Anda di halaman 1dari 8

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkecambahan biji adalah suatu proses yang berkaitan dengan sel hidup yang mana
membutuhkan energi. Energi yang dibutuhkan oleh suatu proses didalam sel hidup biasanya
diperoleh dari proses oksidasi, baik adanya molekul O2 atau tidak. Proses ini secara
berurutan disebut pernafasan (respiration), dan fermentasi, dimana terjadi pertukaran gas
yaitu CO2 dikeluarkan dan O2 diambil pada proses pernafasan, disebut pernafasan aerob.
Sedangkan pernafasan tanpa molekul O2 bebas disebut pernafasan anaerob dimana oksigen
diperoleh dari proses kimia.
Dalam uji Laboratorium perkecambahan benih merupakan proses pertumbuh-an dan
perkembangan embrio. Hasil dari perkecambahan akan muncul tumbuhan kecil dari dalam
biji. Proses pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan
berkembang menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Proses
produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman dipelihara dan hasil
tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen. Kegiatan produksi
pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman.
Tipe perkecambahan pada benih terbagi menjadi 2 yaitu tipe epigeal dan hipogeal. Tipe
epigeal banyak ditemui pada tanaman dikotil, sebaliknya tipe hipogeal bisa ditemui pada
tanaman monokotil. Tipe perkecambahan epigeal ditandai hipokotil tumbuh memanjang
akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah, sehingga kotiledon berada
di atas tanah, contoh pada kacang hijau. Kotiledon tersebut dapat melakukan fotosintesis
selama daun belum terbentuk contoh perkecambahan kacang tanah. Sedangkan, Tipe
perkecambahan hypogeal ditandai pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan
plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah, kotiledon tetap berada di
dalam tanah, contohnya kecambah jagung. Biasanya yang termasuk dalam tipe ini yaitu
tanaman dengan tipe biji monokotil.
Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi seperti faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berhubungan dengan
kondisi benih yang dikecambahkan, sedangkan faktor eksternal lebih berkaitan dengan
lingkungan. Faktor internal meliputi; tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan
penghambat perkecambahan. Sedangkan, faktor eksternal atau faktor luar meliputi: air,
temperature, oksigen, cahaya dan medium.
Kecambah normal yaitu kecambah yang menunjukkan potensi untuk berkembang lebih
lanjut menjadi tanaman normal. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut : kecambah memiliki
perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar primer dan akar seminal paling
sedikit dua, perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada jaringan,
pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik. Epikotil tumbuh sempurna
dengan kuncup normal dan memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua
bagi dikotil. Kecambah abnormal yaitu kecambah yang tidak menunjukkan adanya potensi
untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditambahkan pada tanah berkualitas baik
dan di bawah kondisi yang sesuai bagi pertumbuhannya. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut
: kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek, bentuk kecambah
cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar,
hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak
membentuk klorofil dan kecambah lunak.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun praktikum kali ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari proses perkecambahan benih, tahap-tahap prkecambahan, tipe
perkecambahan serta srukturnya, dan kriteria kecambahan normal.
2. Mempelajari pengaruh oksigen pada perkecambahan benih.
3. Mempelajari pengaruh suhu terhadap perkecambahan sebagai benih spesies
tanaman pangan.
4. Mempelajari pengaruh ketersediaan air terhadap perkecambahan benih
tanaman pangan
5. Mempelajari pengaruh cahaya terang dan gelap terhadap perkecambahan benih
selada.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Mutu bibit merupakan ekspresi yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan


bibit untuk beradaptasi dan tumbuh setelah penanaman. Kriteria mutu bibit sangat terkait
dengan jenis dan lingkungan tempat tumbuhnya (ekologi), sehingga tidak dapat diadopsi
secara langsung dari berbagai jenis yang berbeda atau dari berbagai wilayah yang lain. Bibit
bermutu merupakan bibit yang mampu beradaptasi dan tumbuh baik ketika ditanam pada
suatu tapak yang sesuai dengan karakteristik jenisnya. Makin banyaknya permintaan bibit
tanaman hutan untuk kegiatan penanaman perlu dukungan standar mutu bibit (nursery stock
standard) sebagai perangkat pengendalian mutu bibit yang beredar (Jacobs, 2005).
Perkecambahan benih merupakan suatu proses awal yang penting untuk kehidupan
tanaman yang diperbanyak dengan menggunakan benih, namun tidak untuk tanaman yang
diperbanyak melalui pembiakan vegetatif. Berbagai definisi mengenai perkecambahan benih
telah dikembangkan. Menurut fisiologiwan benih, perkecambahan benih adalah
berkembangnya struktur penting dari embrio yang ditandai dengan munculnya struktur
tersebut dengan menembus kulit benih, sedangkan menurut teknologiawan benih,
perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya struktur penting dari embrio serta
menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada keadaan alam
yang menguntungkan. Dari definisi tersebut tampak bahwa kondisi lingkungan tidak hanya
cukup untuk pertumbuhan awal dari benih, tetapi juga untuk perkembangan kecambah
selanjutnya (Sutopo, 2002).
Penentuan kecambah yang normal dilakukan selama batas periode pengujian
perkecambahan menurut International Seed Testing Association (ISTA) dan Association of
Official Seed Analysis (AOSA) yang berbeda-beda untuk masing-masing spesies. Tanaman
membutuhkan oksigen (udara), air dan hara-hara mineral untuk tumbuh secara normal.
Unsur-unsur tersebut diperlukan untuk metabolism tanaman, disamping gas CO2 dan sinar
matahari. Perakaran tanaman dapat tumbuh dan berkembang didalam media apabila cukup
oksigen. Metabolisme tanaman dapat berjalan dengan baik apabila semua faktor tumbuh yang
diperlukan tersedia dalam kondisi seimbang (Erwiyono, 2005).
Bobot kering kecambah menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata antar
perlakuan kadar air benih (Tabel 1), mengindikasikan benih tidak mengalami perubahan
cadangan makanan, perubahan komposisi kimia dan penurunan aktivitas enzim yang
berpengaruh terhadap perkecambahan meskipun kadar air benih menurun. Laju
perkecambahan pada Tabel 1 menunjukkan terdapat perbedaan antar benih dengan kadar air
berbeda. Pada kadar air tinggi, laju perkecambahan nyata paling cepat dibandingkan benih
dengan kadar air lebih rendah, hal ini disebabkan pada kadar air tinggi, waktu yang
dibutuhkan untuk imbibisi lebih singkat, sehingga benih lebih cepat berkecambah. Pada kadar
air berkisar 10%, waktu yang dibutuhkan untuk penyerapan air lebih lama dibanding kadar
air setelah ekstraksi karena kadar air lebih rendah. Pada kadar air berkisar 5%, penyerapan air
lebih cepat karena benih lebih kering dibanding kadar air 10% (Budiarti, 1999).
BAB V. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Budiarti, T. 1999. Konservasi Vigor Benih Rekalsitran Kakao (Theobroma cacao L.)
dengan Penurunan Kadar Air dan Proses Invigorasinya. Bogor: Program Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.

Effendi, D.S. 2009. Aren Sumber Energi Alternatif. Warta penelitian dan Pengembangan
Perkebunan, Bogor. Perspektif 9 (1): 36-48.

Jacobs, D.F., E.S. Garnider, K.F. Salifu, R.P. Overton, G. Hernandes, M.E. Corbin, K.E.
Wightman, and M.F. Selig. 2005. Seedling quality standards for 17 bottomland
hardwood qfforestation in the lower Mississippi River Aluvial Valley: Preliminary
results. USDA Forest Service Proceedings RMRS-P-35. pp. 9-16.

Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai