BP : 1711413012
Latar Belakang
Sistem adalah suatu keterkaitan di antara elemen-elemen pembentuknya dalam pola
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu (System is interconnected parts or elements in certain
pattern of work). Berdasarkan pengertian ini dapat diinterpretasikan ada dua prinsip dasar suatu
sistem, yakni: (1) elemen, komponen atau bagian pembentuk sistem; dan (2) interconnection,
yaitu saling keterkaitan antar komponen dalam pola tertentu. Keberadaan sekumpulan elemen,
komponen, bagian, orang atau organisasi sekalipun, jika tidak mempunyai saling keterkaitan
dalam tata-hubungan tertentu untuk mencapi tujuan maka belum memenuhi kriteria sebagai
anggota suatu sistem.
Pada dasarnya, ada tiga macam srata pelayanan kesehatan di semua negara, yaitu:
1. Primary health services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok atau basic health services, yang sangat
dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Umumnya bersifat rawat jalan (ambulatory/out patient services).
2. Secondary health services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan kesehatan lebih lanjut, bersifat rawat inap (in patient services), dan untuk
menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
3. Tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-
tenaga subspesialis.
Pengembangan sistem kesehatan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1982 ketika Departemen
Kesehatan menyusun dokumen sistem kesehatan di Indonesia. Kemudian Departemen Kesehatan
RI pada tahun 2004 ini telah melakukan suatu “penyesuaian” terhadap SKN 1982. Didalam
dokumen dikatakan bahwa Sistem Kesehatan Nasional (SKN ) didefinisikan sebagai suatu
tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung , guna
menjamin derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum
seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945. (Depkes RI; 2004)
Ada pertanyaan mendasar yang patut direnungkan ketika melihat situasi pembangunan
kesehatan yang dilakukan selama ini. Pertanyaan itu adalah “apa hasil yang telah dicapai dari
pembangunan kesehatan yang dilakukan selama ini?” Cukupkah hasil-hasil yang dicapai tersebut
untuk menjawab tantangan kesehatan yang dihadapi selama ini? Sejauh ini pelayanan kesehatan
Indonesia mulai berkembang dan mulai mendapat banyak pencapaian.Tetapi, evaluasi
pencapaian Sistem kesehatan Indonesia perlu di lakukan, yaitu dengan cara membandingkan
keberhasilan sistem kesehatan Negara lain.Negara yang kali ini menjadi pembading adalah
Negara Tiongkok/ Taiwan yang terkenal dengan sistem kesehatannya yang baik di Asia Timur.
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK. Menteri Kesehatan RI
No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan
secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat kemampuannya. Macam rujukan
yang berlaku di negara Indonesia telah ditentukan atas dua macam dalam Sistem Kesehatan
Nasional, yaitu:
1) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat
(public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan
sarana, dan rujukan operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services). Rujukan
ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit. Macamnya ada tiga, yaitu:
rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan bahan-bahan pemeriksaan.
Masalah Pelayanan Kesehatan
Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, tatkala diketahui pada saat ini
telah banyak dipergunakan berbagai alat kedokteran yang canggih, ketergantungan yang
kemudian muncul terhadap berbagai peralatan tersebut, sehingga menimbulkan berbagai dampak
negatif yang merugikan, diantaranya:
1. Makin regangnya hubungan antara petugas kesehatan (tenaga medis, paramedis, dan klien)
telah terjadi tabir pemisah antara dokter juga perawat dengan klien akibat dari berbagai peralatan
kedokteran yang dipergunakan.
2. Makin mahalnya biaya kesehatan. Kondisi seperti ini tentu mudah diperkirakan akan
menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan kesehatan.\
Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah seperti Puskesmas telah
terdapat di semua kecamatan dan ditunjang paling sedikit oleh tiga Puskesmas Pembantu, namun
upaya kesehatan belumdapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Indonesia memang
masih menghadapi permasalahanpemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yangmemanfaatkan pelayanan Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu. Selanjutnya meskipun rumah sakit telahterdapat di hampir semua
kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan jugabelum dapat
berjalan dengan semestinya.
Dari dua hal yang ditawarkan sistem kesehatan nasional keduanya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pertama adalah Fee for Service ini secara singkat diartikan
sebagai sistem pembayaran berdasarkan layanan, dimana pencari layanan kesehatan berobat lalu
membayar kepada pemberi pelayanan kesehatan (PPK). PPK (dokter atau rumah sakit)
mendapatkan pendapatan berdasarkan atas pelayanan yang diberikan, semakin banyak yang
dilayani, semakin banyak pula pendapatan yang diterima. Sebagian besar masyarakat Indonesia
saat ini masih bergantung pada sistem pembiayaan kesehatan secara Fee for Service ini.
