Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN ILMIAH KELOMPOK TUTORIAL 6 (INSISIVUS 6)

SKENARIO 2 BLOK 12

ESTETIKA

Dasar Prosthodonsia

TUTOR/FASILITATOR : drg.Desy Purnama Sari, MDsc

Ketua : Sri Fika Wahyuni (1711411015)

Sektretaris Meja : Niki Claudya Liliana (1711413012)

Sektretaris Papan : Khalisha Salsabila (1711412027)

Anggota Tutorial

1.Aaron Michelle Duvali 1711411002


2.Noverlyn Ersa 1711413006
3.Dinda Ratna Juwita 1711413008
4.Kennisa Salsabila R. 1711412010
5.Fachri Erizon 1711411010
6.Brilianti Vica Dewi As 1711411008
7.Mia Riski Anggini 1711411004
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji Syukur kehadiran Allah S.W.T karena berkat izinnya Kelompok Tutor 6 dapat
menyelsaikan tugas laporan SKENARIO 3 BLOK 12 ESTETIKA yang merupakan laporan
pertama kami sebagai kelompok tutor.

Laporan ini dibuat sedemikian rupa untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian
masalah yang terdapat dalam skenario,sekaligus sebagai pemenuhan tugas dari system
pembelajaran yang di terapkan oleh Fakuktas Kedokteran Gigi Universitas Andalas.

Rasa terimakasih kami ucapkan kepada penyusun Laporan serta Fasilitator kami yang
telah membimbing kami agar lebih aktif dan lebih mengerti dalam tutorial maupun dalam
maksud tujuan sistem tersebut diterapkan.

Perlu disadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna,karena kesempurnaan hanya milik
yang maha kuasa,oleh karena itu segenap tim penyusun memohon maaf jika ada kekurangan
dalam laporan ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Padang,28 April 2019


MODUL 2

DASAR –DASAR PROSTODONSIA

Skenario 2
” Tak Mau Ompong…...”

Ny.Tesa (40 Tahun) datang ke tempat praktek drg.Manulang untuk dibuatkan gigi tiruan.
Selain mengalami kesulitan dalam pengunyahan dan terlihat ompong Ny. Tesa merasa terlihat
lebih tua dari usia sebenarnya. Pemeriksaan intra oral menunjukkan kehilangan gigi
16,15,21,26,27,35,36,37,38,46,47,48. Gigi 11 dan 23 Karies media mesiodistal, 34 Rotasi, 17
mesial drifting, 17,18,31,32, dan 41 ekstrusi sehingga oklusi berubah. Drg. Manulang
menawarkam beberapa jenis gigi tiruan sebagai alternative perawatan untuk kasus Ny.Tesa.

Setelah mendengarkan penjelasan dan pertimbangan. Akhirnya ia setuju untuk dibuatkan


gigi tiruan mahkota jembatan porcelain fused to metal di anterior RA dan gigi tiruan sebagian
lepasan berbahan akrilik untuk posterior RA dan RB. Drg. Manulang juga menerangkan
perawatan juga menerangkan perawatan yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk
mendapatkan kembali bidang oklusal yang harmonis.

Bagaimana saudara menjelaskan kasus di atas ?


I. Klarifikasi Ilmiah/Terminologi dalam Skenario

Mesial Drifting : Gerakan gigi kea rah mesial Karen gigi yang hilang disebabkan trauma
dan usia.
.

II. Indentifikasi Masalah


1.Apa yang menyebabkan Ny. Tesa lebih tua ?
2.Apa saja dampak kehilangan gigi ?
3.Apa saja Klasifikasi untuk gigi hilang ?
4.Bagaimana tahapan pemeriksaan untuk pasien yang kehilangan gigi ?
5.Apa saja fungsi dari Gigi Tiruan ?
6.Apa saja jenis- jenis Gigi Tiruan ?
7.Apa saja tahapan yang baru dilaksanakan sebelum Gigi Tiruan ?
8.Bagaimana tahapan untuk pemakaian Gigi Tiruan (GTSL&Crown Bridge) ?
9.Apa saja indicator keberhasilan Gigi Tiruan ?
10.Apa saja kontraindikasi untuk pemakaian GT ?
11.Apa Dampak pemakaian GT tidak tepat ?
12.Apa saja kegagalan yang dapat terjadi pada pemasangan GT ?
13.Apa saja Indikasi GTSL ?
14.Mengapa dianjurkan bahan Akrilik ?
15.Apa saja bahan yang digunakan selain Akrilik ?
16.Bagaimana cara mendapatkan bidang okluksal yang harmonis ?

III. Analisis Masalah

1.Peyebabnya :

- Karena kehilangan gigi yang banyak

Anterior : Bibir dan wajah menjadi masuk kedalam dan tidak bisa menahan.Membuat
sulcus labio nasalis lebih dalam = Terlihat lebih tua

Posteriror : Tidak adanya dukungan Jar.Keras (Kendor)


2.Dampak Kehilangan Gigi :

-Terjadi Migrasi

- Erupsi Berlebihan

-Gangguan pada sendi TMJ

-Memperburuk Penampilan

-Mengganggu OH

-Beban pada Jaringan Periodontal

-Atrisi,terjadi karena adanya gigi antagoonis

-Gangguan Emosiona;,Fungsional, dan Sistemik

3.Klasifikasi Kennedy:

KlasI : daerah tidak bergigi bagian posterior dari gigi yang masih ada dan berada pada kedua sisi
rahang ( Bilateral)

Klas II : Unilateral

Klass III : daerah tidak bergigi terletak antara gigi yang masih ada di bagian posterior dan
anteriornya (Unilateral)

Klass IV : Terletak pada bagian anterior dan melewati garis median.

