Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PILIHAN ATSIRI

DESTILASI MINYAK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SEBAGAI


SUBSTISTUSI ANTIBAKTERIA PADA SABUN MANDI AROMATERAPI

Disusun Oleh:
KELOMPOK PRAKTIKUM MKP ATSIRI
Lutfi Roshinta Devi 21030116060021
Ade Lina Yulifianti 21030116060025
Zulfa Mutiara Putri 21030116060048
M.Afif Prabowo 21030116060068

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Destilasi Minyak Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Sebagai Substistusi Antibakteria
Pada Sabun Mandi Aromaterapi

Ade Lina Yulifianti1) , Lutfi Roshinta Devi2), Zulfia Mutiara P.3), M. Afif Prabowo4)
Pembimbing: Fahmi Arifan, S.T., M.Eng.
Jurusan Program Studi Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro

ABSTRAK
Kemangi (Ocimum Basilicum L.) merupakan tanaman yang banyak tumbuh subur di Indonesia.
Mempunyai banyak manfaat dan sering dimanfaatkan dalam berbagai bidang diantaranya bidang
pertanian, kecantikan, pangan, dan kesehatan. Keberadaannya yang banyak dan mudah sekali
tumbuh, pemanfaatannya perlu dikaji ulang untuk meningkatkan nilai ekonomi kemangi dan
mengoptimalkan penyerapan manfaat didalamnya. Kemangi memiliki kandungan minyak atsiri
sekitar 0,560%. Kandungan terbesar dalam minyak atsiri kemangi yaitu sitral. Secara umum
minyak atsiri dimanfaatkan sebagai antimikroba dan antikanker. Minyak kemangi dapat diisolasi
menggunakan metode destilasi uap air. Dalam penelitian ini, deslitasi dilakukan dengan 2
variable waktu 2 jam dan 3 jam. Serta variable air 6 dan 7.5 liter, menggunakan jumlah kemangi
yang sama yaitu masing-masing 5kg. Minyak atsiri terisolasi akan diaplikasikan pada sabun
mandi aromaterapi dengan variable NaOH 15gr dalam 100ml air dan 10gr dalam 100ml air,
dengan jumlah minyak kelapa sawit dan minyak zaitun yang sama. Essens dari sabun
aromaterapi ditambahkan minyak kemangi hasil penyulingan dalam jumlah berbeda yaitu 2 ml
dan 1 ml. Keefektifan minyak kemangi sebagai antibakteria 2 variable berbeda dalam sabun
aromaterapi akan diuji dengan pengujian menggunakan metode Total Plate Count. Uji
organoleptik berdasarkan warna dan aroma juga dilakukan dengan 5 orang panelis. Serta uji daya
busa terhadap air suling dan air sadah. Untuk mendapatkan produk sabun aromaterapi yang
berkualitas maka tingkat iritasi harus diuji pula pada uji iritasi kulit dengan 5 orang panelis.
Mengingat Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan keadaan yang panas dan lembab
yang mengakibatkan mudahnya bakteri dan jamur tumbuh pada kulit manusia, sabun mandi
aromaterapi minyak kemangi ini diharapkan menjadi solusi yang baik bagi masyarakat indonesia
untuk menjaga kesehatan kulit dan diharapkan pula untuk menambah nilai ekonomis tanaman
kemangi serta meningkatkan perekomonian masyarakat Indonesia.
Kata Kunci: Kemangi, minyak kemangi, sabun mandi aromaterapi
HALAMAN PENGESAHAN

Praktikum : Mata Kuliah Pilihan Atsiri


Judul Usulan Kegiatan : Destilasi Minyak Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Sebagai
Substistusi Antibakteria Pada Sabun Mandi Aromaterapi
Dosen Pembimbing : FahmiArifan, ST, M.Eng
Praktikan : 1. Lutfi Roshinta Devi 21030116060021/ 2016A
2. Ade Lina Yulifianti 21030115060025/ 2016A
3. Zulfia Mutiara Putri 21030116060048/ 2016B
4. M. Afif Prabowo 21030116060068/ 2016B

Proposal Praktikum dengan Judul :

DESTILASI MINYAK ATSIRI KEMANGI (Ocimum basilicum L.) SEBAGAI


SUBSTISTUSI ANTIBAKTERIA PADA SABUN MANDI AROMATERAPI

telah disetujui pada tanggal

Semarang, 02 Agustus 2018


Dosen pembimbing

FahmiArifan, ST, M.Eng


NIP. 19800220 200501 1 001
ORGANISASI KELOMPOK

Praktikum Mata Kuliah Pilihan Atsiri akan dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi
Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas
DiponegoroSemarang, yaitu sebagai berikut :
1. Lutfi Roshinta Devi 21030116060021/ 2016A
2. Ade Lina Yulifianti 21030116060025/ 2016A
3. Zulfia Mutiara Putri 21030116060048/ 2016B
4. M. Afif Prabowo 21030116060068/ 2016B

Demikian usulan kegiatan ini dibuat agar dapat disetujui dan dapat dilaksanakan dengan
sebaik – baiknya.
Semarang, 2 Agustus 2018

Praktikan Praktikan Praktikan Praktikan

Lutfi Roshinta Devi Ade Lina Yulifianti Zulfia Mutiara P M. Afif Prabowo
21030116060021 21030116060025 21030116060048 21030116060068

Mengetahui,

Ka. Laboratorium Pranata Laboratorium

FahmiArifan, ST, M.Eng Rico Vendamawan, ST, M.Kom


NIP 19800220 200501 1 001 NIP. 197410151995121001
ORGANISASI KELOMPOK

Praktikum Mata Kuliah Pilihan Atsiri akan dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi
Teknik Kimia Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi Universitas
DiponegoroSemarang, yaitu sebagai berikut :
1. Lutfi Roshinta Devi 21030116060021/ 2016A
2. Ade Lina Yulifianti 21030116060025/ 2016A
3. Zulfia Mutiara Putri 21030116060048/ 2016B
4. M. Afif Prabowo 21030116060068/ 2016B

Demikian usulan kegiatan ini dibuat agar dapat disetujui dan dapat dilaksanakan dengan
sebaik – baiknya.
Semarang, 2 Agustus 2018

Praktikan Praktikan Praktikan Praktikan

Lutfi Roshinta Devi Ade Lina Yulifianti Zulfia Mutiara P M. Afif Prabowo
21030116060021 21030116060025 21030116060048 21030116060068

