Anda di halaman 1dari 31

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Unit BB (Butane-Butylene)Distiller


BB Distilasi merupakan singkatan dari Butane-Butylene Distilasi yang
merupakan salah satu kilang Scondary Process di PT. Pertamina, dimana bahan
yang diperlukan untuk peroses di BB Distilasi adalah hasil dari Primary process
di Crude Distiller (CD). Unit ini berfungsi untuk memisahkan gas hidrokarbon
ringan. Adapun produk-produk yang dihasilkan dari unit ini adalah sebagai
berikut :

1. Refinery gas sebagai bahan bakar furnace


2. Prorana liquid sebagai LPG
3. FBB (Butane dan i-C4) sebagai LPG
4. Stab. CR TOPS sebagai LOMC
(Dwiindra93. 2014.)

3.2. Sistem Instrumentasi


Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih
kompleks. Secara umum, instrumentasi mempunyai tiga fungsi utama yaitu
sebagai alat pengukuran, sebagai alat analisa dan sebagai alat kontrol.
(Sutarno. 2004.)

Laporan Kerja Praktek

20
21

Politeknik Negeri Sriwijaya

Secara terminologi definisi instrumen dapat diartikan sebagai


“ insttrumentasi adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan peralatan
atau instrumen untuk mengukur dan mengatur suatu besaran baik kondisi fisis
maupun kimia”.
Operasi di industri proses seperti kilang minyak (refinery) dan petrokimia
(petrochemica) sangat bergantung pada pengukuran dan pengendalian besaran
proses. Beberapa besaran proses yang harus diukur dan dikendalikan pada suatu
industri proses misalnya aliran (Flow) didalam pipa, tekanan (Pressure) didalam
sebuah vessel, suhu (Temperature) di unit heat exchange, serta permukaan (Level)
zat cair di sebuah tangki. (Arindya, Raditia. 2014.)

3.3 Distributed Control System (DCS)


3.3.1 Pengertian DCS
DCS (Distributed Control System) merupakan suatu sistem kendali yang
terdistribusi dimana ditempatkan LCU (Local Control Unit) pada tiap area yang
akan dikendalikan dan adanya pusat pengendalian yang mengatur set-point,
mengkoordinasikan kerja dari area-area pengendalian dan juga memonitoring
kerja pengendalian dalam sistem DCS.
Konsep sistem kendali terdistribusi adalah untuk mengatasi kelemahan
utama sistim kendali terpusat dimana jika terjadi kegagalan Central Processing
Unit (CPU) pada pusat maka akan menimbulkan kegagalan pada seluruh sistem.
Dengan diterapkannya sistim kendali terdistribusi ini maka kegagalan di
suatu area tidak akan mempengaruhi area lainnya secara langsung, karena masing-
masing area mempunyai CPU lengkap dengan memori dan I/O nya. (e-learning-
old.polban.ac.id)

Laporan Kerja Praktek


22

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.3.2 Komponen DCS


Secara umum komponen DCS dapat dibagi menjadi 3 bagian diantaranya:

1. Human Interface Station (HIS)


Operator Station digunakan untuk melakukan monitoring terpusat proses
dari control room, menyajikan informasi plant terkini kepada operator melalui
graphical user interface (GUI), sehingga operator dapat melakukan fungsi
operasi, maintenance dan troubleshooting, Pengembangan variable proses,
parameter kontrol, alarm, dan lain-lain.

Gambar 3.1 Human Interface Station (HIS)


(www.sumitomocorp.com)

2. Field control station (FCS)


Station ini Digunakan sebagai control unit untuk mengendalikan variabel-
variabel yang dikendalikan pada proses. Control station dikenal pula dengan
istilah Field Control Station (FCS). Berikut adalah komponen dari FCS :

Laporan Kerja Praktek


23

Politeknik Negeri Sriwijaya

• Central Processor Unit (CPU)

• Catu daya (Power Supply Unit,PSU)

• VL net coupler

• Modul masukan/keluaran (I/O modules,IOM)

FCS adalah otak dari DCS yang mengeksekusi kontrol dan mengkoputasi
kontrol di lapangan.

