Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE


A. Definisi
Refluks gastroesophageal atau biasa disebut GERD adalah kembalinya isi
lambung ke esophagus atau lebih proksimal. Isi lambung tersebut bisa berupa asam
lambung, udara, maupun makanan (Resto, 2002). Refluks gastroesophageal
merupakan aliran balik isi lambung atau duodenum ke dalam esophagus. Hal ini
adalah normal, baik pada orang dewasa dan anak-anak, refluks berlebihan dapat
terjadi karena stingfer esophagus tidak kompeten, pilorik, atau gangguan motilitas.
Kekambuhan refluks tampak meningkat sesuai penambahan usia (Rayhorn, 2007)
Penyakit refluks gastroesofageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD)
didefinisikan sebagai suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks kandungan
lambung ke dalam esofagus yang menimbulkan berbagai gejala yang
mengganggu (troublesome) di esofagus maupun ekstra esofagus dan atau komplikasi
(Susanto, 2009).
B. Beberapa penyebab terjadinya GERD :
1. Menurunnya tonus LES (Lower Esophageal Sphincter)
2. Bersihan asam dari lumen esofagus menurun
3. Ketahanan epitel esofagus menurun
4. Bahan refluksat mengenai dinding esofagus yaitu Ph <2, adanya pepsin, garam
empedu, HCL.
5. Kelainan pada lambung
6. Infeksi H. Pylori dengan corpus predominan gastritis
7. Non acid refluks (refluks gas) menyebabkan hipersensitivitas
8. Alergi makanan atau tidak bisa menerima makanan juga membuat refluks
9. Mengkonsumsi makanan berasam, coklat, minuman berkafein dan berkarbonat,
alkohol, merokok, dan obat-obatan yang bertentangan dengan fungsi
esophageal sphincter bagian bawah termasuk yang memiliki efek antikolinergik
(seperti beberapa antihistamin), penghambat saluran kalsium, progesteron, dan
nitrat.
10. Kelainan anatomi, seperti penyempitan kerongkongan (Yusuf, 2009).
C. Patofisiologi
Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD (gastroesophageal reflux
disease) disebabkan aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
sering kali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang terjadi ketika cairan
asam yang normalnya hanya ada di lambung, masuk dan mengiritasi atau
menimbulkan rasa seperti terbakar di esophagus. Refluks gastroesofagus biasanya
terjadi setelah makan dan disebabkan melemahnya tonus sfingter esophagus atau
tekanan di dalam lambung yang lebih tinggi dari esophagus. Dengan kedua
mekanisme ini, isi lambung yang bersifat asam bergerak masuk ke dalam esophagus.
Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esofagus karena
adanya kontraksi sfingter esofagus (sfingter esofagus bukanlah sfingter sejati, tetapi
suatu area yang tonus ototnya meningkat). Sfingter ini normalnya hanya terbuka jika
gelombang peristaltik menyalurkan bolus makanan ke bawah esofagus. Apabila hal
ini terjadi, otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung.
Sfingter esofagus seharusnya tetap dalam keadaan tertutup kecuali pada saat ini,
karena banyak organ yang berada dalam rongga abdomen, menyebabkan tekanan
abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Dengan demikian, ada kecenderungan
isi lambung terdorong ke dalam esofagus. Akan tetapi, jika sfingter melemah atau
inkompeten, sfingter tidak dapat mnutup lambung. Refluks akan terjadi dari daerah
bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esofagus). Episode refluks
yang berulang dapat memperburuk kondisi karena menyebabkan inflamasi dan
jaringan parut di area bawah esofagus. Pada beberapa keadaan, meskipun tonus
sfingter dala keadaan normal, refluks dapat terjadi jika terdapat gradien tekanan yang
sangat tinggi di sfingter. Sebagai contoh, jika isi lambung berlebihan tekanan
abdomen dapat meningkat secara bermakana. Kondisi ini dapat disebabkan porsi
makan yang besar, kehamilan atau obesitas. Tekanan abdomen yang tinggi cenderung
mendorong sfingter esofagus ke rongga toraks. Hal ini memperbesar gradien tekanan
antara esofagus dan rongga abdomen. Posisi berbaring, terutama setelah makan juga
dapat mengakibatkan refluks. Refluks isi lambung mengiritasi esofagus karena
tingginya kandungan asam dalam isi lambung. Walaupun esofagus memiliki sel
penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis GERD dapat berupa gejala yang tipikal (esofagus) dan gejala
atipikal (ekstraesofagus).Gejala GERD 70% merupakan tipikal, yaitu :
1. Heart Burn, yaitu sensasi terbakar di daerah retrosternal. Gejala heartburn
adalah gejala tersering.
2. Regurgitasi, yaitu kondisi dimana material lambung terasa di faring.
Kemudian mulut terasa asam dan pahit.
3. Disfagia. Biasanya terjadi oleh karena komplikasi berupa striktur (Yusuf,
2009)