Mengetahui,

Ka. Laboratorium Penanggungjawab Lab. TRL

FahmiArifan, ST, M.Eng Nanik Kartikasari A.Md


NIP 19800220 200501 1 001 NIP. 198511152010122005
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata kuliah pilihan
kertas dengan judul “Destilasi Minyak Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Sebagai
Substistusi Antibakteria Pada Sabun Mandi Aromaterapi”. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahmi Arifan, S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing,
yang disela – sela kesibukannya tetap meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada
penyusun. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak – pihak yang telah
memberikan bantuan, doa dan dukungan hingga selesainya percobaan ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan pada penyusunan
laporan praktikum MKP Atsiri ini, karena terbatasnya waktu dan kemampuan yang dimiliki.
Oleh karena itu, penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
laporan ini.Penyusun berharap laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………………….i
ABSTRAK………………………………………………………………………………………...ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………iii
PELAKSANAAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PILIHAN
ATSIRI………………………...iv
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….v
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………….......vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………….....vii
DAFTAR
TABEL……………………………………………………………………………….viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Judul 1
1.2 Latar Belakang 1
1.3 Rumusan Masalah 1
1.4 Tujuan Praktikum 2
1.5 Manfaat Praktikum 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Atsiri 3
2.2 Kunyit Putih 4
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Kunyit Putih 5
2.2.2 Kandungan Kimia Kunyit Putih 5
2.2.3 Manfaat Kunyit Putih 6
2.3 Minyak Atsiri Kunyit Putih 6
2.3.1 Pengaruh Pemilihan Pelarut pada Umumnya 7
2.4 Destilasi 7
2.4.1 Destilasi Uap Air 8
2.5 Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) 8
BAB III METODOLOGI
3.1 Alat dan Gambar 9
3.1.1 Alat yang Digunakan 9
3.1.2 Gambar Alat 9
3.2 Rangkaian Alat 11
3.3 Bahan 11
3.4 Variabel yang Diamati 11
3.4.1 Variabel Bebas 11
3.4.2 Variabel Tetap 12
3.5 Cara Kerja 12
3.5.1 Prosedur Pengambilan Minyak Atsiri Kunyit Putih 12
3.5.2 Prosedur Uji BSLT 13
3.5.3 Prosedur Perhitungan LT50 dengan Menggunaan Aplikasi SPSS 14
3.6 Analisa Hasil Percobaan 15
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan 16
4.2 Pembahasan 16
DAFTAR PUSTAKA 17
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kunyit
Putih……………………………………………………………………………5
Gambar 2. Rangkaian Destilasi Uap
Air………………………………………………………….11
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Kimia Kunyit Menurut Tabel Komposisi Pangan


Indonesia………………….5
Tabel 2. Nama Alat yang
Digunakan………………………………………………………………9
Tabel 3. Gambar Alat yang
Digunakan…………………………………………………………...10
Tabel 4. Nama Bahan yang
Digunakan…………………………………………………………...11
Tabel 5. Hasil Pengamatan……………………………………………………………………….1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul
Destilasi Minyak Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Sebagai Substistusi Antibakteria
Pada Sabun Mandi Aromaterapi.

1.2 Latar Belakang


Minyak atsiri atau sering disebut minyak eteris merupakam minyak nabati yang biasa
didapat dari hasil penyulingan tumbuhan-tumbuhan. Minyak atsiri banyak dimanfaatkan
dalam bidang pangan, kecantikan, pertanian dan kesehatan. Dalam bidang kesehatan
salah satunya adalah sebagai aromaterapi. Seiring meningkatnya fenomena resistensi
terhadap penggunaan obat-obatan kimia, kini aromaterapi alami banyak digemari
masyarakat. Salah satunya adalah tanaman kemangi (Ocimum basilicum). Di masyarakat,
kemangi sejak dahulu sudah digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti perut
kembung atau masuk angin, demam, melancarkan ASI , rematik, sariawan dan juga
sebagai antijamur dan antibakteria. Biji kemangi juga sudah terbukti mempunyai efek
antibakteri terhadap Vibrio cholera, Escherichia coli, Salmonella thyposa dan Salmonella
dysentriae. Bagian dari tanaman kemangi yang banyak digunakan adalah daunnya.
Dalam penggunaannya, daun kemangi sering disuling dan diambil kandungan minyak
atsirinya. Minyak atsiri kemangi mempunyai kandungan senyawa dominan seperti
linalool, methylclavicol (estragol), 1-8 sineol, eugenol, terpineol, geraniol. Berdasarkan
penggunaannya di masyarakat, dimungkinkan kemangi mengandung senyawa kimia
yang mempunyai aktivitas antibakteria.
Minyak kemangi dapat diisolasi dengan cara penyulingan uap-air dengan berbagai
variable penggunaan air dan waktu kemudian minyak kemangi terisolasi dapat
diaplikasikan dalam sabun aromaterapi berbahan dasar NaOH, minyak kelapa dan minyak
zaitun dengan variable yang berbeda untuk mengetahui variable dengan kualitas terbaik.
Mengingat Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang mudah sekali tumbuh jamur
atau bakteri. Salah satunya adalah tumbuhnya bakteri atau jamur pada tubuh yang
mengakibatkan bau badan, sabun aromaterapi minyak kemangi yang telah melalui
berbagai tahap uji diantaranya uji antibakteri, uji daya busa dan uji iritasi kulit,
diharapkan efektif digunakan untuk membasmi bakteri kulit penyebab bau badan dan
memberi rasa rileks serta meningkatkan nilai ekonomis minyak kemangi di Indonesia
1.3 Rumusan Masalah

Mengingat Indonesia beriklim tropis yang panas dan lembab mudah sekali tumbuh
bakteri dan jamur salah satunya pada kulit manusia. Daun kemangi yang mudah dijumpai
diberbagai daerah di Indonesia dan hanya sering dimanfaatkan dalam bidang pangan, kini
dapat diekstrak minyaknya untuk digunakan dalam berbagai bidang salah satunya adalah
bidang kesehatan karena memiliki sifat antibakteria. Hal ini dapat digunakan sebagai
acuan untuk memanfaatkan tanaman kemangi. Pada penelitian ini digunakan metode
penyulingan uap. Minyak kemangi yang tersuling diaplikasikan dalam sabun aromaterapi
diajukan sebagai hipotesa untuk meningkatkan nilai ekonomis produk.
1.4 Tujuan Praktikum

Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :


1. Untuk mengetahui cara mendapatkan minyak kemangi dengan destilasi uap
2. Untuk mengetahui rendeman, berat jenis, indeks bias, bilangan asam, dan putaran
optik minyak kemangi.
3. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan minyak kemangi dalam sabun aromaterapi.
4. Untuk mengetahui efektivitas minyak kemangi dalam sabun aromaterapi sebagai
antibakteria
1.5 Manfaat Praktikum
Melalui praktikum yang dilakukan mahasiswa, mahasiswa melakukan destilasi uap
dan penelitian mengenai kandungan yang terdapat dalam kemangi dimana akan di dapat
kandungan dari kemangi itu pada akhir percobaan. Penganekaragaman macam destilasi
pun dapat dilakukan guna mendapatkan jenis destilasi yang dapat mencapai hasil
maksimal dimana pada praktikum ini kami menggunakan salah satu macam destilasi yaitu
destilasi uap. Kemudian mengaplikasikan pada sabun mandi aroma terapi, dan
mengetahui variable paling efektif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Atsiri


Minyak atsiri atau yang dikenal sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial,
minyak terbang serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati atau
berasal dari tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau
minyak gosok (untuk pengobatan) alami dan mempunyai aroma khas.
Sifat-sifat minyak atsiri menurut Hadipoentyanti (2008): berbau harum atau wangi
sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, mempunyai rasa getir, pahit, atau
pedas, berupa cairan yang berwarna kuning, kemerahan dan ada yang tidak berwarna,
tidak dapat larut dalam air dan dapat disuling uap, minyak atsiri tersusun dari
monoterpenoid yang mempunyai titik didih sama dengan 140-180oC dan seskuiterpenoid
yang mempunyai titik didih > 200oC, larut dalam pelarut organic, beberapa mempunyai
struktur siklik serta mempunyai satu gugus fungsi atau lebih (hidroksil, karbonil dan
lain-lain) (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan dasar kosmetik, parfum, aromatherapy, obat,
suplemen dan makanan. (Ketaren, 1985).Komponen utama minyak atsiri adalah terpena
dan turunan terpena yang mengandung atom oksigen. Terpenoid yang terkandung dalam
minyak atsiri menimbulkan bau harum atau bau khas dari tanaman (Ketaren, 1985).
Pada umumnya perbedaan komposisi minyak atsiri disebabkan perbedaan jenis
tanaman penghasil, kondisi iklim, tanah tempat tumbuh, umur panenan, metode ekstraksi
yang digunakan dan cara penyimpanan minyak.
Minyak atsiri biasanya terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang
terbentuk dari unsur Karbon (C), Hidrogen (H), dan oksigen (O). Pada umumnya
komponen kimia minyak atsiri dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1) Hidrokarbon, yang terutama terdiri dari persenyawaan terpen
2) Hidrokarbon teroksigenasi.
Minyak atsiri pada umumnya diektraksi dengan 4 macam, yaitu metode penyulingan,
pressing, ekstraksi dengan pelarut menguap dan ekstraksi dengan lemak padat. Metode
penyulingan dapat dilakukan dengan tiga sistem penyulingan yaitu dengan penyulingan
air (water distillation), penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation) dan
penyulingan dengan uap (Ketaren, 1985).
Beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia dan bagian
tanaman yang mengandung minyak atsiri:
 Akar : Akar wangi, Kemuning
 Daun: Nilam, Cengkeh, Sereh lemon, Sereh Wangi, Sirih, Mentha, Kayu Putih,
Gandapura, Jeruk Purut, Karmiem, Krangean, Kemuning, Kenikir, Kunyit,
Kunci, Selasih, Kemangi.
 Biji: Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi, Kosambi.
 Buah: Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.
 Bunga: Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam, Cemopaka
kuning, Daun seribu, Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana, Srigading.
 Kulit kayu: kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi, Selasihan, Sintok.
 Ranting: Cemara gimbul, Cemara kipas.
 Rimpang: Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur, Lengkuas,
Lempuyang sari,Temu hitam, Temulawak, Temu putri.
 Seluruh bagian: Akar kucing, Bandotan, Inggu, Selasih, Sudamala, Trawas
(Rianasaraswati).

2.2 Kemangi
2.2.1 Pengertian Kemangi
Daun kemangi atau yang dikenal sebagai daun basil manis adalah tanaman
daun Ocinum basilicum, yang masih termasuk ke dalam keluarga daun mints
/ Lamiaceae. Rasa daun kemangi terasa pedas, dingin, manis, dan wangi aroma yang
khas. Daun kemangi merupakan bahan pelengkap dalam masakan khas Indonesia dan
beberapa Negara lainnya di Asia, Eropa, maupun Amerika. Biji daun kemangi lebih
dikenal dengan sebutan biji selasih, dan biji ini dalam keadaan kering dapat disimpan
lama. Bila biji selasih disiram/direndam dengan air akan menjadi butiran biji dengan
gelatin yang lembut, dan biji selasih ini sering sekali menjadi bahan pelengkap minuman
tradisional Indonesia.
Nama daun kemangi / basil sendiri berasal dari bahasa Latin “basileus” yang berarti
raja, berkaitan dengan jamuan makan kerajaan. Daun kemangi banyak mengandung zat-
zat penting bagi tubuh, termasuk karbohidrat, serat nabati, lemak nabati, protein
nabati, vitamin A, beta karoten, thiamin (vit B1), vitamin E, riboflavin (vitamin B2),
niasin (vitamin B3), asam folat, asam pantotenat (vitamin B5), kolin, vitamin B6,
vitamin C, vitamin K, kalsium, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, natrium, dan zinc.
Potensi yang dimiliki oleh kemangi dalam bidang kesehatan sangat besar terutama
setelah dilakukan penyulingan dan pengambilan minyak atsiri. Kemangi termasuk
kedalam famili Lamiaceae, yang dikenal sebagai tanaman aromaterapi karena
mengandung senyawa minyak atsiri. Minyak atsiri kemangi berkisar 0.560 %,
kandungan terbesar dalam minyak atsiri kemangi yaitu sitral dengan komposisi 43.45%
dan geraniol dengan komposisi 21.13 % . Minyak atsiri yang dihasilkan oleh kemangi
sebanyak 1.7% berasal dari daunnya sedangkan 0.75% berasal dari bunganya.
Kandungan utama kemangi yaitu terpinol 4, linalool dan gama terpinen sebagai. Minyak
atsiri ini secara umum dimanfaatkan sebagai antimikroba dan antikanker.