Gambar 3.2 Field Control Station (FCS)


(www.yokogawa.com)

3. Engineering PC /Engineering Work Station (EWS)


PC ini digunakan untuk melakukan modifikasi dari sistem yang sudah ada,
juga untuk melakukan kegiatan maintenance dari sistem DCS Centum VP. Bentuk
fisiknya sama seperti HIS, yang membedakan dengan HIS adalah software
didalamnya. EWS dilengkapi dengan BUILDER sebagai window untuk

Laporan Kerja Praktek


24

Politeknik Negeri Sriwijaya

modifikasi.Selama pekerjaan engineering tidak dilakukan, EWS dapat berfungsi


sebagai HIS dan EWS juga dapat melakukan emulasi/ tes fungsi secara virtual.

Gambar 3.3 Engineering Work Station (EWS)


(Embarcadero, Edwin Saputra . 2013)

3.3.3 Sistem Komunikasi DCS


1. Communication Gateway Unit (CGW)
Alat ini berfungsi untuk menghubungkan Kabel Vnet dengan kabel
Ethernet untuk keperluan supervisory computer ataupun untuk dihubungkan ke
jaringan intranet. Dengan CGW, kita juga dapat menghubungkan dua sistem
CENTUM VP yang jaraknya berjauhan dengan menggunakan jaringan telepon.
2. V Net
Vnet adalah kabel komunikasi kontrol yang menghubungkan antara FCS,
HIS, BCV dan CGW. Standar dari Vnet adalah dual redundant. Vnet/IP sebuah
kabel berbasis IP yang real-time untuk proses otomasi dan sudah menggunakan
sistem komunikasi 1-Gbps.

Laporan Kerja Praktek


25

Politeknik Negeri Sriwijaya

3. Ethernet
Vnet/IP sama seperti fungsi komunikasi Ethernet dan digunakan sebagai
landasan kabel komunikasi di masa mendatang yang fungsinya sama seperti
teknologi Vnet.
4. Hart
HART merupakan singkatan dari “Highway Addressable Remote
Transducer” adalah sebuah komunikasi berbasis sinyal analog 4-20 mA yang
diterapkan pada field instrument.
5. Engginering PC (ENG USER)
Fungsi engginering PC adalah untuk manajemen dan pemeliharaan sistem.
6. Operator PC (OFF USER)
Fungsi operator PC adalah sebagai pencatat data variable pada saat real
time ataupun data sebelumnya dan juga sebagai fungsi operasional harian
sekaligus kontrol seperti: process alarm ,indikator level, dan lain-lain.

3.3.4 Tipe Arsitektur DCS


DCS memiliki arsitektur yang lengkap dan dibuat sesuai dengan field dan
kebutuhan yang dikontrol. Sistem utama DCS meliputi :
1. Controller
2. I/O
3. Terminal Unit
4. HMI/Supervisory Station
5. Engineering Station
6. Historian
7. Sistem aset management dan sistem report

Laporan Kerja Praktek


26

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.4 Arsitektur Umum DCS


(Embarcadero, Edwin Saputra . 2013)

Sistem utama tersebut dirangkai dalam suatu topografi yang bersusun


membentuk sistem pengontrolan, menghasilkan report, dan penyimpanan data.
Berikut ini topografi sistem DCS.

Gambar 3.5 Topografi Sistem DCS


(Embarcadero, Edwin Saputra . 2013)

Laporan Kerja Praktek


27

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.4 Sistem Pengukuran Flow


Pengukuran aliran adalah untuk mengukur kapasitas aliran, massa laju
aliran, volume aliran. Flow meter merupakan instrument untuk mengukur aliran
dari suatu fluida baik liquid, sludge maupun gas dengan temperatur tinggi maupun
rendah. Dalam memilih flow meter harus disesuaikan dengan kondisi fluida dan
fungsi flow meter itu sendiri. Secara umum aliran dalam (instalasi) pipa dapat
digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :
1. Aliran Laminer
Aliran Laminer adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi
lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama
lain. Alirannya relatif mempunyai kecepatan rendah dan fluidanya bergerak
sejajar (laminar) dan mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida.
2. Aliran Turbulensi
Aliran Turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak
secara acak dan tidak setabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi.
Akibat dari hal tersebut garis alir antar pertikel fluidanya saling berpotongan.
(Arindya, Raditia. 2014).