Gejala Atipikal :
1. Batuk kronik dan kadang wheezing
2. Suara serak
3. Pneumonia
4. Fibrosis paru
5. Bronkiektasis
6. Nyeri dada nonkardiak (Yusuf, 2009)

Gejala lain :
1. Penurunan berat badan
2. Anemia
3. Hematemesis atau melena
4. Odinofagia (Bestari, 2011).
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi memungkinkan untuk melihat dan sekaligus
melakukan biopsy epitel esophagus. Endoskopi dan biopsy dapat menetukan
ada dan beratnya esofagitis, striktura dan esofagitis Barret, serta dapat
menyingkirkan kelainan lain seperti penyakit Crohn. Akan tetapi, gambaran
normal esophagus selama endoskopi belum tentu tidak ada esofagitis secara
histopatologi. Jika esofagitis tidak terlihat, maka perubahan mukosa menjadi
hiperemis maupun pucat harus menjadi perhatian. Pemeriksaan endoskopi
biasanya dilanjutkan dengan pengambilan sampel mukosa untuk pemeriksaan
biopsy (Sawyer, 2008)
2. Radiologi
Pemeriksaan radiologi utama adalah radiologis dengan barium per oral.
Prinsip pemeriksaan adalah melihat refluks bubur barium yang menunjukkan
ada tidaknya kelainan structural dan anatomis dari esophagus, ada tidaknya
inflamasi dan esofagitis dengan erosi yang berat. Ketika pemeriksaan ini
dilakukan, pasien diberi minum bubur barium, lalu foto rontgen. Akan terlihat
adanya suatu ulkus, hiatal hernia, erosi, maupun kelainan lain (Buckles, 2008)
3. Pengukuran pH dan tekanan esophagus
Pemantauan pH esophagus dilakukan selama 24 jam. Uji ini merupakan
cara yang paling akurat untuk menentukan waktu dan kejadian asidifikasi
esophagus, serta frekuensi dan lamanya refluks. Prinsip pemeriksaan adalah
untuk mendeteksi perubahan pH di bagian distal esophagus akibat refluks dari
lambung. pengujiannya dengan memakai suatu elektroda mikro melalui
hidung dimasukkan ke bagian bawah esophagus. Elektroda tersebut
dihubungkan dengan monitor komputer yang mampu mencatat segala
perubahan pH dan kemudian secara otomatis tercatat. Biasanya yang dicatat
adalah episode refluks yang terjadi jika terdeteksi pH<4 di esophagus untuk
jangka waktu 15-30 detik. Kelemahan uji ini adalah membutuhkan waktu
yang lama dan dipengaruhi berbagai keadaan seperti: posisi pasien, frekuensi
makanan, keasaman dan jenis makanan, keasaman lambung, pengobatan yang
diberikan, serta tentunya posisi elektroda di esophagus (Rilet, 2009).
4. Pemeriksaan Manometri
Manometri merupakan suatu teknik untuk mengukur tekanan otot.
Caranya adalah dengan memasukkan sejenis kateter yang berisi sejenis
tranduser tekanan untuk mengukur tekanan. Kateter ini dimasukkan melalui
hidung setelah pasien menelan air sebanyak 5 ml. Ukuran kateter ini kurang
lebih sama dengan ukuran pipa nasogastrik. Kateter ini dimasukkan sampai
tranduser tekanan berada di lambung. Pengukuran dilakukan pada saat pasien
meneguk air sebanyak 10-15 kali. Tekanan otot stingfer pada waktu istirahat
juga bisa diukur dengan cara menarik kateter melalui stingfer sewaktu pasien
disuruh melakukan gerakan menelan. Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui
baik tidaknya fungsi esophagus ataupun LES dengan berbagai tingkat berat
dan ringannya kelainan (Rayhorn, 2007)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atau terapi GERD ditujukan untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala-gejala pasien, mengurangi frekuensi atau kekambuhan dan
durasi refluks esofageal, mempercepat penyembuhan mukosa yang terluka, dan
mencegah berkembangnya komplikasi. Terapi diarahkan pada peningkatan
mekanisme pertahanan yang mencegah refluks dan atau mengurangi faktor-faktor
yang memperburuk agresifitas refluks atau kerusakan mukosa.
1. Modifikasi Gaya Hidup
a. Tidak merokok
b. Tempat tidur bagian kepala ditinggikan
c. Tidak minum alcohol
d. Diet rendah lemak
e. Hindari mengangkat barang berat
f. Penurunan berat badan pada pasien gemuk
