Anda di halaman 1dari 64

“PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN KOSUMEN PADA ROLAG COFFEE”

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MANDIRI

METODE PENELITIAN SOSIAL

Disusun Oleh :

RIZKA ALFINA

1642010093

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGDI ADMINISTRASI BISNIS

2018
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat dan hidayahnya penelitian dengan judul “Pengaruh Store Atmosphere

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Rolag Coffee” ini dapat

terselesaikan dengan tepat waktu.

Penelitian ini dikaksudkan untuk memenuhi tugas mandiri Mata Kuliah

Metode Penelitian Sosial. Selama penelitian, penulis mendapat beberapa

bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu penulis tidak lupa

mengucapkan kepada :

1. Dra. Sonja Andarini, M.Si selaku dosen Mata Kuliah Metode Penelitian

Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran “ Jawa Timur

2. DR. Jojok D, M.Si selaku dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

3. Rangga Restu P. S.Ab, M.Ab dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

4. Responden yang terhormat yang bersedia meluangkan waktunya untuk

mengisi kuesioner peneliti.

5. Orang Tua peneliti yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk

peneliti dalam menyusun penelitian ini.

i
6. Para senior Program Ilmu Administrasi Bisnis yang memberikan masukan

dan saran dalam menyusun penelitian ini.

7. Teman-teman seangkatan yang mau bertukar pikiran dan pendapat saat

mengerjakan peneliti bersama-sama.

8. Dan pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu mengerjakan penyusun penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna, masih

banyak kekurangan salah satunya keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki.

Maka dari itu penulis mengharapkan masukan saran dari para pembaca demi

kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini berguna bagi penulis dan para

pembaca.

Surabaya, 29 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman

COVER ......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7

2.1 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 7

2.2 Landasan Teori ........................................................................................ 9

2.2.1 Pemasaran ...................................................................................... 9

2.2.2 Manajemen Pemasaran .................................................................. 10

2.2.3 Store Atmosphere........................................................................... 12

2.2.3.1 Elemen-Elemen Store Atmosphere ........................................ 13

2.2.4 Perilaku Konsumen ........................................................................ 22

2.2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen .............................................. 22

iii
2.2.5 Keputusan Pembelian Konsumen .............................................. 23

2.2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen......................... 23

2.2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempngaruhi Keputusan Pembelian ..... 24

2.2.5.3 Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian ............... 28

2.3 Kerangka Berepikir ................................................................................. 32

2.4 Hipotesis Penelitian ................................................................................ 32

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 34

3.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 34

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ...................................... 34

3.2.1 Operasional Variabel...................................................................... 35

3.2.2 Pengukuran Variabel ...................................................................... 38

3.3 Populasi, Pengumpulan Data dan Teknik Penarikan Sampel ................. 39

3.3.1 Populasi .......................................................................................... 39

3.3.2 Sampel............................................................................................ 39

3.3.3 Teknik Penarikan Sampel .............................................................. 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 41

3.4.1 Jenis Data ....................................................................................... 41

3.4.2 Sumber Data ................................................................................... 41

3.4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 42

3.5 Teknik Analisis ....................................................................................... 42

3.5.1 Uji Validitas ................................................................................... 42

3.5.2 Uji Reliabilitas ............................................................................... 43

3.5.3 Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 43

iv
3.5.4 Analisis Regresi Linier Berganda .................................................. 46

3.5.5 Uji Simultan (Uji F) ....................................................................... 47

3.5.6 Uji Parsial (Uji t) ............................................................................ 48

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................. 51

Lampiran ........................................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 57

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Elemen Store Atmosphere .......................................................... 13

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Pengambilan Keputusan....................................... 29

Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................... 32

Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji F ................................... 49

Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t ....................................

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini, persaingan dunia usaha atau bisnis semakin

meningkat, baik pasar domestik maupun pasar gobal. Dengan perkembangan

bisnis di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang semakin pesat dengan

ditandai semakin banyaknya bisnis berskala besar hingga bisnis berskala kecil.

Dengan banyaknya bisnis mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang

berlomba untuk mendapatkan konsumen menjadikan kondisi kompetisi antar

perusahaan berlangsung semakin ketat. Dengan adanya persaingan ketat menuntut

perusahaan-perusahaan dapat menentukan strategi bisnis yang tepat dalam

berkompetisi, yaitu dalam penentuan kebutuhan konsumen yang bervariasi dan

memerlukan proses penyaluran hingga pendistribusian kebutuhan konsumen

hingga akhir, sehingga pemenuhan kebutuhan konsumen tidak lepas dari kepuasan

konsumen yang dipengaruhi dari perilaku konsumen. Menurut Schiffman dan

Kanuk (2008:6) perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil

keputusan untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang,

usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi.

Dengan keadaan tersebut, perusahaan-perusahaan dituntut untuk bisa

menciptakan strategi-strategi agar bisa menarik minat konsumen dengan

memahami dan memenuhi kebutuhan dan keinginan para konsumen, misalnya

1
dengan cara mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat konsumen

tertarik dalam melakukan keputusan pembelian suatu produk. Kotler dan Keller

(2012) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah kondisi konsumen harus

membuat pilihan yaitu pilihan produk, merek, penyalur, waktu pembelian, jumlah

pembelian dan metode pembayaran sebelum akhirnya melaksanakan kegiatan

pembelian.

Di dalam badan usaha atau cafe harga, produk dan pelayanan tidak lagi

menjadi bahan pertimbangan utama bagi para penikmat kuliner karena dari setiap

bisnis yang didapati produk dan pelayanan yang serupa dengan harga yang

berkisar tipis bahkan sama.

Usaha yang dapat dilakukan pada cafe terhadap kejadian tersebut yaitu dengan

memanfaatkan pada pengalaman atau kebiasaan pembelian konsumen sebagai

bahan pertimbangan untuk merancang suatu kebijakan strategi pemasaran atau

alternatif untuk membedakan cafe yang satu dengan yang lainnya. Salah satu

strategi yang dapat diimplementasikan adalah dengan mempertimbangkan dan

mengaplikasikan store atmosphere (suasana toko). Lingkungan fisik suatu toko

dapat teridentifikasi dari perencanaan yang tepat dan akan menghadirkan nuansa,

suasana dan estetika yang menarik bagi konsumen, sehingga hal tersebut dapat

diharapkan akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan keputusan

pembelian (Atika Ayu Pragita, dkk., 2009:2).

Menurut hasil penelitian Dessyana (20013) pada Texas Chicken Multimart II

Manado menyatakan bahwa secara simultan dan secara parsial exterior, general
interior, store layout, dan interior display memiliki pengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen. Sehingga tujuan untuk

mempertahankan pelanggan dari strategi store atmosphere terhadap keputusan

pembelian baik secara bersama maupun secara individu tercapai.

Untuk mengetahui jumlah perusahaan dalam sektor makanan dan minuman di

Indonesia, peneliti menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), berikut

hasil pendataan dari BPS

KBLI 2009-2 digit Jumlah Perusahaan IBS (KBLI 2009) (Unit)

(Deskripsi) 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Makanan dan Minuman 6063 5871 5579 5777 6007 6162 6349 6875

Gambar 1.1 jumlah perusahaan industri besar sedang menurut subsektor 2008-2015

Berdasarkan hasil pendataan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa

jumlah perusahaan pada tahun 2008-2009 dan 2009-2010 mengalami penurunan

selama dua tahun sebesar 192 dan 292. Dan mengalami kenaikan pada tahun

selanjutnya hingga pada tahun 2015. Berdasarkan data kementrian Perindustrian

Republik Indonesia, pertumbuhan industry makanan dan minuman pada triwulan

I-2016 stagnan di 7,55 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan 0,01

persen dari tahun 2015 yaitu 7,54 persen.

Store Atmosphere sendiri bisa menjadi alasan lebih bagi konsumen untuk

tertarik dan memilih dimana ia berkunjung dan membeli. Menurut Utami (2010)

mengatakan bahwa store atmosphere adalah rancangan lingkungan melalui

komunikasi visual, pencahayaan, warna, music, dan wangi-wangian untuk


merancang respon emosional dab persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi

pelanggan dalam membeli barang.

Di dalam Store Atmosphere itu sendiri terdapat elemen-elemen yang

keseluruhannya berpengaruh terhadap suasana toko yang ingin diciptakan.

Elemen-elemen tersebut antara lain adalah exterior, general interior, store layout,

dan interioir display (Berman dan Evan, 2009:545-550)

Exterior merupakan elemen pertama dari Store Atmosphere yang menjelaskan

tentang keadaan pada sisi luar sebuah toko yang meliputi papan nama dan tanda-

tanda petunjuk di luar toko, bentuk dan gaya bangunan, serta keadaan lingkungan

sekitarnya.

General Interior mencakup bagian dalam seperti mengenai kondisi

pencahayaan, kebersihan, bau dan temperature, serta musik yang dimainkan

apakah sudah memberikan rasa nyaman kepada para pelanggan yang berada di

dalamnya.

Store Layout adalah elemen ketiga yang berhubungan dengan kondisi

penataan tata ruang toko yang harus diperhatikan, sehingga penghuni toko baik

para pegawai maupun pelanggan merasa nyaman dan dapat dengan mudah

mengakses dan bergerak di dalam ruangan tersebut. Elemen ini meliputi

pengelompokan bangku, penataan barang, dan pengaturan lalu lintas di dalamnya.

Interior Display adalah elemen terakhir, dalam elemen ini yang lebih

difokuskan pada semua hal yang bisa memberikan petunjuk kepada penghuni

toko. Tampilan menu yang mudah dibaca sehingga tidak membingungkan para
pelanggan yang hendak memesan, papan petunjuk seperti papan promo atau

diskon, logo dan lain-lain merupakan bagian dari Interior Display.

Objek dari penelitian ini adalah keputusan pembelian konsumen yang

dilakukan pada Rolag Coffee. Rolag Coffee adalah salah satu cafe di Surabaya

yang memiliki konsep yang sangat unik yaitu membuat tongkrongan seperti giras

yang berbentuk cafe. Cafe ini menarik untuk diteliti karena memiliki konsep store

atmosphere yang mengusung konsep view outdoor. Selain itu juga dilengkapi

dengan berbagai fasilitas seperti tv, nonton bareng, music, dan free wifi sehingga

menjadikan tempat ini selalu dipadati pengunjung setiap harinya. Selain

suasananya unik, tempatnya juga strategis berada di pusat kota tepatnya di Jl.

Karah Blok E-2 No. 6 Karah, Jambangan.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang “Pengaruh Store Atmosphere terhadap keputusan

pembelian konsumen”

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasikan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah exterior, general interior, store layout, dan interior display secara

simultan berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen?

2. Apakah exterior, general interior, store layout, dan interior display secara

parsial berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan exterior, general interior, store

layout, dan interior display terhadap keputusan pembelian konsumen pada

Rolag Coffee

2. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial exterior, general interior, store

layout, dan interior display terhadap keputusan pembelian konsumen pada

Rolag Coffee

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan

sumbangan dalam kajian ilmu administrasi bisnis dan dapat memberikan

kontribusi teoritis dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

pengaruh store atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen untuk

referensi yang berguna bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan wawasan serta masukan bagi

pengguna yang berkaitan dengan pengaruh store atmosphere terhadap keputusan

pembelian konsumen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Jurnal ISSN Oleh: Cindy Juwita Dessyana (2013), dengan penelitian

berjudul “Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen Di Texas Chicken Multimart II Manado”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Store Atmosphere untuk keputusan

pembelian konsumen di Texas Chicken Multimart II Manado. Populasi dalam

penelitian ini adalah terhadap seluruh pengunjung di Texas Chicken Multimart II

Manado. Sampel dalam penelitian ini penulis mendapatkan 100 sampel dari

jumlah populasi sebanyak 2.630 konsumen. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah menggunakan metode kuisioner (daftar pertanyaan) dan

metode penelitian kepustakaan. Dan data teknik analisis yang digunakan adalah

koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2). Berdasarkan penelitian ini

menunjukkan bahwa:

1. Berdasarkan pengujian hipotesis ke 1 menunjukkan adanya pengaruh Store

Atmosphere terhadap keputusan pembelian konsumen dengan nilai signifikan > α

= 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa Store Atmosphere menjadi salah satu faktor

yang menjadi pertimbangan keputusan pembelian konsumen.

2. Berdasarkan pengujian ke 2 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan

antara variabel eksterior terhadap keputusan pembelian konsumen dengan hasil

analisis regresi linier berganda didapatkan nilai β untuk variabel Store Eksterior
8

3. sebesar 0,313, juga dibuktikan lewat pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji t didapatkan nilai thitung > ttabel dengan tingkat signifikan yang

lebih kecil dari nilai α. Hasil ini menunjukkan bahwa eksterior menjadi salah satu

faktor yang menjadi pertimbangan para konsumen.

4. Berdasarkan pengujian hipotesis ke 3 didapatkan bahwa Store Layout

berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Halini dibuktikan lewat hasil

analisis regresi linier berganda didapatkan nilai β untuk variabel Store Layout

sebesar 0,104, juga dibuktikan lewat pengujian hipotesis dengan menggunakan uji

t didapatkan nilai thitung > ttabel dengan tingkat signifikan lebih kecil dari nilai α.

Dengan demikian menunjukkan adanya pengaruh dari Store Layout terhadap

keputusan pembelian konsumen.

5. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan didapatkan bahwa Interior

Display berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Hal ini dibuktikan

lewat hasil analisis regresi linier berganda didapatkan nilai β untuk variabel

Interior Display sebesar 0,706, juga dibuktikan lewat pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji t didapatkan nilai thitung > ttabel dengan tingkat signifikan yang

lebih kecil dari nilai α. Hal ini menunjukkan bahwa Interior Display menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan

pembelian.

2. Jurnal ISSN Oleh: Vita An’nisa (2016), dengan penelitian berjudul

“Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen

Cafe Little Wings Di Bandung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana Store Atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian


9

konsumen pada cafe little wings di Bandung. Populasi yang ada dalam penelitian

ini, yaitu konsumen yang melakukan pembelian pada cafe little wings di Bandung

selama dua bulan yaitu bulan Juni-Juli 2016. Adapun yang menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah konsumen pelanggan yang melakukan keputusan berbelanja

pada cafe little wings di Bandung, sedangkan teknik penarikan sampel yang

dilakukan oleh peneliti adalah Simple Random Sampling. Berdasarkan penelitian

ini menunjukkan bahwa:

1. Uji t (Uji Parsial) untuk variabel Store Atmosphere (X)

Untuk Uji Hipotesis pengaruh X terhadap Y, dapat diinterpretasikan berdasarkan

uji probabilitas tsistematik dengan thitung (5,732) sedangkan uji ttabel (1,984), jadi thitung

> ttabel. Sedangkan sig. sebesar 0,000 lebih kecil dari 0.05, yang berarti variabel

nilai berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian oleh

konsumen di cafe little wings Bandung pada taraf nyata 5%. Oleh karena itu

diambil keputusannya adalah H1 diterima.

2. Uji f (Uji Parsial)

Untuk Uji Hipotesis pengaruh X terhadap Y, dapat diinterpretasikan berdasarkan

uji f

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pemasaran

Sehubungan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, maka

diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan penjelasan.

Dalam suatu perusahaan, pemasaran memegang peran penting sebagai cara


10

bertahan untuk menjalankan usaha dan bergelut dalam dunia persaingan.

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok produksi dalam usahanya untuk

mencapai keuntungan perusahaan serta menciptakan kepuasan terhadap keinginan

dan kebutuhan konsumen. Kata pemasaran berasal dari kata market yang memiliki

arti pasar sebagai mekanisme untuk mempertemukan permintaan dan penawaran.

Menurut Kotler dan Amstrong (2015:27) “Pemasaran adalah proses dimana

perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang

kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai

imbalannya.”

Menurut AMA (American Marketing Association) yang dikutip oleh Grewal

dan Levy (2014:4) bahwasannya “Marketing is the activity, set of institutions, and

processes for creating, capturing, communicating, delivering, and exchanging

offerings that have value for customers, client, partners, and society at large”.

Pemasaran adalah kegiatan, serangkaian lembaga, dan proses untuk menciptakan,

menangkap, berkomunikasi, menyampaikan, dan bertukar penawaran yang

memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya.

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemasaran adalah suatu

kegiatan atau proses yang memiliki nilai bagi pelanggan dan membangun

hubungan, berkomunikasi, menyampaikan dan bertukar penawaran dengan

pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai pelanggan, klien, mitra dan

masyarakat pada umumnya sebagai imbalannya.

