NAMA KELOMPOK :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehungga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Konsep Dasar
Kegawatdaruratan Airway dan Breathing”
Semoga dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu pengetahuan serta wawasan
tentang “Konsep Dasar Kegawatdaruratan Airway dan Breathing” Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca beserta semua pihak dalam penyempurnaan tugas
ini dan kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang tidak berkenan dihati
pembaca. Semoga makalah ini ada manfaatnya bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR…………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...ii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...v
BAB I PENDAHULUAN
2.3 Tujuan………………………………………………………………………1
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………43
4.2 Saran……………………………………………………………………..43
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa itu Airway Breathing
Management.
1.3.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa dapat mengetahui:
1. Bagaimana Anatomi Sistem Pernafasan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
2.3 Tujuan
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kelainan metabolisme
Cidera otak primer Cidera otak sekunder
Kontusio
Laserasi Kerusakan Sel otak
Medication/ Pengobatan :
Tidak Ada
Lain
Masalah Keperawatan: -
Pucat : Ya Tidak
Sianosis : Ya Tidak
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:-
Qualitas/ Quantitas :
Regio :
Skala :
Timing :
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan:
Pemeriksaan SAMPLE/KOMPAK
(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non
trauma)
a.Kepala: Bentuk mesocephal, rambut warna hitam, hematom
region frontal dengan ukuran 4x4cm
b. Mata : Hematom palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
c. Telinga : Sekret (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus
(-)
d. Hidung : Epistaksis (-/-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
e. Mulut : Sianosis (-), mukosa basah (+)
d. Leher : Trakhea di tengah, simetris, massa/pembesaran
HEAD TO TOE
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
Data Tambahan :
Pengkajian Bio, Psiko, Sosio, Ekonomi, Spritual & Secondary
Survey
Pemeriksaan Penunjang :
Tanggal : 01 Maret 2019
Hasil Pemeriksaan: EKG, Lab, Cek darah, dll
Terapi Medis :
- Ranitidine 1 amp/IV
- Ketorolak 1 amp/IV
- Phenitoin 100 mg/IV
- Manitol 100 cc
- Sonde ensure 100 Kcal
2. ANALISA DATA
Ggn Bersihan
jalan napas
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
1. 01 1. Memonitor dan
Maret mendokumentasikan S:-
2019 status neurologis dengan
O:
GCS.
Hasil : E2 V1 M3 - GCS : E2V1M3
2. Memonitor TTV setiap - Posisi kepala 15⁰ lebih
30 menit. Hasil akhir : tinggi dari kaki
TD : 120/60 mmHg - TD : 145/68 mmHg
N : 103 x/menit - N : 100 x/menit
S : 38,9⁰C - S : 38,9⁰C
P : 32 x/menit - P : 23 x/menit
3. Mempertahankan posisi
- O2 nasal terpasang 4
sejajar dan tidak
lpm
menekan
4. Mengobservasi
pemberian oksigen A: Tujuan belum tercapai
sesuai indikasi
5. Memberikan obat-
obatan sesuai instruksi P: Lanjutkan semua
intervensi
- Ranitidine 1 amp/IV
- Ketorolak 1 amp/IV
- Phenitoin 100 mg/IV
- Manitol 100 cc
- Sonde ensure 100
Kcal
3. 01 1. Mengkaji dan
Maret mendokumentasikan S: -
2019 tanda-tanda vital. Hasil :
O:
- TD : 120/60 mmHg
- N : 103 x/menit - TD : 120/60 mmHg
- S : 38,9⁰C - N : 103 x/menit
- 32 x/menit - S : 38,9⁰C
- P : 23 x/menit
2. Melakukan perawatan - Kulit masih teraba
luka secara kontinue : panas dan memerah
- Membersihkan luka - Balance cairan + 288
- Mengoles luka lecet cc
dengan salep
Bioplacenton
- Mengganti tampon di
A: Tujuan belum tercapai
telinga
3. Memberikan kompres
hangat pada daerah leher P: Lanjutkan semua
dan ketiak intervensi
No Tgl/
Implementasi Respon Paraf
jam
I. EVALUASI KEPERAWATAN
No Tgl / Diagnosa
Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
jam
1. 01 CKB S: -
Maret
2019 O: GCS: E2V1M3
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3.2 Hasil Dan Pembahasan
Hasil dari pembahasan kasus diatas adalah Menurut Smeltzer and Bare (2013), cedera
kepala adalah cedera yang terjadi pada kulit kepala, tengkorak dan otak, sedangkan menurut
Brain Injury Assosiation of America (2009), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala,
bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan
fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
Cidera kepala dapat terjadi karena kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan
mobil, kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan, cedera akibat kekerasan,
kerusakan terjadi hanya terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak, kerusakan menyebar
karena kekuatan benturan, biasanya lebih berat sifatnya, benda tajam, kerusakan terjadi hanya
terbatas pada daerah dimana dapat merobek otak, misalnya tertembak peluru atau benda tajam.
