1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan yaitu proyeksi penduduk tahun 2015 perkiraan
jumlah penduduk Indonesia adalah 25461.70 ribu jiwa, pada tahun 2010 adalah
238518.80 ribu jiwa. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Indonesia
meningkat pada setiap tahunnya. Hal ini tidak diikuti dengan persebaran
penduduk yang tidak merata dan wilayah yang luasnya tidak bertambah. Salah
satu pulau yang padat penduduknya adalah di daerah Pulau Jawa. Terlebih lagi di
daerah ibu kota Jakarta, penduduknya sangat padat bahkan sampai tinggal di tepi
sungai dan di bawah jembatan. Padatnya penduduk tersebut mengakibatkan
pengelolaan tentang tata wilayah kota buruk. Sebagai dampaknya antara lain
adalah menyebabkan sanitasi yang buruk diwilayah tersebut karena banyak
pemukiman kumuh (Henyfaridah, 2013). Selain itu di daerah yang terpencil,
masyarakatnya juga kurang mampu merawat diri seperti menjaga kesehatannya
sehingga mereka juga mudah untuk terkena penyakit cacingan. Apalagi di daerah
terpencil ini tidak ada pakar kesehatan dan cenderung mempercayai penyembuhan
kesehatan kepada dukun.
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
padapengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih,
pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah (tempat sampah)
dan pembuangan air limbah (SPAL). Sanitasi yang buruk menyebabkan kesehatan
pada masyarakat menurun sehingga masyarakat akan mudah terserang penyakit.
Bakteri dan virus sangat mudah menyebar di daerah yang sanitasinya buruk.Salah
satu penyakitnya adalah penyakit cacingan. Infeksi kecacingan yang disebabkan
oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat
2
Indonesia. Infeksi kecacingan tergolong penyakit neglected disease yaitu infeksi
yang kurang diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan
gejala klinis yang jelas dan dampak yang ditimbulkannya baru terlihat dalam
jangka panjang seperti kekurangan gizi, gangguan tumbuh kembang dan
gangguan kognitif pada anak. Penyebabnya adalah Ascaris lumbricoides,
Ancylostoma duodenale, Necatoramericanus, Trichuris trichiura dan
Strongyloidesstercoralis. Selain itu infeksi kecacingan dapat meningkatkan
kerentanan terhadap penyakit pentinglainnya seperti malaria, TBC, diare dan
anemia (Henyfaridah, 2013).
Kebanyakan masyarakat mengkonsumsi obat kimia untuk menyembuhkan
penyakit tersebut. Padahal obat-obatan kimia jika dikonsumsi secara berlebihan
dalam jangka waktu yang panjang akan berdampak buruk bagi tubuh. Sehingga
solusi lainnya adalah dengan memanfaatkan obat-obatan herbal yang berasal dari
tumbuhan. Obat herbal yang dapat menyembuhkan penyakit cacingan adalah kulit
dari buah delima. Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui manfaat dari
daging buah delima, sedangkan kulit buahnya tidak dimanfaatkan dan dapat
menjadi limbah.
Islam, sebagai agama sekaligus pedoman kehidupan, memberikan
pengetahuan tentang buah delima, sebagai mana termaktub dalam Q.S al-An’am
ayat 99 dan ayat 141 :
“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan
air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-
tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak, dan dari mayang korma mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (kami keluarkan pula) zaitun
3
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu
pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
beriman.”
“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya,
zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya).
Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan
tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berlebih-lebihan.”
Buah delima merupakan buah yang diturunkan dari air hujan yang
kemudian tumbuh menjadi tumbuh-tumbuhan dan tanaman yang menghijau.
Allah menciptakan segala sesuatu pasti memiliki tujuan, salah satunya adalah
Allah menumbuhkan buah delima tentunya untuk dimanfaatkan oleh manusia
untuk hal-hal yang baik. Program Kreativitas Mahasiswa ini akan menganalisis
kandungan dari ekstrak kulit buah delima sebagai obat penyakit cacingan sebagai
kajian dari Surat Al-An’am ayat 99 dan ayat 141.
Selain itu, ada hadits Nabi Muhammad Rasulullah SAW yang berbunyi :
Makanlah buah delima dengan kulitnya karena sesungguhnya buah delima baik
untuk penghadaman perut (HR. Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Sunni)
4
B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kandungan ekstrak kulit buah delima sebagai obat penyakit
cacingan.