2.2.2. Manajemen Pemasaran


11

Manajemen pemasaran memiliki peran penting dalam perusahaan.

Diantaranya, merencanakan suatu produk baru dan memilih pangsa pasar yang

sesuai serta memperkenalkan produk baru kepada masyarakat luas. Pengertian

manajemen pemasaran secara umum adalah sebuah rangkaian proses analisis,

perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan pengendalian suatu kegiatan

pemasaran yang tujuannya adalah untuk mencapai target perusahaan secara efektif

dan efisien.

Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller (2012:5),

mengemukakan bahwa :”Marketing management taste art and science of choosing

target markets and getting, keeping and growing customers throught creating,

delivering and communicating superior customer value”. Arti dari definisi

tersebut bahwasannya manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu dalam

menentukan pasar sasaran, mendapatkan pasar, memelihara, dan mengembangkan

pelanggan melalui penciptaan, penyampaian dan pengomunikasian nilai-nilai

pelanggan yang baik.

Sedangkan menurut Sofjan Assauri (2013:12) bahwasannya Manajemen

Pemasaran adalah kegiatan menganalisis, merencanakan, melaksanakan dan

mengendalikan program-program yang disusun dalam pembentukan,

pembangunan, dan pemeliharaan keuntungan dari transaksi melalui sasaran pasar

dengan harapan untuk mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan bahwa

manajemen pemasaran adalah kegiatan dalam memilih sasaran, mendapatkan,

menganalisis, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan kegiatan pasar dalam


12

pembentukan, pembangunan, dan pemeliharaan keuntungan dengan harapan

mencapai tujuan organisasi dengan melalui penciptaan, penyampaian, dan

pengomunikasian nilai-nilai pelanggan yang baik.

2.2.3. Store Atmosphere

Store Atmosphere adalah rancangan lingkungan melalui komunikasi visual,

pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon

emosional dan perceptual pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam

membeli barang (Utami, 2010:279)

Menurut Sulaksana (2010) menjelaskan bahwa store atmosphere (suasana

toko) adalah usaha untuk mempengaruhi keadaan emosional dalam toko yang

mungkin tidak disadari sepenuhnya oleh konsumen di saat mereka berbelanja.

Menurut Levy dan Weitz (2012) Store Atmosphere merupakan suasana atau

lingkungan toko yang bisa menstimuli panca indera konsumen dan mempengaruhi

persepsi serta emosional konsumen terhadap toko.

Sedangkan menurut Berman dan Evans (2012:545) pengertian store

atmosphere adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan,

warna, musik, wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi

pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.

Dari empat pengertian store atmosphere diatas dapat disimpulkan bahwa

store atmosphere adalah suasana atau lingkungan yang dirancang melalui

komunikasi visual, pencahayaan, warna, music dan wangi-wangian untuk bisa

menstimuli panca indera konsumen dan mempengaruhi persepsi dan keadaan

emosional konsumen dalam melakukan pembelian barang di toko tersebut.


13

2.2.3.1. Elemen-Elemen Store Atmosphere

Store Atmosphere memiliki elemen-elemen yang semuanya berpengaruh terhadap

suasana took yang ingin diciptakan. Menurut Berman dan Evan (2010:509)

elemen-elemen Store Atmosphere terdiri dari eksterior, general eksterior, store

layout, dan interior display :

Gambar 2.1

Elemen Store Atmosphere

Eksterior
Store Layout

Store Atmosphere

General Interior
Interior Display

Sumber : Berman dan Evans dalam bukunya Retail Management (2010:509)

1. Exterior

Exterior sebuah toko mempunyai pengaruh yang kuat terhadap citra toko

tersebut, sehingga harus direncanakan dengan sebaik mungkin. Terkadang

konsumen hanya melihat tampilan luar toko saja. Bagian depan sebuah toko

merupakan keseluruhan physical exterior sebuah toko, dan konstruksi material

lainnya. Kombinasi dari exterior dapat membuat bagian luar toko menjadi terlihat
14

unik, menarik, menonjol dan mengundang orang untuk masuk ke toko. Exterior

terdiri dari :

1. Storefront (Bagian Depan Toko)

Storefront harus dapat mencerminkan keunikan, kemantapan, kekokohan,

serta hal-hal lain yang sesuai dengan citra toko tersebut. Oleh karena itu, bagian

storefront merupakan faktor terpenting yang dapat mempengaruhi konsumen

untuk mengunjungi toko tersebut. Sehingga ada beberapa alternatif untuk

mempertimbangkan perencanaan dasar storefront:

a. Modular Structure, berbentuk persegi atau lingkaran yang terdiri dari

beberapa toko ditempat tersebut.

b. Prefabricated Structure, toko terletak dalam satu lokasi yang bersebelahan

dengan pabrik.

c. Prototype Store, digunakan oleh franchisor. Storefronts seragam dengan

cabang toko lain dan merupakan bagian dari atmosphere yang sudah

ditentukan dalam perjalanan franchisornya.

d. Unique Building Design, Storefronts mempunyai desain gedung yang unik,

lain daripada yang lain.

2. Marquee (Papan Nama Toko)

Marquee adalah suatu tanda yang digunakan untuk memajang nama atau logo

suatu toko. Marquee dapat dibuat dengan teknik pewarnaan, penulisan huruf atau

penggunaan lampu neon. Merquee dapat terdiri dari nama atau logo saja atau

dikombinasikan dengan slogan dan informasi lainnya. Supaya efektif marquee


15

harus diletakkan di luar, terlhat berbeda dan lebih menarik atau mencolok dari

pada toko lain disekitarnya.

3. Entrance (Pintu Masuk Toko)

Pintu masuk harus direncanakan sebaik mungkin, sehingga dapat

mengundang konsumen untuk masuk melihat ke dalam toko dan mengurangi lalu

lintas kemacetan keluar masuk konsumen. Pintu masuk mempunyai tiga masalah

utama yang harus diputuskan:

a. Jumlah pintu masuk, disesuaikan dengan besar kecilnya bangunan.

b. Jenis pintu massuk yang akan digunakan, apakah akan menggunakan pintu

otomatis atau pintu tarik dorong.

c. Lebar pintu masuk, pintu masuk yang lebar akan menciptakan suasana dan

kesan yang berbeda. menghindari kemacetan arus lalu lintas yang masuk dan

keluar.

4. Windows Display (jendela Pajangan/Etalase)

Display jendela ini memiliki dua tujuan. Tujuan pertama, untuk

mengidentifikasi suatu toko dengan cara memajang barang-barang yang

ditawarkan. Tujuan kedua, untuk menarik konsumen memasuki toko tersebut.

5. Exterior Building Height

Exterior buiding height dapat disamarkan atau tidak disamarkan. Dengan

menyamarkan tinggi bangunan, bagian dari toko atau shopping center dapat
16

dibawah ground level. Dengan tidak menyamarkan tinggi bangunan, maka seluruh

toko atau center dapat dilihat oleh pejalan kaki.

6. Visibility (Jarak Penglihatan)

Orang harus dapat melihat bagian depan (marquee) suatu toko dengan jelas,

dengan visibility yang baik atas exterior sebuah toko, pihak pemilik toko dapat

meraih sukses. Tujuan dari visibility ini adalah untuk membuat suatu toko terlihat

unik, menarik, menonjol, dan terlihat dengan jelas sehingga dapat menarik

perhatian para konsumen.

7. Uniqueness (Keunikan)

Dapat dicapai melalui desain toko yang lain dari pada yang lain, seperti

marquee yang mencolok, etalase yang dekoratif, tinggi dan ukuran gedung yang

berbeda dari sekitarnya.

8. Surrounding Stores And Area (Lingkungan dan Area Sekitar)

Lingkungan sekitar toko dapat mengisyaratkan kisaran harga, level of service,

dan lainnya. Daerah sekitar toko mencerminkan demografi dan gaya hidup orang-

orang yang tinggal dekat dengan toko.

9. Parking Facilitties (Fasilitas Tempat Parkir)

Tempat parkir merupakan hal yang sangat penting bagi konsumen. Tempat

parker yang luas, aman, gratis, dan mempunyai jarak yang dekat dengan toko akan
17

menciptakan citra positif dibandingkan dengan parker yang langka, mahal dan

jauh.

