Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa (Yosep, 2013). WHO menyatakan setidaknya ada
satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia yang menjadi masalah yang sangat
serius (Yosep, 2013).
Data dari WHO dalam Yosep (2013) menunjukkan hampir 24 juta
orang di seluruh dunia menderita gangguan skizofrenia dengan angka
kejadian 1 per 1000 penduduk. Data yang didapatkan dari WHO
menunjukkan di Amerika Serikat 300.000 orang setiap tahun menderita
skizofrenia dan Eropa berkisar 250.000 orang (VOA, 2016). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi
dan kecemasan di Indonesia sebesar 6% untuk usia 15 tahun
keatas atau sekitar 14 juta orang (Departemen Kesehatan, 2014). Prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau
sekitar 400.000 orang (Departemen Kesehatan, 2014). Menurut data yang
didapatkan kelompok diruang kakak tua pada tanggal 20 maret 2019
berjumlah 28 klien dengan diagnosa terbanyak adalah halusinasi dengan 10
orang diikuti resiko perilaku kekerasan 7, isolasi sosial 6,dan harga diri
rendah sebanyak 2 orang dan waham sebanyak 3 orang.
Skizofrenia merupakan gangguan psikis yang ditandai dengan
penyimpangan realitas, penarikan diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi
persepsi, pikiran, dan kognitif (Stuart, 2013). Pada klien dengan skizofrenia
akan muncul berbagai gejala yaitu gejala positif, negatif, dan kognituf. Gejala
yang muncul dapat menimbulkan berbagai masalah pada klien. Diagnosa
keperawatan yang muncul pada orang dengan skizofrenia adalah gangguan

1
persepsi sensori : halusinasi, isolasi sosial, harga diri rendah, ketidakefektifan
koping, dan perilaku kekerasan.
Dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa diperlukan penanganan
yang tepat termasuk dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan
dan mempertahankan perilaku klien yang berperan pada fungsi yang
terintegrasi dengan sistem klien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi, atau komunitas (Stuart, 2013). Proses keperawatan
pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik
karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti
pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan
disebabkan berbagai hal (Keliat, 2009). Banyak klien dengan masalah
kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan hal yang dialami. Kemampuan klien
dengan gangguan jiwa dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Klien
cenderung tidak merasa dirinya sakit serta lebih sering menyalahkan orang
lain disekitarnya. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian asuhan
keperawatan secara menyeluruh dengan memaksimalkan peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan isolasi sosial diberikan secara komprehensif dengan
melibatkan klien, keluarga klien, dan seluruh tim kesehatan yang ada untuk
mempermudah proses pemulihan pada klien.
Dari uraian di atas, penulis terinspirasi untuk membuat Makalah
asuhan Keperawatan Isolasi Sosial yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
Klien Sdr. D dengan Isolasi Sosial pada Skizofrenia hebefrenic di Ruang
Kakak Tua RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
Gangguan Isolasi Sosial : menarik diri

2
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Isolasi Sosial
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami masalah Isolasi Sosial
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan
masalah Isolassi Sosial

C. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Isolasi Sosial
dan tindakan keperawatan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Gangguan Jiwa


1. Pengertian
Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogyanya
kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan
jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan
kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti
ketidakmampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok
akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efesien
(Kusumanto Setjionegoro, 1981).
Menurut faham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia
tidak lagi mampu berfungsi secara wajar di lingkungan sosialnya. Salah
satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami ganguan jiwa adalah
stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang
tersebut terpaksa mengadakan adaptasi secara konstruktif (adaptif) tetapi
jarang seseorang tidak mampu beradapatasi dengan baik (mal adaptif)
sehingga timbulah keluhan-keluhan di bidang kejiwaan berupa gangguan
jiwa ringan hingga yang berat.

B. Isolasi Sosial
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
membuat kontak (Carpenito, 2007).
Sedangkan menurut Doenges, Townsend dan Moorhouse (2007),
isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok mengalami,
atau merasakan kebutuhan, atau keinginan untuk lebih terlibat dalam

4
aktivitas bersama orang lain, tetapi tidak mampu mewujudkannya.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa isolasi
sosial adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami
ketidakmampuan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain dan
lingkungan sekitarnya secara wajar, sehingga menimbulkan kecemasan
pada diri sendiri dengan cara menarik diri secara fisik maupun
psikis.Perilaku adalah tingkah laku atau sikap seseorang yang
dicerminkan seseorang sebagai kebiasaannya. Kekerasan yaitu sering
juga disebut gaduh gaduh atau amuk.

2. Proses Terjadinya Masalah


RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Responadaptif Respon maladaptif

Aktualisasi konsep diri Isolasi sosial Keracunan depersonalisasi


diri posistif identitas

3. Tanda Dan Gejala Isolasi Sosial


a. Data subjektif :
1) Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh
lingkungan
2) Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki
b. Data objektif
1) Tampak menyendiri dalam ruangan
2) Tidak berkomunikasi, menarik diri
3) Tidak melakukan kontak mata
4) Tampak sedih, afek datar
5) Posisi meringkuk di tempat tidur dengang punggung menghadap
ke pintu

5
6) Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur
dengan perkembangan usianya
7) Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya
8) Kurang aktivitas fisik dan verbal
9) Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
10) Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

4. POHON MASALAH

Resiko perubahan
persepsi sensori Efek
:halusinasi

Defisit Aktivitas Isolasi sosial : menarik diri Defisit perawatan


diri
(Core problem)

causa
Harga diri rendah :
situasional

5. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


a. Masalah keperawatan
1) Resiko Defisit perawatan diri
2) Gangguan konsep diri: isolasi sosial
3) Harga diri rendah
b. Data yang perludikaji:
1) Data subyektif:
Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
2) Data obyektif:

6
Klien tampak lebih suka sendiri, penampilan acak-acakan
kurangnya perawatan diri.
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Defisit perawatan diri berhubungan dengan isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri: isolasi sosial berhubungan dengan harga diri
rendah

7
7. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn. D Dx Medis : Skizofrenia Hebephrenic
No RM : 100382 Ruangan : kakak tua
No. DX. Rencana Rasional
Keperawatan Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi Sosial TUM : Klien mampu Setelah 3 X interaksi klien 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
berinteraksi dengan menunjukan tanda-tanda dengan : percaya merupakan
orang lain percaya kepada atau terhadap  beri salam setiap berinteraksi langkah awal untuk
perawat :  Perkenalkan nama, nama melakukan interaksi
TUK 1 : Klien dapat  Wajah cerah, tersenyum panggilan perawat, dan tujuan
membina hubungan  Mau berkenalan perawat berkrnalan
saling percaya  Ada kontak mata  Tanyakan dan panggil nama
 Bersedia menceritakan kesukaan klien
perasaan  Tunjukan sikap jujur dan
 Bersedia mengungkapkan menepati janji setiap kali
masalahnya berinteraksi

8
 Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang
jelas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : Setelah 3 x interaksi klien 1. Tanyakan pada klien tentang : Dengan mengetahu
Klien mampu dapat menyebutkan minimal  Orang yang tinggal serumah tanda-tanda dan
menyebutkan satu penyebab menarik diri : atau dengan sekamar klien gejala, kita dapat
penyebab tanda dan  Diri Sendiri  Orang yang paling dekat menentukan langkah
gejala isolasi sosial  Orang lain ddengan klien dirumah atau intervensi
 Lingkungan diruangan perawatan selanjutnya
-  Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
 Orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah atau diruangan
perawat

9
 Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang
tersebut
2. Diskusikan dengan klien penyebab
menarik diri / tidak mau bergaul
dengan orang lain
3. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaanya
TUK 3 : Setelah 3 X interaksi dengan 1. Tanyakan pada klien tentang : Reinforcement dpat
Klien mampu klien dapat menyebutkan - Manfaat hubungan sosial meningkatkan harga
menyebutkan keuntungan berhubungan - Kerugian menarik diri diri klien
keuntungan sosial, misalnya : 2. Diskusikan bersama klien tentang
berhubungan sosial -Banyak teman manfaat berhubungan sosial dan
dan kerugian menarik - Tidak kesepian kerugian menarik diri
diri - Saling menolong 3. Beri pujian terhadap kemampuan
Dan kerugian menarik diri klien mengungkapkan perasaannya
misalnya :

10
-Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi
TUK 4 : Setelah 3 X interaksi klien 1. Observasi perilaku klien tentang Mengetahui sejauh
Klien dapat dapat melaksanakan berhubungan sosial mana pengetahuan
melaksanakan hubungan soosial secara 2. Beri motivasi dan bantuu klien klien tentang
hubungan sosial bertahaap dengan : untuk berkenalan / berkomunikasi berhubungan dengan
secara bertahap -Perawat dengan perawat lain, klien lain, orang lain
- Perawat lain kelompok
- Kelompok 3. Libatkan klien dalam terapi
aktivitas kelompok sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
5. Beri motivasi klien untuk
melakukan kegiatan sesuai jadwal
yang telah dibuat
6. Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulanya

11
melalui aktifitas yang dilaksanakan
TUK 5 : Setelah 3X interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang Agar klien lebih
Klien mampu dapat menyebutkan perasaanya setelah berhbungan percaya diri untuk
menjelaskan perasaanya setelah sosial dengan : berhungan dengan
perasaanya setelh berhubungan sosial dengan : -Orang lain orang lain
berhubungan sosial -Orang lain - Kelompok
- Kelompok 2. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaaanya
TUK : 6 1. Setelah 3X pertemuan, 1. Diskusikan pentingya peran serta Agar klien lebih
Klien mendapat keluarga dapat keluarganay sebagai pendukung percaya diri dan tau
dukungan keluarga menjelaskan : untuk mengatasi perilaku menarik akibat tidak
dalam memperluas  pengertian menarik diri berhubungan dengan
hubyngan sosial diri 2. Diskusikan potensi keluarga untuk orang lain
 tanda dan gejala membantu klien mengatasi perilaku
menarik diri menarik diri
 penyebab dan akibat 3. Jelaskan pada keluarga tentang :
menarik diri -pengertian menarik diri

 cara merawat klien -tanda dan gejala menarik diri


-penyebab dan akibat menarik diri

12
menarik diri -cara merawat klien menarik diri
4. Latih keluarga cara merawat klien
2. Setelah 3X pertemuan, menarik diri
keluarga dapat 5. Tanyakan perasaan keluarga
mempraktekkan cara setelah mencoba cara yang
merawat klien menarik dilatihkan
diri 6. Beri motivasi keluarga agar
membantu klien bersosialisasi
7. Beri pujian pada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 1. Setelah 3X interaksi klien 4. Diskusikan dengan klien tentang Minum obat dapat
1. Klien dapat menyebutkan : manfaaat dan kerugian tidak menyembuhkan
memanfaatkan  manfaat minum obat minum obat, nama, warna, dosis, penyakit klien
obat dengan baik  kerugian tidak cara, efek terapi, dan efek samping
obat dengan benar meminum obat penggunaan obat.
2. Diskusikan  nama, warna, dosis, 5. Pantau klien saat penggunaan obat
berhenti minum efek terapi, efek 6. Beri pujian jika klien menggunakan
obat tanpa

13
konsultasi dengan samping obat
dokter 2. Setelah 3X interaksi klien
3. Anjurkan klien mendemonstrasikan
untuk konsultasi penggunaan obat dengan
kepada dokter atau benar
perawat jika terjadi 3. Setelah 3X interaksi klien
hal-hal yang tidak dapt menyebutkan akibat
diinginkan berhenti minum obat tanpa
konsultasi dokter

14
BAB 3
ASUHANKEPERAWATAN
PADA Sdr.D DENGAN ISOLASI SOSIAL DI RUANGKAKAK TUA
RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Sdr.D
Umur : 30 thn
Alamat : Mojokerto
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status :-
Pekerjaan : Tidak bekerja
No.RM : 100382
Tanggal MRS : 13 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2019

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer: klien mengatakan tidak tau saat di tanya kenapa dibawa ke
RSJ
b. Data Sekunder: perawat ruang kakaktua mengatakan bahwa klien dibawa
ke RSJ karena klien dirumah suka menyendiri, tidak mau keluar rumah,
tidak mau disuruh mengerjakan pekerjaan rumah, tidak mau bekerja,
berbicara dan tertawa sendiri, merusak barang-barang dirumah, dan
mengancam akan menggergaji ibunya.
c. Keluhan utama saat pengkajian : klien hanya diam saat ditanya.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PRESIPITASI


Menurut keluarga klien sering diejek tetangganya karena klien seorang
pengangguran, sejak 3 bulan terakhir klien dirumah suka menyendiri, tidak
mau keluar rumah, tidak mau disuruh mengerjakan pekerjaan rumah, tidak
mau bekerja, berbicara dan tertawa sendiri, merusak barang-barang dirumah,

15
dan mengancam akan menggergaji ibunya. Lalu pada tanggal 13 maret 2019
keluarga membawa klien ke RSJ untuk berobat lalu dirawat diruang kakak tua
tanggal 15 maret 2019 hingga sekarang

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Gangguan jiwa di masa lalu :
Klien hanya menggelengkan kepala saat ditanya apakah dulu pernah
dirawat di RSJ.
Menurut No Catatan Medis klien sudah pernah dirawat di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat lawang sejak tahun 2010
2. Faktor Penyebab/ Pendukung
a. Riwayat trauma
Klien menggelengkan kepala saat ditanya apakah memiliki
trauma.Tetapi sebelum ke RSJ klien merusak barang-barang dirumah,
dan mengancam akan menggergaji ibunya.
DX Kep : Resiko perilaku kekerasan
b. Percobaan bunuh diri :
Klien menggelengkan kepala saat ditanya apakah pernah melakukan
percobaan bunuh diri, dan menggelengkan kepala saat ditanya apakah
memiliki niat bunuh diri.
DX Kep : tidak ada
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Klien hanya menggelengkan kepala saat ditanya pengalaman masa
lalu yang tidak menyenangkan
DX kep : tidak ada
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Klien mengatakan tidak
DX Kep : tidak ada
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan tidak pernah
DX Kep : tidak ada
3. Upaya yang dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya:
Tidak ada

16
DX Kep : tidak ada
4. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan tidak tahu.
Hubungan dengan klien : klien hanya dekat dengan ibunya
Riwayat pengobatan : -
DX Kep : tidak ada

V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:
: Meninggal : Laki-laki
: Meninggal : Klien
: Perempuan : Satu rumah

Pola asuh : saat kecil sampai dewasa cara mengasuh klien dengan sabar
dan tidak pernah dimarahi. Terkadang ibu sering menuyuruh-nyuruh.
Pola komunikasi : keluarga jarang bicara dengan klien sehingga klien lebih
sering diam sendirian didalam kamar.
Pola pengambilan keputusan : dirumah yang mengambil keputusan adalah
ibu klien
DX Kep : Koping keluarga inefektif
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh
Klien hanya diam
b. Identitas Diri

17
Klien mengatakan namanya D kemudian diam
c. Peran
Peran klien dirumah : klien sebagai anak dan hanya berdiam diri
dikamar.
Peran saat dirawat : klien hanya diam
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin sendiri
e. Harga Diri
Klien mengatakan dirinya malu saat ada orang banyak dan tidak tau
sebabnya mengapa malu
Diagnosa Keperawatan : Gangguan konsep diri : Harga Diri
Rendah
3. Hubungan Sosial
a. Orang Klien yang berarti/terdekat : klien mengatakan tidak ada
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok
Klien mengatakan tidak pernah.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien tidak menjawab saat ditanya dan hanya diam
Diagnosa Keperawatan: Isolasi Sosial: Menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan: klien tau agamanya tp tidak bisa cara beribadah
b. Kegiatan ibadah: klien tidak tau apa itu ibadah
Diagnosa Keperawatan: gangguan pemenuhan spiritual

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum: cukup, GCS 456 kesadaran compos mentis
2. Tanda Vital:
TD :110/80 mmHg,
Nadi : 85x/menit,
Suhu : 36,5 ºC.
RR : 19 x/menit.

18
VII. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien tidak merapikan baju dan rambutnya. Gigi klien nampak kuning,
dan tidak merapikan celananya yang kebesaran.