2.2.2 Kandungan Kemangi


Tanaman kemangi memiliki kandungan kimia pada bunga, daun, ataupun batangnya.
Kandungan kimia tertinggi dari tanaman kemangi terdapat pada daunnya. Jenis
kandungan kimia yang terkandung dalam kemangi (Ocimum basilicum) dipegaruhi oleh
regio geografis dan kuantitasnya bervariasi pada setiap periode vegetasi. Kandungan
kimia kemangi yang tumbuh di Kuba, Brazil, India, Jerman, dan Thailand mengandung
eugenol sebagi konstituen utama selain juga β-caryophyliene atau α-bisabolenes dan β-
bisabolenes. Methyl eugenol merupakan konstituen utama dari minyak Ocimum
basilicum dari India (25%) dan Thailand (23-52%). Sedangkan minyak dari Ocimum
basilicum yang tumbuh di Australia terutama mengandung methyl chavicol
(Hadipoentyanti, 2008).
Presentase kandungan minyak bervariasi secara signifikan pada tiap tahapan
pertumbuhan tanaman. Tahap pertumbuhan tanaman yang paling banyak mengandung
minyak esensial adalah pada akhir dari masa berbunga yaitu 0,83%. Pada masa pre-
flowering kandungan minyaknya 0,68%. Saat masa berbunga kandungannya 0,59% dan
ketika berbuah kandungannnya 0,69% (Like, 2013).
Kemangi telah terbukti memiliki sifat antioksidan, antikanker, antijamur,
antimikrobial, analgesik. Zat aktif dari kemangi ialah eugenol (1-hydroxy-2-methoxy-4-
allybenzene) yang paling berpotensi farmakologis . Kandungan eugenol kemangi berkisar
antara 40% hingga 71%. Selain eugenol, kemangi juga mengandung zat farmakologis
seperti ocimene, alfapinene, geraniol (Kardinan, 2003). Kandungan zat aktif eugenol yang
mendominasi komponen daun Ocimum basilicum berfungsi sebagai tempat antiparasit dan
antioksidan. Pemberian antioksi dan dalam jumlah cukup besar akan menjadi radikal
bebas (Like, 2013).
Kandungan Ocimum basilicum memiliki aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus, Bacillus pumilus, dan Pseudomonas aeruginosa. Staphylococcus
aureus merupakan organisme yang paling sensitif. Aktifitas antibakteri dikombinasikan
dengan antiinflarmasi dan analgesik membuat Ocimum sanctum berguna dalam mengatasi
inflamasi yang disebabkan oleh infeksi streptococcal (Hadipoentyanti, 2008).

2.2.3 Klasifikasi Kemangi

Gambar 1. Tanaman Kemangi

Kingdom :Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Lamiales
Famili : Lamiaceae
Genus : Ocimum
Spesies : Ocimum basilium
(Hadipoentyanti, 2008).
2.2.4 Manfaat Kemangi
2.2.4.1 Mencegah Dan Mengobati Batuk, Pilek, Dan Demm
2.2.4.2 Minyak Atsiri
Minyak atsirinya sebagai bahan campuran dalam pembuatan obat, biang
parfum sabun mandi, permen pelega tenggorokan, lotion, minyak gosok,
dan minyak aromaterapi. Minyak atsiri kemangi termasuk golongan tinggi,
aromanya akan hilang setelah 24 jam dioleskan ke tubuh. Minyak ini
menyegarkan tubuh dan meringankan rasa sakit sehingga sangat baik
sebagai minyak pijat aroma. Namun, minyak ini tidak boleh digunakan
oleh wanita hamil karena beresiko keguguran.
2.2.4.3 Mengatasi Perut Kembung/Masuk Angin Dan Demam Pada Balita
2.2.4.4 Mencegah Bau Badan, Bau Mulut, Dan Melancarkan Asi
2.2.4.5 Mengobati Panu
2.2.4.6 Mengobati Sariawan
2.2.4.7 Menghilangkan Bau Mulut
2.2.4.8 Menghilangkan Bau Badan Dan Keringat
2.2.4.9 Mengatasi Ejakulasi Dini, Meluruhkan Gas Perut, Meluruhkan Haid
2.2.4.10 Meluruhkan Asi, Mengobati Panas Dalam Dan Sariawan
2.2.4.11 Menghalau Serangan Nyamuk
2.2.4.12 Meredakan Demam Dan Meriang, Serta Mencegah Demam Berdarah
2.2.4.13 Demam yang tinggi
2.2.4.14 Mencegah Stres

2.2.5 Penyebaran Tanaman Kemangi


Kemangi tidak hanya tumbuh di Indonesia tetapi juga di India, Taiwan, Cina, dan
Asia Tenggara (WHO, 2002). Tanaman ini berasal dari daerah Asia tropis. Kemangi
ditanam di ladang, di sela-sela tanaman pekarangan, pada tepi-tepi sawah, dan juga di
halaman rumah. Selain itu, dapat ditemukan di seluruh Pulau Jawa pada ketinggian
450-1100 meter di atas permukaan laut (Heyne, 1987).

2.3 Aromaterapi
Kata aromaterapi berarti terapi dengan memakai minyak esensial yang ekstrak dan
unsur kimianya diambil dengan utuh. Aromaterapi adalah bagian dari ilmu herbal
(herbalism). Sedangkan menurut Sharma 2009, aromaterapi berarti ‘pengobatan
menggunakan wangiwangian’. Istilah ini merujuk pada penggunaan minyak esensial
dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan emosional
dan dalam mengembalikan keseimbangan badan. Terapi komplementer (pelengkap),
seperti homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan seiring dengan
pengobatan konvensional (Jones, 2006) Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak
aromatik. Apabila disuling, senyawa yang manjur ini perlu ditangani secara hati-hati.
Sebagian besar senyawa ini akan menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara
tepat, senyawa ini memilki nilai teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan dalam
kompres, dalam air mandi, atau dalam minyak pijat.

2.4 Sabun Aromaterapi


Sabun aromaterapi merupakan sabun dengan kadar parfum yang rendah, tetapi
mengandung bahan bahan antiseptik seperti bahan bahan yang digunakan dalam sabun
ini adalah trisalisil anilida, trichloro carbonylida dan sulfur. Dan bahan alami seperti
minyak atsiri yang mempunyai kandungan antibakteria, antioksdidan dan lain-lain
(Agus,2009).