3.4.1 Prinsip Pengukuran Flow


Prinsip kerja alat ukur aliran ini adalah berdasarkan energi kinetis dengan
melewatkan aliran melalui suatu penghalang. Kemudian penghalang mengubah
energi kinetis menjadi energi statis. Perubahan energi statis ini pada up-stream
dan down-stream kemudian dideteksi oleh differential-pressure meter dan
menyatakan energi aliran yang dapat dikonversi menjadi kecepatan aliran.
(Puspita, Indah. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


28

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.4.1.1 Jenis Alat Ukur Aliran Fluida


Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya
alat ukur lainnya adalah alat ukur fluida jenis laju aliran. Hal ini dikarenakan oleh
konstruksinya yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Alat ukur aliran
fluida jenis ini dibagi empat jenis yaitu :

1. Venturi meter

2. Nozzle

3. Pitot tubes

4. Plat orifice

Pada dasarnya prinsip kerja dari keempat alat ukur ini adalah sama yaitu
bila aliran fluida yang mengalir melalui alat ukur ini mengalir maka akan terjadi
perbedaan tekanan sebelum sesudah alat ini.

1. Venturi Meter
Venturi Meter ini merupakan alat primer dari pengukuran aliran yang
berfungsi untuk mendapatkan beda tekanan. Sedangkan alat untuk menunjukan
besaran aliran fluida yang diukur atau alat sekundernya adalah manometer pipa U.
Venturi Meter memiliki kerugian karena harganya mahal, memerlukan ruangan
yang besar dan rasio diameter throatnya dengan diameter pipa tidak dapat diubah.
Untuk Venturi Meter ini dapat dibagi 4 bagian utama yaitu :
1 Bagian Inlet
2. Inlet Cone
3. Throat (leher)
4. Outlet Cone

Laporan Kerja Praktek


29

Politeknik Negeri Sriwijaya

Pada Venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke
bagian outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan
awal. Pada bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang
disebabkan oleh bagian inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil
kebagian throat. Kemudian fluida masuk kebagian throat inilah tempat-tempat
pengambilan tekanan akhir dimana throat ini berbentuk bulat datar. Lalu fluida
akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu outlet cone. Outlet cone ini
berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat, dan pada Outlet cone
ini tekanan kembali normal. (http://repository.usu.ac.id)

Gambar 3.6 Venturi Meter


(http://www.owp.csus.edu)

2. Flow Nozzle
Flow Nozzle sama halnya dengan plat orifice yaitu terpasang diantara dua
flensa. Flow Nozzle biasa digunakan untuk aliran fluida yang kecil. Karena flow
nozzle mempunyai lubang lebih besar dan kehilangan tekanan lebih kecil daripada
plat orifice sehinga flow nozzle dipakai untuk fluida kecepatan tinggi pada
temperatur tinggi dan untuk penyediaan air ketel. Flow nozzle ini merupakan alat
primer dari pengukuran aliran yang berfungsi untuk mendapatkan beda
tekanannya. Sedangkan alat untuk menunjukkan besaran aliran fluida yang diukur

Laporan Kerja Praktek


30

Politeknik Negeri Sriwijaya

atau alat sekundernya adalah berupa manometer. Pada flow nozzle kecepatan
bertambah dan tekanan semakin berkurang seperti dalam venturi meter. Dan aliran
fluida akan keluar secara bebas setelah melewati lubang flow nozzle sama seperti
pada plat orifice. Flow nozzle terdiri dari dua bagian utama yang melengkung
pada silinder. (http://repository.usu.ac.id)

Gambar 3.7 Flow Nozzle


(http://www.wermac.org)

3. Pitot Tubes
Nama pitot tubes datang dari konsensip Henry de Pitot pada tahun 1732.
Pitot tubes mengukur besaran aliran fluida dengan jalan menghasilkan beda
tekanan yang diberikan oleh kecepatan fluida itu sendiri dapat dilihat pada
Gambar 3.12. Sama halnya seperti plate orifice, pitot tubes membutuhkan dua
lubang pengukuran tekanan untuk menghasilkan suatu beda tekanan. Pada pitot
tubes ini biasanya fluida yang digunakan adalah jenis cairan dan gas. Pitot tubes
terbuat dari stainless steel dan kuningan. (http://repository.usu.ac.id)