Kelemahan sistem Fee for Service adalah terbukanya peluang bagi pihak pemberi pelayanan
kesehatan (PPK) untuk memanfaatkan hubungan Agency Relationship, dimana PPK mendapat
imbalan berupa uang jasa medik untuk pelayanan yang diberikannya kepada pasien yang besar-
kecilnya ditentukan dari negosiasi. Semakin banyak jumlah pasien yang ditangani, semakin besar
pula imbalan yang akan didapat dari jasa medik yang ditagihkan ke pasien. Dengan demikian,
secara tidak langsung PPK didorong untuk meningkatkan volume pelayanannya pada pasien
untuk mendapatkan imbalan jasa yang lebih banyak.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai, pembiayaan kesehatan dengan sistem kapitasi
dinilai lebih efektif dan efisien menurunkan angka kesakitan dibandingkan sistem pembayaran
berdasarkan layanan (Fee for Service) yang selama ini berlaku. Hal ini belum dapat dilakukan
sepenuhnya oleh Indonesia. Tentu saja karena masih ada hambatan dan tantangan, salah satunya
adalah sistem kapitasi yang belum dapat memberikan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyat
tanpa terkecuali seperti yang disebutkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN).
Usia harapan hidup di Taiwan telah meningkat ke level negara-negara utama OECD,
yaitu wanita rata-rata hidup hingga usia 83,4 tahun, dan pria hingga usia 76,8 tahun. Namun
biaya perawatan kesehatan di Taiwan jauh lebih rendah dibandingkan sebagian besar negara
maju di Eropa dan Amerika Utara, yaitu sebesar US $ 1.430 per kapita per tahun, pengeluaran
Taiwan di bidang perawatan kesehatan hanya 6,3 persen dari GDP pada tahun 2016. Biaya
administrasi tidak sampai 1 persen dari total pengeluaran, dan kepuasan publik tetap tinggi, yaitu
pada level 85,8 persen pada tahun 2017.
Upaya Sistem Kesehatan Taiwan
Taiwan Joint Commission of Hospital Accreditation (TJCHA) dibentuk pada tahun 1999.
TJCHA merupakan lembaga independen, non for profit namun penunjukkan kepala TJCHA
ditunjuk oleh kementrian kesehatan Taiwan. Dulunya, TJCHA mendapat tugas untuk
membangun dan mereformasi sistem akreditasi rumah sakit, memperkenalkan sistem mutu
indikator internasional, menjaga indikator kualitas, mempromosikan tujuan nasional tentang
keselamatan pasien, membuat sistem pelaporan keselamatan pasien di Taiwan, mempromosikan
pendidikan kesehatan profesional dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, yang
semuanya telah memberikan kontribusi positif terhadap kualitas kesehatan di Taiwan. Namun
saat ini, TJCHA berfokus pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi pasien, organisasi
kesehatan, dan masyarakat di Taiwan.
Untuk akreditasi rumah sakit di Taiwan bersifat "voluntary". Namun demikian semua
Rumah Sakit "wajib" melaksanakan akreditasi karena hasil akreditasi tersebut akan menjadi
dasar untuk menentukan kategori rumah sakit. Kategori tersebut adalah medical center hospital,
regional hospital, atau district hospital. Kategori ini akan berdampak bagi National Health
Insurance (NHI) dalam menentukan besaran global budget yang akan diberikan pada RS dan
juga akan menentukan besaran co-payment pasien yang datang. Selain itu untuk kebijakan obat,
Taiwan tidak memberlakukan formularium. Sehingga terlihat bahwa NHI mempunyai kekuasaan
yang besar. Bagi rumah sakit yang tidak lulus akreditasi akan diberi kesempatan untuk
melakukan visitasi ulang pada 3-6 bulan setelah hasil akreditasi didistribusikan. Rumah Sakit
yang tidak lulus akreditasi di levelnya dapat turun kategori. Dan jika tidak lulus semua tidak
dapat pembiayaan dari NHI, meskipun rumah sakit tersebut dapat tetap beroperasi.
Sistem perawatan kesehatan Taiwan telah mengalami beberapa kali reformasi dalam 20
tahun terakhir untuk memastikan keberlanjutannya dikarenakan oleh pergeseran situasi sosial
ekonomi. Metode reimburse biaya-per-pelayanan diganti dengan metode pembayaran biaya
keseluruhan, telah berhasil secara efektif mengurangi pertumbuhan pengeluaran medis tahunan
dari 12 persen menjadi 5 persen sejak tahun 2003. Cara pembayaran premi juga diubah dari
murni berbasis penghasilan, menjadi premi tambahan inklusif berdasarkan keuntungan modal,
yang telah menghasilkan surplus bagi Dana Asuransi Kesehatan Nasio.