g. Jangan makan terlalu kenyang
h. Hindari pakaian yang ketat, terutama di daerah pinggang
2. Terapi Endoskopik
Terapi ini masih terus dikembangkan. Contohnya adalah radiofrekuensi,
endoscopic suturing, dan endoscopic emplatation. Radiofrekuensi adalah
dengan memanaskan gastroesophageal junction. Tujuan dari jenis terapi ini
adalah untuk mengurangi penggunaan obat, meningkatkan kualitas hidup, dan
mengurangi reflux.
3. Terapi Medika Mentosa.
Sampai pada saat ini dasar yang digunakan untuk terapi ini adalah supresi
pengeluaran asam lambung. Ada dua pendekatan yang biasa dilakukan pada
terapi medika mentosa:
a. Step up
Awal pengobatan pasien diberikan obat-obat yang kurang kuat
menekan sekresi asam seperti antacid, antagonis reseptor H2 (
simetidin, ranitidine, famotidin, nizatidin) atau golongan prokinetik
(metoklorpamid,domperidon,cisaprid) bila gagal berikan obat-obat
supresi asam yang lebih kuat dengan masa terapi lebih lama (PPI).
b. Step down
Pada terapi ini pasien langsung diberikan PPI (Proton pump
inhibitor ) dan setelah berhasil lanjutkan dengan supresi asam yang
lebih lemah untuk pemeliharaan.
4. Terapi terhadap Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi adalah perdarahan dan striktur. Bila
terjadi rangsangan asam lambung yang kronik dapat terjadi perubahan mukosa
esophagus dari squamous menjadi kolumnar yang metaplastik sebagai
esophagus barret’s (premaligna) dan dapat menjadi karsinoma barret’s
esophagus.
a. Striktur esophagus
Bila pasien mengeluh disfagia dan diameter strikturnya kurang
dari 13 mm maka dapat dilakukan dilatasi busi, bila gagal juga
lakukanlah operasi.
b. Barret’s esophagus
Bila pasien telah mengalami hal ini maka terapi yang
dilakukan adalah terapi bedah (fundoskopi). Selain terapi bedah dapat
juga dilakukan terapi endoskopi (baik menggunakan energy
radiofrekuensi, plikasi gastric luminal atau dengan implantasi
endoskopi) walapun cara ini masih dalam penelitian (Djajapranata,
2001)
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian fokus pada pasien refluks gastroesofagus, meliputi pengkajian
anamnesa (keluhan utama, riwayat yang berhubungan dengan keluhan utama,
dan pengkajian psikososiospiritual ), pemeriksaan fisik dan pengkajian
diagnostik. Pada keluhan utama sering didapatkan keluhan pirosis (nyeri
dengan sensai terbakar pada esofagus ), dispepsia (indigesti), regurgitasi,
disfagia/osinofagia (kesulitan menelan/nyeri saat menelan ). Keluhan ini
penting untuk disedkrepsikan, apakah keluhan ini merupakan keluhan
gastrointestinal atau tidak karena keluhan ini dapat menyerupai serangan
jantung.
Pengkajian riwayat dapat mendukung penggalian masalah pada pasien.
Pengkajian nyeri yang khas pada refluks gastroesofagus dapat secara lengkap
dengan pendekatan PQRST. Keluhan regurgitasi adanya keluhan material
esofagus masuk kedalam jalan napas. Pada pengkajian disfagia, tentukan berapa
lama keluhan muncul dan apakah disertai penurunan berat badan. Pengakajian
psikologis sering didapatkan kecemasan akan kondisi yang dialami. Perawat
juga mengkaji faktor yang dapat menurunkan / menambah keluhan. Kaji
mengenai pengetahuan pasien bagaiamana cara pasien untuk menurunkan
keluhan, apakah dengan mengobati sendiri, atau meminta pertolongan
kesehatan.
Pada pemeriksaan fisik walaupun tidak spesifik, bisa didapatkan adanya
batuk dan bunyi napas tambahan wheezing akibat aspirasi ke jalan napas. Pada
beberapa pasien didapatkan adanya perubahan suara bicara akibat iritasi pita
suara oleh cairan refluks terutama pada pagi hari.
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengeluh mual Obat-obatan, Ketidakseimbangan
muntah sudah beberapa hari hormonal, infeksi nutrisi kurang
kebelakan bakteri,
DO : - adanya penurunan ↓
berat badan selama di rawat Kekuatan LES
menurun