Diagnosa Keperawatan: Defisit Perawatan Diri

2. Pembicaraan
Klien lebih banyak diam, volumenya pelan, intonasinya kadang tidak
jelas. Frekwensi lambat

Diagnosa Keperawatan: kerusakan komunikasi

3. Aktivitas motorik/psikomotor
Klien hanya menyendiri dan banyak diam

Diagnosa Keperawatan: defisit aktivitas

4. Mood dan Afek


Mood : saat dipancing bercanda klien hanya diam tidak ada respon
Afek : klien tidak ada respon (tumpul)

Diagnosa Keperawatan: tidak ada

5. Interaksi selama wawancara


Klien sulit diajak komunikasi selalu diam. Dan harus mengulangi
pertanyaan 2-3 kali sampai klien mau menjawab. Kontak mata kurang,
selalu menunduk.

Diagnosa Keperawatan :-
6. Persepsi sensori
Keluarga mengatakan klien saat dirumah mengaku selalu mendengar
bisikan dari 17 jin jahat saat dirumah.

Diagnosa Keperawatan: Resiko Halusinasi

7. Proses pikir

19
a. Arus pikir
Klien hanya diam
b. Isi pikir
Klien hanya diam
c. Bentuk pikir
Klien hanya diam
Diagnosa Keperawatan: tidak ada
8. Kesadaran
Orientasi waktu :

Klien tidak mengalami disorientasi waktu ditandai dengan, klien


mampu mengatakan sekarang siang hari karena panas.

Orientasi tempat : -

Klien tidak mengalami disorientasi tempat terbukti klien mengerti


bahwa dia sekarang berada di ruang Kakak Tua RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat.

Orientasi orang :

Klien hanya diam

Secara kualitatif : kesadaran berubah pada relasi dibuktikan dengan


lebih senang menyendiri.

Diagnosa keperawatan: -
9. Memori
Jangka panjang :
Klien hanya diam
Jangka pendek :
Klien hanya diam
Saat ini :
Klien saat ditanya tentang aktivitas tadi pagi hanya diam.

Diagnosa Keperawatan : -

20
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Konsentrasi : klien hanya diam dan ingin pergi
Berhitung :
Klien hanya diam

Diagnosa Keperawatan : -

11. Kemampuan penilaian


Klien tidak mampu mengambil keputusan misal ditanya bila tempat
tidurmu kotor apa yang kamu lakukan? klien hanya terdiam dan
menggelengkan kepala

Diagnosa Keperawatan : -

12. Daya tilik diri ( Menyalah kan hal-hal diluar dirinya)


Saat ditanya sakitnya karena apa klien tidak menjawab dan hanya
menggelengkan kepala

Diagnosa Keperawatan : -

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Setelah pulang dari rumah sakit klien akan tinggal bersama keluarga seperti
sebelum sakit dan ingin akan bekerja kembali di pabrik rokok bila masih
diterima

Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
Mandi : mandi sehari 2 kali tetapi tidak memakai sabun masih tampak
kotor dan tidak gosok gigi.
Makan : klien makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh perawat
dan klien tidak memiliki pantangan makanan dan makanan selalu
habis.

21
b. Berpakaian : klien mampu memakai pakaian sendiri, baju di tentukan
oleh perawat, klien tidak bisa mencuci dan memyimpan pakain
sendiri.
c. Makan : klien makan 3x sehari, porsi makan di tentukan oleh perawat
dan klien tidak memiliki pantangan makanan dan makanan selalu
habis.
d. Toileting : klien mampu BAK dab BAB pada tempatnya dan
dibersihkan setelahnya.
DX Kep: defisit perawatan diri
Nutrisi:
Napsu makan klien baik satu porsi habis, sehari 3 kali , berat badan 50
kg
Tidur:
Kebutuhan istirahat tidur klien biasa tidur siang pukul 12.00 s/d 14.00
dan tidur malam hari pukul 18.00 s/d 04.00 WIB.aktivitas sebelum
tidur (-)
Gangguan tidur: klien tidak mengalami gangguan tidur
DX Kep :-
Kemampuan lain:
Klien tidak mempunyai keahlian lain
Penggunaan obat : klien dapat meminum obatnya sendiri dengan
bantuan di berikan oleh perawat.
DX Kep : -
e. Sistem pendukung :
Keluarga berusaha mengobatakan klien bila mengalami sakit.
IX. MEKANISME KOPING:
Bila ada masalah klien cenderung diam tidak mau menceritakan pada
orang lain.
DX Kep : koping individu inefektif.
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok
Keluarga sering menyuruh klien untuk bekerja tetapi klien tidak mau

22
 Masalah berhubungan lingkungan
Klien malas keluar
 Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan tamatan SMA
 Masalah dengan pekerjaan
Klien mengatakan tidak mau bekerja
 Masalah dengan perumahan
Klien tinggal bersama ibu dan adiknya.
 Masalah dengan ekonomi
Klien mengatakan dirinya tidak ingin bekerja
 Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien hanya diam
Diagnosa Keperawatan : -

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang penyakitnya saat ini
Diagnosa Keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit yang di
derita.

XII.ASPEK MEDIS
 Diagnosa Medis:
- Axis 1 : F.20.1 (skizofrenia hebefrenic)
- Axis 2 : tidak ada
- Axis 3 : tidak ditemukan
- Axis 4 :
- Axis 5 : GAF 30 -21
 Terapi medik:
- Haloperidol 5mg 1-0-1
- Clozapine 25mg 0-0-1

23
XIII. ANALISA DATA
No. Data Masalah/Diagnosa Keperawatan
1. Ds: klien saat ditanya hanya diam Isolasi sosial:menarik diri
Do: klien Menarik diri, klien banyak diam,
kontak mata kurang banyak
menunduk, saat ditanya menjawab
singkat.
2. Ds: Keluarga mengatakan klien saat Resiko Gangguan persepsi
dirumah mengaku selalu mendengar sensori : halusinasi dengar
bisikan dari 17 jin jahat saat dirumah.
Do: klien senang menyendiri.
3. Ds: Klien mengatakan dirinya malu saat Gangguan konsep diri: Harga
ada orang banyak dan tidak tau Diri Rendah
sebabnya mengapa malu
Do: Klien selalu menunduk, tidak mau
diajak berkumpul dengan temannya
yang lainnya.
4. Ds: - Resiko Perilaku Kekerasan
Do: klien merusak barang-barang dirumah,
dan mengancam akan menggergaji
ibunya.

