BAB I
PENDAHULUAN
Masa Nifas (puerpurium) adalah masa dimulai setelah plasenta keluar dan
sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu masa nifas yaitu paling sedikit 4x
kunjungan pada masa nifas, yaitu kunjungan pertama 6-8 jam post partum,
kunjungan kedua 6 hari post partum, kunjungan ketiga 2 minggu post partum, dan
99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-
yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika
dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% selama masa post partum (Istieka,
2013).
kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan, dan 50% diantaranya terjadi dalam 24 jam pertama
(Prawihardjo, 2009).
2
Kematian ibu selama masa nifas merupakan salah satu aspek yang
meningkatkan kesehatan dan merupakan salah satu dari 8 target yang harus
kompleks yang sulit diatasi. AKI merupakan tolak ukur untuk menilai keadaan
pelayanan obstetric di suatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti system
kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, yaitu karena perdarahan
bayi baru lahir. Sebagai seorang bidan profesional, bidan perlu mengembangkan
ilmu dan kiat asuhan kebidanan yang salah satunya adalah harus mampu
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
karena itu, kebersihan diri (personal hygiene) sangat penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga. Saat ibu mandi bersihkan seluruh tubuh sampai ke
Infeksi masih menyumbangkan angka kematian pada ibu pada masa nifas
jika infeksi tidak tertangani akan menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput darah, jaringan pada septum
rekto vagina, otot-otot dan vasia perineun dan kulit sebelah depan perineum.
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak
infeksi karena terkontaminasi dengan urine dan feses, dispareunia, dan hematoma
Angka kejadian infeksi karena episiotomi masih tinggi yaitu sekitar 4 juta
episiotomi dan salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan
infeksi diantaranya adalah bakteri eksogen (kuman dari luar), autogen (kuman
masuk dari tempat lain dalam tubuh), endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab
yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang
sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir (Gorback, 2011).
4
penyembuhan luka perineum sedang yaitu 92,8% sembuh di hari ke 6, dan ada
dengan tingkat penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. Hal ini di dukung
misalnya kebiasaan tarak (pantang makan) telur, ikan dan daging ayam, akan
Raskita Ginting, Amd.Keb Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai dari bulan
Januari – September 2015 diperoleh data jumlah ibu nifas 82 orang, ibu nifas
normal 55 orang (48,14%), ibu nifas dengan luka jahitan perineum 21orang
(46,29%), dan ibu nifas patologi 6 orang (5,55%). Ibu nifas dengan luka jahitan
Berdasarkan data diatas, mengingat angka kejadian ibu nifas dengan luka
jahitan post episiotomi masih tinggi, kejadian infeksi juga akan meningkat maka
penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas pada Ny. S P1A0 dengan Perawatan Luka Perineum Post
asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. S PI A0 dengan Perawatan Luka Perineum
Post Episiotomi di Klinik Bersalin Raskita Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai
Tahun 2016?”
kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum post episiotomi dengan
masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. S P1A0 dengan perawatan luka
3. Penulis dapat menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu
4. Penulis dapat menemukan dan melakukan tindakan segera pada ibu nifas
pada ibu nifas Ny. S P1A0 dengan perawatan luka perineum post
episiotomi.
6
ibu nifas Ny. Ny. S P1A0 dengan perawatan luka perineum post
episiotomi.
menangani kasus pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post
a. Klinik Bersalin
post episiotomi.
7
b. Pendidikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu.
disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
a. Uterus
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
1 Lochea rubra berisi darah segar dan sisa - sisa selaput ketuban, sel -
pasca persalinan.
busuk.
(Saleha, 2009).
11
khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar
2009).
progesteron juga mulai menurun tetapi faal usus memerlukan waktu 3-4
4. Ligament - ligament.
abdomen masih agak lunak dan kendor untuk sementara waktu. Untuk
(Saleha, 2009).
13
a. Suhu
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius.
Sesudah partus dapat naik kurang lebih 0,5 derajat celcius dari
b. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 - 80 kali per menit. Pasca
cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
c. Tekanan Darah
120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus
d. Pernafasan
kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat
atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,
khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
2009).
volume plasma kembali pada proporsi normal. Aliran ini terjadi dalam
2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selam masa ini, ibu
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada diri
proses bersalin yang dialami. Wanita yang baru melahirkan ini perlu
istirahat atau tidur untuk mencegah gejala kurang tidur dengan gejala
(Anggraeni, 2010).
3. Fase Letting go
Pada fase ini pada umumnya ibu sudah pulang dari RS. Ibu
Depresi post partum sering terjadi pada masa ini (Anggraini, 2010).