4. Pemeriksaan :

A. Subjektif :

- Anamnesa

B. Objektif :

-Permeriksaan Ekstra Oral : Profil wajah,pupil,batas atas dan bawah serta kelainan
lainnya.

-Pemeriksaan Intraroral : Kualitas saliva,daya kunyah,bentuk gigi,reflex


mutah,Oklusi,bad habit dan OH pasien.
C.Penunjang
-Ronsen Foto

5. Fungsi GT

-Memperbaiki Estetik.

-Memperbaiki fungsi pengunyahan.

-Memperbaiki fungsi bicara.

6.Jenis GT :

Berdasarkan Bahan landasan :

- Akrilik dan logam

Berdasarkan gigi yang hilang :

-Full Denture,Partial Denture

Berdasarkan Jenis dukungan :

-Tooth Bonding Denture - Tissue Bone Denture

-Tooth Tissue Denture -Implant Bone Denture

Bedasarkan pemasangan :

-Bridge,Implat,Crown

7.Tahap Pelaksanaan sebelum pemasangan GT :

-Evaluasi Pemeriksaan

-Pencetakan Model

-Pembuatan model Malam

-dilakukan tindakan pembedahan

- Perawatan jaringan pendukung


-Tindakan Ortho

-Pengambilan cetakan

-Pembuatan GT

-Adanya membuat GT semetara

8.Tahap u/Pemakaian GT :

 Gigi tiruan sementara di lepaskan


 Cek oklusi,estetik dan fungsi pada saat Try-In

9. Indikator Keberhasilan GT :

-Mengembalikan Fungsi Emosinal,Fungsional dan Sistemik

10.Kontraindikasi :

 OH Jelek
 Penyakit Sistemik
 Umur dibawah 17 dan diatas 55
 Bad Habit : Bruxism

11.Dampak Pemakaian GT tidak tepat

 Akumulasi Plak yang tinggi


 Beban kunyah besar
 Kerusakan Jar.Periodontal
 Peradangan mukosa dan resorbsi tulang alveolar
 Tidak estetik

12. Ada di Nomor 11

13.Indikasi Pemakaian GT :

 Hilangnya satu atau sebagian gigi


 Masih adanya gigi pegangan
 OH baik
 Tidak memenuhi syarat untuk cekat
 Dukungan gigi asli kuran sehat dan butuh estetik yang baik
 Kehilangan gigi long span
 Tidak ada gigi yang cukup untuk retensi
14.Bahan Akrilik :

(+) Harga Murah,sewarna gigi,pengerjaan sederhana,tidak toksik,biokompatibel

15.Bahan yang digunakan :

-PFM

-Logam

-Porcelain

-Titanium

16.Cara untuk mendapatkan bidang oklusal :

 Pendekatan untuk perbaikan oklusal (Bid.Vertikal dan Oklusal)

Tahapan :

1.Mendapatkan kestabilan gigi posterior

2.Anteriror Guidance

3.Menjiplak guidance untuk mendapatkan restorasi definitif

4.Pemasangan

V. Learning Objective

1. M4 tentang dampak kehilangan gigi(Fungsional,emsoional,Sistemik)


2. M4 tentang dampak kehilangan gigi secara anatomis
3. M4 tetntang Pemeriksaan pasien.
4. M4 tentang penengakan diagnosis,prognosis,perencanaan perawatan
5. M4 tetang Gigi Tiruan ( Fungsi,Jenis,Tahapan,Indikasi&Kontra
Indikasi,Kegagalan,Indikator Keberhasilan, Bahan dasar)
6. M4 tenteang perkembangan oklusi pada pembuat GT
VI. Sintesis Masalah Bedasarkan Informasi

1.M4 tentang dampak kehilangan gigi(Fungsional,emsoional,Sistemik)


A. Emosional

Kehilangan gigi dapat menimbulkan dampak emosional dalam kehidupan sehari-


hari.Kehilangan gigi terutama di regio depan dapat mengganggu estetis yang memengaruhi aspek
psikologis individu. Kehilangan gigi depan biasanya memperlihatkan wajah dengan bibir masuk
ke dalam dan dagu menjadi tampak lebih ke depan. Selain itu akan timbul garis yang berjalan
dari lateral sudut bibir dan terbentuk lipatan-lipatan yang menyebabkan sulkus nasolabial
menjadi lebih dalam, sehingga wajah tampak lebih tua.Adanya perubahan-perubahan ini
membuat individu merasa sangat terganggu, kehilangan percaya diri, sadar akan penampilan dan
menganggap kehilangan gigi sesuatu yang tidak patut dibicarakan sehingga pasien akan
merahasiakannya.

Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa ada pengaruh emosional
yang signifikan sebagai konsekuensi kehilangan gigi dimana lebih dari 45% individu merasa
sulit untuk menerima kehilangan gigi yang dialaminya. Berdasarkan penelitian Suresh dkk
(2010) dilaporkan bahwa individu yang kehilangan gigi cenderung merasa malu saat tersenyum
didepan orang lain. Setiap orang ingin diterima dan ingin berinteraksi dalam kelompok sosial
dengan nyaman namun hal ini dapat terganggu karena kehilangan gigi dapat mengganggu
penampilan dan berbicara. Hal tersebut dapat menurunkan tingkat kepercayaan diri individu
sehingga akan cenderung menarik diri dari masyarakat. Oleh karena itu,faktor estetis menjadi
motivasi utama pasien dan penting untuk melakukan perawatan prostodonsia.