XIV. DAFTAR MASALAH


a. Isolasi sosial: Menarik diri
b. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah
c. Resiko Halusinasi
d. Resiko Perilaku Kekerasan

24
XV. POHON MASALAH

Resiko perubahan
persepsi sensori Efek
:halusinasi

Defisit Aktivitas Isolasi sosial : menarik diri Defisit perawatan


diri
(Core problem)

Harga diri rendah : causa


situasional

XVI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Isolasi social : Menarik diri

25
8. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial klien : Tn. D Dx Medis : Skizofrenia Hebephrenic
No RM : 100382 Ruangan : kakak tua
No. DX. Rencana Rasional
Keperawatan Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Isolasi Sosial TUM : Klien mampu Setelah 3 X interaksi klien 2. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
berinteraksi dengan menunjukan tanda-tanda dengan : percaya merupakan
orang lain percaya kepada atau terhadap  beri salam setiap berinteraksi langkah awal untuk
perawat :  Perkenalkan nama, nama melakukan interaksi
TUK 1 : Klien dapat  Wajah cerah, tersenyum panggilan perawat, dan tujuan
membina hubungan  Mau berkenalan perawat berkrnalan
saling percaya  Ada kontak mata  Tanyakan dan panggil nama
 Bersedia menceritakan kesukaan klien
perasaan  Tunjukan sikap jujur dan
 Bersedia mengungkapkan menepati janji setiap kali
masalahnya berinteraksi

26
 Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi klien
 Buat kontrak interaksi yang
jelas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian ekspresi perasaan
klien
TUK 2 : Setelah 3X interaksi klien 4. Tanyakan pada klien tentang : Dengan mengetahu
Klien mampu dapat menyebutkan minimal  Orang yang tinggal serumah tanda-tanda dan
menyebutkan satu penyebab menarik diri : atau dengan sekamar klien gejala, kita dapat
penyebab tanda dan  Diri Sendiri  Orang yang paling dekat menentukan langkah
gejala isolasi sosial  Orang lain ddengan klien dirumah atau intervensi
 Lingkungan diruangan perawatan selanjutnya
-  Apa yang membuat klien dekat
dengan orang tersebut
 Orang yang tidak dekat dengan
klien dirumah atau diruangan
perawat

27
 Apa yang membuat klien tidak
dekat dengan orang tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang
tersebut
5. Diskusikan dengan klien penyebab
menarik diri / tidak mau bergaul
dengan orang lain
6. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaanya

TUK 3 : Setelah 3 X interaksi dengan 4. Tanyakan pada klien tentang : Reinforcement dpat
Klien mampu klien dapat menyebutkan - Manfaat hubungan sosiial meningkatkan harga
menyebutkan keuntungan berhubungan - Kerugian menarik diri diri klien
keuntungan sosial, misalnya :
berhubungan sosial -Banyak teman 5. Diskusikan bersama klien tentang
dan kerugian menarik - Tidak kesepian manfaat berhubungan sosial dan
diri - Saling menolong kerugian menarik diri

28
Dan kerugian menarik diri 6. Beri pujian terhadap kemampuan
misalnya : klien mengungkapkan perasaannya

-Sendiri
- Kesepian
- Tidak bisa diskusi
-
TUK 4 : Setelah 3 X interaksi klien 7. Observasi perilaku klien tentang Mengetahui sejauh
Klien dapat dapat melaksanakan berhubungan sosial mana pengetahuan
melaksanakan hubungan soosial secara 8. Beri motivasi dan bantuu klien klien tentang
hubungan sosial bertahaap dengan : untuk berkenalan / berkomunikasi berhubungan dengan
secara bertahap -Perawat dengan perawat lain, klien lain, orang lain
- Perawat lain kelompok
- Kelompok 9. Libatkan klien dalam terapi
aktivitas kelompok sosialisasi
10. Diskusikan jadwal harian yang
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
11. Beri motivasi klien untuk

29
melakukan kegiatan sesuai jadwal
yang telah dibuat
12. Beri pujian terhadap kemampuan
klien memperluas pergaulanya
melalui aktifitas yang dilaksanakan

TUK 5 : Setelah 3X interaksi klien 3. Diskusikan dengan klien tentang Agar klien lebih
Klien mampu dapat menyebutkan perasaanya setelah berhbungan percaya diri untuk
menjelaskan perasaanya setelah sosial dengan : berhungan dengan
perasaanya setelh berhubungan sosial dengan : -Orang lain orang lain
berhubungan sosial -Orang lain - Kelompok
- Kelompok 4. Beri pujian terhadap kemampuan
klien mengungkapkan perasaaanya

TUK : 6 5. Setelah 3X kali 8. Diskusikan pentingya peran serta Agar klien lebih
Klien mendapat pertemuan, keluarga dapat keluarganay sebagai pendukung percaya diri dan tau
dukungan keluarga menjelaskan : untuk mengatasi perilaku menarik akibat tidak
dalam memperluas  pengertian menarik diri berhubungan dengan
hubyngan sosial diri 9. Diskusikan potensi keluarga untuk orang lain