2. General Interior

General Interior dari suatu toko harus dirancang untuk memaksimalkan

visual merchandising. Seperti saat konsumen berada dalam sebuah toko, maka

banyak elemen-elemen yang mempengaruhi persepsi mereka. Penentuan jenis

lantai (kayu, lantai, karpet), ukuran, desain dan warna lantai penting karena

konsumen dapat mengembangkan persepsi mereka berdasarkan apa yang dilihat.

Setiap toko harus memiliki pencahayaan yang cukup untuk mengarahkan atau

menarik perhatian konsumen. Lampu yang terang dengan vibrant colors atau

dengan penerangan yang baik dapat memberikan kontribusi terhadap atmosphere

yang berbeda pada penerangan yang remang. Aroma dan suara dapat memberikan

pengaruh terhadap konsumen dengan suara musik yang sesuai dengan suasana

hati konsumen. Seperti sebuah restoran yang dapat merangsang konsumen dengan

aroma makanan dan toko kosmetik dapat menggunakan aroma parfum untuk

menarik konsumen. Perlengkapan toko dapat direncanakan berdasarkan kegunaan

dan estetikanya. Meja, rak barang, merupakan bagian dari dekorasi interior.

Dekorasi dan perlengkapan toko untuk kalangan atas berneda dengan toko untuk

kalangan menengah. Untuk toko kalangan keatas maka desain yang dipilih adalah

desain yang berkelas, sedangkan untuk toko kalangan menengah desain yang

dipilih adalah desain yang terlihat menarik dan tidak menciptakan kesan berkelass

terhadap konsumen.
18

Konsumen juga dapat dipengaruhi dengan temperatur udara yang ada didalam

toko, sejuknya suhu udara dapat memperlambat keberadaan konsumen didalam

toko. Ruangan yang luas dan tidak padat dapat menciptakan suasana yang berbeda

dengan ruangan yang sempit dan padat, konsumen dapat berlama-lama apabila

mereka tidak terganggu oleh orang lain ketika membeli dan melihat-lihat produk

yang dijual. Toko dengan bentuk bangunan yang modern ataupun tradisional akan

mendukung atmosphere toko tersebut. Remodelling bangunan srta penggantian

perlengkapan lama dengan perlengkapan yang baru dapat meningkatkan citra toko

serta meningkatkan penjualan dan keuntungna. Yang perlu diperhatikan dari

semua hal diatas adalah bagaimana perawatannya agar dapat selalu terlihat bersih.

Tidak peduli seberapa mahalnya interior sebuah toko apabila terlihat kotor akan

menimbulkan kesan yang jelek.

3. Store Layout

Dalam elemen ini, perencanaan store layout meliputi penataan penempatan

ruang untuk mengisi luas lantai yang tersedia, mengklasifikasikan produk yang

akan ditawarkan, pengaturan lalu lintas di dalam toko, pengaturan lebar ruang

yang dibutuhkan, pemetaan ruang toko dan menyusun produk yang ditawarkan

secara individu. Dengan Layout toko yang baik akan mampu mengundang

konsumen untuk berkeliling lebih lama dan membelanjakan uangnya lebih

banyak. Layout toko pun dapat menjadi penyebab undangan masuk atau penyebab

pelanggan menjauhi toko tersebut ketika konsumen melihat bagian dalam melalui

jendela, etalase atau pintu masuk. Pembagian ruang toko meliputi ruangan-

ruangan sebagai berikut:


19

a. Mengklasifikasikan ruang untuk memajang barang dan tempat

berinteraksinya konsumen dengan karyawan pramuniaga.

b. Ruang untuk menyimpan barang yang baik (yang tidak dipajang atau disebut

gudang).

c. Ruang untuk memenuhi kebutuhan karyawan seperti tempat untuk makan dan

istirahat. dan,

d. Ruang untuk meningkatkan kenyamanan konsumen seperti toilet, kafe dan

ruang tunggu.

Penawaran sebuah toko yang selanjutnya diklasifikasikan ke dalam

pembagian barang yang dipajang di toko dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Pengelompokan produk berdasarkan fungsi.

b. Pengelompokan produk berasarkan cara penangannya.

c. Pengelompokan produk berdasarkan segmen pasar.

d. Pengelompokan produk berdasarkan motivasi membeli.

Mengatur lalu lintas di dalam toko dilakukan dengan menggunakan dua pola

yaitu, Straight (Grildron) Traffic Flow dan Curving (Free Flowing)Teraffic Flow.

Masing masing pola memiliki kelebihan sendiri, kelebihan pola straight (grildron)

teraffic flow adalah sebagai berikut :

a. Dapat menciptakan atmosphere yang efisien.

b. Menciptakan ruang yang lenih banyak untuk memajang produk.

c. Menghemat waktu belanja.

d. Mempermudah mengontrol barang dan dapat menerapkan self service.


20

Kelebihan yang dimiliki oleh pola curving (free flowing) teraffic flow adalah

sebagai berikut:

a. Dapat menciptakan atmosphere yang lebih bersahabat.

b. Mengurangi suasana terburu-buru konsumen

c. Konsumen dapat berjalan-jalan keliling toko dengan pola yang berbeda-beda.

d. Merangsang pembelian yang tidak direncanakan.

Pengaturan luas ruangan yang dibutuhkan diatur berdasarkan antara ruang

penjualan dan ruang non penjualan. Pemetaan ruang toko dimaksudkan untuk

memudahkan penempatan produk yang ditawarkan. Elemen akhir dari store layout

adalah menyusun produk yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik produk itu

sendiri. Produk yang paling banyak memberi keuntungan harus ditempatkan

dilokasi yang paling baik. Produk yang dijual disusun berdasarkan ukuran, harga,

warna, merek serta produk yang paling digemari konsumen.

4. Interior Display

Poster, papan petunjuk dan beragam interior display lainnya dapat

mempengaruhi atmosphere toko karena dapat memberikan petunjuk bagi

konsumen. Selain memberikan petunjuk bagi konsumen, interior diplay juga

dapat menumbuhkan rasa untuk melakukan pembelian. Sub elemen interior

display antara lain:

a. Assortmen Display
21

Menyajikan produk-produk dengan berbagai macam produk yang dapat

mempengaruhi konsumen untuk merasakan, melihat, dan mencoba produk

tersebut. Baik kartu ucapan,majalah, buku, dan produk sejenis lainnya.

b. Theme-setting Displays

Merupakan bagian interior display yang digunakan dengan tujuan untuk

membangkitkan suasana tertentu. Biasanya digunakan dalam event-event tertentu

seperti hari-hari besar, hari kemerdekaan dan lain sebagainya.

c. Ensemble Display

Bagian interior display yang dilakukan dengan pengelompokkan produk yang

dipajang dalam kategori terpisah, biasanya digunakan untuk satu stel produk yang

merupakan gabungan dari berbagai macam produk seperti produk satu stel

pakaian (sepatu, baju, celana, jaket, kacamata).

d. Rack And Cases Display

Rak ini memiliki fungsi utama yaitu untuk memajang dan meletakkan produk

yang ditawarkan secara rapi. Case berfungsi untuk memajang produk-produk

seperti catatan, buku dan sejenisnya.

e. Cut Case

Merupakan tanda-tanda yang digunakan toko untuk memberikan informasi

tentang penawaran, diskon, atau potongan harga. Bentuk dari cut case adalah
22

dump bin, merupakan tempat menumpuk pakaian-pakaian atau buku-buku yang

sedang diskon.

2.2.4. Perilaku Konsumen

2.2.4.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut Engel et al dalam Sopiah dan Sangadji (2013:7),

Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam pemerolehan,

pengonsumsian, dan penghabisan produk atau jasa, termasuk proses yang

mendahului dan menyusul tindakan tersebut.

Menurut Hasan (2013), Perilaku konsumen adalah studi proses yang terlibat

ketika individu atau kelompok memilih, membeli, menggunakan, atau mengatur

produk, jasa, ide atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen.

Menurut Sunyoto (2012:251) Perilaku konsumen (consumer behavior)

dapat didefinisikan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

dalam dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang atau jasa termasuk

didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dalam penentuan

kegiatan-kegiatan tersebut.

Sedangkan menurut Schiffman dan Kanuk (2012) mendefinisikan perilaku

konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,

mengonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan

yang mendahului dan mengikuti tindakan ini.


