Anda di halaman 1dari 13

UNIVERSITAS JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN IKTERUS


NEONATORUM RUANG SEROJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.
ABDOER RAHEM SITUBONDO

OLEH:
Nuril Fauziah, S. Kep
NIM 182311101047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
DESEMBER, 2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ikterus


Neonatorum di Ruang Seroja RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari, Tanggal : Sabtu, 22 Desember 2018
Tempat: Ruang Seroja RSUD Dr. Abdoer Rahem Situbondo

Situbondo, 22 Desember 2018

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik


Ruang Seroja Fakultas Keperawatan
RSUD Dr. Abdoer Rahem Universitas Jember

(……………………………) (…………………………….)

Mengetahui,
Kepala Ruang

(…………………………….)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

A. DEFINISI
Ikterus ialah suatu gejala yang perlu mendapat perhatian sungguh-
sungguh pada neonatus. Ikterus ialah suatu diskolorasi kuning pada kulit
konjungtiva dan mukosa akibat penumpukan bilirubin. Gejala ini seringkali
ditemukan terutama pada bayi kurang bulan atau yang menderita suatu
penyakit yang bersifat sismetik.
B. ETIOLOGI
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun
dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Peningkatan produksi :
a. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan
Rhesus dan ABO.
b. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
c. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan
metabolik yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
d. Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
e. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa),
20 (beta) , diol (steroid).
f. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
g. Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan
misalnya pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat
tertentu misalnya Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme atau toksion yang dapat langsung merusak sel hati
dan darah merah seperti Infeksi , Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif.
C. Manifestasi Klinis
1. Kulit tampak berwarna kuning terang sampai jingga (pada bayi
dengan bilirubin indirek)
2. Anemia
3. Perbesaran lien dan hepar
4. Perdarahan tertutup
5. Gangguan nafas
6. Gangguan sirkulasi
7. Gangguan saraf

D. FATOFISIOLOGI
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan
beban bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini
dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya
bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi
enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar
protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi
dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan
konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi
menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal
atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan
jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek.
Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak
apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang
terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau ensefalopati biliaris.
Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada
keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar
darah otak apabila pada bayi
terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau
infeksi. (Markum, 1991).
E. Macam – Macam Ikterus
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis
adalah Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut
(Hanifa, 1987):
 Timbul pada hari kedua-ketiga
 Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15
mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang
bulan.
 Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per
hari
 Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
 Ikterus hilang pada 10 hari pertama
 Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis
tertentu
2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik,
atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis.
Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin
mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi
kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin
Indirek pada otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus,
Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus
pada dasar Ventrikulus IV.

F. Komplikasi
1. Bilirubin encephahalopathi
2. Kernikterus ; kerusakan neurologis ; cerebral palis, retardasi mental,
hyperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinat otot dan tangisan
yangmelengking.
3. Asfiksia
4. Hipotermi
5. Hipoglikemi
G. Penata Laksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi
efek dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin

Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi


Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1. Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a boun of
fluorencent light bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan
menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar
Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak
terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan
mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke
pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke
dalam Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh Hati (Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi
terbentuk ketika sinar mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan
melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan
peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab
Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan Anemia.Secara
umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5
mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000
gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl.
Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi
2. Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-
faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24
jam pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu
pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam
pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible
(rentan) terhadap sel darah merah terhadap Antibodi
Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dengan Bilirubin
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O
segera (kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang
dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B yang pendek.
setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus
diperiksa setiap hari sampai stabil.

3. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan
enzim yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan
mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil
untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
H. ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses
keperawatan yang meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan
Evaluasi.
1. Pengkajian
a. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,
Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
b. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking,
refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas
c. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah
orang tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan
anak.

d. Pengetahuan Keluarga meliputi :


Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah
mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat
pendidikan, kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy
Smith Greenberg. 1988)
2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi
Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang
memberi gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan
menyusun perencanaan asuhan keperawatan. Masalah yang
diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan melalui
analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
a. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya
intake cairan
b. Gangguan suhu tubuh (hiportermi) berhubungan dengan
pengaturuan suhu tubuh yang belum adekuat
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan hiperbilirubinemia
DAFTAR PUSTAKA