30
 tanda dan gejala membantu klien mengatasi perilaku
menarik diri menarik diri
 penyebab dan akibat 10. Jelaskan pada keluarga tentang :
menarik diri -pengertian menarik diri
 cara merawat klien -tanda dan gejala menarik diri
menarik diri -penyebab dan akibat menarik diri
-cara merawat klien menarik diri
11. Latih keluarga cara merawat klien
menarik diri
6. Setelah 3X pertemuan, 12. Tanyakan perasaan keluarga
keluarga dapat setelah mencoba cara yang
mempraktekkan cara dilatihkan
merawat klien menarik 13. Beri motivasi keluarga agar
diri membantu klien bersosialisasi
14. Beri pujian pada keluarga atas
keterlibatannya merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 7.1 Setelah 3X interaksi klien 10. Diskusikan dengan klien tentang Minum obat dapat
7. Klien dapat menyebutkan : manfaaat dan kerugian tidak menyembuhkan

31
memanfaatkan -manfaat minum obat minum obat, nama, warna, dosis, penyakit klien
obat dengan baik -kerugian tidak meminum cara, efek terapi, dan efek samping
obat dengan benar obat penggunaan obat.
8. Diskusikan -nama, warna, dosis, efek 11. Pantau klien saat penggunaan obat
berhenti minum terapi, efek samping obat 12. Beri pujian jika klien menggunakan
obat tanpa
konsultasi dengan 7.2.Setelah...kali interaksi
dokter klien mendemonstrasikan
9. Anjurkan klien penggunaan obat dengan
untuk konsultasi benar
kepada dokter atau
perawat jika terjadi 7.3.Setelah...kali interaksi
hal-hal yang tidak klien dapt menyebutkan
diinginkan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dokter

32
CATATAN PERKEMBANGAN DAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PADA Tn. D DENGAN ISOLASI SOSIAL MENARIK DIRI
DI RUANG KAKAK TUA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Nama klien : Tn.D


Jenis Kelamin : Laki-Laki
Ruang : Kakak Tua

Tgl & Dx.Keperawatan Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan


jam
19 maret Isolasi social SP 1: S: klien mengatakan namanya D
2019 1. Bina hubungan saling percaya dengan : O: - klien hanya menjawab singkat dan jika ditanya
- memberi salam setiap berinteraksi lebih lanjut hanya diam Kontak mata kurang
- memperkenalkan nama, nama panggilan A:klien belum mampu bhsp
perawat, dan tujuan perawat berkrnalan Pperawat :
- menanyakan dan panggil nama kesukaan klien - Pertahankan hubungan saling percaya dengan klien
- menunjukan sikap jujur dan menepati janji - ulangi SP 1
setiap kali berinteraksi

33
- menanyakan perasaan dan masalah yang
dihadapi klien
- membuat kontrak interaksi yang jelas
- mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien

20 maret Isolasi social SP 2: S: klien menolak diajak bicara


2019 1. Bina hubungan saling percaya dengan : O: klien hanya diam, klien duduk sebentar kemudian
- memberi salam setiap berinteraksi pergi
- memperkenalkan nama, nama panggilan
perawat, dan tujuan perawat berkrnalan A : klien belum mampu bhsp
- menanyakan dan panggil nama kesukaan klien Pperawat :
- menunjukan sikap jujur dan menepati janji - Ulangi SP 1
setiap kali berinteraksi
- menanyakan perasaan dan masalah yang
dihadapi klien
- membuat kontrak interaksi yang jelas
- mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien

34
21 maret Isolasi social SP 3:
2019 Bina hubungan saling percaya dengan : S:-
- memberi salam setiap berinteraksi O: klien hanya diam kemudian pergi
- memperkenalkan nama, nama panggilan
perawat, dan tujuan perawat berkrnalan A: 1. Klien belum mampu bhsp
- menanyakan dan panggil nama kesukaan klien P perawat :
- menunjukan sikap jujur dan menepati janji - Ulangi SP 1
setiap kali berinteraksi
- menanyakan perasaan dan masalah yang
dihadapi klien
- membuat kontrak interaksi yang jelas
- mendengarkan dengan penuh perhatian ekspresi
perasaan klien

35
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN 1

Masalah :
SP :1
Hari/Tgl : 18 maret 2019
Ruang : Kakak tua

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien hanya diam saat ditanya
DO : - Klien terlihat menyendiri
- Klien klien hanya menunduk
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

3. Tujuan
Tujuan umum: Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
1) beri salam setiap berinteraksi
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat
berkenalan
3) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
6) Buat kontrak interaksi yang jelas
7) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

36
B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
 Orientasi
Salam terapiutik
“Selamat pagi ....?” perkenalkan nama saya ......, saya senang di
panggil ...., saya mahasiswa Stikes ...., disini saya praktek ...
minggu yang akan merawat.....? Nama .... siapa?.....Senang di
panggil apa?Bagaimana perasaan......hari ini?apa yang .... rasakan
saat ini? Dimana kita duduk?disini (tempat tidur) atau ruang tamu,
berapa lama? bagaimana kalau 15 menit? Bagaimana kalau kita
bercakap-cakap tentang teman-teman Ms. D disini?

 Fase kerja
“Apa yang Ms. D rasakan selama dirawat disini? O.. merasa
sendirian? Siapa saja yang Ms. D kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ms.D lakukan dengan teman yang
Ms.D kenal?”
“Apa yang menghambat Ms.D dalam berteman atau bercakap-
cakap dengan klien yang lain?”
”Menurut Ms.D apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai
teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai
klien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak
mampunyai teman apa ya Ms.D ? Ya, apa lagi ? (sampai klien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak
punya teman ya. Kalau begitu inginkah Ms. D belajar bergaul
dengan orang lain ?
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain”
“Begini lho Ms.D, untuk berkenalan dengan orang lain kita
sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya Ms.D, senang dipanggil D. Asal
saya dari ....., hobi saya .....”