16
a. Gizi
400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah tambahan dari kalori
per harinya.
b. Ambulasi
harus menjelaskan kepada ibu tentang tujuan dan manfaat ambulasi dini.
ibu nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan sakit.
Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan terancam mengalami
17
pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu ini, ibu harus
di tepi tempat tidur. Sebaiknya, ibu nifas turun dan tempat tidur sediri
emboli perinorthi. Di samping itu, ibu merasa lebih sehat dan kuat serta
dapat segera merawat bayinya. Ibu harus didorong untuk berjalan dan
tidak hanya duduk di tempat tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu
dibantu karena pada saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama
harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci daerah perineum dua kali
18
sehari dan setiap selesai eliminasi. Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua
merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap bersih dan
payudara secara perlahan dan tarik keluar secara hati - hati. Pada masa
postpartum, seorang ibu akan rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga
Ajari ibu cara membersibkan daerah genitalnya dengan sabun dan air
bersih setiap kali setelah berkemih dan defekasi. Sebelum dan sesudah
Alirkan atau bilas dengan air hangat atau cairan antiseptic pada
belakang.
Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan
Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali
8 jam.
perdarahan.
2.2. Episiotomi
2.2.1. Definisi
terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum
rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum
(Wiknjosastro, 2010).
muara vagina yang dilakukan tepat sebelum kepala bayi lahir (Rukiyah, 2010).
untuk dilakukan secara rutin karena memiliki beberapa kerugian seperti robekan
seperti :
yaitu :
a. Episiotomi medialis
Pada tehnik ini insisi dimulai dari ujung terbawah introitus vagina sampai
b. Episiotomi mediolateralis
Pada tehnik ini insisi dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju
ke arah belakang dan samping. Arah insisi ini dapat dilakukan ke arah
kanan atau pun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya.
c. Episiotomi lateralis
Pada tehnik ini insisi dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira pada
jelas.
c. Apabila jahitan tidak cukup erat vagina akan menjadi kendur dan
seksual.
2.3.1. Pengertian
psikologis, sosial dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan
anus. Perawatan yang di lakukan pada daerah perineum yang terdapat laserasi
menjaga kebersihan luka episiotomi dan memberikan rasa nyaman pada pasien
(Maryuni, 2011).
masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembang biakan bakteri
a. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
pembersihan perineum.
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni
1. Mencuci tangan
kantung plastic
belakang
a. Gizi
membutuhkan protein.
b. Obat-obatan steroid
c. Keturunan
d. Sarana prasarana
misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi
2.3.7.Penatalaksanaan
baskom dan gayung, air hangat, handuk bersih, pembalut nifas baru, antiseptic.
Cara kerja dalam perawatan luka episiotomi menurut Saleha (2009), adalah :
betadine
mencuci daerah vulva dengan bersih setiap selesai BAK dan BAB
26
dan sayur
h. Pemberian antibiotik dan analgetik sesuai resep dokter amoxillin dosis 500
2.4.1. Pengertian
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber
yang berkaitan dengan kondisi pasien (Anggraini, 2010). Pengumpulan data ini
meliputi :
1) Data Subjektif
Data subjektif adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat
a. Biodata
nifas.
28
b. Keluhan Utama
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
c. Riwayat Kesehatan
nifas ini.
d. Riwayat Menstruasi
e. Riwayat Perkawinan
kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama
persalinannya.
31
berapa minggu.
- Nutrisi
(Saifuddin, 2009).
32
- Eliminasi
- Istirahat / tidur
2010).
- Keadaan psikologis
(Nursalam, 2009).
33
(Anggraini, 2010).
2) Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat
a. Status generalis
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang.
2) Kesadaran
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya) (Novi,
3) Tanda-tanda Vital
- Tekanan darah
- Nadi
x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah
- Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 C. Sesudah partus
dapat naik 0,50 C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 380 C
- Respirasi
- Tinggi badan
- LILA
b. Pemeriksaan sistematis
1) Inspeksi
- Rambut
(Nursalam, 2008).
- Muka
- Mata
- Abdomen
- Vulva
- Anus
2) Palpasi
- Leher
(Nursalam, 2009).
- Dada
- Abdomen
- Ekstremitas
3) Pemeriksaan Penunjang
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang
a. Diagnosa Kebidanan
1) Data Subyektif
2) Data obyektif
b. Masalah
Masalah yang muncul pada ibu nifas dengan perawatan luka episiotomi
adalah rasa nyeri pada luka jahitan post episiotomi (Saifuddin, 2009).
c. Kebutuhan
Kebutuhan pada ibu nifas dengan perawatan luka episiotomi dengan cara
hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali
dalam hal ini (Anggraini, 2010). Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada
kasus ibu nifas dengan perawatan luka episiotomi adalah terjadi infeksi
(Triajengayu, 2012).