Refluks spontan
LES tidak adekuat

Aliran asam
lambung
keesofagus

Kontak asam
lambung dengan
mukosa

GERD

Nafas bau asam

Merangsang pusat
mual

Penurunan nafsu
makan

Intake nutrisi tidak
adekuat

BB menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2 DS : Klien mengeluh nyeri Obat-obatan, Nyeri akut
pada bagian tenggorokan hormonal, infeksi
DO : Klien terlihat kesakitan bakteri,
dan meringis ↓
Kekuatan LES
menurun

Refluks spontan
LES tidak adekuat

Aliran asam
lambung
keesofagus

Kontak asam
lambung dengan
mukosa

GERD

Asam lambung
mengiritasi mukosa
esofagus

Kerusakan sel
mukosa esofagus

Adanya
peradangan

Heart Burn Non
Cardiac

Nyeri akut
3 DS : klien mengatakan cemas Obat-obatan, Ansietas
atas perubahan kesehatannya hormonal, infeksi
DO : klien dan keuarga terihat bakteri,
cemas dan banyak ↓
menanyakan kondisnya Kekuatan LES
menurun

Refluks spontan
LES tidak adekuat

Aliran asam
lambung
keesofagus

Kontak asam
lambung dengan
mukosa

GERD

Perubahan status
kesehatan

Ansietas
4 DS : - Obat-obatan, Resiko Pendarahan
DO : - Adanya darah dari hormonal, infeksi
pengeluaran mulut bakteri,

Kekuatan LES
menurun

Refluks spontan
LES tidak adekuat

Aliran asam
lambung
keesofagus

Kontak asam
lambung dengan
mukosa

GERD

Asam lambung
mengiritasi sel
mukosa esofagus

Refluks berulang

Trauma mukosa
esofagus

Terjadinya ruptur
pembuluh darah
esofagus

Resiko pendarahan
5 DS : - Obat-obatan, Resiko infeksi
DO : Suhu klien 38 hormonal, infeksi
bakteri,