H. Markum : ” Ilmu Kesehatan Anak”. Buku I, Jakarta, FKUI, 2013.


Bobak, J. : ”Materity and Gynecologic Care”, Precenton, 2010.
Cloherty, P. John : ”Manual of Neonatal Care”, USA, 2008.
Harper : ”Biokimia”, Jakarta, EGC, 2010.
Jack A. Pritchard dkk : ”Obstetri Williams”, Edisi XVII, Surabaya,
Airlangga University Press, 2010
Marlene Mayers, et. al. : ”Clinical Care Planes Pediatric Nursing”, New
York, Mc.Graw-Hill. Inc, 2014.
Mary Fran Hazinki : ”Nursing Care of Critically Ill Child”, Toronto, The
Mosby Compani CV, 2010
Susan R. J. et. al. : ”Child Health Nursing”, California, 2011.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
2. Gangguan suhu tubuh (hiportermi) Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam didapat kriteria NIC: Pengaturan suhu (3900)
hasil : a. Monitor suhu paling tidak setiap 2
berhubungan dengan pengaturuan
jam, sesuai kebutuhan;
suhu tubuh yang belum adekuat Termoregulasi (0402) b. Monitor tekanan darah, nadi dan
kode Tujuan respirasi sesuai kebutuhan;
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 c. Monitor suhu dan warna kulit;
080001 Peningkatan d. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
1. 3 √ adekuat;
suhu kulit
080018 Penurunan e. Instruksikan pasien bagaimana
2. 3 √ mencegah keluarnya panas dan
suhu kulit
3. 080003 Sakit kepala 3 √ serangan panas;
4. 080004 Sakit otot 1 √ f. Diskusikan pentingnya
080007 Perubahan termoregulasi dan kemungkinan
5. 3 √ efek negatif dari demam yang
wara kulit
6. 080014 dehidrasi 2 √ berlebihan, sesua kebutuhan;
g. Gunakan matras penghangat,
Keterangan: selimut penghangat, dan hangatkan
1. Keluhan ekstrime lingkungan sekitar untuk
2. Keluhan berat meningkatkan suhu tubuh, sesuai
3. Keluhans edang kebutuhan;
4. Keluhan ringan h. Gunakan matras pendingin, selimut
5. Tidak ada keluhan yang mensirkulasikan air, mandi air
hangat, kantong es atau bantalan jel
- Suhu naik menjadi normal (36,5-37,5oc) (080001) dan kateterisasi pendingin
- Suhu turun menjadi normal (36,5-37,5oc) (080018) intravaskular untuk menurunkan
- Sakit kepala pasien berkurang (skala nyeri 0-1) (080003) suhu tubuh, sesuai kebutuhan;
- Sakit otot pasien berkurang (skala nyeri 0-1) (080004) i. Berikan pengobatan antipireti
- Warna kulit pasien normal (080007) ksesuai kebutuhan.
- Hidrasi pasien kembali norma l (080014)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
3. Gangguan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Manajemen Tekanan (3500)
pasien menunjukkan hasil: a. Berikan pakaian yang tidak ketat
berhubungan dengan
pada pasien;
hiperbilirubinemia Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa (1101) b. Beri bantalan pada tepi balutan gips
kode Tujuan yang kasar dan koneksi traksi
No. Indikator Awal
1 2 3 4 5 dengan cara yang tepat;
110111 Perfusi c. Tinggikan ekstremitas yang cidera;
1 3 √ d. Monitor area kulit dari adanya
jaringan
110112 Pertumbuhan kemerahan dan adanya pecah-
2 rambut pada 3 √ pecah;
kulit e. Berikan pijatan punggung atau
110113 Integritas leher dengan cara yang tepat
2. 2 √ NIC: Pengecekan kulit (3590)
kulit
110115 Lesi pada a. Periksa kulit dan selaput lendir
3 2 √ terkait dengan adanya kemerahan,
kulit
4 110123 Warna kulit 2 √ kehangatan ekstrim, edema atau
Keterangan: drainase;
1. Keluhan ekstrime b. Monitor kulit dan selaput lendir
2. Keluhan berat terhadap area perubahan warna,
3. Keluhan sedang memar, dan pecah;
4. Keluhan ringan c. Monitor sumber tekanan dan
5. Tidak ada keluhan gesekan;
d. Ajarkan anggota keluarga atau
- Suhu kulit dalam batas normal (36,5-37,5oc) (110101) pemberi asuhan mengenai tanda-
- Kemampuan untuk merasakan sensasi (110102) tanda kerusakan kulit dengan tepat
- Elastisitas kulit kembali normal (110103) e. Berikan pengobatan antibiotic
- hidrasi kulit kembali normal (110104)
- pengeluaran keringat normal (110106) NIC: Pencegahan luka tekan (3540)
- tekstur kulit kembali normal (110108) a. Gunakan alat pengkajian luka
- perfusi jaringan membaik (110111) tekan atau dekubitus yang tepat
- terdapat pertumbuhan rambut pada kulit (110112) untuk mengkaji risiko pada
- integritas kulit membaik (110113) pasien;
- lesi pada kulit membaik (110115) b. Dorong pasien untuk tidak
kulit tidak mengalami nekrosis (1101123) merokok dan menghindari
konsumsi alkohol;
c. Ubah posisi klien dengan teknik
yang benar (misalnya,
menghindari untuk menggeser
pasien) dan untuk mencegah
trauma pada kulit;
d. Gunakan kasur khusus anti
dekubitus;
e. Lembabkan kulit yang pecah-
pecah

Anda mungkin juga menyukai