Mekanisme GCS Cedera kepala tertutup diantaranya adalah cidera kepala ringan
(kelompok resiko rendah) Skor GCS 14-15 (sadar penuh, atentif, orientatif), tidak ada
kehilangan kesadaran, pasien dapat mengeluh sakit kepala/pusing, pasien dapat menderita
abrasi/hematom pada kulit kepala. Cidera kepala sedang, Skor GCS 9-13 (konfusi, letargi,
stupor), konkusi, amnesia pasca trauma, muntah, tanda kemungkinan fraktur kranium. Cidera
kepala berat, Skor GCS 3-8 (koma), penurunan derajat kesadaran secara progresif, tanda
neurologist fokal. Cidera kepala penetrasi/teraba fraktur depresi cranium. Komosio serebri
(gagar otak) gangguan fungsi neurologi ringan tampa adanya kerusakan struktur otak , terjadi
hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia retrograde, mual, muntah,
nyeri kepala. Kontusio serebri (memar) : gangguan fungsi neurologidisertai keruskan jaringan
otak tetapi kontinuitas otak masih utuh, hilangnya kesadran lebih dari 10 menit. Laserasio
serebri : gangguan fungsi neurologi disertai kerusakan otak yang berat dengan fraktur tengkorak
terbuka. masa otak berkelupas keluar dari rongga intracranial.
Menurut Mansjoer (2011) menyatakan bahwa tanda-tanda klinis yangdapat membantu
mendiagnosa adalah: Battle sign (warna biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os
mastoid), Hemotipanum (perdarahan di daerah menbran timpani telinga), Periorbital
ecchymosis/ racon eyes (mata warna hitam tanpa trauma langsung) , Rhinorrhoe (cairan
serobrospinal keluar dari hidung) , Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga).
Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis cedera kepala adalah
sebagai berikut: Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, urine, kimia darah, analisa gas
darah, CT-Scan (dengan atau tanpa kontras: mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan,
determinan ventrikuler, dan perubahan jaringan otak, MRI : digunakan sama seperti CT-Scan
dengan atau tanpa kontras radioaktif, Cerebral Angiography: menunjukkan anomali sirkulasi
cerebral, seperti perubahan jaringan otak sekunder menjadi udema, perdarahan dan trauma, X-
Ray : mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan,
edema), fragmen tulang. Ronsent Tengkorak maupun thorak, CSF, Lumbal Punksi : dapat
dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid, ABGs : Mendeteksi keberadaan ventilasi
atau masalah pernafasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial, Kadar
Elektrolit:Untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan
intrakranial (Musliha, 2010).
Terapi yang biasa diberikan pada pasien dengan cidera kepala adalah sebagai berikut:
Dexamethason/ kalmetason sebagai pengobatan anti edema serebra dosis sesuai dengan berat
ringannya trauma, Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi
vasodilatasi, Pemberian analgetik, Pengobatan antiedema dengan larutan hipertonis yaitu;
manitol 20%, glukosa 40% atau gliserol, Antibiotik yang mengandung barier darah otak
(pinicilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole, Makanan atau cairan infus
dextrose 5%, aminousin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan) 2-3 hari
kemudian diberikan makanan lunak, tindakan pembedahan. Tindakan Penanganan berdasarkan
klasifikasi derajat cedera kepala: Pembagian derajat cedera kepala di bedakan sebagai berikut,di
tentukan berdasarkan tingkat kesadran ( GCS) terbaik 6 jam pertama pasca trauma. Cedera
kepala ringan : GSC 14-15, Cedera kepala sedang : GCS 9-13, Cedera kepala berat : GCS 3-8.