Laporan Kerja Praktek


31

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.8 Pitot Tubes


(http://repository.usu.ac.id)

4. Plat Orifice
Agar dapat melakukan pengendalian atau proses-proses industri, kuantitas
bahan yang masuk dan keluar dari proses perlu diketahui. Kebanyakan bahan
ditransportasikan diusahakan dalam bentuk fluida, maka penting sekali mengukur
kecepatan aliran fluida dalam pipa. Berbagai jenis meteran digunakan untuk
mengukur laju arus seperti Plat orifice.
Untuk plat orifice ini, fluida yang digunakan adalah jenis cair dan gas.
Pada Plat orifice ini piringan harus bentuk plat dan tegak lurus pada sumbu pipa.
Piringan tersebut harus bersih dan diletakkan pada perpipaan yang lurus untuk
memastikan pola aliran yang normal dan tidak terganggu oleh fitting, kran atau
peralatan lainnya.
Prinsip dasar pengukuran Plat orifice dari suatu penyempitan yang
menyebabkan timbulnya suatu perbedaan tekanan pada fluida yang mengalir.

Laporan Kerja Praktek


32

Politeknik Negeri Sriwijaya

Plat orifice dapat dibagi atas 3 jenis, yaitu :

1. Jenis Concentric Orifice

2. Jenis Eccentric Orifice

3. Jenis Segmental Orifice


(http://repository.usu.ac.id)

Gambar 3.9 Jenis Plat Orifice


(http://repository.usu.ac.id)

3.5 Transmitter
Transmitter adalah suatu peralatan instrument yang dapat merubah sinyal
yang berasal dari instrument ukur (sensor atau detector) menjadi bentuk sinyal
yang dapat diterima oleh indicator, recorder dan controller.
(http://www.unhas.ac.id)

A. Jenis-jenis Electronic Transmitter


1. Differential Pressure Transmitter
Differensial Pressure Transmitter merupakan Transmitter yang prinsip
perjanya menggunakan perbandingan tekanan. Yaitu perbandingan tekanan
rendah dan tekanan yang tinggi. Perbandingan tekanan inilah yang akan diubah
menjadi arus 4-20 mA agar sinyal pembacaan dapat terbaca oleh kontroller.
(https://id.scribd.com)

Laporan Kerja Praktek


33

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.10 Differential Pressure Tansmitter


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

2. Flow Transmitter
Flow transmitter digunakan untuk mendeteksi laju aliran dari suatu
proses pemindahan cairan, gas, atau uap dalam pipa. Seperti halnya pressure
transmitter, flow transmitter ini juga menggunakan prinsip kerja tekanan.
Transmitter ini melakukan transfer data secara analog menuju ruang kendali.
Flow transmitter menggunakan plat orifice untuk mendapatkan
perbedaan tekanan. Orifice sendiri merupakan plat silinder yang disambung
dengan pipa yang memiliki diameter yang lebih kecil. Perubahan diameter pipa
tersebutlah yang menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara In-stream
dengan Out-stream. (https://id.scribd.com)

Laporan Kerja Praktek


34

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.11 Flow Transmitter


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

3. Level Transmitter
Level transmitter digunakan untuk mendeteksi ketinggian fluida
didalam suatu tengki. Sama halnya seperti flow dan pressure transmitter, level
transmitter ini menggunakan prinsip kerja perbedaan tekanan.
Adapun sensor yang mendeteksi perbedaan tekanan ini adalah sensor
diafragma. Sensor ini berhubungan langsung dengan fluida dan mendeteksi
tekanan yang selanjutnya dihubungkan ke transmitter menggunakan pipa kapiler
untuk diolah menjadi data analog. Data-data ini dikirim ke ruang kendali
menggunakan sistem protokol komunikasi Hart. (https://id.scribd.com).

Gambar 3.12 Level Transmitter


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


35

Politeknik Negeri Sriwijaya

4. Temperature Transmitter
Temperature transmitter digunkan untuk mendeteksi suhu fluida
dalam suatu tengki. Sensor yang digunakan biasanya adalah Thermocouple. Suhu
hasil pembacaan dari Thermocouple ini akan dikonversi oleh temperature
transmitter dan kemudian dikirim ke ruang kendali menggunakan komunikasi
Hart.

