Anda di halaman 1dari 16

Diagnosis dan Tata Laksana

Pasien Usia 41 tahun dengan Konjungtivitis Viral ODS

Joseph John RIvaldo (F2)


102016189

Alamat Korespodensi : joseph.2016fk189@civitas.ukrida.ac.id


Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jl. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510. Telepon: (021) 5694-2061. Fax: (021) 563-1731

Abstrak
Konjungtivitis viral akut merupakan peradangan pada konjungtiva yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus. Konjungtivitis viral akut ini dapat menyerang
semua umur. Cara penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita
dan melalui udara. Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mata akan menjadi
merah dan nyeri. Jika tidak diobati sesuai dengan penyebabnya bisa terbentuk
ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Biarpun biasanya konjungtivitis
viral akut ini dapat sembuh sendiri tanpa pemberian obat-obatan khusus.

Kata Kunci : Konjungtivitis, viral, konjungtiva.

Abstract
Acute viral conjunctivitis is inflammation of the conjunctiva which can be caused by
various types of viruses. This acute viral conjunctivitis can affect all ages. The method of
transmission can be through direct contact with patients and through the air. Within 12-48
hours after infection the eye will become red and painful. If not treated according to the
cause, corneal ulcers, abscesses, eye perforation and even blindness can form. Even though
usually acute viral conjunctivitis can heal on its own without special medication.

Keywords : Conjunctivitis, viral, conjunctiva.

1 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Pendahulan
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata
dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya
berbagaimacam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan
oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak
lensa.Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat
berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanyamengenai
kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak,berwarna kuning
kehijauan. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan sembuhsendiri dalam
beberapa hari. Walaupun demikian, beberapa dokter tetap akan memberikanlarutan astringen
agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh bakteri tidak terjadi dan air
mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di mata. Pada dasarnya
konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun pada beberapa kasus dapat berlanjut
menimbulkan komplikasi yang serius. Untuk itu pengangan setiap penyakitkonjungtiva
sebaiknya dikonsultasikan ke dokter untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Pemeriksaan Fisik
Tajam penglihatan
Tes tajam penglihatan menilai kekuatan resolusi mata dengan menggunakan kartu
Snellen, yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil. Tiap baris diberi
nomor dengan jarak dalam meter dan lebar tiap huruf membentuk sudut 1 menit dengan mata.
Tajam penglihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris, dari huruf
terkecil yang dilihat. Jika jarak baca ini adalah garis 6 meter maka tajam penglihatan adalah
6/6, tetapi jika jarak baca ini adalah garis 60 meter maka tajam penglihatan adalah 6/60.
Penglihatan diperiksa dengan kacamata bila pasien menggunakan kacamata, namun tes
pinhole akan mengoreksi kelainan refraksi pada mata tersebut.1

Tes konfrontasi
Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di seberangnya, menutup matanya
pada sisi yang sama. Satu objek, biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian
digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer menuju ke pusat. Pasien diminta
mengatakan kapan ia pertama kali melihat objek tersebut. Tiap kuadran diperiksa dan lokasi
bintik buta ditentukan. Selanjutnya lapang pandang pasien dibandingkan dengan lapang
pandang pemeriksa.2

Reaksi pupil
Pemeriksaan pupil dimulai dengan penilaian ukuran pupil dengan cahaya uniform.
Jika terdapat asimetri (anisokoria) harus ditentukan apakah pupil yang kecil atau yang lebar
yang merupakan pupil abnormal. Pupil kecil yang patologis akan menjadi lebih jelas pada
pencahayaan redup, karena dilatasi pupil normal akan menjadi lebih besar. Pupil lebar yang
patologis akan menjadi lebih jelas dalam cahaya.2

Pergerakan mata
Pergerakan mata yang diperhatikan adalah posisi mata, kisaran pergerakan mata, dan
jenis pergerakan matanya. Arah yang abnormal pada salah satu mata dalam posisi primer
pandangan (melihat lurus ke depan) menandakan adanya strabismus. Sedangkan kisaran
pergerakan mata dinilai dengan meminta subjek untuk mengikuti objek yang bergerak.
Pergerakan horizontal, vertikal, dan oblik diperiksa dari posisi primer pandangan dengan cara
meminta pasien melaporkan adanya penglihatan ganda (diplopia). Adanya pergerakan mata
yang berosilasi (nistagmus) juga harus dicatat.1

3 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Kelopak mata
Biasanya kelopak mata letaknya sejajar. Tepi kelopak terletak dekat bola mata pada
mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah keluar dari bola mata maka terdapat ektropion,
tetapi jika tepi ini mengarah ke dalam dan bulu mata bergesekan dengan bola mata maka
terdapat entropion. Ada pula kelainan seperti kelopak mata yang jatuh (ptosis).2

Oftalmoskopi
Oftalmoskopi adalah sumber cahaya yang mempunyai serangkaian lensa yang dapat
difokuskan pada jarak yang berbeda-beda. Funduskopi yaitu pemeriksaan retina dengan
menggunakan oftalmoskopi. Pada waktu melakukan funduskopi, perhatikan warna retina
yang kemerahan dengan pembuluh darah yang dapat menggambarkan keadaan pembuluh
darah di seluruh tubuh. Perhatikan pula fovea sentralis, daerah makula, dan papila nervi
optici yang berbentuk bulat, berwarna merah muda, berbatas jelas dengan cupping normal
berukuran 2/3 diameter pupil.1

Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menunjang diagnosis. Pada
intinya pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan etiologi dari diagnosis yang akan
ditegakkan.2,3
Pewarnaan gram
Pemeriksaan penunjang utama yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan sekret mata
untuk mengetahui penyebab sekret, yaitu dengan pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi
organism bakteri atau pulasan Giemsa untuk menetapkan jenis dan morfologi sel. Dari
pulasan Giemsa ini didapatkan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya :
 Limfosit dan monosit pada infeksi virus
 Leukosit PMN pada infeksi bakteri
 Eosinofil dan basofil pada alergi
 Sel epitel dengan badan inklusi pada sitoplasma basofil pada klamidia
 Sel raksasa multinuclear pada herpes
 Sel Leber – makrofag raksasa oleh trakoma

4 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Selain itu dapat dilakukan teknik amplifikasi asam nukleat seperti PCR yang sensitive
dan spesifik untuk virus DNA. Kultur virus dan isolasi adalah referensi standar tapi mahal
dan hasilnya lama (beberapa hari-minggu), dan membutuhkan media transport yang spesifik.
Sensitivitas bervariasi tapi spesifisitas sekitar 100%. Dapat juga dilakukan tes
imunokromatografi memerlukan waktu 10 menit untuk mendeteksi antigen adenovirus di air
mata, sensitifitas dan spesifisitasnya baik sekali.3

Uji fluoresein
Untuk mengetahui adanya kerusakan pada epitelkornea akibat erosi, keratitis epitelial,
bila terjadi defek epitel kornea akan terlihat warna hijau pada defek tersebut

Uji fistel
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kebocorankornea atau fistel akibat adanya
perforasi kornea.3

Uji sensibilitas kornea


Untuk mengetahui keadaan sensibilitas kornea yang berkaitan dengan penyakit mata
akibat kelainan saraf trigeminus oleh herpes zooster ataupun akibat gangguan ujung saraf
sensible.

Uji plasido
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kelainan pada permukaan kornea, ini
merupakan salah satu pemeriksaan penunjang umum yang biasa dilakukan.3

Uji biakan dan sensitivitas


Pada pemeriksaan ini berfungsi untuk mengidentifikasi patogen penyebab bakerinya,
sehingga dapat menentukan tatalaksana yang tepat unntuk menghindari resisten obat-obatan.2

5 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Diagnosis kerja
Konjuntivitis viral akut
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata
dan bagian dalam kelopak mata Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat
disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung
lebih lama daripada konjungtivitis bakteri. Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan oleh
adenovirus atau suatu infeksi herpes simpleks. Infeksi ini biasanya terjadi bersama – sama
dengan infeksi saluran pernafasan atas.Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3
minggu.4
Konjungtivitis viral merupakan suatu penyakit umum yang dapat disebabkan oleh
berbagai jenis virus. Keadaan ini berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan
cacat, sampai infeksi ringan yang cepat sembuh sendiri.5
Pasien dengan konjungtivitis viral didapat dengan gejala okular saja atau dengan
infeksi saluran napas atas yang menyertai. Konjungtivitis viral sering timbul unilateral, tetapi
sering menimbulkan mata kontralateral setelah pasien menyentuh mata yang tidak sakit tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu. Pasien mengeluhkan adanya injeksi konjungtiva, sekret dan
pruritus. Pada pemeriksaan fisik, injeksi sklera, epifora, kemosis, perdarahan subkonjungtiva
dan eritema serta edema kelopak mata juga sering terjadi, tetapi bukan merupakan temuan
yang spesifik.6
Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:

1. Demam faringokonjungtiva
2. Keratokonjungtivitis epidemik
3. Konjungtivitis herpetik
4. Konjungtivitis hemoragik epidemik akut3

6 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Diagnosis Banding
Konjungtivitis bakteri
Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakteri: akut (termasuk hiperakut dan subakut)
dan kronik. Konjungtivitis bakteri akut biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri, berlangsung
< 14 hari. Beberapa bekteri penyebab konjungtivitis bakteri akut antara lain Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus aegyptus. Pengobatan dengan salah satu obat antibakteri yang
tersedia biasanya menyembuhkan dalam beberapa hari. Sebaliknya konjungtivitis hiperakut
(purulen) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoae dapat menimbulkan komplikasi mata
berat jika tidak diobati sejak dini. Konjungtivitis kronik biasanya sekunder terhadap penyakit
palpebra atau obstruksi duktus nasolakrimalis. Bakteri penyebab konjungtivitis bakteri kronik
yakni Staphylococcus aureus dan Moraxella lacunata.5
Umumnya konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran
pembuluh darah (injeksi) bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat
bangun tidur dan kadang-kadang edema palpebra. Infeksi biasanya mulai pada satu mata dan
melalui tangan menular ke sebelahnya. Infeksi dapat menyebar ke orang lain melalui benda
yang dapat menyebarkan kuman.5
Pengobatan dapat diberikan antibiotika tetes mata dan atau salep mata. Dosis
pemberian: bila konjungtivitis ringan: berikan 4 kali 2 tetes per hari, bila berat: 6 kali 2 tetes
per hari / lebih. Contohnya kloramfenikol, tetrasiklin, gentamisin, tobramisin, ciprofloksasin,
ofloxasin. Tetes mata memberikan efek cepat (lebih kurang 5-10 menit) sudah sampai dan
memeberi efek terapi pada daerah yang terinfeksi, sedangkan salep mata memberikan efek
setelah 2-4 jam, sehingga salep mata dapat diberikan bila menginginkan berefek yang agak
lama onsetnya, misalnya malam hari sebelum tidur. Obat tetes mata/salep mata campuran
antibiotika + steroid dapat digunakan bila tidak ada kontraindikasi. Steroid mempunyai efek
samping yang berbahaya bila digunakan secara berulang kali dan berlebihan dalam waktu
yang lama. Efek samping steroid tetes adalah katarak dan glaucoma. Pemakaian oral jangka
panjang efek samping moon face, osteoporosis, menopause dini dan sebagainya.
Kontraindikasi steroid yakni virus dan jamur.7

7 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis alergi
Bentuk radang konjungtiva akibat reaksi alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa
reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti
pada reaksi terhadap obat, bakteri, dan toksik. Gejala utama penyakit ini adalah radang
(merah, sakit, bengkak, panas), gatal, silau berupalang dan menahun. Tanda karakteristik
lainnya adalah terdapatnya papil besar pada konjungtiva, datang bermusim yang dapat
mengganggu penglihatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel
plasma, limfosit dan basofil. Pengobatan terutama dengan menghindarkan penyebab pencetus
penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah yang
kemudian disusul dengan kompres air dingin untuk menghilangkan edemanya. Pada kasus
yang berat dapat diberikan antihistamin dan steroid sistemik. Ada beberapa macam
konjungtivitis alergi, yakni seasonal conjungtivitis, perenial conjungtivitis, konjungtivitis
vernal, konjungtivitis atopic, konjungtivitis alergika.8

8 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Tabel 1. Perbedaan secara sederhana kondisi pasien dengan diagnosis.8
Tanda & gejala Pasien Viral Bakterial Alergik
Anamnesis Onset 2 hari yang akut akut Periodic
lalu (akut)
Mata merah + + + +
Sekret serous Air, serous Purulen, Air
mukopurulen,
hiperpurulen
Visus Normal Normal Normal Normal
Riwayat + + + + (thd
kontak alergen)
Riwayat - - - -
trauma
Gatal + + + +++
Kelopak - - ++ -
lengket
Pemeriksaan Demam + kadang kadang Tidak
fisik (Subfebris) pernah
Limfadenopati + + jarang _
preaurikuler
Edema + + + +
palpebra
Perdarahan + + - -
subkonjungtiva
Injeksi + + + +
konjungtiva
Folikel + + + -
Membran + +/- +/- -
Pemeriksaan Pewarnaan Tidak Tidak Ditemukan Tidak
penunjang Gram sekret diketahui ditemukan kuman ditemukan
Pemeriksaan mata kuman penyebab kuman
penunjang penyebab penyebab
Pewarnaan Tidak Limfosit Leukosit PMN Eosinofil
Giemsa sekret diketahui dan dan basofil
mata monosit

9 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Etiologi
Penyebab konjungtivitis dapat dibedakan berdasarkan 2 kategori besar, yaitu :
Infeksius
 Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, Neisseria meningitidis
 Virus, seperti jenis adenovirus, virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2, picornavirus
(enterovirus dan virus coxsackie)
 Parasit, seperti Ascaris lumbricoides
 Fungi, seperti Coccidioides immitis, Candida Sp.

Non-infeksius
 Iritasi persisten, seperti mata kering karena kekurangan air mata
 Alergi terhadap suatu bahan tertentu, seperti serbuk sari
 Bahan kimia atau iritan seperti asap, sinar ultraviolet, angin
 Tidak jelas, seperti sindrom Steven-Johnson dan psoriasis

Berdasarkan kasus di atas, terdapatnya riwayat kontak dengan orang yang memiliki
keluhan serupa mengindikasikan suatu penyakit yang infeksius. Sekret mata yang berupa air
disertai adanya folikel, demam subfebris, limfadenopati preaurikular dan onset penyakit 5
hari yang lalu lebih mempertegas bahwa penyakit tersebut merupakan konjungtivitis viral
akut. Konjungtivitis viral akut dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus, antara lain :9
 Adenovirus tipe 3 dan 7 dan serotipe lain yang menyebabkan demam
faringkokonjungtivitis
 Adenovirus tipe 8 dan 19 yang menyebabkan keratokonjungtivitis epidemi
 Virus herpes simpleks yang menyebabkan konjungtivitis herpetic
 Enterovirus tipe 70, (atau lebih jarang) virus coxsackievirus tipe A24 (kedua jenis ni
merupakan family picornaviridae) yang menyebabkan konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis folikular viral kronik dapat disebabkan oleh beberapa jenis virus antara
lain :
 Virus moluskum kontagiosum yang menyebabkan konjungtivitis moluskum kontagiosum
 Virus varicella-zooster yang menyebabkan konjungtivitis herpetik dan konjungtivitis
varisela-zoster
 Virus Morbili/measles/campak yang menyebabkan keratokonjungtivitis campak.

10 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
 Epidemiologi
Konjungtivitis virus adalah penyakit mata umum di Amerika Serikat dan seluruh
dunia. Karena begitu umum dan banyak kasus yang tidak dibawa ke klinik atau rumah sakit,
statistik yang akurat pada frekuensi penyakit ini tidak tersedia. Infeksi virus sering terjadi
pada epidemi dalam keluarga, sekolah, kantor, dan organisasi militer. Konjungtivitis virus
dapat terjadi sama pada pria dan wanita dan dapat terkena pada semua usia.9
Konjungtivitis viral tidak mempunyai predileksi jenis kelamin, dapat terjadi pada laki-
laki dan perempuan dengan perbandingan yang sama. Konjungtivitis viral dapat mengenai
semua umur, tergantung dari etiologi virus penyebab. Biasanya, adenovirus menyerang
pasien usia 20-40 tahun. Virus herpes simpleks dan infeksi varisela-zoster primer biasanya
mengenai anak kecil dan bayi. Herpes zoster oftalmikus berasal dari reaktivasi infeksi laten
virus varisela-zoster dan dapat muncul pada semua usia. Khasnya, picornavirus menyerang
anak-anak dan dewasa muda yang kelas sosioekonominya rendah. Epidemi tersebar melalui
rute mata-tangan-mata.9

Patofisiologi
Karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain
yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada
film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan
kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan
air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak,
menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan
eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Juga edema pada stroma konjungtiva ( kemosis )
dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari
stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung dengan
fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur. Adanya peradangan pada konjungtiva ini
menyebabkan dilatasi pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak
paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva
biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda
asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata.
Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah
air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.9

11 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis konjungtivitis viral secara umum, yakni adanya pembengkakan,
hangat, rasa tidak nyaman pada mata yang terinfeksi. Visus mata normal, dapat terjadi
unilateral maupun bilateral. Mungkin infeksi pernapasan sedang berlangsung atau
sebelumnya terpapar dengan penderita mata mereah. Konjungtiva mengalami hiperemia
difus. Kelopak mata terlihat bengkak. Terdapat nodul pada preaurikular.5,8
Bentuk konjungtivitis viral dapat berupa:

Demam faringokonjungtiva
Demam faringokonjungtiva ditandai dengan demam 38,3-400C, sakit tenggorokan dan
konjungtivitis folikular pada satu atau dua mata. Folikel sangat sering mencolok pada kedua
konjungtiva dan mukosa faring. Penyakit ini bias unilateral maupun bilateral. Mata merah
sering terjadi, selain itu mungkin ada keratitis epitel superficial untuk sementara dan sesekali
terdapat sedikit kekeruhan di subepitel. Yang khas adalah limfadenopati preaurikular (tidak
nyeri tekan). Sindrom ini mungkin tidak lengkap, hanya terdiri atas satu atau dua tanda utama
(demam, faringitis, konjungtivitis). Keadaan ini lebih sering pada anak-anak daripada orang
dewasa dan mudah menular di kolam renang berklor rendah. Tidak ada pengobatan spesifik,
tetapi konjungtivitis umumnya sembuh sendiri kira-kira dalam 10 hari.5,8

Keratokonjungtivitis epidemik
Keratokonjungtivitis epidemik umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu mata
saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya, terdapat injeksi konjungtiva,
nyeri sedang, dan berair mata; dalam 5-14 hari akan diikuti oleh fotofobia, keratitis epitel,
dan kekeruhan subepitel yang bulat. Sensasi kornea normal dan nodus preaurikular dengan
nyeri tekan yang khas. Edema palpebra, kemosis dan hyperemia konjungtiva menandai fase
akut dengan folikel dan perdarahan konjungtiva yang sering muncul dalam 48 jam.
Konjungtivitis epidemika pada orang dewasa terbatas di bagian luar mata, tetapi pada anak-
anak mungkin terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus seperti demam, sakit tenggorokan,
otitis media dan diare.5,8

12 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis herpetic
Konjungtivitis herpetic dapat merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada
anak-anak yang mendapat infeksi dan pembawa virus berlangsung 2-3 minggu. Ditandai
dengan infeksi unilateral, iritasi, secret mukosa, nyeri dan fotofobia ringan. Keadaan ini
disertai dengan keratitis herpes simpleks, dengan vesikel pada kornea yang dapat membentuk
gambaran dendrite. Vesikel-vesikel herpes terkadang muncul di palpebra dan tepi palpebra
disertai edema palpebra hebat, dengan pembesaran kelenjar preaurikular disertai nyeri tekan.5

Konjungtivitis hemoragik epidemik akut


Penyakit ini khas memiliki inkubasi yang pendek (8-48 jam) dan berlangsung singkat
(5-7 hari). Gejala dan tanda yang biasa berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, banyak
mengeluarkan air mata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva kadang-
kadang juga terjadi kemosis. Perdarahan subkonjungtiva umumnya difus, tetapi awalnya
dapat berupa bintik-bintik; mulai dari konjungtiva bulbaris superior dan menyebar ke bawah.
Kebanyakan pasien mengalami limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis
epitel. Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang ke orang dan oleh benda penular
seperti seprai, alat-alat optic yang terkontaminasi dan air. Tidak ada pengobatan yang pasti.5,8

Pencegahan
Pencegahan dari konjungtivitis dapat dilakukan dengan mudah,asalkan mendapat
perhatian lebih, antara lain :7

Istirahat yg cukup, sebisa mungkin menghindari menggunakan komputer/handphone.

Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.

Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit.

Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain.

Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya,
Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.

Handuk dan saputangan dengan orang lain.

Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu).

Hindari mengucek-ngucek mata.

Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya
setelah membersihkan kotoran mata.

13 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Penatalaksanaan
Penyakit ini sebenarnya dapat sembuh sendiri sehingga pengobatan hanya
simptomatik, karena umunya penyakit yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sembuh
sendiri.

Medikamentosa
Untuk demam dapat diberikan parasetamol oral (tablet atau sirup) dengan dosis untuk
anak usia 6-12 tahun yaitu 150-300 mg/kali dengan maksimum 1.2 g/hari, diberikan 3 kali
sehari selama 3 hari. Pengobatan antibiotika spektrum luas, sulfasetamid dapat dipergunakan
untuk mencegah infeksi sekunder. Sulfasetamid dapat diberikan dalam bentuk tetes mata 10%
(atau salep mata 10%), diberikan 4 kali sehari 1-2 tetes pada masing-masing mata. Jika
memberikan golongan sulfonamide, pastikan tidak ada alergi terhadap sulfa. Bila ada alergi
sulfa, dapat digunakan tetes mata gentamisin 0.3% (atau salep mata 0.3%) setiap delapan
jam. Prednisolon 0.5% empat kali sehari diperlukan untuk konjungtivitis adenovirus yang
terdapat membran atau pseudomembran. 7

Non-medikamentosa
Dapat diberikan kompres untuk demam, karena umunya pasien yang dijangkit oleh
virus akan megalami demam kurang lebih sekitar 7 hari hingga fase kesembuhan.7

Komplikasi
Jika penyakit ini diabaikan dan tidak dibiarkan tidak diobati dalam waktu yang lama,
maka akan menimbulkan komplikasi seperti keratokonjungtivitis dan blepharitis.
Beberapa tipe virus dapat menginfeksi bagian yang lebih dalam mata sehingga
menimbulkan keratitis atau radang kornea sehingga menyebabkan gangguan visus bahkan
jaringan parut pada kelopak mata pada beberapa kasus.10

Prognosis
Prognosis dari konjungtivitis viral akut ini biasanya baik karena konjungtivitis viral
akut umumnya bisa sembuh sendiri, tetapi untuk menghindari terjadinya infeksi sekunder
dapat diberikan antibiotik, Infeksi biasanya sembuh spontan dalam 2-4 minggu.10

14 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Kesimpulan
Konjungtivitis merupakan salah satu penyebab utama terjadinya mata merah. Pada
dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun berdasarkan etiologi tertentu,
beberapa kasus dapat menimbulkan komplikasi. Jadi, tidak ada salahnya berkonsultasi
dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis atau mempunyai gejala-gejala seperti mata
merah, gatal, mata berair, adanya kotoran dan sebagainya.
Konjungtivitis virus adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi
ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis
bakteri. Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan oleh adenovirus atau suatu infeksi
herpes simpleks. Infeksi ini biasanya terjadi bersama – sama dengan infeksi saluran
pernafasan atas.Infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya setelah 3 minggu.
Dari hasil pemeriksaan pada pasien di skenario, jelas sekali gejalanya mengarah pada
penyakit konjungtivitis viral akut. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis viral
dapat berupa hiperemia, banyak air mata, kelopak mata bengkak, mata merasa seperti
kelilipan, dan sebagainya. Penanganan konjungtivitis viral ini juga tidak spesifik, karena pada
umumnya konjungtivitis ini bisa sembuh sendiri tanpa pengobatan. Penggunaan
kortikosteroid dikontraindikasikan penggunaannya, karena merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan virus

15 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral
Daftar pustaka
1. Voughan, D.G., Asbury, T., Riordan-Eva, P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC.
2013. Hal 30-121.
2. James, B., Chew, C., Bron, A. Lecture Note Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga.
2015. Hal
3. Riordan-Eva, P., Whitches, J.P. [editor]. Vaughan & asbury’s oftalmologi umum
[terjemahan]. Edisi ke-17. Jakarta: EGC; 2015.h.97-124.
4. Kanski, J.J., Bowling, B. Clinical ophthalmology: a systematic approach [e-book]. Edisi
ke-7. China: Elsevier Saunders; 2015.h.254-8.
5. Paul Riordan-Eva , John P.Whitcher. Vaughan & Asbury Oftalmologi umum, edisi 17.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2016
6. Greenberg, M.I. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan, jilid 1. Jakarta: Erlangga; 2008.
7. Morosidi S. A., Paliyama M.F., Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Ukrida; 2011.
8. Iiyas, H.S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2015.
9. Scott, I.U. Viral conjunctivitis. Edisi 23 Maret 2019. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall, 20 Maret 2015.
10. Viral Conjunctivitis – Symptoms, Duration, Causes and Treatment diunduh dari
http://www.conjunctivitis.co/viral-conjunctivitis-symptoms-duration-causes-and-
treatment.html , 24 Maret 2019.

16 | Fakultas Kedokteran UKRIDA – Blok 23 : Diagnosis & Tatalaksana Pasien Konjungtivitis Viral

Anda mungkin juga menyukai