Cedera kepala yang ringan, penanganannya mencakup anamnese yang berkaitan dengan jenis
dan waktu kecelakaan, riwayat penurunan kesadaran atau pingsan, riwayat adanya amnesia serta
keluhan-keluhan lain yang berkaitan dengan peninggian tekanan intra kranial seperti : nyeri
kepala, pusing, muntah. Amnesia retrogad cenderung merupakan tanda ada tidaknya trauma
pada kepala, sedangkan amnesia antegrade (pasca trauma ) lebih berkonotasi akan berat
ringannya konkusi cedera kepala yang terjadi. Pemeriksaan fisik ini ditekankan untuk
menyingkirkan adanya gangguan sistemik lainnya, serta mendeteksi deficit neurologis yang
mungkin ada. Kepentingan pemeriksaan radiologis merupakan foto polos kepala dimaksudkan
untuk mengetahui adanya : fraktur tengkorak (Linear atau depresi) , posisi kelenjar pineal ,
pneumosefalus, korpus alineum dan lainnya. Sedangkan foto servikal atau bagian tubuh lainnya
dilakukan sesuai dengan indikasi pemeriksaan CT scen memang secara ideal perlu dilakukan
bagi semua kasus cidera kepala. Indikasi rawat nginap pada penderita dengan cidera kepala
ringan : Anamnesa pasca traumatica, Adanya riwayat penurunan kesadaran atau pingsan,
Adanya keluhan nyeri kepala mulai dari derajat yang moderat sampai derat, Intoksikasi alcohol
atau obat-obatan , Adanya fraktur tulang tengkorak, Adanya kebocoran likuor serebro spinalis,
Cedera berat bagian tubuh lain, Indikasi social (tidak ada keluarga atau pendamping dirumah).
Cidera Kepala Sedang, penanganan pertama selain mencakup anamnesesia (seperti di atas) dan
pemeriksaan fisik serta poto polos tengkorak, juga mencakup pemeriksaan sken tomografi
computer otak (CT, scan). Pada tingkat semua kasus mempunyai indikasi untuk dirawat, selama
hari pertama perawatan di rumah sakit perlu dilakukan pemeriksaan neurologis setiap setengah
jam sekali sedangkan follow up sken tomografi computer otak pada hari-3 atau ada perburukan
neorolog. Cidera kepala berat, penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan pada
penderita dalam kelompok ini karena sedikit keterlambatan akan mempunyai resiko terbesar
berkaitan dengan morbilitas atau mortalitas, dimana tindakan “menunggu” disini dapat
berakibat sangat fatal. Penanganan kasus-kasus yang termasuk kelompok ini mencakup tujuh
tahap yaitu Komplikasi yang biasanya terjadi pada pasien dengan cedera kepala diantaranya
adalah Edema pulmonal. Komplikasi yang serius adalah terjadinya edema paru, etiologi
mungkin berasal dari gangguan neurologis atau akibat sindrom distress pernafasan dewasa.