2.5 Destilasi
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali
kedalam bantuk cairan. Zat yang memliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih
dahulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan panas.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing
komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada
hukum raoult dan hukum dalton.

2.6 Destilasi Uap Air


Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih
mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan senyawa-senyawa ini
dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer dengan menggunakan uap atau
air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi uap adalah dapat mendistilasi
campuran senyawa di bawah titik didih dari masing-masing senyawa campurannya.
Selain itu distilasi uap dapat digunakan untuk campuran yang tidak larut dalam air di
semua temperatur, tapi dapat didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah
untuk mengekstrak beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus,
minyak sitrus dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran dan mungkin
ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas menuju ke
kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat (Maria, 2010).
2.7 Spesifikasi Mutu Produk
2.7.1 Warna dan Aroma
Kemangi merupakan tanaman semak semusim dengan tinggi 30-150 cm,
batangnya berkayu, segi empat, beralur, bercabang, dan memiliki bulu berwarna
hijau. Daunnya tunggal dan berwarana hijau, bersilang, berbentuk bulat telur,
ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, dan pertulangan daun menyirip.
Bunga majemuk berbentuk tandan memiliki bulu tangkai pendek berwana hijau,
mahkota bunga berbentuk bulat telur dengan warna keunguan. Buah berbentuk kotak
dan berwarna coklat tua, bijinya berukuran kecil, tiap buah terdiri dari empat biji yang
berwarna hitam, akarnya tunggang dan berwarna putih kotor. Kemangi menghasilkan
minyak dengan warna kuning kehijauan dan memiliki aroma yang khas yang dapat
digunakan untuk aromaterapi dalam merileksakan syaraf-syaraf yang tegang.
2.7.2 Bobot Jenis
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.Bobot jenis dinyatakan
dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi yang
diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah
mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan
dalam United States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. Zat yang memiliki
bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.Zat yang memiliki bobot
jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.
2.7.3 Kekentalan
Viskositas adalah ukuran kekentalan fluida yang menyatakan besar kecilnya
gesekan di dalam fluida. Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu
fluida mengalir dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di
dalam zat cair, viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair.
Sedangkan dalam gas, viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas.
Viskositas zat cair dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut
koefisien viskositas(η). Satuan SI untuk koefisien viskositas adalahNs/m2 atau pascal
sekon (Pa s).
2.7.4 Uji antibakteri
Uji antibakteri Uji bakteri dapat dilakukan menggunakan beberapa metode, yaitu
(Jawetz dkk., 1996):
1. Metode dilusi atau pengenceran
Metode dilusi ini dilakukan dengan cara sejumlah antibakteri tertentu dicampur
dengan pembenihan bakteri yang cair atau padat kemudian pembenihan tersebut
ditanam bakteri yang akan diperiksa dan diinkubasi selama 24 jam. Titer obat
merupakan jumlah obat antibakteri yang dibutuhkan menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri yang akan diperiksa.
2. Metode difusi
Metode difusi ini dilakukan dengan cara bakteri ditanam pada media padat dan
diatasnya diletakkan disk yang mengandung antibakteri tertentu atau dibuat sumuran
yang berisi antibakteri tertentu kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 oC.
Ada beberapa cara pengujian menggunakan metode difusi, yaitu:
a. Cara Kirby-Bauwer
Dengan menggunakan ose steril dicelupkan dalam suspensi bakteri dengan
konsentrasi 108 CFU/mL kemudian dioleskan pada permukaan media agar
hingga rata. Pada permukaan media diletakkan kertas cakram atau disk yang
mengdanung larutan antibakteri dan diinkubasi sealama 18-24 jam pada suhu
37 oC.
b. Cara sumuran
Media agar yang telah diolesi bakteri dibuat sumuran dengan garis tengah
tertentu dan kedalam sumuran tersebut diberi larutan antibakteri kemudian
diinkubasi selama 18-24 jam pda suhu 37 oC.
c. Cara pour plate
Suspensi bakteri dengan konsentrasi 108 CFU/mL diambil dengan
menggunakan ose steril dan dimasukkan kedalam media cair. Setelah
suspensi bakteri dibuat homogen dituang pada media dan dibiarkan
membeku. Pada bagian atas diletakkan disk dan diinkubasi selama 18-24 jam
pada suhu 37 oC (Jawetz dkk., 1996).
Pembacaan zona hasil dapat dilakukan denagan cara mengukur:
 Zona radikal yaitu sutau daerah disekitar disk dimana sama sekali
tidak ada pertumbuhan bakteri.
 Zona irradikal yaitu suatu daerah disekitar disk yang pertumbuhan
bakterinya dihambat tetapi tidak mematikan
2.7.5 Uji Daya Busa
Uji daya busa dilakukan untuk mengetahui seberapa busa yang dapat terbentuk
dari sabun tersebut. Uji ini dilakukan dengan cara melarutkan sabun uji dalam air
suling dan air sadah, kemudian diukur ketinggian awal dalam gelas ukur dan
ditetesi dengan larutan sabun yang sama. Makan akan timbul busa. Dan dapat
diketahui ketinggian busanya.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Gambar


3.1.1 Alat yang Digunakan
Nama Alat Ukuran Jumlah
Gelas Ukur 25 ml 1
10 ml 2
Beker Glass 1000 ml 1
500 ml 2
250 ml 2
Corong Pemisah 250 ml 1
Termometer 100 oC 2
Pipet Tetes - 1
Timbangan - 1
Botol Sampel - 2
Magnetic stirrer - 1
Klem dan statif - 1
Cawan Petri - 2
Inkubator - 1
Kompor Listrik - 1
Seperangkat Alat Destilasi - 1
Tabel 1. Nama Alat yang Digunakan

3.1.2 Gambar Alat


Nama Alat Gambar Nama Alat Gambar

Gelas Ukur Beker Glass


Corong Timbangan
Pemisah

Botol Magnetic
Sampel Stirrer

Klem dan Cawan petri


Statif

Inkubator Kompor
Listrik

Seperangkat
Alat
Destilasi

Tabel 2. Gambar Alat yang Digunakan


3.2 Rangkaian Alat

1 4

Gambar 2. Rangkaian Alat Destilasi


Keterangan:
2. Tangki Destilasi
3. Kondensor
4. Tangki pendingin
5. Kran Air
6. Sumber Panas
7. Beker Gelas

3.3 Bahan
Nama Bahan Jumlah

Kemnagi 10 kg

Air 13,3 Liter

Aquadest 200 ml

NaOH 20 gr

Minyak Goreng 40 ml

Pewarna 2 tetes

Agar-Agar 6 gr

Nutrient Agar 4 gr

Sampel tanah 0,1 gr

CaCO3 0,2 gr

H2SO4 Pekat 1 tetes

Minyak Kemangi yang di dapat Ml

Tabel 3. Nama Bahan yang Digunakan


3.4 Variabel yang Diamati
3.4.1 Variabel Bebas
a. Pengambilan Minyak Atsiri Kemangi
Waktu ke 3 jam dan 5 jam
b. Pembuatan Sabun
Jumlah Minyak Kemangi
- Variable I 10 tetes
- Variable II 5 tetes
c. Pengujian Antibakteria
Jumlah Larutan Sabun
- Variable I 0,5 ml
- Variable II 1 ml
3.4.2 Variabel Tetap
a. Variabel tetap dan control pada proses pengambilan minyak atsiri kemangi
- Massa bahan baku : 10 kg
- Suhu (besarnya api) : besar
b. Variabel tetap dan control pada proses pembuatan sabun
- NaOH : 10gr
- Minyak Goreng : 20ml
- Pewarna : 1 tetes
c. Variabel tetap dan control pada proses pengujian antibakteria
- Agar-Agar : 3gr
- Nutrient Agar : 1gr
- Sampel Tanah : 1ml

3.5 Cara Kerja


3.5.1 Prosedur Pengambilan Minyak Atsiri Kemangi
Daun kemangi besarta batangnya yang sudah di angin-anginkan, di timbang
sebanyak 5 kg lalu dimasukkan dalam katel uap. Proses dari distilasi uap adalah
kemangi diletakan di atas pelat berlubang dalam ketel destilasi. Ketel tersebut di alirkan
uap berasal dari steam boiler. Bahan yang di suling hanya berhubungan dengan uap dan
tidak dengan air panas.Hasil distilasi menunjukan sebagian minyak membentuk emulsi
dengan fase cair. Kemudian campuran minyak dan air dipisahkan dengan menggunakan
dekanter atau labu pemisah. Diagram penyulingan minyak atsiri kemangi dapat dilihat
pada Gambar dibawah.
Air

Boiler

Kemangi
Dipanaskan pada
T=100c dan T=110c

Destilator (di destilasi selama 5


jam)
Uap Air

Kondensor

Dekander

Minyak atsiri kemangi

Gambar 4. Diagram prosedur destilasi minyak kemangi

3.5.2 Prosedur Pembuatan Sabun Mandi Aromaterapi


NaOH (soda api) dan air dicampurkan dan diaduk dengan pengaduk plastic
kemudian didiamkan hingga suhunya mendekati 45oC. Minyak kelapa, dan minyak
sawit ditimbang masing-masing sesuai variable kemudian dimasukkan kedalam panci
stainless dan dipanaskan hingga mencapai suhu 45oC. NaOH cair dituangkan
kedalam minyak yang sudah dipanaskan dan diaduk sebentar (sekitar 2-variable dan
pewarna kedalam adonan dan diaduk lagi perlahan. Sabun dituang kedalam cetakan
yang sudah dialasi kertas minyak atau plastik agar tidak lengket. Kemudian dibungkus
dengan kain atau handuk, permukaannya dilapisi dengan plastik agar sabun tidak
menempel pada kain dan didiamkan pada suhu ruang selama 12 jam. Sabun
dikeluarkan dari cetakan dan dipotong-potong. Sebelum digunakan, sabun tersebut
didiamkan lagi pada suhu ruang (simpan dalam wadah tertutup) selama 1 minggu
hinggaal kalinya hilang dan menghasilkan gliserin.
NaOH + Air diaduk dan Minyak sawit dipanaskan
tunggu suhu turun dalam panci

Dicampurkan dan diaduk

Ditambahkan minyak atsiri


kemangi dan pewarna

Diaduk kemudian dicetak dan


dikemas

Didiamkan 2 hari dan diuji

Gambar 5. Diagram alir prosedur kerja pembuatan sabun mandi aromaterapi.

3.5.2 Prosedur Pengujian Antibakteri


Pengujian antibakteri menggunakan metode total plate count dengan metode
angka lempeng total menggunakan nutrient agar agar semua mikroba dapat
ditumbuhkan. Langkah awal yaitu mensterilkan alat yang akan digunakan
dengan cara direbus. Membuat media agar dan ditambahkan nutrient agar serta
larutan sabun aroma terapi. Menuangkan kedalam cawan petri dan tunggu
media mengeras. Untuk sumber mikrobanya, melakukan pengenceran sampel
larutan tanah hingga pengenceran 102. Menanamkan mikroba dari larutan
tanah ke dalam media. Dan menutup rapat cawan petri dan inkubasi dalam
inkubator selama 24 jam.
Memanaskan agar-agar dan nutrient agar

Tuang dalam cawan petri dan diamkan hingga mengeras

Tetesi larutan sabun dan ratakan

Tetesi larutan tanah pengenceran kedua

Tutup, masukkan inkubator kemudian hitung bakteri


yang tumbuh

Gambar 6. Diagram alir prosedur kerja uji antibakteri


3.5.3 Prosedur Pengujian Daya Busa
Pengujian daya busa dilakukan untuk mengetahui busa yang dihasilkan. Langkah
awal yaitu melarutkan sabun mandi aroma terapi 5 gram dalam 250ml air suling. 50ml
air sabun di masukkan dalam gelas ukur 1000ml dan ukur ketinggiannya. Menetesi
larutan sabun dalam gelas ukur dengan larutan sabun yang sama dengan bantuan buret
dengan jarak 80cm dari permukaan air sabun. Mengukur ketinggian busa yang terbentuk
dalam gelas ukur dan catat hasilnya. Lakukan hal yang sama tapi sabun dilarutkan
dengan air sadah.

Larutkan sabun dalam air suling dan masukkan dalam gelas ,


ukur dan ukur ketinggiannya

Tetesi larutan sabun dalam gelas ukur dengan larutan sabun yang sama

Ukur ketinggian busa

Lakukan hal yang sama jika menggunakan


air sadah yang mengandung Ca

Gambar 7. Diagram alir prosedur uji daya busa.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1. Tabel Analisa Minyak Kemangi
Variable
Karakteristik
Variable I Variable II
Warna Kuning kehijauan Kuning kehijauan
Aroma Khas kemangi Khas kemangi
Densitas 0,978 gr/ml 0,981 gr/ml
Viskositas 1,85 cp 2,04 cp
Volume 6 ml 8 ml
Tabel 4. Tabel hasil analisa minyak kemangi
4.1.2. Tabel Analisa Sabun Mandi Aromaterapi Minyak Kemangi
Variable
Karakteristik
Variable I Variable II
Aroma Khas Kemangi Khas Kemangi
Uji Antibakteri 124.000 CFU/ml 0 CFU/ml
Uji Daya Busa
1. Air Suling 1 cm 0,8 cm
2. Air Sadah 0,4 cm 0,2 cm
Uji Iritasi Kulit (3 panelis) 2 gatal 2 gatal
Tabel 5. Tabel hasil analisa sabun mandi aromaterapi minyak kemangi

4.2. Perhitungan
4.2.1. Densitas
 Variable 1
Massa jenis = (massa piknometer isi – massa piknometer kosong)
Volume Piknometer
= (20,45 gr – 10,67 gr) = 0,978 gr/ml
10ml
 Variable 1
Massa jenis = (massa piknometer isi – massa piknometer kosong)
Volume Piknometer
= (20,50 gr – 10,69 gr) = 0,981 gr/ml
10ml
4.2.2. Viskositas
 Variable 1
µ = µo (t . p)
to. po
= 1. (1,88 x 0,978) = 1,85 Cp
1x 0,99
 Variable 1
µ = µo (t . p)
to. po
= 1. (2,06 x 0,981) = 2,04 Cp
1x 0,99

4.2.3. Uji Antibakteri (Angka Lempeng Total)


 Variable I (31 Koloni)
sel = koloni x 1 x 1
Fp x inokulan
= 31 x 1 x 1 = 124.000 CFU/ml
10-2 x 0,0025 ml

 Variable I (3 Koloni)
sel = koloni x 1 x 1 = 0 CFU/ml
Fp x inokulan

4.3 Pembahasan
4.3.1 Destilasi Minyak Kemangi
Pada praktikum yang telah kami lakukan, melalui proses destilasi minyak
atsiri dengan metode destilasi uap yang kami peroleh yaitu sebanyak 6 ml 3 jam pertama
dan 8 ml 2 jam selanjutnya di dengan warna kuning kehijauan dan aroma yang khas
dengan aroma kemangi. Minyak kemangi yang kami peroleh kami hitrung densitas dan
viskositasnya. Densitas variable I yaitu 0.978 gram/ml sedangkan variable II lebih tinggi
yaitu 0,981 gram/ml. Berdasarkan teori yang menyatakan densitas berbanding lurus
dengan viskositas maka dalam percobaan kami sesuai karena viskositas pada variable I
1,85 cp sedangkan variable II 2,04 Cp.
Hasil tersebut belum bisa kami bandingan dengan Standar Nasional Indonesia karena
minyak kemangi belum belum mempunyai standar SNI maupun ISO karena belum
termasuk kedalam oil essential yang dijual secara pasar global.
Minyak atsiri yang kami peroleh di masukan ke dalam botol yang telah kami siapkan
dan di tutup rapat, hal tersebut agar minyak yang sudah kami peroleh tidak menguap dan
tidak rusak.

4.3.2 Uji Sabun Mandi Aromaterapi


Pengaplikasian minyak kemangi yang terdestilasi diapilkasikan pada sabun mandi
aromaterapi yang diambil manfaat utamanya selain memrilekskan syaraf syaraf, minyak
kemangi juga dapat digunakan sebagai antibakteri. Untuk mengetahui keefektifan minyak
kemangi dalam sabun mandi aromaterapi, dilakukan beberapa uji yaitu uji antibakteri yang
dilakukan dengan metode total plate count, uji daya busa pada air sadah maupun air suling
serta uji iritasi pada kulit yang dilakukan oleh 3 panelis.
4.3.2.1. Uji Antibakteri

Angka Lempeng Total Variable I dan II

140,000

120,000

100,000
CFU/ml

80,000

60,000

40,000

20,000

0
Variable I Variable II

Gambar 8. Gambar Grafik Angka Lempeng Total

Pada uji antibakteri dengan menggunakan metode total plate count


menggunakan media agar dan nutrient agar. Nutrien Agar adalah suatu medium
yang mengandung 0,5% tripton, 0,25% ekstrak khamir, dan 0,1 % glukosa
sehingga semua mikroba termasuk bakteri, kapang, dan khamir dapat tumbuh
dengan baik pada medium tersebut . Dan sumber mikroba yang kami gunakan
adalah tanah 0,1 gram dengan pengenceran 2 tingkat. Penanaman mikroba
menggunakan metode SPC (Spread Plate Count) yaitu penanaman dipermukaan
media saja.
Prinsip dari metode ini adalah sel jasad renik yang masih hidup ditumbuhkan
pada media agar (350C ± 24 jam), maka jasad renik tersebut dapat dilihat langsung
dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. hitung cawan dilakukan
dengan metode ALT (Angka Lempeng Total) koloni yang dihitung 30-300 koloni.

Angka Lempeng Total (ALT) adalah pertumbuhan bakteri mesofil aerob


setelah sampel diinkubasi dalam perbenihan yang cocok selama 24-48 jam pada
suhu 37°C. Uji ALT (Angka Lempeng Total) mengandung prinsip yaitu
pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasikan pada
lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Jumlah
koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor
pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total (ALT) dalam
tiap gram contoh bahan.

Dari hasil percobaan 2 variable. Varible pertama menggunakan jumlah


larutan sabun 0,0025 ml dan variable kedua jumlah larutan sabun 0,005 ml.
Didapat hasil koloni yang tumbuh pada variable pertama adalah 31 koloni, jika
dihitung dan dikalikan dengan faktor pengenceran, bakteri ada 124.000 CFU/ml.
Sedangkan pada variable 2 jumlah koloni hanya 3 koloni, hal ttersebut tidak
memenuhi syarat perhitungan ALT, sehingga bakteri dianggap 0 CFU/ml.
Sehingga dapat disimpulkan pada percobaan uji antibakter dengan 2 variable
berbeda ini, sabun dapat dikatakan lolos uji antibakteri dan aman digunakan.