NHI adalah program publik yang dijalankan oleh pemerintah berdasarkan model
pembayar tunggal (single-payer model). , yang memusatkan semua dana pelayanan kesehatan.
Dana NHI ini sebagian besar berasal dari premi yang berbasis pajak gaji (payroll tax) dan dana
pemerintah. Total pendapatan premi NHI berasal dari tiga sumber yaitu 36% dari pemerintah,
26% dari pengusaha dan 38% dari masyarakat.
Pelaksanaan sistem National Health Insurance yang dilakukan oleh negara Taiwan dapat
dikatakan sebagai salah satu sistem universal health coverage terbaik yang pernah ada. Hal ini
ditunjang dari fakta bahwa cakupan dari asuransi kesehatan ini mencapai 99%.Meskipun
asuransi yang dijalankan oleh negara Taiwan ini terlihat sukses namun tidak dapat dipungkiri
bahwa masih saja ada hambatan.Hambatan tersebut berupa permintaan terhadap pelayanan
kesehatan. Ketika di negara-negara lain permintaan terhadap pelayanan bermasalah karena masih
banyak masyarakat yang melakukan pengobatan alternatif atau tidak percaya sepenuhnya pada
rumah sakit, di Taiwan permintaan akan pelayanan kesehatan sangat tinggi. Ini menjadi masalah
ketika permintaan yang tinggi tersebut tidak dapat dipenuhi dengan baik dikarenakan jumlah
PPK yang tidak sebanding dengan permintaan. Jika permintaan terhadap pelayanan kesehatan itu
tidak dapat dipenuhi dengan maksimal maka kualitas pelayanan yang diberikan juga menjadi
berkurang. Hal ini dapat terlihat dari pembatasan jangka waktu konsultasi yang dibuat oleh PPK
yang mengakibatkan kecewanya pasien terhadap pelayanan yang diberikan kepada PPK.
Sistem pelayanan kesehatan di Taiwan belum cukup baik di manajemen seiring dengan
pertumbuhan ekonominya. Berdasarkan diskusi yang dilakukan dengan dokter-dokter di Taiwan,
permasalahan utamanya sekarang nampaknya berkaitan dengan model pembiayaan
kesehatannya. Sejak 1995, Taiwan telah menggunakan sistem jaminan kesehatan nasional
(National Health Insurance). Berdasarkan statistik resmi, Sekitar 60% dari populasi Taiwan telah
tercakup skema asuransi kesehatan yang berbeda-beda seperti keternagakerjaan dan asuransi
pegawai negeri. Namun ada masalah yang ditemukan oleh KPMG singapura yaitu Sumber dana
sistem pelayanan kesehatan yang kurang. Sumber dana NHI Taiwan sebagian berasal dari
pembayaran pajak dan pembayar pajak bebas untuk memilih penyedia pelayanan kesehatan
mereka. Karena biaya kesehatan dibayarkan oleh asuransi, mereka akan mencari pelayanan
terbaik (spesialis) dan rumah sakit terbaik yang mana sebenarnya tidak selalu penting setiap saat.
Rumah sakit tentu saja akan menawarkan pelayanan terbaik (termahal)dan menagih biayanya ke
pemerintah yang mengakibatkan kenaikan biaya kesehatan yang tinggi.
Pada kenyataannya, NHI tidak mendapat cukup dana untuk membayar biaya kesehatan
dan sekarang menderita defisit sekitar NT$60 billion, yangberarti rumah sakit mengalami
masalah dana yang parah. Mereka tidak memiliki dana yang cukup untuk meningkatkan
teknologi, infrastruktur serta keahlian. Gaji dokter yang rendah menyebabkan kekurangan dokter
di Taiwan. Kemudian diperparah oleh regulasi yang mencegah rumah sakit publik untuk
menyediakan pelayanan swasta dan penawaran pelayanan atau program baru. Pasien yang bebas
memilih juga mengakibatkan fenomena dimana rumah sakit yang reputasinya baik mengalami
kelebihan pasien dan beroperasi dengan infrastruktur dan teknologi yang tua. Rumah sakit yang
lebih kecil kekurangan pasien.
Diskusi/ Kesimpulan
Pada dasarnya, ada 3 starta pelayanan kesehatan di semua Negara yang merujuk pada
pelayanan primer,sekunder, dan tersier. Hanya saja ada beberapa kekurangan seperti halnya di
Indonesia dalam penerapan Sistem Kesehatan Nasional,munculnya pelayanan medis yang
terkotak kotak,maksudnya sudah mulai bermunculan pelayan medis yang spesialis dan
pemeriksaan kesehatan yang menggunakan alat alat canggih yang biayanya tidak dapat di
jangkau oleh masyarakat yang berekonomi lemah.Diikuti dengan Sarana dan Prasana yang tidak
mendukung dan kurang terdistribusi secara merata.