Edema paru terjadi akibat refleks cushing/perlindungan yang berusaha mempertahankan
tekanan perfusi dalam keadaan konstan. Saat tekanan intrakranial meningkat tekanan darah
sistematik meningkat untuk memcoba mempertahankan aliran darah ke otak, bila keadaan
semakin kritis, denyut nadi menurun bradikardi dan bahkan frekuensi respirasi berkurang,
tekanan darah semakin meningkat. Hipotensi akan memburuk keadan, harus dipertahankan
tekanan perfusi paling sedikit 70 mmHg, yang membutuhkan tekanan sistol 100-110 mmHg,
pada penderita kepala. Peningkatan vasokonstriksi tubuh secara umum menyebabkan lebih
banyak darah dialirkan ke paru, perubahan permiabilitas pembulu darah paru berperan pada
proses berpindahnya cairan ke alveolus. Kerusakan difusi oksigen akan karbondioksida dari
darah akan menimbulkan peningkatan TIK lebih lanjut. Peningkatan TIK, Tekanan intrakranial
dinilai berbahaya jika peningkatan thingga 15 mmHg, dan herniasi dapat terjadi pada tekanan
diatas 25 mmHg. Tekanan darah yang mengalir dalam otak disebut sebagai tekan perfusi
rerebral. Yang merupakan komplikasi serius dengan akibat herniasi dengan gagal pernafasan
dan gagal jantung serta kematian. Kejang, kejang terjadi kira-kira 10% dari klien cedera otak
akut selama fase akut. Perawat harus membuat persiapan terhadap kemungkinan kejang dengan
menyediakan spatel lidah yang diberi bantalan atau jalan nafas oral disamping tempat tidur
klien, juga peralatan penghisap. Selama kejang, perawat harus memfokuskan pada upaya
mempertahankan, jalan nafas paten dan mencegah cedera lanjut. Salah satunya tindakan medis
untuk mengatasi kejang adalah pemberian obat, diazepam merupakan obat yang paling banyak
digunakan dan diberikan secara perlahan secara intavena. Hati-hati terhadap efek pada system
pernafasan, pantau selama pemberian diazepam, frekuensi dan irama pernafasan. Serta dapa
menyebabkan kebocoran cairan serebrospinalis diimana adanya fraktur di daerah fossa anterior
dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak basilar bagian petrosus dari tulangan temporal
akan merobek meninges, sehingga CSS akan keluar. Area drainase tidak boleh dibersihkan,
diirigasi atau dihisap, cukup diberi bantalan steril di bawah hidung atau telinga. Instruksikan
klien untuk tidak memanipulasi hidung atau telinga.
Dari hasil analisa kelompok didapatkan satu diagnosa utama keperawatan yang mengacu
pada kasus Tn.G yaitu gangguan perfusi jaringan, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, dan
hipertermi.
Setelah dilakukan asuhan keperawatan hasil dari catatan perkembangan
S: -, O: GCS: E2V1M3 A: Masalah belum teratasi P: Lanjutkan intervensi.
JURNAL PENDUKUNG
HUBUNGAN KETERAMPILAN PERAWAT (AIRWAY, BREATHING DAN CIRCULATION) DENGAN
KEMAMPUAN PENANGNAN PASIEN CEDERA KEPALA DI RUANG
ABSTRAK
Cedera kepala merupakan masalah neurologik yang serius di antara penyakit neurologik
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (60% kematian yang disebabkan kecelakaan lalu
lintas merupakan akibat cedera kepala) dan faktor kontribusi terjadinya kecelakaan
seringkali adalah konsumsi alcohol. Data Kantor Kepolisian Republik Indonesia pada tahun
2013 jumlah kecelakaan mencapai 100.106 kasus, korban meninggal 26.416 orang, luka
berat 28.438 orang dan yang menderita luka ringan110.448 orang. Rancanagan penelitian
yang digunakan adalah penelitian non-eksperimen bentuk cross sectional. Penelitian ini
menggunakan lembaran observasi sebagai Instrumen. Sampel dalam penelitian ini yaitu
perawat diruang UGD dan perawat yang bersedia menjadi responden di ruang UGD RSUD
kabupaten kepulauan talaud. Pada pennelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan
secara total samplingyaitu populasi di jadikan sampel. Hasil analisa hubungan keterampilan
perawat (Airway, Beathing dan Circulation) dengan kemampuan penanganan pasien cedera
kepala melalui uji statistik Correlation Spearman Rho secara manual menunjukan nilai
Spearman Rho = 0,636dan r tabel (1%) = 0,591. Hasil perhitungan manual ini menunjukkan
Spearman Rho> dari r tabel, artinya Keterampilan perawat (Airway, Breathing dan
Circulation) berhubungan dengan kemampuan penanganan pasien cedera kepala di ruang
UGD RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud, dan tingkat hubungan menunjukkan koefisien
korelasi (r)=0,636 artinya tingkat hubungan tersebut adalah kuat (Pedoman interpretasi
koefisien korelasi 0,60-0,799 tingkat hubungan) (Sugiyono, 2005).