37
“Selanjutnya Ms. D menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang
dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo Ms.D coba! Misalnya saya belum kenal dengan Ms.D. Coba
berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Ms. D berkenalan dengan orang tersebut Ms. D bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Ms.
D bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

 Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Ms. D setelah kita latihan berkenalan?”
2). Evaluasi obyektif
“Selanjutnya Ms. D dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga Ms. D lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain.
3). Rencana tindak lanjut
“Ms. D mau praktekkan ke klien lain. Mau jam berapa
mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya?”
4). Kontrak
“Besok saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan
dengan teman saya, Mbk D. Bagaimana, Ms. D mau kan? Kapan
....? Bagaimana kalau besok jam 11.00 selama 15 menit .... setuju?
Dimana tempat kita besok berdiskusi .....? Baiklah sampai bertemu
besok lagi ya .....!!

38
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN 2

Masalah : Isolasi Sosial

SP :2

Hari/Tgl : 19 marret 2019

Ruang : kakak tua

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan ingin sendiri dan malu jika berbicara dengan
orang lain.
DO : - Klien terlihat menyendiri
- Klien gelisah
- Klien hanya menunduk
- Klien hanya menjawab singkat saat ditanya
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

3. Tujuan
Tujuan umum: Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
1) beri salam setiap berinteraksi
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat
berkenalan
3) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien

39
6) Buat kontrak interaksi yang jelas
7) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

C. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


 Orientasi
Salam terapiutik
“Selamat pagi ....?” Masih ingat dengan saya kan Ms? Saya .....
yang kemarin berbincang-bincang dengan Ms. Bagaimana
perasaan......hari ini?Apa yang .... rasakan saat ini? Sesuai janjian
kita kemarin kita bercakap cakap selama 15 menit ya mas?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap seperti kemarin yaitu tentang
teman-teman Ms. D disini? Apakah Ms.D mau?”

 Fase kerja
“Apa yang Ms. D rasakan selama dirawat disini? O.. merasa
sendirian? Siapa saja yang Ms. D kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ms.D lakukan dengan teman yang
Ms.D kenal?”
“Apa yang menghambat Ms.D dalam berteman atau bercakap-
cakap dengan klien yang lain?”
”Menurut Ms.D apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai
teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai
klien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak
mampunyai teman apa ya Ms.D ? Ya, apa lagi ? (sampai klien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak
punya teman ya. Kalau begitu inginkah Ms. D belajar bergaul
dengan orang lain ?
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan
dengan orang lain”
“Begini lho Ms.D, untuk berkenalan dengan orang lain kita
sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal

40
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya Ms.D, senang dipanggil D. Asal
saya dari ....., hobi saya .....”
“Selanjutnya Ms. D menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang
dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo Ms.D coba! Misalnya saya belum kenal dengan Ms.D. Coba
berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Ms. D berkenalan dengan orang tersebut Ms. D bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Ms.
D bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

 Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Ms. D setelah kita latihan berkenalan?”
2). Evaluasi obyektif
“Selanjutnya Ms. D dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga Ms. D lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain.
3). Rencana tindak lanjut
“Ms. D mau praktekkan ke klien lain. Mau jam berapa
mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya?”
4). Kontrak
“Besok saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan
dengan teman saya, Mbk D. Bagaimana, Ms. D mau kan? Kapan
....? Bagaimana kalau besok jam 11.00 selama 15 menit .... setuju?
Dimana tempat kita besok berdiskusi .....? Baiklah sampai bertemu
besok lagi ya .....!!

41
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PERTEMUAN 3

Masalah : Isolasi sosial


SP :3
Hari/Tgl : 20 maret 2019
Ruang : kakak tua

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS : Klien mengatakan ingin sendiri dan malu jika berbicara dengan
orang lain.
DO : - Klien terlihat menyendiri
- Klien gelisah
- Klien klien hanya menunduk
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial

3. Tujuan
Tujuan umum: Klien mampu berinteraksi dengan orang lain
Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan
1) beri salam setiap berinteraksi
2) Perkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan tujuan perawat
berkenalan
3) Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4) Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi
5) Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien
6) Buat kontrak interaksi yang jelas
7) Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien

42
D. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
 Orientasi
Salam terapiutik
“Selamat pagi ....?” Masih ingat dengan saya kan Ms? Saya .....
yang kemarin berbincang-bincang dengan Ms. Bagaimana
perasaan......hari ini?Apa yang .... rasakan saat ini? Sesuai janjian
kita kemarin kita bercakap cakap selama 15 menit ya mas?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap seperti kemarin yaitu tentang
teman-teman Ms. D disini? Apakah Ms.D mau?”

 Fase kerja
“Apa yang Ms. D rasakan selama dirawat disini? O.. merasa
sendirian? Siapa saja yang Ms. D kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa Ms.D lakukan dengan teman yang
Ms.D kenal?”
“Apa yang menghambat Ms.D dalam berteman atau bercakap-
cakap dengan klien yang lain?”
”Menurut Ms.D apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai
teman ? Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai
klien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak
mampunyai teman apa ya Ms.D ? Ya, apa lagi ? (sampai klien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak
punya teman ya. Kalau begitu inginkah Ms. D belajar bergaul
dengan orang lain ?
“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan
dengan orang lain”
“Begini lho Ms.D, untuk berkenalan dengan orang lain kita
sebutkan dulu nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal
kita dan hobi. Contoh: Nama Saya Ms.D, senang dipanggil D. Asal
saya dari ....., hobi saya .....”