Sistem JKN di Indonesia masih sangat lamban pelayanannya serta alokasi dana dari
pemerintah sangat minim,yaitu hanya 5.5% dari GDP Indonesia dengan pembayaran dari
Masyarakat yang tidak begitu lancer.Berbeda dengan keadaan yang ada di Taiwan,
Pemerintahnya meluncurkan NHI (National Health Insurance) dengan sistem pembayaran yang
sama dengan JKN ,yaitu single payer.NHI didukung Total pendapatan premi NHI berasal dari
tiga sumber yaitu 36% dari pemerintah, 26% dari pengusaha dan 38% dari masyarakat dengan
pembayaran Premi tepat waktu,kurang dari 0.6% menunggak pembayaran Asuransi Kesehatan
yang di sediakan Pemerintah Taiwan.
Sistem Kesehatan Indonesia memiliki sistem rujukan kesehatan dan rujukan medis,
sehingga pelayanannya tidak terbatas dan memiliki beberapa manfaat membantu penghematan
dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana
kesehatan dan memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.Berbeda dengan Taiwan,yang Pembiayaannya lebih baik
tetapi upaya sistem kesehatannya tidak memiliki sistem rujukan sehingga Rumah sakit berupaya
mengembangkan mutu pelayanan dan menerapkan strategi pemasaran yang tepat, sehingga dapat
menjadi pilihan utama pasien, mengingat sistem pelayanan kesehatan di Taiwan memungkinkan
pesertanya untuk memilih dokter atau rumah sakit.
Saran
Sistem kedua Negara memiliki kelebihan dan kekurangan dari segi Upaya kesehatan,
Pembiayaan , dan Menejemennya.Tidak dipungkiri,Taiwan memang jauh lebih baik dibanding
dengan sistem kesehatan nasional dengan tigkat kepuasan masyarakat diatas 80%.Hal ini
memotivasi Indonesia untuk jauh lebih baik kedepannya.
Dari segi pendanaan, Indonesia dengan pengalokasian dana 5.5% GDP harus lebih
ditingkatkan, mengingat kesejahteraan suatu Negara di nilai dari tingkat kesehatannya.Minimal
sekali harus tercover Sarana dan Penyediaan Obatnya sehingga kepuasaan masyarakat dapat di
tingkatkan dan banyak masyarakat yang temotivasi untuk memakai jaminan kesehatan yang
disediakan dan meninggalkan Fee for Service yang lebih digunakan masyarakat Indonesia saat
ini.
Kedepannya, Indonesia dapat menerapkan apa yang Taiwan terapkan dengan Fee for
Outcomes, yaitu memberikan bonus untuk tenaga kesehatan yang telah berhasil mecapai
pencapaian program yang ada di Rumah Sakit atau Puskesmas, Tenaga kesehatan pun pasti lebih
termotivasi untuk memberikan pelayanannya dengan baik karena merasa lebih di hargai oleh
pemerintah.Kemudian,Administrasi NHI Taiwan patut di hargai karena dapat memberikan
pemberitahuan keterlambatan yang sangat mumpuni kepada masyarakat yang terlambat
membayarkan tagihan asuransi kesehatan nasionalnya yang bisa di contoh di Indonesia.Karena
kita tahu tunggakan pembayaran JKN menjadi salah satu masalah kenapa BPJS Defisit.
Indonesia masih sering menyalahgunakan JKN yang telah disediakan karena kurangnya
pendataan Moderen dan lebih konvensional.Taiwan menerapkan sistem cloud, seluruh data
pasien ada di dalam suatu kartu termasuk rekam medisnya.Sehingga, menekan angka
menyalahgunakan Asuransi yang tersedia.Seharusnya dengan adanya kartu BPJS pemerintah
dapat memodifikasi kartu yang dimiliki perorangan agar lebih aman dan terpantau
pemakaiannya.
Semoga kedepannya Indonesia dapat mengambil contoh hal baik yang diterapkan oleh
Taiwan, yang menjadi salah satu Negara dengan pelayanan kesehatan yang terbaik.
Daftar Pustaka
Dharmadi, I Made. Partisipasi masyarakat pada pelayanan kesehatan terstruktur dan paripurna.
2009
Bhisma Murti (2010). Strategi untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan Kesehatan di
Indonesia. Surakarta, 24 November 2010. Diaskes 08 November 2015.
Ching-chuan Yeh , Access and Cost: What the U.S. Health Care System Can Learn from other
Countries dalamwww.help.senate.gov/download/ufgydiakses pada Kamis 12 November 2015
Kwon: Health Care Financing in Asia,Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara, 2012.Jui fen
Internet Based :