4. Langkah IV : Antisipasi
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
dapat dilakukan pemberian analgetik atau anti inflamasi dan antibiotik bila perlu,
memberikan nasehat tentang kebersihan dan pemakaian pembalut yang bersih dan
5. Langkah V : Perencanaan
lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau di antisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat
1. Cuci tangan.
belakang.
8. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda
dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain
bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area
tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam
6. Langkah VI : Pelaksanaan
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Pelaksanaan asuhan ini dapat dilakukan mandiri maupun
rencana asuhan pada ibu nifas dengan perawatan luka episiotomi disesuaikan
1. Cuci tangan.
belakang.
8. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda
dengan mandi berendam air hangat atau kompres dingin dengan kain
bila tidak merasakan apa pun saat pertama kali berlatih karena area
tersebut akan kebal setelah persalinan dan pulih secara bertahap dalam
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan
yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang
Evaluasi pada ibu nifas dengan perawatan luka episiotomi menurut Rukiyah
(2010), yaitu :
Model SOAP
Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah SOAP
a. Subyektif
anamnesis.
b. Obyektif
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
c. Assesment
d. Planning
BAB III
Laporan ini adalah jenis studi kasus yang menggunakan metode deskriptif
yaitu dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu
kasus. Laporan kasus ini dilaksanakan di Klinik Bersalin Raskita Desa Sendang
Subyek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akandijadikan
sample untuk dilakukan studi kasus. Subyek dari laporan ini adalah ibu nifas Ny.
Instrument studi kasus Adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
penulis dalam menggumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasinya
cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006).
46
Instrument yang digunakan format asuhan kebidanan pada ibu nifas, lembar status
kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum post episiotomi
(Notoatmodjo, 2010).
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspkesi
dari kepala sampai kaki. Pada kasus luka perineum post episiotomi
perineum
2) Palpasi
tangan dan jari. Dalam studi kasus ini dilakukan atau memeriksa
47
terhadap adanya nyeri tekan dan edema ringan pada luka perineum
post episiotomy.
3) Perkusi
4) Auskultasi
b. Wawancara
yang lengkap.
c. Observasi
format asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perawatan luka perineum
post episiotomy.
Adalah data yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari
sumber yang telah ada. Diperoleh dari perpustakaan atau dari penelitian terdahulu
(Notoatmodjo, 2010).
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Sarung tangan
f. Termometer
g. Jam tangan
a. Bengkok : 1 buah
c. Perlak : 1 buah
f. Pinset : 1 buah
g. Kapas : secukupnya
i. Betadine : secukupnya
50
c. Alat tulis
51
BAB IV
A. IDENTITAS
3. Riwayat persalinan
- Catatan waktu
Kala I : 8 jam
Kala II : 30 menit
Diameter : 20 cm
Beratnya : 500 gr
Insersi : sentralis
- Perineum
4. Keadaan Bayi
- BB : 3600gr
- PB : 50 cm
TD : 120/ 80 mmHg
Pernapasan : 24 x/ menit
Suhu : 37 o C
Nadi : 80 x/ menit
5. Payudara
Bentuk : Simetris
54
6. Uterus
Konsistensi : encer
8. Perineum : Dihecting
10. Extremitas :
D. UJI DIAGNOSTIK
HB : Tidak dilakukan
Tabel 4.1. Matriks Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.S P1 A0 dengan Perawatan Luka Perineum Post Episiotomi
1. Ibu mengatakan
56
berumur 22 tahun
2. Ibu mengatakan
melahirkan 1 kali
3. Ibu mengatakan
tidak pernah
abortus.
4. Ibu mengatakan
melahirkan bayi
laki –laki jam
05.00 wib.
5. Ibu mengatakan
perutnya terasa
mules.
6. Ibu mengatakan
nyeri pada luka
jahitan.
Data Objektif
1. Keadaan umum :
Baik
2. TTV
- TD:120/80
mmHg
- R R : 24x/ menit
57
- Temp : 37 o C
x
- Pols : 80 / menit
3. ASI sudah keluar.
4. Perineum heating
jelujur derajat II
post episiotomi
mediolateralis.
5. PPV : Lochea
rubra,
6. TFU : 2 jari
dibawah pusat.
Masalah :
1. Nyeri pada luka
jahitan perineum
post episiotomi.
2. Perut terasa
mules.
Data Dasar :
- Ibu post partum 6
jam dengan luka
perineum.
58
59