B. Sistemik

Kehilangan gigi dapat memengaruhi kesehatan rongga mulut dan kesehatan umum.Kehilangan
gigi sering dihubungkan dengan penyakit sistemik serta penyakit kronis pada orang tua dan
merupakan faktor resiko terjadinya penurunan berat badan.Pada sebuah penelitian tentang
hubungan antara status kesehatan rongga mulut dan defisiensi nutrisi pada responden yang
berusia 85 tahun keatas di Switzerland, menunjukkan terjadi penurunan Body Mass Index (BMI)
dan konsentrasi serum albumin pada usia tua dengan status gangguan fungsi rongga mulut. Hal
ini terjadi karena jumlah dan distribusi gigi dalam rongga mulut sangat memengaruhi efisiensi
fungsi pengunyahan.Kehilangan gigi menyebabkan pemilihan makanan sehingga pemasukan
nutrisi yang kurang dan terjadi defisiensi yang dapat memengaruhi kesehatan secara
umum.Kehilangan gigi dapat menyebabkan penyakit sistemik seperti penyakit kardiovaskuler,
kanker esofagus, kanker lambung dan kanker pankreas.45,46
C. Fungsional

Dampak fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan gigi dapat berupa gangguan berbicara dan
ganguan pengunyahan.

 Gangguan Berbicara

Kehilangan gigi dapat menurunkan fungsi bicara karena gigi memiliki peranan
yang penting dalam proses berbicara. Beberapa huruf dihasilkan melalui bantuan
bibir dan lidah yang berkontak dengan gigi-geligi. Huruf-huruf yang dibentuk
melalui kontak antara lidah dan gigi-geligi adalah huruf konsonan seperti s, z, x,
d, n, l, j, t, th, ch dan sh. Sedangkan huruf yang dibentuk melalui kontak antara
bibir dan gigi-geligi yaitu f dan v. Individu yang mengalami kehilangan gigi akan
sulit menghasilkan huruf-huruf tersebut terutama pada gigi di bagian anterior. Hal
tersebut akan mengganggu proses bicara dan berkomunikasi. Menurut Palmer
(1974), pada individu yang masih memiliki gigi-geligi yang lengkap maka gigi
posterior berperan dalam membantu pergerakan lidah saat berbicara.

 Gangguan Pengunyahan

Sistem pengunyahan merupakan suatu unit fungsional yang terdiri dari gigi,
jaringan pendukung gigi, sendi temporomandibula, otot-otot termasuk bibir, pipi,
lidah, palatum, sekresi saliva dan peredaran darah serta
persarafan.48,49Kehilangan gigi juga merupakan penyebab paling sering pada
gangguan fungsi pengunyahan.33,43Jumlah gigi yang sedikit akan menurunkan
efisiensi pengunyahan makanan sehingga akan memengaruhi status makan dan
status nutrisi. Kida dkk (2008) melaporkan bahwa pada individu yang kehilangan
gigi posterior akan memiliki empat kali lebih banyak masalah dalam
pengunyahan.

2.M4 Kehilangan Gigi Secara Anatomis


Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau
berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal untuk menerima
beban yang terjadi pada saat pengunyahan maka akan mengakibatkan kerusakan struktur
periodontal. Gigi yang miring sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies meningkat.1 Erupsi
berlebih yang terlihat pada gigi penyangga molar dan caninus . Bila gigi sudah tidak mempunyai
antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (overeruption). Erupsi berlebih dapat terjadi
tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa pertumbuhan tulang
alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai ekstrusi.
Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan
kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap.
Menunjukkan profil luar pasien yang asimetri akibat gangguan fungsi otot pengunyahan.
Penurunan efisiensi kunyah merupakan dampak yang akan ditimbulkan akibat kehilangan gigi
terutama pada bagian posterior. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini
mungkin tidak terlalu berpengaruh. menunjukkan usaha otot wajah untuk penutupan berlebih
(over closure). Hal ini diakibatkan kehilangan gigi sehingga terjadi kebiasaan menguyah yang
buruk, penutupan berlebih (over closure), serta hubungan rahang yang eksentrik, dapat
menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.Beban berlebih pada jaringan pendukung,
turunnya linggir dan tulang alveolar. Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya,
maka gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi
pembebanan berlebih (over loading). Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran
periodontal dan lama kelamaan gigi tersebut menjadi goyang dan akhirnya dicabut.

Menunjukkan kehilangan gigi depan atas dan bawah yang sering menyebabkan gangguan fungsi
bicara, karena gigi khususnya yang depan termasuk bagian organ fonetik.Menunjukkan
memburuknya penampilan seseorang akibat kehilangan gigi. Menjadi buruknya penampilan
(loss of appearance) karena kehilangan gigi depan akan mengurangi daya tarik wajah seseorang,
apalagi dari segi pandang manusia modern Kehilangan gigi menyebabkan terganggunya
kebersihan mulut. Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan gigi
tetangganya, demikian pula pada gigi antagonisnya. Adanya ruang interproksimal ini
mengakibatkan terbentuknya celah antar gigi yang mudah disisipi sisa makanan. Dengan
sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terbentuk plak; bila tidak diperhatikan
maka akan menyebabkan angka kejadian karies meningkat.

Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi masih menerima beban berlebih tetapi
belum mengalami kerusakan dan masih dalam keadaan sehat. Toleransi terhadap beban ini biasa
berwujud atrisi pada geligi, sehingga dalam jangka waktu yang lama akan terjadi pengurangan
dimensi vertikal wajah pada saat gigi dalam keadaan oklusi sentrik. Kehilangan gigi
menyebabkan kerusakan terhadap jaringan lunak mulut, seperti bibir, pipi, lidah. Bila ada gigi
yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah.