Kekuatan LES
menurun

Refluks spontan
LES tidak adekuat

Aliran asam
lambung
keesofagus

Kontak asam
lambung dengan
mukosa

GERD

Asam lambung
mengiritasi sel
mukosa esofagus

Refluks berulang

Trauma mukosa
esofagus

Gangguan
peristaltik pada
esofagus

Resiko infeksi

3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang asupan
makan.
b. Nyeri akut b.d cedera biologis.
c. Ansietas b.d Perubahan status Kesehatan
d. Resiko Pendarahan berhubungan dengan Ruptur pembuluh darah esofagus

e. Resiko infeksi berhubungan dengan iritasi sel mukosa esofagus

4. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil { NIC }
{ NOC }
1 Resiko Tupan : tidak 1. Monitor 1. Penurunan
Pendarahan terjadi tanda trombosit
berhubungan pendarahan penurunan merupakan tanda
dengan Ruptur Tupen : setelah trombosit kebocoran
pembuluh darah dilakukan yang pembuluhdarah
esofagus tindakan disertai 2. Aktivitas pasien
keperawatantidak gejala yang tidak
ada klinis terkontrol dapat
pendarahandenga 2. Anjurkan menyebabkan
n kriteria hasil : pasien resiko perdarahan
1. Mempertahank untuk 3. Membantu pasien
an homeostasis banyak mendapatkan
dengan tanpa istirahat penanganan sedini
perdarahan. bedrest. mungkin
2. Menunjukan 3. Beri 4. Peningkatan nadi
perilaku penjelasan dengan penurunan
penurunan untuk tekanan darah dapat
resiko segera menunjukan
perdarahan melapor kehilangan volume
bila ada darah sirkulasi
tanda 5. Pada gangguan
perdaraha faktor pembekuan,
n lebih trauma minimal
lanjut. dapat menyebabkan
4. Awasi perdarahan mukosa
tanda vital 6. Menurunkan resiko
5. Anjurkan perdarahan
meminima hematoma
lisasi 7. DIC subakut dapat
penggunaa terjadi sekunder
n sikat terhadap gangguan
gigi, faktor pembekuan
dorong 8. Indikator adanya
penggunaa perdarahan aktif,
n hemokonsentrasi,
antiseptik atau terjadinya
untuk 9. Meningkatkan
mulut. sintesis protrombin
6. Gunakan dan koagulasi.
jarum kekurangan vit C
kecil meningkatkan
untuk kerentanan
injeksi terjadinya
atau iritasi/perdarahan.
pengambil
an sampel
darah.
7. Observasi
adanya
ptekie,
epistaksis,
perdaraha
n gusi,
melena.
8. Kolaboras
i awasi
Hb, Ht,
trombosit
dan faktor
pembekua
n
9. Berikan
obat
sesuai
indikasi :
vit K, D,
dan C
2 Resiko infeksi Tupan : tidak 1. Lakukan 1. Tindakan
berhubungan terjadi infeksi teknik aseptik
dengan iritasi sel Tupen : setelah aseptik merupakan
mukosa esofagus dilakukan saat tindakan
tindakan melakuka preventif
keperawatan tidak n terhadapkemun
terjadi infeksi tindakan gkinan ter!adi
dengan kriteria pemasang infeksi.
hasil: an infus. 2. Menetapkan
1. Pasien 2. Observasi data dasar
bebas tanda ta pasien, ter!adi
tanda nda vital. peradangan
infeksi 3. Observasi dapatdiketahui
inflamasi, daerah dari
eritema, pemasang penyimpangan
dan an infus. nilai tanda vital
demam 4. Segera 3. Mengetahui
cabut tanda infeksi
infus bila pada
tampak pemasangan
adanya infus
pembeng 4. Untuk
kakan menghindari
atau kondisi yang
plebitis lebih buruk
5. Kolabora atau penyulit
si lebih lanjut
pemasaga 5. Untuk
n infus memenuhi
kembali kebutuhan
sesuai cairan pasien.
instruksi
dokter
3. Nyeri akut Tupan : nyeri Pain Mengetahui nyeri
berhubungan hilang management yang dialami pasien
dengan proses Tupeng : Setelah · sehingga perawat dapat
patologis dilakukan Lakukan menentukan cara
penyakit. tindakan pengkajian mengatasinya.
keperawatan nyeri secara · Dengan
selama ... x 24 kompherensif. mengetahui faktor-
jam, pasien akan : · Kaji faktor tersebut maka
· Dapat faktor-faktor perawat dapat
mengontrol nyeri yang melakukan intervensi
· Mengetahui mempengaruh yang sesuai dengan
tingkat nyeri i reaksi pasien masalah klien.
· Ekspresi terhadap · Posisi yang
wajah rileks. nyeri. nyaman dan situasi
· Berikan yang tenang dapat
posisi yang membuat perasaan
nyaman dan yang nyaman pada
ciptakan pasien.
suasana · Dengan suasana
ruangan yang gembira pasien dapat
tenang. sedikit mengalihkan
· Berikan perhatiannya terhadap
suasana nyeri.
gembira bagi
pasien · Obat analgesik
dapat menekankan rasa
nyeri.