Gambar 3.13 Temperature Transmitter


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

3.6 Control Valve


Control valve adalah suatu jenis elemen pengendali akhir atau final control
elemen yang paling umum digunakan untuk memanipulasi proses laju aliran
fluida. Kata control valve dapat diartikan bahwa prinsip kerjanya bisa secara
otomatis maupun manual. Suatu proses aliran fluida pada control valve bekerja
tidak hanya pada posisi menutup secara penuh (fully closed) atau membuka secara
penuh (fully opened) tetapi dapat juga dikendalikan melalui manipulated variable
atau input dari suatu proses yang dapat dimaniulasi atau diubah-ubah untuk
mengatur besaran bukaan valve agar proses variable selalu sama dengan set point
yang dikehendaki. Control Valve terdiri dari dua bagian penting yaitu badan katup
(valve body) dan aktuator katup (valve actuator).

Laporan Kerja Praktek


36

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.6.1 Tipe Control Valve


3.6.1.1 Control Valve Berdasarkan Gerakan (Motion)
- Linear Motion

Gambar 3.14 Linear Motion


(Olivia, Mia. 2018.)

Spesifikasi dari linear motion:


- Jalur aliran berliku-liku
- Recovery rendah
- Dapat melakukan flow rate rendah
- Tersedia beragam desain special trim
- Cocok untuk aplikasi high-pressure
- Biasanya memakai flange atau bergalur
- Bonnet terpisah
Berikut jenis-jenis control valve berdasarkan gerakan linear :

1. Globe Valve
Globe valve merupakan valve yang paling populer dipakai pada sistem
pengendalian proses dikarenakan rangeability (jangkauan yang luas) serta dapat
mengontrol aliran fluida proses secara akurat. Tipe globe control valve pada
umumnya terdiri dari dua jenis, yaitu single-seated (dudukan tunggal) dan double-
seated (dudukan ganda). Pada tipe double-seated, aliran fluida proses dipecah
menjadi dua bagian, sehingga pressure drop dimasing-masing bagian hanya

Laporan Kerja Praktek


37

Politeknik Negeri Sriwijaya

setengah dari pressure drop diantara inlet-outlet. Hal ini sangat menguntungkan
karena dapat mengurangi terjadinya korosi akibat fluida proses yang mengalir
secara kontinyu.

Gambar 3.15 Global Valve


(Olivia, Mia. 2018.)

2. Gate Valve
Gate valve adalah jenis katup yang digunakan untuk membuka aliran
dengan cara mengangkat gerbang penutup nya yang berbentuk bulat atau persegi
panjang. Gate Valve adalah jenis valve yang paling sering dipakai dalam sistem
perpipaan. Yang fungsinya untuk membuka dan menutup aliran. Gate valve tidak
untuk mengatur besar kecil laju suatu aliran fluida dengan cara membuka setengah
atau seperempat posisinya, Jadi posisi gate pada valve ini harus benar benar
terbuka (fully open) atau benar-benar tertutup (fully close).

Laporan Kerja Praktek


38

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.16 Gate Valve


(Olivia, Mia. 2018.)

3. Diapgrham Valve
Diapraghm Valve ini bisa digunakan untuk mengatur aliran fluida yang
bersifat throttling dan juga bisa digunakan seperti Gate Valve yaitu fully open atau
fully close. Diaphragm Valve handal dalam menangani material kasar seperti
fluida yang mengandung pasir, semen atau lumpur. Diaphragm Valve mudah
dikenali karena bentuk bonnet nya yang menggelembung seperti lonceng.
Diaphragm Valve mempunyai stem, handwell, plunger, diaphragm stud yang
menjadi satu, diaphragm, seat dan body. Diaphragm Valve ini tidak mempunyai
disc, tetapi pengganti dari disc ini adalah diaphragm itu sendiri. Diaphragm Valve
ini akan menutup jika plunger menekan diaphragm dan valve akan terbuka jika
plunger naik ke atas.

Gambar 3.17 Diaphragm Valve


(Olivia, Mia. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


39

Politeknik Negeri Sriwijaya

- Rotary Motion

Gambar 3.18 Rotary Motion


(Olivia, Mia. 2018.)

