BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
21
• VL net coupler
FCS adalah otak dari DCS yang mengeksekusi kontrol dan mengkoputasi
kontrol di lapangan.
3. Ethernet
Vnet/IP sama seperti fungsi komunikasi Ethernet dan digunakan sebagai
landasan kabel komunikasi di masa mendatang yang fungsinya sama seperti
teknologi Vnet.
4. Hart
HART merupakan singkatan dari “Highway Addressable Remote
Transducer” adalah sebuah komunikasi berbasis sinyal analog 4-20 mA yang
diterapkan pada field instrument.
5. Engginering PC (ENG USER)
Fungsi engginering PC adalah untuk manajemen dan pemeliharaan sistem.
6. Operator PC (OFF USER)
Fungsi operator PC adalah sebagai pencatat data variable pada saat real
time ataupun data sebelumnya dan juga sebagai fungsi operasional harian
sekaligus kontrol seperti: process alarm ,indikator level, dan lain-lain.
1. Venturi meter
2. Nozzle
3. Pitot tubes
4. Plat orifice
Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ukur ini adalah sama yaitu
bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini.
1. Venturi Meter
Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U.
Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan ruangan
yang besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah.
Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu :
1 Bagian Inlet
2. Inlet Cone
3. Throat (leher)
4. Outlet Cone
Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke
bagian outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan
awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil
kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat
pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida
akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini
berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone
ini tekanan kembali normal. (http://repository.usu.ac.id)
2. Flow Nozzle
Flow Nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua
flensa. Flow Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow
nozzle mempunyai lubang lebih besar dan kehilangan tekanan lebih kecil daripada
plat orifice sehinga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi pada
temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat
primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda
tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur
atau alat sekundernya adalah berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan
bertambah dan tekanan semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran
fluida akan keluar secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti
pada plat orifice. Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama yang melengkung
pada silinder. (http://repository.usu.ac.id)
3. Pitot Tubes
Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun 1732.
Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda
tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada
Gambar 3.12. Sama halnya seperti plate orifice, pitot tubes membutuhkan dua
lubang pengukuran tekanan untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot
tubes ini biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes
terbuat dari stainless steel dan kuningan. (http://repository.usu.ac.id)
4. Plat Orifice
Agar dapat melakukan pengendalian atau proses-proses industri, kuantitas
bahan yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui. Kebanyakan bahan
ditransportasikan diusahakan dalam bentuk fluida, maka penting sekali mengukur
kecepatan aliran fluida dalam pipa. Berbagai jenis meteran digunakan untuk
mengukur laju arus seperti Plat orifice.
Untuk plat orifice ini, fluida yang digunakan adalah jenis cair dan gas.
Pada Plat orifice ini piringan harus bentuk plat dan tegak lurus pada sumbu pipa.
Piringan tersebut harus bersih dan diletakkan pada perpipaan yang lurus untuk
memastikan pola aliran yang normal dan tidak terganggu oleh fitting, kran atau
peralatan lainnya.
Prinsip dasar pengukuran Plat orifice dari suatu penyempitan yang
menyebabkan timbulnya suatu perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir.
3.5 Transmitter
Transmitter adalah suatu peralatan instrument yang dapat merubah sinyal
yang berasal dari instrument ukur (sensor atau detector) menjadi bentuk sinyal
yang dapat diterima oleh indicator, recorder dan controller.
(http://www.unhas.ac.id)
2. Flow Transmitter
Flow transmitter digunakan untuk mendeteksi laju aliran dari suatu
proses pemindahan cairan, gas, atau uap dalam pipa. Seperti halnya pressure
transmitter, flow transmitter ini juga menggunakan prinsip kerja tekanan.
Transmitter ini melakukan transfer data secara analog menuju ruang kendali.
Flow transmitter menggunakan plat orifice untuk mendapatkan
perbedaan tekanan. Orifice sendiri merupakan plat silinder yang disambung
dengan pipa yang memiliki diameter yang lebih kecil. Perubahan diameter pipa
tersebutlah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara In-stream
dengan Out-stream. (https://id.scribd.com)
3. Level Transmitter
Level transmitter digunakan untuk mendeteksi ketinggian fluida
didalam suatu tengki. Sama halnya seperti flow dan pressure transmitter, level
transmitter ini menggunakan prinsip kerja perbedaan tekanan.
Adapun sensor yang mendeteksi perbedaan tekanan ini adalah sensor
diafragma. Sensor ini berhubungan langsung dengan fluida dan mendeteksi
tekanan yang selanjutnya dihubungkan ke transmitter menggunakan pipa kapiler
untuk diolah menjadi data analog. Data-data ini dikirim ke ruang kendali
menggunakan sistem protokol komunikasi Hart. (https://id.scribd.com).
4. Temperature Transmitter
Temperature transmitter digunkan untuk mendeteksi suhu fluida
dalam suatu tengki. Sensor yang digunakan biasanya adalah Thermocouple. Suhu
hasil pembacaan dari Thermocouple ini akan dikonversi oleh temperature
transmitter dan kemudian dikirim ke ruang kendali menggunakan komunikasi
Hart.
1. Globe Valve
Globe valve merupakan valve yang paling populer dipakai pada sistem
pengendalian proses dikarenakan rangeability (jangkauan yang luas) serta dapat
mengontrol aliran fluida proses secara akurat. Tipe globe control valve pada
umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu single-seated (dudukan tunggal) dan double-
seated (dudukan ganda). Pada tipe double-seated, aliran fluida proses dipecah
menjadi dua bagian, sehingga pressure drop dimasing-masing bagian hanya
setengah dari pressure drop diantara inlet-outlet. Hal ini sangat menguntungkan
karena dapat mengurangi terjadinya korosi akibat fluida proses yang mengalir
secara kontinyu.
2. Gate Valve
Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran
dengan cara mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi
panjang. Gate Valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem
perpipaan. Yang fungsinya untuk membuka dan menutup aliran. Gate valve tidak
untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan cara membuka setengah
atau seperempat posisinya, Jadi posisi gate pada valve ini harus benar benar
terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully close).
3. Diapgrham Valve
Diapraghm Valve ini bisa digunakan untuk mengatur aliran fluida yang
bersifat throttling dan juga bisa digunakan seperti Gate Valve yaitu fully open atau
fully close. Diaphragm Valve handal dalam menangani material kasar seperti
fluida yang mengandung pasir, semen atau lumpur. Diaphragm Valve mudah
dikenali karena bentuk bonnet nya yang menggelembung seperti lonceng.
Diaphragm Valve mempunyai stem, handwell, plunger, diaphragm stud yang
menjadi satu, diaphragm, seat dan body. Diaphragm Valve ini tidak mempunyai
disc, tetapi pengganti dari disc ini adalah diaphragm itu sendiri. Diaphragm Valve
ini akan menutup jika plunger menekan diaphragm dan valve akan terbuka jika
plunger naik ke atas.
- Rotary Motion
1. Butterfly Valve
2. Ball Valve
Ball valve adalah sebuah valve yang berbentuk disc bulat yang seperti
bola, tetapi memiliki lubang ditengah nya sehingga ketika lubang tersebut segaris
lurus dengan laju aliran maka fluida akan mengalir. Dan begitu juga sebaliknya,
ketika posisi lubang tidak lurus maka fluida akan terhambat ataupun terhenti. Ball
valve banyak digunakan karena kemudahannya dalam maintenance dan
kemampuannya untuk menahan tekanan dan temperature tinggi. Pada saat ini,
Ball Valve bisa menahan tekanan hingga 10.000 Psi dan temperature 200 derajat
celcius. Ball valve terdapat dua jenis, yaitu: Full Bore Ball Valve dan Reduced
Bore Ball Valve.
3. Check Valve
Check Valve berfungsi sebagai pengaman terhadap aliran balik fluida.
Jenis valve ini hanya bisa mengalirkan fluida dari satu arah saja, dan apabila
terdapat fluida yang mengalir berlawanan arah, secara mekanis valve ini akan
tertutup dan menghentikan fluida. Biasanya digunakan untuk pengaman pompa
terhadap aliran balik fluida yang dapat merusak motor pompa, atau digunakan
untuk keperluan proses lain, dimana aliran balik fluida tidak diperbolehkan. Check
valve bisa memiliki disc berupa swing atau ball
.
1. Air-to-Open (ATO)
Tipe air to open adalah aktuator akan bekerja jika masuknya sinyal udara
bertekanan (air compressor) pada kisaran 2,8 kgf/𝑐𝑚2 maka control valve akan
terbuka. Aksi control valve ATO sering dikenal dengan istilah Normally Close
(NC) yaitu pada saat keadaan normal control valve dalam keadaan menutup dan
jika terjadi kegagalan dalam pengendalian proses control valve akan membuka.
2. Air-to-Close (ATC)
Tipe air to close adalah aktuatir akan bekerja jika masuknya sinyal udara
bertekanan (air compressor) pada kisaran 2,8kgf/𝑐𝑚2 maka control valve akan
menutup laju aliran fluida. Sebalilknya untuk aksi control valve ATC istilahnya
adalah Normallly Open (NO) yaitu control valve dalam keadaan normal pada
posisi membuka, dengan demikian jika terjadi kegagalan dalam pengendalian
proses maka control valve akan menutup.