43
“Selanjutnya Ms. D menanyakan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang
dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo Ms.D coba! Misalnya saya belum kenal dengan Ms.D. Coba
berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Ms. D berkenalan dengan orang tersebut Ms. D bisa
melanjutkan percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan Ms.
D bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang
keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

 Fase terminasi
1). Evaluasi subyektif
“Bagaimana perasaan Ms. D setelah kita latihan berkenalan?”
2). Evaluasi obyektif
“Selanjutnya Ms. D dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari
tadi selama saya tidak ada. Sehingga Ms. D lebih siap untuk
berkenalan dengan orang lain.
3). Rencana tindak lanjut
“Ms. D mau praktekkan ke klien lain. Mau jam berapa
mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan
hariannya?”

44
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori Isolasi Soaial yang telah dijelaskan didalam tinjauan


pustaka dan studi kasus pada tn. D. dengan isolasi sosial yang berada diruangan
Kakak Tua di dapatkan data sebagai berikut:

Aspek Teori Kasus kelolaan


Definisi Salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien Klien saat ditanya
menghindari interaksi dengan orang lain kadang hanya
seperti menghindari hubungan maupun menjawab singkat,
komukasi dengan orang lain menunduk, dan lebih
Selain itu, Isolasi Sosial : bisa di artikan upaya banyak diam
menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karena merasa kehilangan
hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan berbagi rasa, pikiran dan
kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain
yang dimanefestasikan dengan mengisolasikan
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup
berbagi pengalaman.
Klien memiliki ciri-ciri menyendiri, cenderung diam, menghindar saat
diajak ngobrol (apatis), seperti tidak mau bergabung dengan temannya,
lebih suka duduk sendiri.
Tanda dan  Kurang spontan Klien apatis saat diaja
gejala  Apatis ngobrol,kurang spontan,
 Ekspresi wajah kurang berseri lebih suka menyendiri

 Mengisolasi diri
 Tidak ada atau kurang komunikasi

45
verbal

Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan di atas, klien
memiliki tanda gejala isolasi sosial . Hal ini membuktikan klien
mengalami gangguan hubungan sosial yaitu isolasi sosial
Faktor Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik Factor klien mengalami
predisposisi diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat isolasi diri adalah klien
mengakibatkan individu tidak percaya diri, merasa malu jika
tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus bersama orang banyak
asa terhadap hubungan dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan meresa tertekan.
Berdasarkan faktor predisposisi yang ada. Hal ini sudah membuktikan
klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh klien dengan isolasi
sosial.
Sumber Sumber koping yang berhubungan dengan Kemampuan personal
koping respon sosial maladaptif adalah sebagai berikut: : jika ada masalah klien
tidak mau bercerita
1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga
kepada siapapun dan
yang luas dan teman.
lebih banyak diam.
2) Hubungan dengan hewan peliharaan
Dukungan sosial :
yaitu dengan mencurahkan perhatian
klien tidak pernah
pada hewan peliharaan.
bercerita tentang
3) Penggunaan kreativitas untuk
masalahnya kepada
mengekspresikan stres interpersonal
klien lain
(misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)
Keyakinan positif :
Klien memiliki
kemauan untuk cepat
pulang.
Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakinan positif yang dapat
memotivasi klien untuk melakukan usaha agar cepat pulang.

46
Mekanisme Individu yang mengalami respon sosial Mekanisme koping
koping maladaptif menggunakan berbagai mekanisme yang di gunakan Tn. D
dalam upaya mengatasi ansietas. Mekanisme adalah maladaptive.
tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah Terbukti klien lebih
hubungan yang spesifik yaitu sebagai berikut: suka diam dan
1) Proyeksi merupakan Keinginan yang tidak menyendiri daripada
dapat ditoleransi, mencurahkan emosi berbicara dengan orang
kepada orang lain karena kesalahan lain.
sendiri( Rasmun, 2004, hlm. 35).
2) Isolasi merupakan perilaku yang
menunjukan pengasingan diri dari
lingkungan dan orang lain (Rasmun, 2004,
hlm. 32).
3) Spiliting atau memisah merupakan
kegagalan individu dalam
menginterpretasikan dirinya dalam menilai
baik buruk (Rasmun, 2001, hlm. 36).
Mekanisme koping klien adalah maladaptive

Dari pengkajian yang telah di lakukan, gangguan yang paling menonjol adalah
Isolasi Sosial : Menarik diri

47
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan


keperawatan pada klien tn D dengan isolasi sosial. Dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat persamaan antara teori dasar isolasi sosial dengan klien


kelolaan baik secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes,
sumber koping, mekanisme koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien isolasi sosial
merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan isolasi sosial,
karena dari BHSP ini lah kita dapat memperoleh kepercayaan klien
dan kita dapat melakukan tindakan keperawatan yang selanjutnya
3. Melatih klien berkenalan dan berinteraksi dengan orang lain secara
terus menerus penting dilakukan untuk mengatasi perasaan malu pada
klien isolasi sosial. Karena sebagian besar klien isolasi sosial malu
untuk berbicara dengan orang lain.

1.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan isolasi sosial hendaknya hubungan
saling percaya dilakukan secara bertahap dan terus menerus mulai dari
perawat, kemudian perawat lain, serta pada klien lainnya
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten.
3. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan

48
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC

49

Anda mungkin juga menyukai