3.M4 Pemeriksaan Pasien


I. Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan subjektif dapat dilakukan dengan suatu anamnesis.

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit atau kelainan berdasarkan ingatan
penderita pada waktu dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik atau dental. Wawancara
dengan penderita ditujukan untuk menimba segala informasi yang diperlukan untuk mengetahui

keadaan yang sedang dihadapi. Pada saat anamnesis, biasanya ditanyakan hal-hal berikut :
A. Identitas Pasien

B. Chief Complain

Keluhan utama adalah simptoma hingga durasi penyakit yang disampaikan oleh penderita secara
singkat.

C. Present illness

Mencatat riwayat penyakit yang dikeluhkan dengan memberi kesempatan penderita untuk
mengambarkan penyakitnya dengan caranya sendiri.

D. Post Medical History

pemeriksaan ini meliputi :

1. Penyakit sistemik

2. Reaksi Alergi

3. Tindakan Medik terakhir

4. Psikologis

E. Dental History

meliputi:

1. Perwatan orthodontic

2. Ada tidaknya komplikasi setelah ekstraksi

3. Perawatan gigi yang pernah diterima, seperti PSA, ada tidaknya

tambalan, dll.

F. Family History

-Riwayat keluarga harus dapat memberi evaluasi tendensi penderita yang dapat diturunkan atau
kemungkinan mendapat penyakit dari dalam keluarga sendiri. Seperti, Diabetes Mellitus .

II. Pemeriksaan Objektif

Secara dapat dibedakan menjadi 2 metode pemeriksaan, yaitu:

a. Metode Langsung
i. Extra Oral

Dalam pemeriksaan extra oral, kita harus melakukan pemeriksaan yang meliputi :

- Profil wajah dan adanya asimetri serta deviasi

- Palpasi daerah leher untuk mengetahui ada tidaknya Lymphadenophaty atau pembesaran
kelenjar.

- Palpasi TMJ untuk mengetahui pergerakan mastikasi

ii. Intra Oral

-kegoyahan gigi

- keadaan gusi (radang, poket)

- keadaan pemukaan gigi (tambalan, noda)

- oral hygine

iii. General Examination

-Tekanan darah

-Denyut nadi

-Suhu tubuh

-Respirasi

b. Metode Tidak Langsung

1. Pemeriksaan model rahang

2. Rontgen

4. M4 tentang penengakan diagnosis,prognosis,perencanaan perawatan


5 elemen yang diguanakan untuk mengerjakan preparasi perawatan gigi tiruan cekat:

1. Evaluasi Wawancara dengan pasien

2. Evaluasi Riwayat pasien


3. Evaluasi Pemeriksaan intraoral

4. Evaluasi Diagnostic casts

5. Radiografi seluruh rongga mulut

Rencana Perawatan :

A.Pra Prosthodontics

1. Struktur gigi yang rusak (karies/non vital)

Dilakukan persiapan restorasi (karies ditambal, gigi mati di PSA). Pada PSA perlu

penambahan pasak atau pin agar gigi kuat karena sudah tidak ada vaskularisasi pada pulpa

yang digantikan oleh bahan pengisi.

2. Estetika

Bahan yang memiliki estetika tinggi adalah all porcelain/porcelain fused metal Gigi anterior

PFM/porselen Pontik

bagian terlihat : ridge lap

Bagian tak terlihat : hygienic/sanitary

3. Plak Kontrol

Dicek dengan menggunakan kalkulus indeks atau debris indeks. OH jelek akan menjadi Kontra
Indikasi GTC (diberi motivasi & edukasi)

Persiapan perawatan GTC :

-Instrumentasi

-Pemeriksaan laboratorium

- Pemeriksaan darah : kadar gula darah, pembekuan darah

B.Post-Prosthodontic

-Try-In

-Sementasi

-Motivasi pasien untuk recall selanjutnya


5. M4 tetang Gigi Tiruan ( Fungsi,Jenis,Tahapan,Indikasi&Kontra
Indikasi,Kegagalan,Indikator Keberhasilan, Bahan dasar)
A.Fungsi

1. Pemulihan fungsi estetik: Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik
biasanya karena masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya gigi geligi, berubah bentuk,
susunan, warna maupun berjejalnya gigi-geligi. Hilangnya gigi dapat disebabkan karena karies,
penyakit periodontal, trauma atau gigi yang mengalami malposisi dan karena pencabutan. Untuk
pasien dengan gigi depan malposisi, protrusif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan
perawatan ortodontik tetapi tetap ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan
suatu gigi geligi tiruan imidiat yang dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.

2. Peningkatan fungsi bicara: Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat
memengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan bawah.
Kesulitan bicara dapat timbul meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal ini gigi geligi tiruan
dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia mampu kembali
mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi lawan bicaranya.

3. Perbaikan dan peningkatan fungsi pengunyahan: Pola kunyah penderita yang sudah
kehilangan sebagian gigi biasanya mengalami perubahan. Kehilangan beberapa gigi terjadi pada
kedua rahang, tetapi pada sisi sama, maka penguyahan akan dilakukan semaksimal mungkin oleh
geligi asli pada sisi lainnya. Dalam hal seperti ini, tekanan kunyah akan dipikul satu sisi atau
sebagian saja. Setelah pasien memakai protesa, ternyata ia merasa perbaikan. Perbaikan ini
terjadi karena sekarang tekanan kunyah dapat disalurkan secara lebih merata keseluruh bagian
jaringan pendukung. Dengan demikian protesa ini berhasil mempertahankan atau meningkatkan
efisiensi kunyah.