Perawat yang bertugas di UGD dituntun unitlain, karena UGD merupakan sebuah pelayanan
untuk memiliki kemampuan lebih awal pada rumah sakit (Schriver et.all, 2008
dibandingkan dengan perawat yang dalam Puspitasari
melayani pasien di
2015).Keterampilan merupakan persyarat Menurut Badan Pusat Statistik Republik
minimal yang harus dimiliki oleh Indonesia tahun 2013, jumlah kecelakaan
seorangperawat. Keterampilan mencakup lalu lintas meningkat dari tahun ke tahun.
aspek pendidikan, pengetahuan, dan sikap Data Kantor Kepolisian Republik Indonesia
kerja (Neniastriyema, 2013). pada tahun 2013 jumlah kecelakaan
Cedera kepala merupakan masalah mencapai
neurologik yang serius di antara penyakit 100.106 kasus, korban meninggal 26.416
neurologik yang disebabkan oleh kecelakaan orang, luka berat 28.438 orang dan yang
lalu lintas (60% kematian yang disebabkan menderita luka ringan110.448 orang.Tidak
kecelakaan lalu lintas merupakan akibat seorangpun yang dapat memprediksi akan
cedera kepala) dan faktor kontribusi terjadi kecilakan, pada umumnya kecilakaan
terjadinya kecelakaan seringkali adalah terjadi secara mendadak dan seringnya kita
konsumsi alkohol (Ginsberg, 2005).Trauma sebagai tenaga kesehatan tidak cukup siap
atau cedera kepala (Brain injury) adalah untuk menolong korban walaupun berpuluh-
salah satu bentuk trauma yang dapat puluh tahun teori sudah kita pelajari
mengaubah kemampuan otak dalam (Musliha, 2010).
menghasilkan keseimbangan fisik, Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
intelektual, emosional, social dan pekerjaan tertarik melakuan penelitian untuk melihat
atau dapat dikatakan sebagai bagian dari hubungan ketrampilan perawat (Airway,
gangguan traumatik yang dapat Breathing dan Cirkulation) dengan
menimbulkan perubahan- perubahan fungsi penanganan pada pasien cedera kepala di
otak. Ruang UGD RSUD Kabupaten Kepulauan
Talaud.
METODE PENELITIAN
Desainpenelitian yang digunakan adalah persetujuan dan kerahasiaan responden
penelitian non-eksperimen bentuk cross adalah hal utama yang perlu di
sectional Mengenai ada hubungan perhatikan.oleh karena itu peneliti
keterampilan perawat dengan penanganan sebelum melakukan penelitian
pada pasien cedera kepala yang merupakan terlebihdahulumenganjurkan
studi observasional dimana variable bebas permohonan/pemberitahuan kepada pihak
dan terikatnya diukur dalam waktu yang yang terlibat langsung maupun tidak
bersamaanPopulasi dalam penelitian adalah langsung dalam penelitian, agar tidak
subjek (Misalnya Manusia: klien) yang terjadi penganggaran terhadap hak-hak
memenuhi kriteria yang telah ditetapakn otonomi manusia yang
(Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian menjadi sumber peneliti.Sebelum
ini adalah seluruh perawat di ruang UGD melakukan penelitian, peneliti akan
RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud yang menganjurkan izin terlebih dahulu kepada
berjumlah 20 orang.Untuk mengetahui dekan Fakultas Keperawatan
pasien terdiagnosa cede kepala maka Universitas Sariputra Indonesia Tomohon
dilakukan ovservasi pemeriksaaan (Airway, dan kepada direktur
Breathing dan Circulation) di ruang UGD RSUD kabupatenkepulauan
RSUD Kabupate kepulauan talaud. talaud.Setelah mendapatkan
persetujuan dari semua pihak tersebut di
atas, peneliti memulai penelitian dengan
menekankan prinsip-prinsip dalam etika
yang berlaku.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Analisa Bivariat
Hubungan Keterampilan Perawat (Airway, Breathing Dan Circulation) Dengan Kemampuan Penangnan
Pasien Cedera di Ruang UGD RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud.