2. Elektrik
Control Valve elektrik merupakan aktuator yang dapat digunakan untuk
valve diskrit (valve on-off) maupun valve analog (valve throttling). Jenis aktuator
elektrik yang digunakan untuk valve diskrit adalah solenoid dan relay, sedangkan
untuk valve analog adalah motor. Keluaran dari control valve jenis ini sebesar 4 -
20mA.
3. Hidrolik
Control valve hidrolik bekerja menggunakan tekanan cairan untuk
menggerakkan mekanisme valve. Aktuator hidrolik menggunakan piston untuk
mengubah tekanan menjadi gaya mekanik dalam menggerakkan valve, dan lebih
banyak digunakan pada valve diskrit (valve on-off).
1. Equal Percentage
Karakteristik equal percetage yaitu aliran yang menyatakan perubahan
travel bukaan valve yang besar namun aliran semakin lambat.
2. Linear
Karakteristik ini menyatakan bahwa besarnya aliran yang proporsional
dengan bukaan valve/travel atau dengan kata lain travel bukaan berbanding lurus
dengan flow ratenya. Jika bukaan valve sebesar sepuluh persen maka flow rate
pun mengalir sebesar sepuluh persen. Control valve jenis linear banyak
diaplikasikan pada pengendalian level permukaan dengan gain yang tetap.
3. Quick Opening
Pada area bukaan valve (travel) yang kecil dapat membuat suatu
perubahan aliran yang besar (flow rate). Dengan kata lain, karakteristik quick
opening/bukaan cepat merupakan perubahan maksimum yang terjadi pada bukaan
valve yang relatif kecil. Karakteristik quick opening sangat tepat di aplikasikan
pada on-off valve. (Olivia, Mia. 2018.)
3.7 Transducer
Transducer digunakan untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
pneumatic untuk menggerakkan Valve. Bisa dikenal dengan nama I to P atau I/P
transducer (current to pressure transducer) dan E/P transducer (voltage to
pressure transducer). Output standard alat ini adalah 3-15 psi. Sinyal input adalah
4-20 mA atau 1 - 5 volt.
Umumnya transducer selalu digunakan bersama dengan positioner. Jika
dihubungkan langsung ke actuator (tanpa positioner) maka pengontrolan akan
menjadi lambat. (Harsono, Eko. 2012.)
Pada tabel 3.1 tersebut ketika input yang dikirim dari DCS sebesar 4 mA
maka I/P transducer akan mengkonversi nilai tersebut menjadi besaran pneumatik
sebesar 3 psi sehingga valve pada posisi 0 %, pada saat input dikirim dari DCS
sebesar 12 mA maka I/P transucer akan mengkonversi nilai tersebut menjadi
besaran pneumatik sebesar 9 psi sehingga valve pada posisi 50 %, dan pada saat
input dikirim dari DCS sebesar 20 mA maka I/P transucer akan mengkonversi
nilai tersebut menjadi besaran pneumatik sebesar 15 psi sehingga valve pada
posisi 100 %. Dari penjelasan dan tabel diatas maka didapat perhitungan suatu
rumus output valve berdasarkan nilai miliAmpere yang dikirim yaitu sebagai
berikut :
Jika nilai arus dari DCS yang dikirim pada I/P transducer telah diketahui
maka nilai arus tersebut akan dikonversi menjadi sinyal pneumatik dengan rumus
sebagai berikut :
Keterangan :
Set Point = Persentase bukaan control Valve (%)
Pout = Output sinyal pneumatic (3-15psi)
∆pneumatic = Selisih sinyal pneumatic maks terhadap sinyal pneumatic min
∆pneumatic = (Pmax – Pmin)
= (15 psi – 3 psi) = 12 psi
(Putra, M. Dirgantara catur. 2014.)
3.8 Positioner
Positioner berfungsi untuk meningkatkan akurasi gerakan buka-
tutup valve dan meningkatkan kestabilan proses. Positioner juga dapat berfungsi
untuk mengubah karakteristik aliran pada sebuah valve. Positioner hanya
digunakan pada control valve berukuran >2 inci dan pada aplikasi
dengan operating pressure >200 Psi. (Harsono, Eko. 2012.)
3.11 Controller
Controller merupakan salah satu komponen sistem pengaturan yang
berfungsi mengolah sinyal umpan balik dan sinyal masukkan acuan (setpoint) atau
sinyal eror menjadi sinyal kontrol. Controller berfungsi mengatur besaran yang
diukur (process value – PV) agar sama dengan set point (SP) yang diinginkan.
(Madina, Annanisa. 2016.)