2. Mengetahui solusi yang efektif untuk mengobati penyakit cacingan melalui
ekstrak kulit buah delima.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang ingin diperoleh dari penulisan Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi penulis
a. Sebagai generasi penerus bangsa dan agama agar dapat melatih
kemampuan dalam menganalisis permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat dengan menjadikan Al-Quran dan memanfaatkan limbah
menjadi hal-hal yang bermanfaat.
b. Sebagai sarana menanamkan kecintaan terhadap Al-Qur’an dan
lingkungan.
2. Bagi peneliti lain
a. Sebagai langkah awal untuk melakukan penelitian selanjutnya.
b. Sebagai sarana bertukar pikiran dan pendapat dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang berkarakter baik.
3. Bagi masyarakat
a. Menjadi salah satu alternatif untuk menyembuhkan penyakit cacingan
b. Menjadi salah satu wacana yang memperkaya ilmu, pengetahuan dan
wawasan masyarakat.
c. Menjadi salah satu peluang usaha untuk mengembangkan produksi ekstrak
kulit buah delima untuk memajukan sektor perekonomian
5
GAGASAN
A. Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Penyakit cacingan merupakan salah satu penyakit tropis endemik yang
sering diabaikan masyarakat Indonesia (Koran Tempo, 2012). Sanitasi yang
buruk dan kurangnya kesadaran pola hidup bersih adalah dua faktor penyebab
utama tingginya prevalensi cacingan. Upaya pemberantasan dan pencegahan
penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975. Menurut
Kementrian Kesehatan 2006,3 pada Pelita V tahun (1989–1994) dan Pelita VI
tahun (1994–1999) Program Pemberantasan Penyakit Cacing lebih ditingkatkan
prioritasnya pada anak-anak karena pada periode ini lebih memperhatikan
peningkatan perkembangan dan kualitas hidup anak. Ternyata upaya ini telah
berhasil meningkatkan cakupan menurunkan prevalensi kecacingan dari 78,6%
(tahun 1987) menjadi 8,9% (tahun 2003) (Winita, 2012).
Namun pada dekade terakhir ada kecenderungan terjadipeningkatan
prevalensi kecacingan. Beberapa penelitian kecacingan yang dilakukan di Jakarta
antara lain. Sasangko A, 2000, menunjukkan infeksi askariasis 62,2% dan 48%
untuk trikuriasis serta 0,72% untuk cacing tambang. Manggara tahun 2005,
mempresentasikan 24,3% murid SD di daerah kumuh Jakarta terinfeksi cacingan
dengan 87,6% terinfeksi askariasis. Faktor faktor yang menyebabkan masih
tingginya infeksi cacing adalah rendahnya tingkat sanitasi pribadi (perilaku hidup
bersih sehat) seperti kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air
besar (BAB), kebersihan kuku, perilaku jajan di sembarang tempat yang
kebersihannya tidak dapat dikontrol, perilaku BAB tidak di WC yang
menyebabkan pencemaran tanah dan lingkungan oleh feses yang mengandung
telur cacing serta ketersediaan sumber air bersih (Winita, 2012).
6
Solusi yang ditawarkan sebelumnya berfokus pada pengobatan penyakit
cacingan dengan menggunakan obat. Pengobatan cacingan biasanya
menggunakan obat kimia seperti pyrantel pamoat, mebendazole. Obat kimia
sendiri mengandung bahan kimia yang berbahaya apalagi jika dikonsumsi dalam
jangka waktu lama.Terkadang sulit mendeteksi orang yang cacingan, maka anda
harus rutin untuk minum obat cacing setiap enam bulan sekali.
7
dengan memanfaatkan bahan dari alam yaitu ekstrak kulit buah delima. Hal ini
untuk meminimalisir ketergantungan kita terhadap penggunaan obat-obatan dari
bahan kimia dan juga memanfaatkan kulit buah delima yang jika tidak
dimanfaatkan akan menjadi limbah.
Delima atau Punica granatumL. merupakan tanaman famili Punicaceae,
diyakini berasal berasal dari Timur Tengah, tersebar di daerah subtropik sampai
tropik, dari dataran rendah sampai ketinggian di bawah 1.000 m dpl. Delima
sering ditanam di kebun-kebun sebagai tanaman hias, tanaman obat, atau karena
buahnya yang dapat dimakan. Buahnya buah buni, bentuknya bulat dengan
diameter 5--12 cm, warna kulitnya beragam, seperti hijau keunguan, putih, cokelat
kemerahan, atau ungu kehitaman. Kulit buah delima mengandung alkaloid
pelletierene, granatin, betulic acid, ursolic acid, isoquercitrin, elligatanin, resin,
triterpenoid, kalsium oksalat, dan pati. Kulit akar dan kulit kayu mengandung
sekitar 20% elligatanin dan 0,5--1% senyawa alkaloid, antara lain alkaloid
pelletierine (C8H14N0), pseudopelletierine (C9H15N0), metilpelletierine
(C8H14NO.CH3), isopelletierine (C8H15N0), dan metilisopellettierine
(C9H1,N0). Alkaloid pelletierine sangat toksik dan menyebabkan kelumpuhan
cacing pita, cacing gelang, dan cacing kremi sehingga dapat digunakan untuk
mengobati penyakit cacingan. Kandungan inilah yang digunakan untuk mengobati
penyakit cacing seperti gagasan yang diajukan (Tim Penyusun, 2014).