Analgetic
administratio
n
· Berikan
analgesik
sesuai tipe
dan beratnya
nyeri .
4. Ketidakseimbang Tupan : nutrisi Nutrition Memudahkan untuk
an nutrisi kurang seimbang managemen intervensi selanjutnya
dari kebutuhan Tupen : · Kaji · Merangsang
tubuh Setelah dilakukan keadaan nafsu makan klien
berhubungan tindakan umum klien sehingga klien mau
dengan anoreksia keperawatan · Beri makan.
, mual dan selama ... x 24 makanan · Makanan dalam
muntah. jam, pasien akan : sesuai porsi kecil tapi sering
· Menunjukkan kebutuhan memudahkan organ
kebutuhan nutrisi tubuh klien. pencernaan dalam
terpenuhi. · metabolisme.
· Anjurkan · Makanan
Memperlihatkan orang tua dengan komposisi
adanya selera klien untuk TKTP berfungsi
makan memberi membantu
makanan mempercepat proses
sedikit tapi penyembuhan.
sering.
· · Berat badan
Anjurkan merupakan salah satu
orang tua indicator pemenuhan
klien nutrisi berhasil.
memberi · Untuk
makanan mengetahui status
TKTP dalam nutrisi pasien.
bentuk lunak

Nutrition
Monitoring
·
Timbang
berat badan
klien tiap
hari.
·
Monitor mual
dan muntah
pasien
5. Ansietas Tupan : tidak Anxiety · Mengetahui
berhubungan ansietas Reduction kecemasan orang tua
dengan Tupen : · Kaji klien dan memudahkan
perubahan status Setelah dilakukan tingkat menentukan intervensi
kesehatan tindakan kecemasan selanjutnya.
keperawatan · · Untuk
selama ... x 24 Jelaskan menambah
jam, pasien akan : prosedur pengetahuan dan
· Mampu pengobatan informasi kepada klien
mengidentifikasi perawatan. yang dapat mengurangi
dan · Beri kecemasan orang tua.
mengungkapkan kesempatan · Untuk
gejala cemas pada orang memperoleh informasi
· TTV normal tua untuk yang lebih banyak dan
· Menunjukkan bertanya meningkatkan
teknik untuk tentang pengetahuan dan
mengontrol kondisi mengurangi stress.
cemas pasien. · Memberikan
· Beri penjelasan tentang
penjelasan proses penyakit,
tiap prosedur/ menjelaskan tentang
tindakan yang kemungkinan
akan pemberian perawatan
dilakukan intensif jika memang
terhadap diperlukan oleh pasien
pasien dan untuk mendapatkan
manfaatnya perawatan yang lebih
bagi pasien optimal
· Beri · Memberi
dorongan ketenangan kepada
spiritual. klien dengan berserah
diri
kepada Tuhan Yang
Maha Esa.

