMIOLOGI CKD
KLASIFIKASI CKD
Hipoglikemia adalah keadaan dimana konsentrasi glukosa darah <60 mg/dl atau
<80 mg/dl disertai gejala klinis. Hipoglikemia dapat terjadi pada pasien diabetes
mellitus (DM) maupun non-DM (ADA, 2011).
ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia pada pasien CKD bisa disebabkan oleh beberapa hal diantaranya
ialah. Terjadi gangguan sekresi insulin karena fungsi ginjal memburuk sehingga
insulin tetap dalam darah dan tidak dibuang oleh ginjal, degradasi insulin perifer
menurun, uremia yang tinggi akan menimbulkan anorexia sehingga kebutuhan
glukosa menurun, terjadi penurunan massa ginjal sehingga mengalami penurunan
glukoneogenesis (Maureen et al., 2009).
Pada pasien CKD akan terjadi retensi garam dan natrium, akibat retensi tersebut
tubuh mengalami penumpukan cairan di dalam tubuh, penumpukan cairan pada
tubuh mengakibatkan pasien pada pemeriksaan elektrolit dan glukosa akan
didapatkan hiponatremi, hipokalemi, hipokalsemi, dan hipoglikemia yang
sebetulnya kadar tersebut normal dalam tubuh yang disebut hipoglikemia relatif
(Mann, et al., 2012).
MANIFESTASI KLINIS HIPOGLIKEMIA
Pada dasarnya, keluhan maupun gejala klinis hipoglikemia, terjadi oleh karena
dua penyebab utama yakni: Terpacunya aktivitas sistem saraf otonom, terutama
simpatis, dan Tidak adekuatnya suplai glukosa ke jaringan serebral
(neuroglikopenia). Cukup banyak kejadian hipoglikemia luput dari pengamatan
pasien dan dokter disebabkan spektrum gambaran klinis yang cukup lebar serta
kurangnya pemahaman pasien terhadap hipoglikemia tersebut. Pada tahap awal
hipoglikemia, respon pertama dari tubuh adalah peningkatan hormon
adrenalin/epinefrin, sehingga menimbulkan gejala neurogenik seperti.
Gemetaran
Kulit lembab dan pucat
Rasa cemas
Keringat berlebihan
Rasa lapar
Mudah rangsang
Penglihatan kabur atau kembar
Gejala klinis biasanya muncul pada kadar glukosa darah (GD) < 50 mg/dL, telah
memberi dampak pada fungsi serebral. Pada tahap lanjut, hipoglikemia akan
memberikan Gejala defisiensi glukosa pada jaringan serebral (gejala
neuroglikopenik) yakni:
Sulit berpikir
Bingung
Sakit kepala
Kejang-kejang
Koma
Bila keadaan hipoglikemia tidak cepat teratasi, maka bisa menimbulkan kecacatan
bahkan kematian (IPD UI, 2014).
DIAGNOSIS
Untuk membuat diagnosis hipoglikemia, berdasarkan definisi diperlukan adanya
trias dari Whipple (Whipple triod) yang terdiri atas:
Mencari Penyebab
Penyebab hipoglikemia pada umumya reversible, sesuai etiologinya. Oleh karena
itu, penting untuk menemukan etiologi hipoglikemia. Hal yang penting untuk
diperhatikan adalah menentukan derajat hipoglikemia (Chris et al., 2014).
Berikan larutan gula murni 20-30 gram (2 sendok makan), permen, sirup, atau
bahan makanan lain yang mengandug gula murni (bukan pemanis buatan, rendah
kalori, atau gula diabetes/ gula diet) dan makanan yang mengandung karbohidrat.
Hentikan obat OAD oral yang dicurigai sebagai penyebab.
Interval pemantauan glukosa darah sewaktu tiap lamanya disesuaikan dengan
kemungkinan penyebab.
Monitor glukosa darah dalam rentan waktu yang disesuaikan dengan pemantauan
lebih lama 1-3 x 24 jam.
Apabila pasien menjadi tidak sadar segera rujuk ke Rumah Sakit.
3. Koreksi Hipoglikemia pada Pasien tidak sadar
Sumber: