1. Definisi ECT
ECT merupakan terapi kejang listrik dengan hantaran arus listrik pada
elektroda dan dipasang pada kepala sehingga menyebabkan konvulsi. ECT
terbukti dapat memperbaiki gejala skizofrenia, namun ECT juga memiliki efek
samping terutama pada daya ingat.
2. Mekanisme ECT
ECT melibatkan induksi dari kejang epilepsi yang dimodifikasi. Rangkaian
dari penatalaksanaan ini mencetuskan efek yang kompleks, termasuk pelepasan
neurotransmiter, peningkatan sementara pada permeabilitas sawar darah-otak,
sekresi hormon hipotalamus dan hipofisis, dan pengaturan reseptor
neorotransmiter yang serupa dengan yang dicetuskan oleh obat antidepresan.
3. Cara Pemberian
a. Secara Blok
ECT diberikan setiap hari berturut- turut sampai pasien ada
peningkatannya .
b. ECT Maintanance
ECT diberikan setiap 1 bulan sekali
c. Regular
Setiap 1 minggu 2x 1 seri 6x
4. Persiapan ECT
- Dokumen
a. Informed consent
b. Pemeriksaan laboratorium sesuai riwayat medis
c. Pemeriksaan EKG dan EEG
d. Pemeriksaan foto thorax
- persiapan klien sebelum tindakan ECT:
a. Anjurkan pasien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi
adanya kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT.
c. Siapkan surat persetujuan tindakan.
d. Klien dipuasakan 4-6 jam sebelum tindakan.
e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau jepit rambut yang
mungkin dipakai klien.
f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi.
g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam
sebelum ECT.
h. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif
hipnotik, dan antikonvulsan, harus dihentikan sehari sebelumnya.
Litium biasanya dihentikan beberapa hari sebelumnya karena beresiko
organik.
i. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfatatropin) 0,6-1,2 mg setengah jam
sebelum ECT. Pemberian antiko linergik ini mengendalikan aritmia
vagal dan menurunkan sekresi gastrointestinal (Riyadi, 2009.
- Persiapan perawat
Perawat sebelum melakukan ECT, harus mempersiapan alat dan
mengantisipasi kecemasan pasien dengan menjelaskan tindakan yang akan
dilakukan.
- Persiapan alat
a. Perlengkapan dan peralatan terapi, termasuk pasta dan gel elektroda,
bantalan kasa, alkohol, saling, elektroda elektroensefalogram (EEG),
dan kertas grafik.
b. Peralatan untuk memantau, termasuk elektrokardiogram (EKG) dan
elektroda EKG.
c. Manset tekanan darah, stimulator saraf perifer, dan oksimeter denyut
nadi.
d. Stetoskop.
e. Palu reflex.
f. Peralatan intravena.
g. Penahan gigitan dengan wadah individu.
h. Pelbet dengan kasur yang keras dan bersisi pengaman serta dapat
meninggikan bagian kepala dan kaki.
i. Peralatan penghisap lender.
j. Peralatan ventilasi, termasuk slang, masker, ambu bag, peralatan jalan
nafas oral, dan peralatan intubasi dengan sistem pemberian oksigen
yang dapat memberikan tekanan oksigen positif. Obat untuk keadaan
darurat dan obat lain sesuai rekomendasi staf anastesi (Stuart, 2007).
5. Prosedur pelaksanaan
Menurut pendapat Stuart (2007) berikut prosedur pelaksanaan terapi kejang listrik:
a. Berikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur.
b. Dapatkan persetujan tindakan.
c. Pastikan status puasa pasien setelah tengah malam.
d. Minta pasien untuk melepaskan perhiasan, jepit rambut, kaca mata, dan alat
bantu pendengaran. Semua gigi palsu dilepaskan, tambahan gigi parsial
dipertahankan.
e. Pakaikan baju yang longgar dan nyaman.
f. Kosongka n kandung kemih pasien.
g. Berikan obat praterapi.
h. Pastikan obat dan peralatan yang diperlakukan tersedia dan siap pakai.
i. Bantu pelaksanaan ECT.
j. Tenangkan pasien.
k. Dokter atau ahli anastesi memberikan oksigen untuk menyiapkan pasien
l. bila terjadi apnea karena relaksan otot.
m. Berikan obat.
n. Pasang spatel lidah yang diberi bantalan untuk melindungi gigi pasien.
o. Pasang elektroda. Kemudian berikan syok.
p. Pantau pasien selama masa pemulihan.
7. Menurut Townsend (1998), jika terjadi kehilangan memori dan kekacauan mental
sementara yang merupakan efek samping ECT yang paling umum hal ini penting
untuk perawat hadir saat pasien sadar supaya dapat mengurangi ketakutan-
ketakutan yang disertai dengan kehilangan memori. Implementasi keperawatan
yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Berikan ketenangan dengan mengatakan bahwa kehilangan memori tersebut
hanya sementara.
2) Jelaskan kepada pasien apa yang telah terjadi.
3) Reorientasikan pasien terhadap waktu dan tempat.
4) Biarkan pasien mengatakan ketakutan dan kecemasannya yang berhubungan
dengan pelaksanaan ECT terhadap dirinya.
5) Berikan sesuatu struktur perjanjian yang lebih baik pada aktivitas- aktivitas
rutin pasien untuk meminimalkan kebingungan.
8. Aspek hukum
Di inggris dan wales, ECT hanya dapat dilakukan jika pasien telah
memberikan persetujuannya atau ditahan berdasarkan UU Kesehatan Jiwa
(Mental Health Act, MHA) 1983 dan seorang konsultan independen yang
ditunjuk oleh Komisi Kesehatan Jiwa setuju bahwa ECT harus dilakukan. Pada
situasi yang terakhir, ECT dapat dimulai sebelum penilaian oleh konsultan
independen dibawah ketentuan Bab 62 MHA. Di dalam MA 2007, ECT hanya
boleh diberikan tanpa persetujuan bila pasien dinilai kurang memenuhi kapasitas
untuk memberikan persetujuan. Aspek hukum dari ECT di Skotlandia dan
Irlandia.
9. Indikasi
National Institute for Clinical Excellence (NICE) merekomendasikan bahwa
ETC hanya digunakan untuk penatalaksanaan penyakit depresi berat (Indikasi
utama), episode manik berat atau berkepanjangan, atau katatonia. Mereka
menyatakan bahwa ECT harus digunakan untuk menginduksi perbaikan jangka
pendek yang cepat dan jangka pendek dari gejala berat setelah semua pilihan
terapi lain gagal, atau jika situasinya dinilai mengancam hidup (karena risiko
bunuh diri atau menolak makan dan minim). Pasien dengan waham depresif dan/
atau retardasi psikomotor adalah yang paling mungkin memberikan respons.
Angka respons dapat mencapai 90%. Kecepatan respons dapat lebih tinggi
dibandingkan obat antidepresan.
10. Kontraindikasi
Tidak terdapat kontraindikasi absolut terhadap ECT. Tekanan intrakranial
yang meningkat, stroke atau infark miokard yang baru saja terjadi, dan angina
kresendo, merupakan kontraindikasi relatif yang penting.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pre ECT :
Cemas berhubungan dengan penatalaksanaan ECT
b. Intra ECT
Resiko Aspirasi berhubungan dengan efek anastesi.
c. Post ECT
Resiko jatuh berhubungan dengan post ECT
RENCANA /INTERVENSI
Tahap Diagnosa Rencana/Intervensi Keperawatan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
Pre- ECT Cemas Untuk Setelah 1. Jelaskan apa yang
berhubungan mengurangi dilakukan akan terjadi/prosedur
dengan kecemasan tindakan pelaksanaan ECT
Penatalaksanaan klien keperawatan 2. Beri penjelasan
ECT diharapkan tentang efek
kecemasan klien tindakan ECT
berkurang 3. Siapkan posisi klien
senyaman mungkin
Intra Resiko Aspirasi Untuk Setelah 1. Posisikan kepala
ECT berhubungan menghindari dilakukan ekstensi/miring
dengan efek resiko tindakan kanan/miring kiri
anastesi aspirasi keperawatan 2. Pelihara jalan napas
diharapkan klien3. Monitor tingkat
tidak kesadaran dan refleks
mengalamai batuk
aspirasi 4. Monitor saturasi
oksigen
5. Pasang mayotube
Post ECT Resiko jatuh Untuk Setelah Dampingi klien
berhubungan menghindari dilakukan selama masa
dengan post ECT resiko tindakan pemulihan hingga
cedera keperawatan klien sadar.
diharapkan klien
tidak mengalami
cedera eksternal
post ECT karena
penurunan
tingkat
kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
Katona Cornelius, dkk. 2008. At a glance psikiatri. Jakarta : Erlangga
http:/ jurnal.fk.unand.ac.id oleh ikky Nabila Nandinanti, Yaslinda
Yaunin, Siti Nurhajjah
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31794/3/Chapter%20II
.pdf