DAFTAR PUSTAKA
Rayhorn, Yvan V. 2007. Pediatric gastroesophageal reflux clinical practice
guidelines. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition Vol. 49, No. 4
Susanto. Esofagus. 2009. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Editor : AH
Markum ; Ismail S, Alatas H, et al. Jakarta : FKUI.
Sawyer, Ruigómez A, Wallander M, Lundborg P, Johansson S, Rodriguez L. 2008.
Gastroesophageal reflux disease in children and adolescents in primary care.
Scandinavian Journal Of Gastroenterology. Available from: MEDLINE with
Full Text. 4.
Buckles, Vakil N, van Zanten SV, Kahrilas P, Dent J, Jones R. 2008. Global
Consensus Group. The Montreal definition and classification of
gastroesophageal reflux disease: a global evidence based consensus. A m J
Gastroenterol.
Yusuf A W, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Rilet, Goh K L, Wong CH. 2009. Gastroesophageal reflux disease: An Emefging
Disease in Asia, J Gastroenterol Hepatol.

Anda mungkin juga menyukai

  • Analisi Jurnal
    Analisi Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Analisi Jurnal
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Targetan 2
    Targetan 2
    Dokumen2 halaman
    Targetan 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP GERD Fixfix
    LP GERD Fixfix
    Dokumen21 halaman
    LP GERD Fixfix
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Targetan 1
    Targetan 1
    Dokumen6 halaman
    Targetan 1
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP GERD Fixfix
    LP GERD Fixfix
    Dokumen2 halaman
    LP GERD Fixfix
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Targetan 2
    Targetan 2
    Dokumen1 halaman
    Targetan 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Tia
    Laporan Pendahuluan Tia
    Dokumen19 halaman
    Laporan Pendahuluan Tia
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Dokumen9 halaman
    Bab I Pendahuluan
    aliqulsafik
    Belum ada peringkat
  • Portofolio (1) SERLY
    Portofolio (1) SERLY
    Dokumen10 halaman
    Portofolio (1) SERLY
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Cover Sap
    Cover Sap
    Dokumen1 halaman
    Cover Sap
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • TAK Waham
    TAK Waham
    Dokumen21 halaman
    TAK Waham
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP SC Indikasi Sungsang 2
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Dokumen32 halaman
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Rematik
    Satuan Acara Penyuluhan Rematik
    Dokumen6 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Rematik
    Karina
    100% (1)
  • Sap Cuci Tangan
    Sap Cuci Tangan
    Dokumen8 halaman
    Sap Cuci Tangan
    Ahmad Maulidi Sofyan
    40% (5)
  • Leaflet cUCI tANGAN
    Leaflet cUCI tANGAN
    Dokumen3 halaman
    Leaflet cUCI tANGAN
    Bimz Are PRima
    100% (3)
  • Cover Sap
    Cover Sap
    Dokumen1 halaman
    Cover Sap
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP SC Indikasi Sungsang 2
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Dokumen32 halaman
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP SC Indikasi Sungsang 2
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Dokumen32 halaman
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Serly
    Cover LP Serly
    Dokumen1 halaman
    Cover LP Serly
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP SC Indikasi Sungsang 2
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Dokumen1 halaman
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • COVER LP Ka Paulin
    COVER LP Ka Paulin
    Dokumen1 halaman
    COVER LP Ka Paulin
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Cover KTI Revisi
    Cover KTI Revisi
    Dokumen1 halaman
    Cover KTI Revisi
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan BBLR
    Laporan Pendahuluan BBLR
    Dokumen4 halaman
    Laporan Pendahuluan BBLR
    Lusi Aprianti
    Belum ada peringkat
  • Format Resume Intranatal
    Format Resume Intranatal
    Dokumen11 halaman
    Format Resume Intranatal
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Format Resume Post Partum
    Format Resume Post Partum
    Dokumen5 halaman
    Format Resume Post Partum
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • LP SC Indikasi Sungsang 2
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Dokumen32 halaman
    LP SC Indikasi Sungsang 2
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Cover LP Serly
    Cover LP Serly
    Dokumen1 halaman
    Cover LP Serly
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat
  • Format Resume Post Partum
    Format Resume Post Partum
    Dokumen6 halaman
    Format Resume Post Partum
    Serly Dwi Irmayanti Supriatno
    Belum ada peringkat