Spesifikasi dari rotary motion:

- Jalur aliran streamline


- Recovery tinggi
- Kapasitas lebih besar
- Peralatan packing lebih sedikit
- Dapat menangani fluida abrasif
- Tidak memerlukan flange
- Bonnet tergabung
- Rentang operasi lebar

Berikut ini jenis-jenis control valve berdasarkan gerakan rotary:

1. Butterfly Valve

Butterfly valve biasa digunakan untuk pipa-pipa yang mempunyai tekanan


rendah. Cara kerja nya adalah butterfly valve ini mempunyai disc yang berputar
secara vertical di tengah pipa dan hanya berputar sebanyak 90 derajat dari posisi
fully open hingga fully close dan butterfly valve ini juga bagus digunakan sebagai
throttling valve.

Laporan Kerja Praktek


40

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.19 Butterfly Valve


(Olivia, Mia. 2018.)

2. Ball Valve
Ball valve adalah sebuah valve yang berbentuk disc bulat yang seperti
bola, tetapi memiliki lubang ditengah nya sehingga ketika lubang tersebut segaris
lurus dengan laju aliran maka fluida akan mengalir. Dan begitu juga sebaliknya,
ketika posisi lubang tidak lurus maka fluida akan terhambat ataupun terhenti. Ball
valve banyak digunakan karena kemudahannya dalam maintenance dan
kemampuannya untuk menahan tekanan dan temperature tinggi. Pada saat ini,
Ball Valve bisa menahan tekanan hingga 10.000 Psi dan temperature 200 derajat
celcius. Ball valve terdapat dua jenis, yaitu: Full Bore Ball Valve dan Reduced
Bore Ball Valve.

Gambar 3.20 Ball Valve


(Olivia, Mia. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


41

Politeknik Negeri Sriwijaya

3. Check Valve
Check Valve berfungsi sebagai pengaman terhadap aliran balik fluida.
Jenis valve ini hanya bisa mengalirkan fluida dari satu arah saja, dan apabila
terdapat fluida yang mengalir berlawanan arah, secara mekanis valve ini akan
tertutup dan menghentikan fluida. Biasanya digunakan untuk pengaman pompa
terhadap aliran balik fluida yang dapat merusak motor pompa, atau digunakan
untuk keperluan proses lain, dimana aliran balik fluida tidak diperbolehkan. Check
valve bisa memiliki disc berupa swing atau ball
.

Gambar 3.21 Check Valve


(Olivia, Mia. 2018.)

3.6.1.2 Control Valve Berdasarkan Sinyal atau Daya (Mode Fail-Safe)

1. Air-to-Open (ATO)
Tipe air to open adalah aktuator akan bekerja jika masuknya sinyal udara
bertekanan (air compressor) pada kisaran 2,8 kgf/𝑐𝑚2 maka control valve akan
terbuka. Aksi control valve ATO sering dikenal dengan istilah Normally Close
(NC) yaitu pada saat keadaan normal control valve dalam keadaan menutup dan
jika terjadi kegagalan dalam pengendalian proses control valve akan membuka.

Laporan Kerja Praktek


42

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.22 Air To Open Valve


(http://tapgroup.com.vn)

Gambar 3.23 Grafik Kerja Air To Open Valve


(http://tapgroup.com.vn)

2. Air-to-Close (ATC)
Tipe air to close adalah aktuatir akan bekerja jika masuknya sinyal udara
bertekanan (air compressor) pada kisaran 2,8kgf/𝑐𝑚2 maka control valve akan
menutup laju aliran fluida. Sebalilknya untuk aksi control valve ATC istilahnya
adalah Normallly Open (NO) yaitu control valve dalam keadaan normal pada
posisi membuka, dengan demikian jika terjadi kegagalan dalam pengendalian
proses maka control valve akan menutup.

Laporan Kerja Praktek


43

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.24 Air To Close Valve


(http://tapgroup.com.vn)

Gambar 3.25 Grafik Kerja Air To Close Valve


(http://tapgroup.com.vn)

3.6.1.3 Control Valve Berdasarkan Tipe Sinyal Data


1. Pneumatik
Control valve pneumatik menggunakan tekanan udara untuk
menggerakkan piston atau diafragma yang kunak dalam menjalankan mekanisme
katup. Tekanan udara yang idbuthkan berdasarkan dari pengontrol pneumatik atau
berasal dari converter I/P yang mengubah sinyal elektrik menjadi siyal pneumatik
(4-20 mA menjadi 3-15 psi). Sumber tekanan udara yang dibutuhkan sebesar
20psi.