4. Mempertahankan jaringan mulut yang masih tersisa dengan menggunakan gigi tiruan dan
mengurangi efek yang timbul karena hilangnya gigi. Pasien yang menggunakan gigi tiruan dapat
terbantu mencerna makanan dengan baik, menjaga geligi yang masih ada agar tidak hilang, dan
mencegah resorpsi tulang alveolar.

5. Pencegahan migrasi gigi: Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat
bergerak memasuki ruang kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan
renggangnya gigi-gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan masuknya makan pada
celah itu, sehingga mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus pada peradangan
periodontal. Bila pasien menggunakan gigi tiruan, hal-hal seperti migrasi dan overerupsi gigi
antagonis, akan dapat diatasi dan tidak terjadi kesulitan di kemudian hari.
B.Gigi Tiruan berdasarkan jenis dan bahan

Gigi tiruan cekat dapat di bagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu berdasarkan :

- Konektor
- Lokasi
- Jenis bahan yang digunakan

Klasifikasi Gigi Tiruan Jembatan Berdasarkan Konektor

1. Fixed-Fixed Bridge / Rigid Fixed Bridge / Fixed Bridge


Fixed-fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang menggunakan konektor rigid. Gigi tiruan
jembatan tipe ini memiliki kekuatan tinggi dan stabilitas sangat baik. Selain itu, distribusi tekanan
lebih merata dan memiliki efek splinting. Namun, ia membutuhkan preparasi abutment lebih
banyak untuk menyesuaikan kesejajaran. Fixed-fixed bridge dapat digunakan pada saddle pendek.

Indikasi :

- Tekanan kunyah yang normal/besar


- Gigi penyangga pendek
- Salah satu gigi penyangga goyang o1 (tanpa kelainan periodontal atau pasca terapi perio)

Kelebihan :
- Retensi dan kekuatan maksimal
- Dapat dipakai untuk jembatan yang panjang
- Tahap pekerjaan laboratorium relatif lebih singkat

Kekurangan :
- Pengasahan abutmen harus sejajar
- Pengasahan abutmen relatif lebih banyak
2. Fixed-Movable Bridge / Semifixed Bridge
Semifixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang menggunakan konektor rigid dan non rigid,
sehingga memungkinkan adanya pergerakan terbatas antara pontik dan retainernya. Semifixed
bridge dapat digunakan pada saddle panjang dan pada edentulous ridge yang memiliki Pier
abutment

Kelebihan :

- Mengatasi kesulitan arah pasang


- Mengurangi/ meredam beban pada abutme yang lemah
- Penyemenan dapat dilakukan tidak bersamaan
Kekurangan :
- Pekerjaan di laboratorium lebih sulit
- Sulit menempatkan dove tail slot untuk gigi anterior
- Pembuatan jembatan sementara lebih sukar
3. Spring Bridge
Spring bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang menggunakan konektor berupa bar atau loop
yang menghubungkan pontik dan retainer di palatal. Spring bridge dapat digunakan pada kondisi
multiple diastema dan pada abutment yang tidak terletak di sebelah ruang edentulous. Sebagai
contoh, penggantian gigi insisivus sentral dengan gigi premolar sebagai abutment.

Kekurangan :

- Lengan pada palatum memberikan rasa tidak nyaman


- Sukar membersihkan konektor yang menghadap palatum
- Kelenturan lengan menyebabkan pontik dapat mengiritasi gingival palatum
4. Cantilever Bridge
Cantilever bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang hanya memiliki satu atau lebih abutment
pada satu sisi. Gigi tiruan jembatan tipe ini merupakan kontraindikasi bagi daerah yang memiliki
beban oklusal besar dan penggantian gigi dengan gigi penyangga non-vital sebagai terminal
abutment. Sebaiknya, cantilever bridge digunakan pada kasus kehilangan satu gigi saja

Kelebihan :

- Sederhana, karna hanya 1 abutmen yang diasah


- Pekerjaan laboratorium relatif lebih singkat
5. Compound Bridge
Compound bridge merupakan gabungan dari dua atau lebih tipe gigi tiruan jembatan.

6. Adhesive Bridge / Resin-Bonded Fixed Partial Denture / Maryland Bridge


Maryland bridge merupakan gigi tiruan jembatan yang memiliki retainer hanya pada bidang palatal
abutment menggunakan resin. Keuntungan gigi tiruan jembatan tipe ini ialah preparasi abutment
sangat minimal. Adapun syarat untuk abutment Maryland bridge adalah gigi yang memiliki
mahkota klinis cukup lebar dan tidak boleh goyang. Maryland bridge dapat digunakan pada kasus
saddle pendek, abutment yang tidak membutuhkan restorasi, penggantian kehilangan gigi anterior
pada anak karena ruang pulpanya masih lebar.

Klasifikasi Gigi Tiruan Jembatan Berdasarkan lokasi

1. Gigi tiruan jembatan anterior, yaitu gigi tiruan jembatan yang di buat untuk menggantikan gigi
anterior yang hilang
2. Gigi tiruan jembatan posterior, yaitu gigi tiruan jembatan yang di buat untuk menggantikan gigi
posterior yang hilang
3. Gigi tiruan jembatan kombinasi, yaitu gigi tiruan jembatan yang di buat untuk menggantikan gigi
anterior dan posterior yang hilang
Klasifikasi Gigi Tiruan Berdasarkan Jenis Bahan

1. Gigi tiruan jembatan akrilik


Semua bagian terbuat dari akrilik, biasanya digunakan untuk gigi tiruan jembatan sementara yang
mana gigi tiruan jembatan yang di rencanakan belum memenuhi atau belum siap untuk di insersi.
Gigi tiruan jembatan berbahan dasar akrilik mudah berubah warna kekuatannya minimal dan
berbau
2. Gigi Tiruan Jembatan Logam
Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari logam. Biasanya digunakan pada gigi
posterior. Gigi tiruan jenis ini hanya membutuhkan pengasahan abutment yang sedikit sehingga
akan mempersingkat lama waktu kerja. Namun estetiknya kurang bagus.