4.3.2.1. Uji Daya Busa

Uji Daya Busa Pada Air Sadah dan Air


Suling

1
Ketinggian busa (cm)

0.8

0.6 Variable i
variabke 2
0.4

0.2

0
Air Suling Air Sadah

Gambar 9 . Gambar Grafik Uji Daya Busa Pada Air Sadah dan Suling
Pada uji daya busa sabun dalam air suling terlihat bahwa ketinggian
busa variable I adalah 1 cm dan variable II 0,8 cm, dimana setelah lima menit
ketinggian busa berkurang. Hal ini disebabkan karena tidak ada penambahan
surfaktan yang mampu memberikan busa yang stabil setelah lima menit. Dari
hasil uji daya busa ini semua formula menghasilkan busa yang tidak terlalu
banyak. Pembentukan busa pada zat pembersih tidak terlalu penting karena
hanya berpengaruh sedikit pada proses pembersihan.

Pada uji daya busa dalam air sadah menunjukkan ketinggian busa
yang terbentuk pada variable I hanya 0,4 cm dan variable II 0,2 cm. Hal ini
disebabkan adanya ion dan pada air sadah akan diikat oleh surfaktan sehingga
menghambat aktivitas pembentukan. Daya pembersih sabun juga akan
berkurang karena adanya ion logam yang terdapat pada air sadah.

4.3.2.1. Uji Iritasi Kulit


Pada uji iritasi kulit ini untuk mengetahui apakah sabun yang
dihasilkan menyebabkan iritasi pada kulit atau tidak. Uji ini dibantu oleh 3
panelis dengan menempelkan cuplikan sabun pada lengan atas bagian dalam
selama 30 menit. Pada sabun pertama dan kedua memperoleh hasil yang sama
yaitu 2 diantara 3 panelis mengungkapkan ada rasa gatal. Hal ini kemungkinan
dikarenakan kadar NaOH yang masih tinggi karena waktu pengeraman yang
kurang lama sehingga menyebabkan sedikit gatal. Maka sabun perlu dieramkan
hingga kurang lebih 3 bulan sehingga tidak menimbulkan iritasi kulit lagi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum, kami dapat mengetahui bahwa minyak atsiri
kemangi dapat di isolasi dengan metode penyulingan uap-air. Dan minyak yang
dihasilkan dari 3 jam pertama adalah 6ml dan 2 jam setelahnya 8ml. Minyak yang
dihasilkan diaplikasikan pada sabun mandi aromaterapi dan diuji kualitasnya
berdasarkan antibakteri, daya busa dan iritasi kulit. Dari hasil percobaan dapat
disimpulkan bahwa sabun aman digunakan dan manfaat akan semakin besar ketika
minyak kemangi yang ditambahkan dalam sabun semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA

A.A., Warra. 2013. A report on soap making in Nigeria using indigenous technology and
raw materials. Department of Biochemistry, Kebbi State University of Science and
Technology:Aliero, Nigeria. Department of Biochemistry, Kebbi State University of
Science and Technology, P.M.B. 1144, Aliero, Nigeria. Vol 7 (4) 139-145

Al-Khated, Huda, et all. 2013. The Relationship between growth stages and aroma
composition of lemon basil ocimum citriodorum Vis. University of the West of
England

A.M. Muhamed, Amdala, et all. 2018. Investigation of Aromatic Compounds in Mustard


soap Using XRD, GC-MS. FTIR and XPS techniques. Wuhan University of
Technology:China

Anggaraeni, Ika Nustiana. 2014. Optimasi formula pembuatan sabun Bentonit pencuci
najis dengan kombinasi Minyak Kelapa dan Minyak Sawit Menggunaka Simplex
Lattice Design Skipsi. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada

Hadipoentyanti, E., Wahyuni, S., 2008, Keragaman Selasih (Ocimum Spp.) Berdasarkan
Karakter Morfologi, Produksi dan Mutu Herba, Jurnal Littri 14(4): 141 – 148.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang Kehutanan,
Jakarta.

Jawetz, Melnick and Aldelberg’s, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, diterjemahkan oleh


Mudihardi, 318, Salemba Medika, Jakarta.

Jones, M., Laferla, F.M. 2006. Pathways by which Abeta facilitates tau pathology. Curr
Alzheimer Res, 3: 437-438

Kardinan. 2003. Daya Antibakteri Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.)
Terhadap Bakteri Streptococcus Iniae Secara In Vitro Universitas Airlangga:Jakarta

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI – Press. Jakarta

Kloucek, Pavel et al. Fast screening mrthod for assessement of antimicrobial activity of
essential oils in vapor phase. Faculty of Agrobiology Czech University of Life
Sciences Prague: Kamycka
Like, dkk. 2008. Efek Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.) Sebagai Agen
Penghambat Pembentukan Biofilm Streptococcus Mutan. Universitar Gajah Mada.
Yogyakarta

Maria, dkk. 2010. Destilasi Uap Minyak Atsiri Dari Kulit Dan Daun Kayu Manis
(Cinnamomum Burmanii). Universitas Katolik Parahyangan.

Ngamprasertsith, Somkiat, et all. 2018. Caryophyllene oxide extraction from lemon basil
(Ocimum citriodorum Vis.) straw by hydrodistillation and supercritical CO2.
https://doi.org/10.1016/j.supflu.2018.03.024.

Santos, Andrea. 2014. Chemical Diversity in Basil (Ocimum sp.) Germplasm. Department
of Agronomic Engineering, Federal University of Sergipe:Avenida Marechal
Rondons.

Priyono, Agus., 2008, Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Keperawatan dan Farmasi,
83, Leskonfi, Depok.

T. Gahukar., Ruparao. Management of pests and diseases of important


tropical/subtropical medicinal and aromatic plants: A review. Opposite Reshimbag
Ground:India

Telci, Isa, et all,. 2006. Variability in esswntial oil composition of Turkish basils (Ocimum
basilicum L.). Agicultural Faculty gaziosmanpasa University: Turkey. 489-497.

Waleed, Dalia, et all. 2015. Chemical composition and antibacterial activity of essential
oil isolated from Omani basil (Ocimum basilicum Linn.). Department of Pharmacy,
Oman Medical College, Muscat, Sultanate of Oman

WHO. 2002. WHO Monographs on Selected Medicinal Plants Volume 2. Geneva: World
Health Organization.

Y. Girgis, Adel. 2003. Production of high quality castile soap from high rancid
olive oil. Agricultural Res. Centre, Food Tech. Res. Institute, Oils and
Fats:Giza,Egypt.Vol

Anda mungkin juga menyukai