Laporan Kerja Praktek


44

Politeknik Negeri Sriwijaya

2. Elektrik
Control Valve elektrik merupakan aktuator yang dapat digunakan untuk
valve diskrit (valve on-off) maupun valve analog (valve throttling). Jenis aktuator
elektrik yang digunakan untuk valve diskrit adalah solenoid dan relay, sedangkan
untuk valve analog adalah motor. Keluaran dari control valve jenis ini sebesar 4 -
20mA.
3. Hidrolik
Control valve hidrolik bekerja menggunakan tekanan cairan untuk
menggerakkan mekanisme valve. Aktuator hidrolik menggunakan piston untuk
mengubah tekanan menjadi gaya mekanik dalam menggerakkan valve, dan lebih
banyak digunakan pada valve diskrit (valve on-off).

3.6.1.4 Control Valve Berdasarkan Tipe Valve Trim (Plug/Sumbat)

1. Equal Percentage
Karakteristik equal percetage yaitu aliran yang menyatakan perubahan
travel bukaan valve yang besar namun aliran semakin lambat.
2. Linear
Karakteristik ini menyatakan bahwa besarnya aliran yang proporsional
dengan bukaan valve/travel atau dengan kata lain travel bukaan berbanding lurus
dengan flow ratenya. Jika bukaan valve sebesar sepuluh persen maka flow rate
pun mengalir sebesar sepuluh persen. Control valve jenis linear banyak
diaplikasikan pada pengendalian level permukaan dengan gain yang tetap.
3. Quick Opening
Pada area bukaan valve (travel) yang kecil dapat membuat suatu
perubahan aliran yang besar (flow rate). Dengan kata lain, karakteristik quick
opening/bukaan cepat merupakan perubahan maksimum yang terjadi pada bukaan
valve yang relatif kecil. Karakteristik quick opening sangat tepat di aplikasikan
pada on-off valve. (Olivia, Mia. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


45

Politeknik Negeri Sriwijaya

Adapun contoh grafik dari ketiga Control Valve Berdasarkan Tipe


Valve Trim (Plug/Sumbat) sebagai berikut :

Gambar 3.26 Karakteristik Control Valve


(http://tehnikinstrument.blogspot.com)

3.7 Transducer
Transducer digunakan untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal
pneumatic untuk menggerakkan Valve. Bisa dikenal dengan nama I to P atau I/P
transducer (current to pressure transducer) dan E/P transducer (voltage to
pressure transducer). Output standard alat ini adalah 3-15 psi. Sinyal input adalah
4-20 mA atau 1 - 5 volt.
Umumnya transducer selalu digunakan bersama dengan positioner. Jika
dihubungkan langsung ke actuator (tanpa positioner) maka pengontrolan akan
menjadi lambat. (Harsono, Eko. 2012.)

Laporan Kerja Praktek


46

Politeknik Negeri Sriwijaya

Adapun standar tabel yang sering digunakan seperti dibawah ini :


Tabel 3.1 Standar Sistem Pengukuran
I (mA) Volt (V) Pneumatik (PSI) Output Valve
4 1 3 0%
8 2 6 25%
12 3 9 50%
16 4 12 75%
20 5 15 100%

(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

Pada tabel 3.1 tersebut ketika input yang dikirim dari DCS sebesar 4 mA
maka I/P transducer akan mengkonversi nilai tersebut menjadi besaran pneumatik
sebesar 3 psi sehingga valve pada posisi 0 %, pada saat input dikirim dari DCS
sebesar 12 mA maka I/P transucer akan mengkonversi nilai tersebut menjadi
besaran pneumatik sebesar 9 psi sehingga valve pada posisi 50 %, dan pada saat
input dikirim dari DCS sebesar 20 mA maka I/P transucer akan mengkonversi
nilai tersebut menjadi besaran pneumatik sebesar 15 psi sehingga valve pada
posisi 100 %. Dari penjelasan dan tabel diatas maka didapat perhitungan suatu
rumus output valve berdasarkan nilai miliAmpere yang dikirim yaitu sebagai
berikut :