3. Gigi tiruan jembatan porcelain


Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari porcelain. Gigi tiruan jenis ini memiliki
nilai estetik sangat bagus. Namun penggunaannya minim, karena porcelain membutuhkan biaya
yang tidak sedikit dan pengunaaannya pun terbatas, karena porcelain memiliki sifat brittle (getas)
dan membutuhkan pengasahan jaringan yang banyak.

4. Gigi tiruan jembatan logam berlapis akrilik


Gigi tiruan jembatan yang secara keseluruhan terbuat dari logam dengan facing akrilik. Gigi
tiruan jenis ini dapat di gunakan untuk gigi anterior maupun posterior. Gigi tiruan jenis ini dapat
berubah warna serta berbau. Koifisien muai dari akrilik juga tidak sesuai dengan muai logam

5. Gigi tiruan jembatan porcelain fuse to metal


Gigi tiruan jenis ini kerangkanya terbuat dari logam kemudian di lapisi porcelain. Gigi tiruan
porcelain fuse to metal tidak mudah menjadi retensi plak dan memiliki estetik yang angat bagus.
Walaupun kerangkanya terbuat dari logam, namun gigi tiruan porcelain fuse to metal tetap
memerlukan pengasahan jaringan yang banyak

C.Kegagalan Gigi Tiruan

A. Kegagalan sementasi.

Kegagalan sementasi bisa sebagian atau seluruhnya, biasanya terjadi karena retainer yang tidak
memadai. Jika mahkota gigi pendek, preparasi sebaiknya dibuat full crown dan dapat ditambah
auxilliary groove. Preparasi sedapat mungkin mendekati paralel dengan sudut konvergensi 5-6°.
Selain itu kegagalan dapat terjadi karena teknik sementasi yang tidak baik. Apabila suatu GTC
menjadi longgar karena teknik sementasi, maka dapat dianggap bahwa baik gigi abutment
maupun permukaan sebelah dalam dari retainer tidak kering atau bersih, atau bahwa semen tidak
tercampur dengan baik. Insersi prothesa pada saat semen mulai setting, akan menghasilkan
semen yang lemah dan GTC tidak terpasang dengan sempurna. Selain itti semen dapat terlarut
karena salah satu dari tiga alasan berikut ini: margin sudah terbuka sejak mulanya, retainer telah
mengalami deformasi sehingga membuat margin terbuka, atau sebuah lubang telah kelihatan
melalui permukaan okltisal dari retainer.
B. Kegagalan mekanis

Kegagalan mekanis yang berakibat pada GTC berupa:

a. Fleksi, pecah atau fraktur logam. Hal tersebut dapat' berakibat pada kegagalan sementasi atau
terlepasnya facing. Sebuah GTC bisa fraktur karena kesalahan pada joint yang disoldir, teknik
casting yang salah dan kelebihan beban pada logam yang disebabkan oleh span (rentangan) yang
terlalu panjang.

b.Fraktur pontik Kegagalan mekanis dari pontik terjadi karena kekuatan pontik yang tidak
memadai. Salah satu penyebab kegagalan pontik adalah kesalahan oklusi biasanya lateral
excursion yang tidak dapat dikoreksi saat GTC dipasang. Bila logam yang melindungi facing
porselen kurang bisa menahan deformasi akibat gigi-gigi yang beroklusi, maka fraktur atau
kegoyahan akan terjadi. Dalam kondisi seperti itu, maka dilakukan ekuilibrasi sebelum dilakukan
penggantian dengan facing yang lain, atau tipe facing yang berbeda.

c. Kegagalan perlekatan porselen Veneer hilang dari permukaan labial dan bukal dari mahkota
atau pontik disebabkan karena : retensi yang terlalu kecil ; perlindungan metal dengan desain
yang jarak; maloklusi; traumatik oklusi; trauma fisik; dan teknik curing dan fusing yang tidak
benar. Jika sebuah veneer resin hilang karena kurangnya retensi, maka harus dibuatkan pengganti
resin. Jika veneer porselen fraktur atau rusak, maka serifigkali diperlukan pengganti resin. Untuk
menambah retensi maka di daerah yang fraktur dibuat pengkasaran atau undercut secara mekanis
pada kerangka logam, kemudian aplikasikan silane coupling agent untuk menambah perlekatan
terhadap tesln. Kurangnya perlindungan pada logam memerlukan ekuilibrasi, pengurangan gaya
dari oklusi, sedikit perubahan pada bentuk area oklusi, dan penambahan jumlah posthole yang
memberikan retensi. Jika maloklusi menjadi penyebab hilangnya veneer, maka diharuskan
membuat perubahan pada bentuk oklusal. Facing yang retak dan veneer yang hilang tidak selalu
dianjurkan untuk melepas protesa. Namun-demikian, jika situasi tersebut berulang, maka
membuat GTC yang baru adalah satu satunya pemecahan.