Cara untuk membuat ekstrak kulit buah delima adalah sebagai berikut (Tim
Penyususn, 2014) :
8
D. Pihak-pihak yang dipertimbangkan dapat membantu
mengimplementasikan gagasan dan uraian peran atau kontribusi masing-
masingnya
1. Dinas Kesehatan
Dinas kesehatan berperan untuk mensosialisasikan ekstrak kulit buah delima
untuk pengobatan cacingan kepada masyarakat melalui berbagai jaringan yang
dimiliki, misalnya Puskesmas dan Posyandu.
2. Pemerintah
Pemerintah berperan untuk menghimbau masyarakat untuk membuat ekstrak kulit
buah delima secara mandiri di rumah, selain untuk menghemat biaya dan bisa
mengurangi limbah kulit buah delima.
3. Orangtua
Orang tua merupakan panutan bagi anak-anak, orang tua perlu diberi sosialisasi
tersebut agar dapat menjaga pola hidup keluarga dengan baik sehingga anak-anak
mampu menerapkan langkah preventif agar terhindar dari penyakit cacingan.
4. Mahasiswa
Mahasiswa dapat berperan untuk menemukan ide-ide baru terkait dengan
pemanfaatan kulit buah delima sebagai obat penyakit cacingan.
9
dapat mengetahui informasi tersebut. Dapat juga disiarkan melalui media massa
dan media cetak yang sekiranya masyarakat mengetahui informasi tersebut.
KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan
Ekstrak kulit buah delima merupakan produk obat yang tergolong herbal
yang berbahan dasar dari limbah kulit buah delima. Selain untuk mengurangi
limbah, kulitnya bisa digunakan obat penyakit cacingan yang telah dibuat ekstrak.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota
1. Biodata Ketua Pelaksana
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Intan Yunanda
2 Jenis Kelamin P
4 NIM 140341600448
6 E-mail intanyunanda@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Jurusan IPA
12
1
3.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan “Pemanfaatan (ekude) ekstrak kulit buah delima
sebagai obat penyakit cacingan : kajian terhadap QS surat Al-An’am ayat 99”.
(Intan Yunanda)
13
2. Biodata Anggota Pelaksana I
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Lia Kusuma Wardani
2 Jenis Kelamin P
4 NIM 140341605082
6 E-mail likuwar@yahoo.com
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Jurusan IPA
14
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan “Pemanfaatan (ekude) ekstrak kulit buah delima
sebagai obat penyakit cacingan : kajian terhadap QS surat Al-An’am ayat 99”.
15
3. Biodata Anggota Pelaksana II
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Lydia Bayu Fitriana
2 Jenis Kelamin P
3 Program Studi S1 Pendidikan Biologi
4 NIM 140341604708
5 Tempat dan Tanggal Lahir Kijang, 8 Februari 1996
6 E-mail Flydiabayu@yahoo.com
7 Nomor Telepon/HP 085668197688
B. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
Nama Institusi SDN 003 SMPN 30 SMAN 8 Batam
Bengkong Batam
Jurusan IPA
Tahun Masuk-Lulus 2003-2009 2009-2012 2012-2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
16
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan “Pemanfaatan (ekude) ekstrak kulit buah delima
sebagai obat penyakit cacingan : kajian terhadap QS surat Al-An’am ayat 99”.
17
4. Biodata Anggota Pelaksana III
B. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Nikita Rizky
2 Jenis Kelamin P
4 NIM 140341604916
6 E-mail nikitarizky@yahoo.com
C. Riwayat Pendidikan
SD SMP SMA
1.
2.
3.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari
18
ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima
sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan “Pemanfaatan (ekude) ekstrak kulit buah delima
sebagai obat penyakit cacingan : kajian terhadap QS surat Al-An’am ayat 99”.
(Nikita Rizky)
19
Lampiran 2. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
20
21