Iout = ( 𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕


𝟏𝟎𝟎
𝒙 ∆𝑰 𝒐𝒖𝒕) +4mA
Keterangan :
Set Point = Persentase bukaan control Valve (%)
Iout = Output Sinyal elektrik (mA)
∆Iout = selisih sinyal elektrik maksimum dan minimum (mA)
∆Iout = (Imax – Imin)
= (20 mA – 4mA) = 16 mA
( Listiani, Lidia. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


47

Politeknik Negeri Sriwijaya

Jika nilai arus dari DCS yang dikirim pada I/P transducer telah diketahui
maka nilai arus tersebut akan dikonversi menjadi sinyal pneumatik dengan rumus
sebagai berikut :

Pout = ( 𝒔𝒆𝒕 𝒑𝒐𝒊𝒏𝒕


𝟏𝟎𝟎
) + 3 psi
𝒙 ∆𝒑𝒏𝒆𝒖𝒎𝒂𝒕𝒊𝒄

Keterangan :
Set Point = Persentase bukaan control Valve (%)
Pout = Output sinyal pneumatic (3-15psi)
∆pneumatic = Selisih sinyal pneumatic maks terhadap sinyal pneumatic min
∆pneumatic = (Pmax – Pmin)
= (15 psi – 3 psi) = 12 psi
(Putra, M. Dirgantara catur. 2014.)

Adapun bentuk I/P transducer sebagai berikut :

Gambar 3.27 I/P Transducer


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

Laporan Kerja Praktek


48

Politeknik Negeri Sriwijaya

3.8 Positioner
Positioner berfungsi untuk meningkatkan akurasi gerakan buka-
tutup valve dan meningkatkan kestabilan proses. Positioner juga dapat berfungsi
untuk mengubah karakteristik aliran pada sebuah valve. Positioner hanya
digunakan pada control valve berukuran >2 inci dan pada aplikasi
dengan operating pressure >200 Psi. (Harsono, Eko. 2012.)

Gambar 3.28 Positioner


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

3.9 Air Regulator


Air regulator digunakan untuk menurunkan tekanan udara dari air
compressor sesuai dengan tekanan kerja peralatan pneumatic. Di dalam air
regulator ini terdapat pegas dan diaphragm untuk mengatur tekanan. Juga ada
filter dan ruang pengumpul uap air untuk menampung fluida hasil kondensasi atau
oli yang terbawa dari air compressor. Ruang pengumpul ini harus di drain secara
rutin agar liquida yang terkumpul tidak masuk ke peralatan pneumatik.
Kalau filter tersumbat harus dibersihkan (diganti). (Harsono, Eko. 2012.)

Laporan Kerja Praktek


49

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.29 Air Regulator


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

3.10 Aktuator Pneumatic


Aktuator pneumatic adalah aktuator yang memanfaatkan udara bertekanan
menjadi gerakan mekanik. Dengan memberikan udara bertekanan pada sisi
permukaan piston sesuai dengan gerak pistonnya.
Prinsip kerja actuator tekanan sinyal pneumatic yang terakumulasi
didalam ruang (diaphragm dan diaphragm case) menimbulkan gaya yang bekerja
melawan pegas sehinga akan menggerakkan bagian stem untuk bergerak
membuka atau menutup body valve. Karena konstruksinya, body valve akan
menjadi terbuka dengan turunnya stem dan ada pula yang menjadi tertutup dengan
turunnya stem. (http://Budi.blog.Undip.ac.id)

Laporan Kerja Praktek


50

Politeknik Negeri Sriwijaya

Gambar 3.30 Aktuator Pneumatic pada valve


(sumber : PT.Pertamina (Persero) Refinery Unit III. 2018.)

3.11 Controller
Controller merupakan salah satu komponen sistem pengaturan yang
berfungsi mengolah sinyal umpan balik dan sinyal masukkan acuan (setpoint) atau
sinyal eror menjadi sinyal kontrol. Controller berfungsi mengatur besaran yang
diukur (process value – PV) agar sama dengan set point (SP) yang diinginkan.
(Madina, Annanisa. 2016.)

Laporan Kerja Praktek

Anda mungkin juga menyukai