C. Iritasi dan Resesi Gingiva Kemungkinan penyebab iritasi gingiva di sekitar GTC adalah
retensi plak karena kebersihan mulut pasien jelek. Hal ini karena mereka tidak pernah diberi
instruksi khusus cara merawat gigi tiruannya, atau karena desain GTC yang menyebabkan
kesulitan pembersihannya. Resesi gingiva dapat terjadi secara umum (menyeluruh) atau lokal.
Jika tidak ada pertimbangan estetik maka hal ini bisa diterima. Namun demikian sebaiknya
dilakukan perawatan periodontal

D. Kerusakan Jaringan Periodontal


Kerusakan jaringan periodontal ditandai dengan gigi-gigi yang drifting atau hanya terbatas pada
gigi pilar. Hal tersebut karena desain GTC yang tidak baik atau pada pembuatannya, misal
perhitungan yang tidak tepat pada kekuatan gigi pilar dan jumlah gigi pilar yang dipakai.
Pinggiran subgingiva dan daerah soldir memperhebat retensi plak sehingga dapat timbul
gingivitis. Trauma oklusogenik dapat menyebabkan kerusakan tulang, dalatn gabungan dengan
pembentukan plak dapat menuju ke arah mobilitas yang niakin parch dan berlanjut hilangnya
gigi. GTC harus selalu diperiksa dan kemungkinan harus dibuat kembali scat terjadi overloading
pada jaringan periodontal gigi pilar.

Overloading dapat dihindari dengan diagnosa yang benar dan perencanaan restorasi. Apabila
rentangan terlalu panjang, atau tidak terdapat cukup gigi yang cocok sebagai gigi pilar, maka
tidak boleh dibuatkan restorasi yang cekat (GTC). Untuk mengurangi beban yang terjadi selama
pengunyahan, maka ukuran dari dataran kunyah dapat dikurangi, bentuk embrassure dapat
diubah, dan/atau kontur dari retainer dapat diubah. Apabila terlalu sedikit gigi abutment yang
dipakai, maka GTC harus dilepas dan dibuat kembali dengan penambahan gigi abutment. Jika
semua itu tidak tersedia, maka gigi abutment yang telah dipreparasi harus dikontur kembali guna
mendapatkan dukungan dan retensi dari protesa lepasan. Hilangnya prosesus alveolaris dapat
dihambat atau dihilangkan dengan perawatan periodontal, memantapkan kembali bidang oklusal
yang benar, atau ekuilibrasi oklusi yang sudah ada.

E. Karies

Karies dapat merusak GTC melalui beberapa cara : secara langsung pada tepi retainer dan secara
tidak langsung melalui GTC yang longgar. Selanjutnya dapat menyebabkan terbukanya pulpa
dalam waktu 3-4 bulan. Casting yang pendek akan menjadikan tepi servikal dari permukaan gigi
yang telah dipreparasi terbuka. Dentin atau email yang kasar ini akan menghimpun debris, dan
akibatnya timbul karies. Margin yang terbuka apapun penyebabnya, memungkinkan masuknya
saliva dan organisme-organisme kariogenik, dan untuk itu perlu dibuatkan protesa Baru.
Kebersihan mulut haruslah ditekankan dan terapi pencegahan harus dikerjakan jika retainer yang
dipakai tidak menutup semua permukaan mahkota gigi. Pengikisan atau keausan dapat
menimbulkan celah melalui perniukaan oklusi, sehingga akan menyingkap semen atau jaringan
gigi dan bisa terjadi karies. Apabila terdeteksi tepat pada waktunya, maka sebuah tambalan atau
inlay sudah cukup untuk mengembalikan gigi menjadi normal.

Bila daerah embrassure tidak dapat dibersihkah, akibat bentuk pontik yang jelek (over
crowding), dan hal ini dapat mengakibatkan karies, maka satu-satunya penyelesaian adalah
melepas GTC dan membanguh lagi dengan desain yang betul. Karies yang kecil pada permukaan
labial atau bukal sebuah gigi yang menyangga partial veneer crown, atau pada permukaan
proksimal pendukung inlay retainer, bisa direstorasi tanpa mengganggu casting. Dalam hal ini
pertimbangan harus dilakukan. Jika terdapat keraguan sama sekali terhadap stabilitas retainer
atau kedalaman karies, maka GTC harus dilepas dan gigi dipreparasi kembali. Pada rongga
mulut yang memperlihatkan indeks karies yang relatif tinggi, maka partial veneer crown,
pinledges, restorasi-restorasi type MacBoyle, dan inlay tidak boleh dipakai kecuali jika kita
merasa yakin betul bahwa kecenderungan kearah karies telah ditahan, atau sedang dikontrol
dengan prophylaxis, perawatan dengan stannous fluoride, dan diet yang tepat. Jika tidak, retainer
dengan garis marginal yang panjang akan menjadikan peka terhadap reccurent caries dalam
jangka waktu yang lebih pendek dibanding dengan umur penggantian yang normal. Bila
temporary protection untuk gigi pilar yang dipreparasi telah menyingkap leher gigi karena
overextension, atau karena telah dipakai terlalu lama, maka area ini bisa terserang karies. Dalam
keadaan seperti ini, mempreparasi kembali gigi pilar dan melebarkan tepi servikal preparasi
hingga titik yang kurang peka haruslah dipertimbangkan. Karies pada tepi retainer biasanya
ditumpat dengan menggunakan bahan tumpatan konvensional. Logam kohesif dan amalgam
diindikasikan untuk permukaan oklusal, atau bila untuk keperluan estetik, komposit atau material
yang sejenis dapat digunakan. Jika karies berlangsung cepat di bawah restorasi, maka sebaiknya
GTC dilepas.

6. M4 tenteang perkembangan oklusi pada pembuat GT


Yang diperhatikan :

1.Oklusi Statis:

Oklusi statis mempelajari kontak antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi ketika rahang
tidak bergerak.