23

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah

tindakan, kegiatan atau proses yang terlibat langsung dalam pengonsumsian,

mendapatkan, menggunakan dan menghabiskan produk, jasa, ide atau pengalaman

dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan kosumen.

2.2.5. Keputusan Pembelian Konsumen

2.2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen

Dapat dikatakan hampir setiap hari, bahkan dalam setiap waktu kita selalu

melakukan pengambilan keputusan. Hanya saja, tanpa disadari ternyata proses

pengambilan keputusan berjalan dengan sedemikian rupa. Dengan apa yang

dilakukan hari ini, atau pada saat ini, semua itu merupakan hasil proses berpikir

yang cukup memakan waktu karena banyaknya pertimbangan-pertimbangan.

Dengan kata lain, suatu tindakan tertentu merupakan hasil dari satu keputusan.

Pengambilan keputusan adalah aspek yang paling penting dari kegiatan

manajemen.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2010) mendefinisikan keputusan pembelian

adalah suatu keputusan sebagai pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih

pilihan alternatif.

Menurut Kotler & Keller (2012) keputusan pembelian adalah kondisi

konsumen harus membuat pilihan yaitu pilihan produk, merek, penyalur, waktu

pembelian, jumlah pembelian dan metode pembayaran sebelum akhirnya

melaksanakan kegiatan pembelian.


24

Sedangkan menurut Dessyana (2013) berpendapat bahwaa keputusan

pembelian konsumen adalah suatu proses dimana konsumen melakukan penilaian

terhadap berbagai alternatif pilihan, dan memilih salah satu atau lebih alternatif

yang diperlukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Dapat disimpukan dari pengertian diatas bahwasannya keputusan pembelian

adalah kondisi atau pada saat suatu keputusan yang dipilih oleh konsumen dari

dua atau lebih pilihan alternative berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

yang dimana konsumen harus membuat pilihan seperti produk, merek, penyalur,

waktu pembelian, jumlah pembelian danmetode pembayaran sebelum akhirnya

melaksanakan kegiatan pembelian.

2.2.5.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Dalam perilaku konsumen dalam keputusan pembelian, ada beberapa faktor yang

menjadi pengaruh dalam melaksanakan keputusan pembelian, antara lain:

1. Faktor Budaya

Faktor budaya mempunyai pengaruh yang paling luas dan mendalam terhadap

keputusan konsumen. Ada beberapa penjelasan mengenai subfaktor budaya yang

menjadi pengaruh dalam keputusan pembelian, yaitu:

a. Kultur, kultur (kebudayaan) adalah determinan paling fundamental dari

keinginan dan perilaku seseorang


25

b. Subkultur, merupakan pemberi identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik

bagi para anggotanya yang mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, dan

daerah geografis.

c. Kelas sosial, divisi atau kelompok yang relatif homogen dan tetap dalam

suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarkis dan anggota-anggotanya

memiliki nilai, minat, dan perilaku yang mirip.

2. Faktor Sosial

Keputusan konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok acuan

(kelompok referensi), keluarga, serta peran dan status sosial.

a. Kelompok Acuan, terdiri dari semua kelompok yang mempunyai pengaruh

langsung (tatap muka) atau pengaruh tidak langsung terhadap sikap atau

perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap

seseorang disebut kelompok keanggotaan (membership group) dimana orang

tersebut ikut berinteraksi yang sebagian merupakan kelompok primer dan

kelompok sekunder.

b. Keluarga, anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling

berpengaruh. Ada dua perbedaan keluarga dalam kehidupan konsumen.

Keluarga orientasi (orang tua seseorang) dan keluarga prokreasi (pasangan

hidup seperti suami/istri dan anak-anaknya).

c. Peran dan status, apabila seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok

sepanjang hidupnya, maka posisi orang tersebut dalam setiap kelompok dapat

ditentukan berdasarkan peran dan status dimana setiap peran membawa

status.
26

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian seorang konsumen juga dipengaruhi oleh karakteristik

pribadi, yaitu usia pembeli dan tahap siklus hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi,

gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

a. Usia dan tahap siklus hidup, seseorang akan membeli produk dan jasa yang

berbeda sepanjang hidupnya dan memiliki hubungan dengan usia. Dalam

siklus hidup para pemasar sering menargetkannya sebagai pasar sasaran

mereka.

b. Pekerjaan, pola kosumsi juga dipengaruhi dari pekerjaan seseorang. Dalam

pola ini para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok berdasarkan

pekerjaan yang memiliki minat lebih dari rata-rata produk.

c. Kondisi ekonomi, kondisi ekonomi meliputi pendapatan yang bisa

dibelanjakan (tingkat pendapatan, stabilitas, dan pola waktunya), tabungan

dan kekayaan, utang, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap

belanja dengan menabung.

d. Gaya hidup, seseorang yang berasal dari subkultur, kelas sosial, dan

pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda.

4. Faktor Psikologis

Keputusan pembelian konsumen juga dipengaruhi oleh empat faktor pesikologis

utama seperti motivasi, persepsi, pengetahuan (learning), serta keyakinan dan

sikap.
27

a. Motivasi, setiap waktu seseorang memiliki kebutuhan tertentu yang dimana

sebagian kebutuhan bersifat biogenik dan sebagian kebutuhan bersifat

psikogenik. Kebutuhan biogenic merupakan kebutuhan yang berasal dari

keadaan psikologis yang berkaitan dengan tensi/ketegangan seperti rasa lapar,

haus, dan tidak senang. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikogenik

merupakan kebutuhan yang berasal dari keadaan psikologis yang berkaitan

dengan tensi seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa

kepemilikan. Teori Motivasi Freud, freud menganggap bahwa orang menahan

banyak keinginan dalam proses pertumbuhan dan menerima aturan-aturan

sosial, yang dimana kekuatan psikologis riil pembentuk perilaku seseorang

sebagian besar bersifat di bawah sadar.

b. Persepsi, seseorang termotivasi akan siap bertindak, dimana orang yang

termotivasi tersebut benar-benar bertindak dengan pengaruh persepsi

mengenai situs tertentu. Seseorang bisa memiliki persepsi berbeda terhadap

objek yang sama karena ada tiga proses perceptual: perhatian selektif

(selective attention), distorsi selektif (selective distortion), dan ingatan

selektif (selective retention).

c. Perhatian Selektif, seseorang yang berkontak dengan sejumlah besar stimuli

setiap hari misalnya, seseorang kira-kira berhubungan dengan 500 iklan

setiap hari, maka sebagian stimuli akan tersaring keluar. Ada beberapa hasil

temuan tentang tantangan riilnya dimana stimuli mana yang akan

diperhatikan seseorang:
28

1) Orang cenderung lebih memerhatikan stimuli yang berhubungan dengan

kebutuhannya saat ini.

2) Orang cenderung lebih memerhatikan stimuli yang telah diantisipasi

3) Orang cenderung lebih memerhatikan stimuli yang deviasinya besar dalam

kaitannya dengan ukuran normal stimuli

d. Keyakinan dan Sikap, keyakinan adalah pikiran deskriptif yang dianut

seseorang mengenai suatu hal, sedangkan sikap menjelaskan tentang evaluasi

kognitif, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan seseorang yang

suka atau tidak suka terhadap objek atau ide tertentu. Dengan melalui

tindakan dan belajar, orang-orang memperoleh keyakinan dan sikap yang

kemudian memengaruhi keputusan pembelian konsumen

2.2.5.3. Tahap-Tahap Dalam Proses Keputusan Pembelian

Kita sudah sering melihat bagaimana seseorang berbelanja di toko atau mall.

Dari luar, semua tampak begitu sederhana, seseorang menginginkam sesuatu dan

kemudian membelinya. Tetapi tidak dalam beberapa produk. Dalam model ini

menyiratkan bahwa konsumen melalui semua dari kelima tahap dalam membeli

suatu produk. Seperti pada gambar 2.2.


29

Gambar 2.2

Proses Keputusan Pembelian

Pengenalan Pencarian Evaluasi Keputusan Perilaku


Kebutuhan Informasi Alternatif Pembelian Purnabeli

Gambar 2.2. Model Proses Pembelian Lima Tahap menurut Sugiyono (2015:129)

Namun, kelima tahap ini tidak terjadi pada semua kasus, terutama dalam

pembelian dengan keterlibatan rendah. Konsumen mungkin melewatkan atau

mengulangi tahap-tahap tertentu. Meski demikian, Sugiyono tetap menggunakan

model dalam gambar diatas karena model ini termasuk dalam semua

pertimbangan yang muncul saat seorang konsumen menghadapi pembelian baru

dengan keterlibatan tinggi.