Kurang 0 0 4 20 6 50 10 50%
Cukup 3 15 0 0 2 10 5 25%
Baik 5 62 0 0 0 0 5 25%
Total 8 40 4 20 8 40 20 100%
Siknifikansi ( = 0,004
Koefisien Korelasi Spearman Rho (r)= 0,636
r tabel= 0,591
Berdasarkan tabel tabulasi silang Hubungan Keterampilan (Airway, Breathing dan
Circulation) dengan Kemampuan Penanganan Pasien Cedera Kepala di ruang UGD RSUD
kabupaten Kepulauan Talaud pada bulan februari merupakan yang paling banyak
presentasinya pada variabel Keterampilan perawat paling banyak adalah kategori kurang
yaitu: 10 orang atau 50% dan variabael Kemampuan Penanganan pasien cedara kepala yaitu
pada kategori kurang 8 orang atau 40% dan kategori baik 8 orang 40%. Hasil analisis
hubungan kedua Variabel di atas dengan menggunakan uji statistik Correlation
Spearman Rho secara manual menunjukan nilai Spearman Rho = 0,636dan r tabel (1%) = 0,591. Hasil
perhitungan manual ini menunjukkan Spearman Rho> dari r tabel, artinya Keterampilan perawat (Airway,
Breathing dan Circulation) berhubungan dengan kemampuan penanganan pasien cedera kepala di ruang UGD
RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud, dan tingkat hubungan menunjukkan koefisien korelasi (r)=0,636 artinya
tingkat hubungan tersebut adalah kuat. Dengan demikian H1 di terimah H0 ditolak atau ada hubungan
keterampilan perawat (Airway, breathing dan Circulation)
PEMBAHASAN
Hubungan Keterampilan Perawat (Airway, Breathing Dan Circulation) Dengan Kemampuan
Penanganan Pasien Cedera Kepala Di Ruang UGD RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud
Berdasarkan tabel tabulasi silang Hubungan Peneliti berasumsi bahwa: kenapa ada
Keterampilan (Airway, Breathing dan hubungan keterampilan perawat (Airway,
Circulation) Dengan Kemampuan Breathing dan Circulation) dengan
Penanganan Pasien Cedera Kepala di ruang kemampuan penanganan pasien cedera kepala
UGD RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud di ruang UGD RSUD kabupaten kepulauan
pada bulan februari merupakan yang paling talaud yaitu:
banyak presentasinya pada variabel 1. Kurangnya Sumberdaya Manusia
Keterampilan perawat paling banyak adalah 2. Sebagian besar Perawat belum mengikuti BTCLS
(Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac life
kategori kurang yaitu: 10 orang atau
support)
50%danvariabael Kemampuan Penanganan 1. Kurangnya sumber daya manusia Kurangnya
pasien cedara kepala yaitu pada kategori sumber daya manusia akan ikut mewarnai pelayanan
kurang 8 orang atau 40% dan kategori baik 8 kesehatan di Rumah Sakit, karena selain jumlahnya
orang 40%. Hasil analisis hubungan kedua yang harus lebih banyak, juga merupakan
Variabel di atas dengan menggunakan uji profesi yang memberikan pelayanan yang
statistik Corelation Spearman Rho secara konstan dan terus menerus 24 jam kepada pasien
manual menunjukan nilai Spearman Rho = setiap hari. Oleh karena itu pelayanan
keperawatan memberi konstribusi dalam
0,636dan r tabel (1%) = 0,591.Hasil
menentukan kualitas pelayanan di
perhitungan manual ini menunjukkan Rumah Sakit. Perawat yang bertugas di ruang UGD
Spearman Rho>dari r tabel, artinya RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud berjumlah 20
Keterampilan perawat (Airway, Breathing orang dan tempat tidur di ruang UGD RSUD
dan Circulation) berhubungan dengan Kabupaten Kepulauan Talaud
kemampuan penanganan pasien cedera terdapat 6 bed yaitu: Diruang resusitasi
kepala di ruang UGD RSUD Kabupaten 3 bet dan di ruang tindakan 3 bed.
Kepulauan Talaud, dan tingkat hubungan
menunjukkan koefisien korelasi (r)=0,636
artinya tingkat hubungan tersebut adalah
kuat. Dengan demikian H1 di terimah H0
ditolak atau ada hubungan keterampilan
perawat (Airway, breathing dan Circulation)
dengan Kemampuan penanggag pasien
cedera kepala di ruang UGD RSUD
Kabupaten Kepulauan Talaud.
Menurut penelitian Iwan, (2011) orang Sehingga kurangnya keterampilan perawat
Terbatasnya jumlah tenaga profesional (Airway, Breathing dan Cirkulation) dengan
keperawatan yang berpendidikan setingkat kemampuan penanganan pasien cedera kepala.