A. Oklusi Sentrik
Oklusi sentrik adalah oklusi ketika pasien mengoklusikan giginya dalam keadaan
interkuspasi maksimum. Sinonim dari oklusi sentrik yang umum dikenal adalah
posisi interkuspasi (ICP) atau habitual bite.
B. Relasi Sentrik
Relasi sentrik bukan merupakan oklusi karena tidak berhubungan dengan gigi. Relasi
sentrik merupakan hubungan rahang, yang menggambarkan hubungan konseptual
antara maksila dan mandibula. Relasi sentrik dapat dijelaskan dalam tiga cara yang
berbeda, yaitu secara anatomis, konsepsional, dan geometris.
C. Freedom in Centric Occlusion
Freedom in centric occlusion juga dikenal sebagai long centric occlusion. Freedom in
centric occlusion terjadi ketika mandibula dapat digerakan ke arah anterior dalam
jarak yang pendek ketika gigi tetap berkontak pada horizontal plane dan sagital plane
yang sama.
2.Oklusi Dinamis

Oklusi Dinamis Oklusi dinamis mengacu pada kontak oklusal yang dihasilkan ketika mandibula
bergerak secara relatif terhadap maksila, baik pergerakan ke arah anterior, lateral, maupun
posterior. Kontak yang dihasilkan bukan berupa titik, melainkan berbentuk garis. Mandibula
digerakkan oleh otot-otot pengunyahan dan jalur dari pergerakan mandibula diatur tidak hanya
oleh otot, tetapi juga oleh dua sistem guidence, yaitu posterior guidence yang diatur oleh sendi
temporomandibula dan anterior guidence.

A. Canine Guidence
Canine guidence merupakan oklusi dinamis yang terjadi pada kaninus selama
pergerakan ekskursif ke arah lateral dari mandibula (hanya gigi kaninus yang akan
berkontak).

B. Group Function
Group function merupakan kontak yang termasuk ke dalam anterior guidence dimana
kontak terjadi di beberapa gigi pada working side selama pergerakan ekskursi ke
lateral sehingga beban dibagi ke gigi tersebut.

C. Working Side
Working side adalah sisi mandibula yang menuju ke arah pergerakan mandibula
selama pergerakan ekskursi ke lateral. Working side interference adalah kontak yang
terjadi pertama kali hanya pada satu gigi pada working side ketika rahang digerakkan
ke arah lateral.

D. Balancing Side
Balancing side adalah sisi mandibula yang berlawanan dari arah pergerakan
mandibula selama pergerakan ke arah lateral. Balancing side interference adalah
kontak yang terjadi jika bagian yang berlawanan dari working side berkontak.

Dapat di test dengan :

1.Kertas Artikulasi
Kartikulasi digunakan untuk mendeteksi gigi yang mengalami traumatik oklusi. Bagian yang
berwarna dari kertas artikulasi mengandung wax, minyak dan pigmen, yang akan hilang ketika
terkena saliva karena sifatnya yang hidrofobik. Bagian yang mengalami traumatik oklusi akan
mudah terlihat dengan adanya tanda yang tertinggal setelah penggunaan kertas artikulasi.
Namun, kertas artikulasi merupakan material yang tidak fleksibel dan kurang akurat karena
ketebalan yang dimilikinya.
VII.Kesimpulan
Setelah mendapatkan infromasi yang sah,dapat disimpulkan dampak kehilangan gigi
memengaruhi perubahan secara emosional,sistemik dan fungsional. Yang akhirnya
mengindikasikan pemasangan gigi tiruan cekat dan gigi tiruan sebagian lepasan setelah
dilakukan pemeriksaan yang wajib dilakukan seperti pemeriksaan subjektif dan
objektif.Keberhasilan dan kegagalan dapat terjadi maka perlu diperhatikan dalam tahapan
pembuatan gigi tiruan.
DAFTAR PUSTAKA

Roberts, DH (1973), Fixed Bridge Prostheses, John Wright & Sons, Bristol.

The Academy of Prosthodontics. The glossary of Prosthodontict Term. 6th Ed. J Prosthet
Dent, 1994;71;41-112.

Rosentiel, Land, Fujimoto, 2001.Contemporary Fixed Prosthodontics. 3th Ed. Mosby Inc.
St Louis Misissouri.

Shillingburg, 1977.

Arifin M., Rahardjo W., Roselani. 2000. Diktat Prostodonsia: Ilmu Gigi Tiruan
Cekat (Teori dan Klinik). Departemen Prostodonsia Faklutas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia.

Gunadi, Haryanto. A; Burhan, Lusiana A.; Suryatenggara, Freddy. 1995. Ilmu


Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta: Hipokrates. Pp : 112-116

Nallaswamy D. 2003. Textbook of Prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers


Medical Publishers.
IV.SKEMA/DIAGRAM
Ny.Tesa (40th)

Drg.Manulang

Pemeriksaan

Objektif Subjektif

Dampak
Kehilangan
Intra Oral : EkstraOral :
GIGI
Missing Tampak lebih
16,15,21,26,27, tua
Klasifikasi 35,36,37,38,46,
Kehilangan 47,48
Gigi

Penegakan diagnose dan


Perencanaan Perawatan

Pembuatan GT

Kegagalan Jenis GT Tahapan Fungsi GT Indikasi dan Bahan


GT,Indikator Pembuatan GT KontraIndikasi Bahan
keberhasilan GT GT
dan Cara
mendapatkan
bid.Oklusal yg
Harmonis

Anda mungkin juga menyukai