1. Pengenalan Kebutuhan

Tahap awal dalam proses pengambilan keputusan pembelian yaitu pengenalan

kebutuhan. Kebutuhan dapat dikenali melalui stimulus internal atau eksternal.

Contoh pembelian karena stimulus internal yaitu rasa lapar dan haus yang

mendorong seseorang membeli makanan dan minuman. Adapun stimulus

eksternal misalkan seseorang membeli makanan karena mencium aroma wangi

masakan dari suatu restoran. Pada tahap ini, pemasar tentu perlu mengetahui apa

saja stimulus-stimulus yang dapat merangsang konsumen untuk melakukan

pembelian.

2. Pencarian Informasi
30

Stimulus yang manjur akan memancing konsumen untuk mencari informasi

lebih banyak mengenai produk yang diinginkan. Ada 2 level pencarian informasi

yang dilakukan oleh konsumen yaitu:

Pencarian informasi. Pada level ini orang akan mencari informasi sebatas

permukaan saja misalnya seseorang ingin ke tempat tujuan wisata, maka orang ini

akan memerhatikan iklan travel, artikel-artikel yang terkait dengan travel, dan

perbincangan mengenai liburan temannya

Penguatan informasi. Pada level ini, orang akan mencari serangkaian

informasi mengenai suatu produk. Pencarian informasi secara aktif, konsumen

akan mencari informasi secara lebih aktif melalui bahan bacaan, pengalaman

orang lain, atau dengan mendatangi langsung toko untuk mempelajari produk

tersebut.

Pada tahap ini, pemasar perlu mengidentifikasi sumber informasi utama

konsumen dan bagaimana pengaruhnya terhadap keputusan pembelian konsumen

selanjutnya. Sumber-sumber ini dapat berasal dari sumber pribadi, komersial,

publik, maupun pengalaman.

3. Evaluasi Alternatif

Pada tahap ini, konsumen akan mengevaluasi merek terhadap merek

alternative lainnya untuk produk yang sama. Ada tiga konsep dasar untuk

memahami proses evaluasi yang dilakukan konsumen, yaitu:

a. Konsumen akan berusaha memenuhi kebutuhannya


31

b. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dari solusi produk

c. Konsumen akan memandang masing-masing produk sebagai objek dengan

kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat dan

memuaskan kebutuhan.

Misalnya untuk produk pakaian, konsumen akan membandingkan harga,

model pakaian, bahan pakaian, dan lain sebagainya.

4. Keputusan Pembelian

Pada tahap keputusan pembelian, akan terjadi brand positioning di otak

konsumen. Hasil evaluasi alternatif akan membentuk preferensi konsumen

terhadap produk-produk. Pada tahap ini, pembelian konsumen akan dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu sikap orang lain dan faktor situasi yang tidak terantisipasi

yang dapat mengurangi nilai pembelian konsumen, misalnya karena pemutusan

hubungan kerja, seseorang yang tadinya ingin membeli apartemen tidak jadi

membeli apartemen dan lebih memilih untuk membuka usaha sendiri.

5. Perilaku Purnabeli

Setelah membeli produk dan menggunakannya, konsumen akan sampai pada

titik kepuasan atau ketidakpuasan tertentu. Tugas pemasar tidak berakhir sampai

pada keputusan pembelian, tetapi berlanjut pada tahap ini dimana pemasar harus

memantau kepuasan konsumen dan tindakan pembeli setelah pembelian.

Konsumen yang puas tentu akan kembali membeli dan menggunakan produk yang

sama. Sebaliknya, jika konsumen memperoleh ketidakpuasan, pembeli tidak akan

membeli kembali produk yang bersangkutan lagi.


32

2.3. Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2014), kerangka pemikiran adalah model konseptual

tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah penting.

Adapun model store Atmosphere terdiri dari empat variabel independen

(bebas) yaitu Exterior, General Interior, Store Layout, dan Interior Display serta

satu Variabel dependen (terikat) yaitu Keputusan Pembelian Konsumen.

Gambar 2.3

Kerangka Berpikir

Store Atmosphere

Eksterior (X1)
Exterior (X1)

General Interior
General Interior (X2) Keputusan
Pembelian
StoreLayout
Store Layout(X3)
(X3) Konsumen (Y)

Interior Display (X4)


Interior

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat Pengaruh Store

Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Rolag Coffee.

Berikut keterangan hipotesis dari kerangka pikiran di atas:


33

H1: Ada pengaruh Exterior, General Interior, Store Layout, dan Interior Display

secara stimultan terhadap keputusan pembelian konsumen.

H2: Ada Pengaruh Exterior terhadap keputusan pembelian konsumen

H3: Ada Pengaruh General Interior terhadap keputusan pembelian konsumen

H4: Ada Pengaruh Store Layout terhadap keputusan pembelian konsumen

H5: Ada Pengaruh Interior Display terhadap keputusan pembelian konsumen


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, ditinjau dari eksplanasi

dalam penelitian ini merupakan penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah

penelitian yang menunjukkan pengaruh atau hubungan antara dua variabel atau

lebih. Penelitian ini memiliki tingkat tertinggi dibandingkan dengan penelitian

deskriptif dan penelitian komparatif, karena dengan adanya penelitian ini maka

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat dibangun

suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol

suatu gejala (sugiyono, 2014). Dalam penelitian ini penulis menggunakan

penelitian asosiatif dengan bentuk hubungan kausal, menurut sugiyono (2012)

hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Hal ini berarti

penelitian berfokus pada store atmosphere sebagai variabel independen terhadap

keputusan pembelian konsumen sebagai variabel dependen

3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah menjelaskan bagaimana variabel penelitian dapat

diukur, sedangkan variabel penelitian diukur dari pernyataan responden yang

diperoleh dari kuisioner yang diedarkan. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode kuesioner.


35

3.2.1 Operasional Variabel

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel

independent (variabel bebas) dan variabel dependent (variabel terikat). Adapun

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Variabel bebas X1 dalam penelitian ini adalah Exterior

Variabel bebas X2 dalam penelitian ini adalah General Interior

Variabel bebas X3 dalam penelitian ini adalah Store Layout

Variabel bebas X4 dalam penelitian ini adalah Interior Display

Variabel terikat Y dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian

Konsumen

1. Variabel Independen

Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (variabel

terikat). Maka dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah

Exterior (X1), General Interior (X2), Store Layout (X3), dan Interior Display

(X4) karena keempat variabel ini mempengaruhi variabel dependen (variabel

terikat) yaitu Keputusan Pembelian Konsumen (Y)

2. Variabel Dependen

Variabel Dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat, karena adanya variabel independen (variabell bebas). Variabel


36

dependen (Y) dalam penelitian ini adalah Keputusan Pembelian Konsumen yang

dipengarugi oleh variabel independen (X) yaitu Exterior (X1), General Interior

(X2), Store Layout (X3), dan Interior Display (X4).

Variabel Dimensi Dimensi dan Indikator Skala

Eksterior (X1) Eksterior adalah 1. Storefront Likert

tampilan luar toko Bagian depan toko (1-5)

yang memiliki 2. Marquee (Papan nama

pengaruh kuat toko)

terhadap citra toko 3. Entrance (Pintu

yang harus masuk toko)

direncanakan secara 4. Windows Display

matang (Etalase)

5. Exterior Building

Height

6. Visibility

7. Uniqueness

8. Surrounding Store and

Area

9. Parking Facilities

General General Interior 1. Kondisi penerangan Likert

Interior (X2) adalah bagian dalam toko (1-5)

toko yang akan 2. Keadaan kebersihan


37

mempengaruhi dan kesejukan toko

terhadap persepsi- 3. Suasana toko melalui

persepsi para suara dan aroma.

konsumen yang

datang

Store Layout Store Layout adalah 1. Pengelompokan Likert

(X3) suatu keputusan 2. Penataan barang di (1-5)

yang menentukan toko

efisiensi sebuah 3. Pengaturan lalulintas

operasi dalam di dalam toko

jangka panjang

Interior Interior Display 1. Assortmen Display Likert

Display (X4) adalah pemberi 2. Theme Setting-display (1-5)

petunjuk kepada 3. Ensemble Display

konsumen dan 4. Rack and Cases

sebagai perangsang Display

konsumen untuk 5. Cut Case

melakukan

pembelian.

Keputusan Keputusan 1. Menu sesuai dengan Likert

Pembelian Pembelian keinginan (1-5)

Konsumen (Y) Konsumen adalah 2. Sumber informasi

kondisi konsumen tentang toko


38

harus membuat 3. Kepuasan terhadap

pilihan yaitu pilihan keadaan toko tersebut

produk, merek,

penyalur, waktu

pembelian, jumlah

pembelian, dan

metode pembayaran

sebelum akhirnya

melaksanakan

kegiatan pembelian.

(Kotler & Keller,

2012)

Tabel 3.1 Variabel penelitian dan definisi operasional

3.2.2. Pengukuran Variabel

Pengisian kuesioner dalam penelitian ini menggunakan Skala Linkert.

Menurut Sugiyono (2009) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan

indicator-indikator dari variabel penelitian. Responden diminta untuk mengisi

setiap butir pertanyaan dengan memilih salah satu dari lima pilihan yang tersedia.

Pengukuran dengan menggunakan skala likert dengan penilitian sebagai berikut :


39

Sangat Setuju (SS) =5

Setuju (S) =4

Cukup (N) =3

Tidak Setuju (TS) =2

Sangat Tidak Setuju (STS) =1

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono (2006:55), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Populasi dari penelitian adalah seluruh pengunjung Rolag Coffee, peneliti

tidak membatasi usia pengunjung Rolag Coffee.

3.3.2. Sampel

Menurut Sugiyono (2011) sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteristik

yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi. Maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi, misal karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi yang betul

- betul representative (mewakili)


40

Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan

rumus sebagai berikut (2011:53)

𝑧2
𝑛=
4𝜇 2

Keterangan:

n = Ukuran Sampel

z = Tingkat keyakinan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian (pada α = 5%

atau derajat keyakinan ditentukan 95% maka Z =1,96)

µ = margin of error, tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (ditentukan 10%)

dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut

𝑧2
𝑛=
4𝜇 2

(1,96)2
= = 96,04 atau apabila dibulatkan menjadi 97 responden
4(10%)2

Dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa sampel penelitian yang akan

diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 97 responden yang merupakan

konsumen Rolag Coffee

3.3.3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling. Non probability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur
41

atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014:120).

Peneliti menggunakan jenis dari non probability sampling yaitu dengan

menggunakan purposive sampling yaitu, teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:96). Kriteria subjek yang akan dijadikan

sampel atau responden adalah:

1. Orang yang pernah berkunjung dan melakukan pembelian pada Rolag

Cofee

2. Berusia lebih dari 17 tahun.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah Data Primer. Data primer adalah sumber

data yang diperoleh langsung dengan penyebaran kuesioner pada responden yang

diambil dengan metode Purposive Sampling, yaitu suatu sampel yang terdiri atas

sejumlah elemen yang dipilih dengan beberapa pertimbangan tertentu yang

bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representatif. Dengan hal

ini penulis sengaja memilih responden dengan mempertimbangkan keputusan

pembelian konsumen yang pernah menjadi konsumen di Rolag Coffe.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini bersumber dari konsumen yang pernah menjadi

konsumen di Rolag Coffee yang berumur diatas 17 tahun, berdasarkan jawaban

yang diberikan responden atas daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner.
42

3.4.3. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian bertujuan untuk mendapatkan informasi sebagai

penunjang keberhasilan dari suatu penelitian. Maka di dalam penelitian ini peneliti

dalam metode pengambilan data yang dilakukan dengan melalui pengamatan

langsung dan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat

pengumpulan data secaara langsung yang berupa daftar pertanyaan-pertanyaan

tertulis untuk disebarkan kepada responden yang kemudian dari hasil jawaban

responden tersebut diolah sehingga menghasilkan informasi tertentu. Menurut

Sugiyono (2012) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharpkan

dari responden. Dalam penelitian ini kuesioner yang akan dibagikan kepada

responden yaitu meliputi identitas dan tanggapan yang sesuai dengan indicator

yang diajukan dalam variabel Eksterior, General Interior, Store Layout, dan

Interior Display serta Keputusan Pembelian Konsumen.

3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.

Kuesioner dapat dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner dapat

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas

adalah ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull), dan

kemanfaatan (usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari

interpretasi skor tes (Kusaeri, 2012).


43

Sedangkan menurut Sugiyono (2013) mendefinisikan validitas sebagai suatu

ukuran yang menunjukkan keabahan suatu instrumen.

3.5.2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat

ukur didalam mengukur gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui konsistensi jawaban responden dari waktu ke waktu yang diperoleh

dengan cara menghitung koefisien alpha dengan menggunakan metode alpha

cronbach’s. nilai alpha yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan nilai

beatass reliabilitas minimum, yaitu 0,5 maka kuesioner penelitian ini tidak reliable

dan harus dilakukan pengujian ulang.

Menurut Sugiyono (2013) uji reliabilitas adalah tingkat kestabilan suatu alat

mengukur suatu gejala atau kejadian. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative

konsisten maka alat pengukur tersebut realibel lain, reliabilitas menunjukkan

konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

3.5.3 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik atau uji persyaratan hipotesis ini menggunakan uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi

Asumsi klasik akan dapat memprediksikan adanya variabel pengganggu atau

dapta dikatakan model tersebut memenuhi Best Linier Unbias Estimates (BLUE).

Uji asumsi klasik dalam penelitian merupakan sebagai persyaratan hipotesis,


44

sehingga data yang akan diuji sudah menunjukkan data yang valid dan reliable,

karena hal inilah uji klasik perlu dilakukan. Sebelum data dianalisis dahulu

dilakukan uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas untuk mendapatkan rxy

hitung, F hitung, t hitung.

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar varabel bebas (independen). Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen, jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.

Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antara sesama

variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas digunakan uji VIF

(Variance Inflation Factor) dengan criteria keputusan sebagai berikut :

a. Apabila nilai VIF < 5 tidak terjadi multikolinearitas digunakan uji variance

influence faktor atau uji VIF

b. Nilai VIF berkisar antara 1 ≤ VIF < 10, artinya bahwasannya apabila VIF < 1

atau ≥ 10 maka variabel Xi terdapat multikolinearitas dengan variabel bebas

yang lain.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
45

disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heterokedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi

Heterokedastisitas (Ghozali, 2015).

Untuk mengetahui ada tidaknya Heterokedastisitas yaitu dengan nilai korelasi

masing-masing variabel bebas dengan residual lebih kecil dari r table (P > 0,05).

Untuk menguji terjadi atau tidaknya gejala heterokedastisitas dapat menggunakan

grafik plot antara nilai variabel terikat dengan residualnya dengan dasar keputusan

sebagai berikut:

a. Jika pada grafik scatter plot terlihat titik yang membentuk pola tertentu, yang

teratur (missal gelombang yang melebar kemudian menyempit), maka dapat

disimpulkan telah terjadi masalah heterokedastisitas.

b. Jika pada grafik scatter plot, titik-titik menyebar di atas dan bawah angka nol

pada sumbu Y serta tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka dapat

disimpulkan tidak terjadi masalah heterokedastisitas (variance sama/

heterokedastisitas

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menunjukkan korelasi antara data yang disusun berdasarkan time

series ataupun korelasi pada dirinya sendiri. Gejala korelasi mengakibatkan hasil

analisis regresi tidak lagi efisien atau varian tidak lagi maksimum. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan uji Dubin Watson

dengan ketentuan sebagai berikut (Trihendardi, 2005) :

a. 1,65 < DW < 2,35 tidak terjadi autokorelasi


46

b. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 tidak dapat disimpulkan

c. DW < 1,21 atau DW > 2,79 terjadi autokorlasi

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi, data

terdistribusi secara normal atau tidak. Salah satu cara melakukan uji normalitas

adalah dengan Kolmogorov-Smirnov Test. Tingkat kesalahan (α) yang ditetapkan

adalah sebesar 0,05 (α = 5%). Penarikan kesimpulan dilakukan dengan ketentuan

sebagai berikut (Ghozali, 2006):

1. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka data terdistribusi secara normal.