Sarjan disebabkan oleh kurangnya BTCLS (Basic Trauma Life Support and Basic Cardiac
motivasi perawat untuk melanjutkan life support) dapat menjadi dasar agarmembekali
pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. perawat untuk
Yang dimaksud dengan motivasi disini
adalah semua proses yang menjadi
penggerak, alasan-alasan atau dorongan-
dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan sesorang berbuat sesuatu.
Motivasi untuk melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi menurut
peneliti kemungkinan berhubungan dengan
faktor usia, jenis kelamin, status
perkawinan dan dukungan atasan.
Berdasarkan Gambar 5.4 menunjukan
keterampilan perawat (Airway, Breathing dan
Circulation) berada pada kategori kurang yaitu:
SIMPULAN
1. Keterampilan Perawat di ruang UGD RSUD Kemampuan Penangan Pasien Cedera
Kabupaten Kepulauan Talaud (Airway, Breathing Kepala di ruang UGD RSUD Kabupaten
dan Circulation) kategori Kurang yaitu: 10 Kepulauan Talaud dengan tingkat
responden (50%).
2. Kemampuan Penanganan Pasien Cedera Kepala
hubungan menunjukkan koefisien
di ruang UGD RSUD Kabupaten Kepulauan Talaud korelasi (r)=0,636 artinya tingkat
dalam kategori Baik yaitu: 12 responden (60%) hubungan tersebut adalah kuat (Pedoman
3. Keterampilan Perawat (Airway, Breathing dan interpretasi koefisien korelasi 0,60-0,799
Circulation) berhungan Dengan tingkat hubungan) (Sugiyono, 2005).
SARAN
1. Bagi Pihak Rumah Sakit Kabupaten
dapatdijadikan sebagai sumber dan bahan
Kepulauan Talaud. untuk perkembangan penelitian
a. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah selanjutnya, dan peningkatan
Kabupaten Kepulauan Talaud keterampilan perawat (Airway, Breathing
dan Circulation).
diharapkan lebih meningkatkan keterampilan 3. Peneliti Selanjutnya
perawat di ruang UGD, melalui pelatihan Diharapkan hasil penelitian ini dapat
BTCLS (Basic Trauma Life Support and Basic digunakan sebagai bahan referensi dan
Cardiac Life Lupport). dapat dikembangkan dalam penelitian
lebih lanjut dibidang keperawatan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
KeperawatanDiharapkan Hasil Penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,2010, Prosedurpenelitian: Suatu pendekatan praktik. Rineka cipta, Jakarta.
Deden, 2015, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Untuk Melanjutkan
Pendidikan Pada Jenjang Pendidikan Tinggi Keperawatan, Jurnal, Bandung
Elfindri, B.M.Wello, Elmyasna, Hasnita, Abidin, Mitayani, Zainal; Biorned (2009) Soft Skiil panduan bagi
bidan dan perawat. Badueso Media, Yogyakarta.
Erfandi, 2009Pengalaman Perawat Dalam Penerapan Triage Di IGD RSI Sakinah,Jurnal, Mojokerto.
Iwan, 2011Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Perawat Untuk Melanjutkan Pendidikan,
Jurnal, Palu.Musliha, (2010) Keparawatan
4.1 Kesimpulan
Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan
mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha
seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah
satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP).
Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat
diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan
sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam
kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan
oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan
menyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian pernafasan pada penderita gawat darurat
penting dilakukan secara efektif dan efisien.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah disusun
meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu kami berharap
pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu menyempurnakan makalah
yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ferry, H. dkk. 2011. Basic Trauma & Cardiac Life Support. Mahaputra Press
Kartikawati, Dewi. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta; Salemba Medika
https://www.scribd.com/document/288246827/Laporan-Kasus
https://www.scribd.com/doc/116101962/Asuhan-Keperawatan-Pada-Klien-Dengan-Cedera-
Kepala-Berat
https://www.scribd.com/document/337961437/Makalah-Airway-Breating
http://jurnal.unsrittomohon.ac.id/index.php?journal=ejurnal&page=article&op=download&pat
h%5B%5D=327&path%5B%5D=295