2. Jika nilai signifikasi < 0,05, maka data tidak terdistribusi secara normal.

3.5.4. Analisis Regresi Linier Berganda

Menurut Sugioyo (2010) analisis regresi linier berganda adalah analisis yang

digunakan peneliti bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik

turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen

sebagai faktor predictor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

Dalam hala ini penulis mengemukakan variabel bebas lebih dari satu, maka dari

itu untuk mengetahui bagaimana variabel bebas (X1 dan X2) dengan variabel

terikat (Y) (Sugiyono, 2008), persamaan regresi tersebut adalah:

Y = 𝛼 + 𝛽1 𝑋1 + 𝛽2 𝑋2 + 𝛽3 𝑋3 + 𝛽4 𝑋4 + 𝜀

Keterangan :
47

Y = Keputusan Pembelian Konsumen

X1 = Eksterior

X2 = General Interior

X3 = Store Layout

X4 = Interior Display

α = Konstanta

β1, β2, β3, β4 = Koefisien Regresi

e = Standart Error

3.5.5. Uji Simultan (Uji F)

Uji F merupakan uji persamaan regresi yang dilakukan untuk mengetahui apakah

variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh (simultan) secara

signifikan terhadap variabel-variabel dependen (Y) pada tingkat kepercayaan 95%

atau α = 5% (Sanusi, 2014). Uji F dalam penelitian ini digunakan untuk menguji

signifikasi pengaruh eksterior, general interior, store layout, dan interior display

terhadap keputusan pembelian konsumen secara simultan dan parsial.

Menurut Sugiyono (2014), analisa uji F digunakan untuk mengetahui seberapa

besar tingkat signifikan dari hubungan semua variabel bebas (X1, X2, X3, X4)

secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Y) dengan menggunakan rumus

uji F, yaitu:
48

𝑅 2 /(𝑘 − 1)
Fhitung =
(1 − 𝑅 2 )/(𝑛 − 𝑘)

Dimana :

R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah Variabel Bebas

n = Jumlah Sampel

Hipotesis :

1. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti eksterior, general interior, store layout,

dan interior display secara simultan atau secara bersama-sama tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

2. Hi : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, berarti eksterior, general interior, store layout,

dan interior display secara simultan atau secara bersama-sama

berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

kriteria pengujian yang dipakai dalam F hitung adalah :

1. Ho diterima apabila Fhitung > Ftabel maka eksterior, general interior, store

layout, dan interior display secara bersama-sama mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

2. Ho ditolak apabila F hitung ≤ F table maka eksterior, general interior,

store layout, dan interior display secara bersama-sama tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.


49

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Untuk Uji F

Daerah Penolakan H0

Daerah Penerimaan H0

Ftabel

3.5.6. Uji Parsial (Uji t)

Uji t (t-test) melakukan pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial,

pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikasi peran secara parsial antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa

variabel independen lain dianggap konstan.

Menurut Sugiyono (2014), uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel

bebas (X1, X2, X3, X4) secara parsial terhadap variabel terikat (Y) mempunyai

pengaruh signifikan, maka digunakan rumus t hitung, yaitu :

𝑏𝑖
𝑡=
𝑆𝐸(𝑏𝑖 )

Keterangan :

t = besarnya nilai thitung


50

bi = koefisien regresi variabel bebas ke i

SE(bi) = standar error dari koefisien bi

Hipotesis :

1. Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, berarti eksterior, general interior, store layout, dan

interior display secara parsial atau masing-masing tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

2. Hi : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, berarti eksterior, general interior, store layout, dan

interior display secara parsial atau masing-masing berpengaruh secara

signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.

Adapun criteria pengujian hipotesis adalah :

1. Ho diterima apabila thitung > ttabel maka eksterior, general interior, store

layout, dan interior display secara parsial atau masing-masing tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen.

2. Hi ditolak apabila thitung ≤ ttabel maka eksterior, general interior, store layout,

dan interior display secara parsial atau masing-masing mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap Keputusan Pembelian Konsumen.


51

Gambar 3.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan Uji t

Daerah Penolakan Ho Daerah Penerimaan Ho Daerah Penolakan Ho

-ttabel 0 ttabel

3.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian selama empat bulan

terhitung bulan Juni. Lokasi penelitian dilakukan di Rolag Coffee yang berada di

Jalan Karah Blok E-2 No.6, Karah, Jambangan, Surabaya, Jawa Timur
52

KUESIONER PENELITIAN

IDENTITAS RESPONDEN

1. Usia

2. Jenis Kelamin

3. Pekerjaan

4. Penghasilan/uang saku perbulan :

a. < Rp 500.000

b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000

c. Rp 1.000.000 – Rp 1.500.000

d. Rp 1.500.000 – Rp 2.000.000

e. > Rp 2.000.000

5. Berapa kali anda berkunjung ke Rolag Coffee :

a. < dari 1 kali dalam sebulan

b. 1 - 2 kali dalam sebulan

c. 3 – 5 kali dalam sebulan

d. > 5 kali dalam sebulan

PETUNJUK PENGISIAN

Dibawah ini terdapat pernyataan. Baca dan pahamilah setiap pernyataan dengan

seksama, kemudian berikan respon saudara dengan cara memberikan tanda (X)

atau coreng (√) pada kolom yang telah tersedia dengan satu pilihan jawaban.

Keterangan :
53

a. Sangat Setuju (SS) = 5

b. Setuju (S) = 4

c. Kurang Setuju (KS) = 3

d. Tidak Setuju (TS) = 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

X1. Eksterior

No Keterangan STS TS KS S STS

1 Papan Nama Rolag Coffee

terlihat jelas

2 Pintu masuk Rolag Coffee

luas sehingga

memudahkan akses masuk

ke dalam toko

3 Fasilitas parkir yang aman

dan dekat pada Rolag

Coffee

X2. General Interior

No Keterangan STS TS KS S SS

1 Pencahayaan ruangan

Rolag Coffee mampu


54

meningkatkan daya terik

toko

2 Kondisi ruangan Rolag

Coffee bersih

3 Suhu Udara Rolag Coffee

sejuk

4 Aroma ruangan Rolag

Coffee harum

5 Musik yang dimainkan

Rolag Coffee membuat

saya merasa betah

X3. Store Layout

No Keterangan STS TS KS S SS

1 Sistem pengelompokan

barang di Rolag Coffee

sistematis

2 Sistem penataan barang di

Rolag Coffee rapi

3 Jarak antar meja yang

cukup mendukung

kelancaran arus lalu lintas


55

X4. Interior Display

No Keterangan STS TS KS S SS

1 Daftar menu di Rolag

Coffe mempermudah saya

untuk mengetahui menu

yang saya inginkan

2 Pemasangan tanda produk

promo mempermudah saya

untuk mengetahui menu

yang sedang promo

Y. Keputusan Pembelian Konsumen

No Keterangan STS TS KS S SS

1 Saya memutuskan membeli

di Rolag Coffee karena

menu yang dijual sesuai

dengan keinginan saya

2 Saya mendapatkan

informasi mengenai Rolag

Coffee dari iklan di media


56

sosial

3 Saya memperoleh

informasi tentang Rolag

Coffee dari keluarga,

teman atau orang lain

4 Rolag Coffee sebagai

tempat yang tepat untuk

berkumpulnya orang-orang

5 Saya membutuhkan waktu

yang relatif singkat untuk

memutuskan membeli di

Rolag Coffee

6 Lain waktu saya akan

kembali lagi ke Rolag

Coffee

7 Saya merasa puas memilih

Rolag Coffee sebagai

tempat yang nyaman


57

DAFTAR PUSTAKA

Dessyana, C.J. 2013. Store Atmosphere Pengaruhnya Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen di Texas Chicken Multimart II Manado. Jurnal EMBA.

Vol. 1. No. 3 : 844-852

An’nisa, Vita. 2016. Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen Cafe Little Wings Di Bandung. E-Proceeding of Applied Science. Vol.

2. No. 2 : 475

Kotler, P & Kevin, L.K. 2009. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Erlangga

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung :Alfabeta

Abdullah, Prof. Dr. Thamrin & Tantri, Dr. Francis. 2015. Manajemen Pemasaran.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Sugiyono, P. 2013. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas. (Online),

(http://statistikterapan.blogspot.co.id/2013/12/uji-validitas-dan-uji-reliabilas.html,

diakses 10 Agustus 2016)

Anda mungkin juga menyukai