Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ilmu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mengelolah untuk


menguasai jagad raya ini. Persoalan apa sebenarnya ilmu pengetahuan
(ontologi) telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum
idealis. Kaum materialis hanya mengenal ilmu pengetahuan yang bersifat
empiris. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk islam, ilmu
pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantara akal dan indera yang
bersifat empiris saja, tetapi ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu
ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagai Khaliq (pencipta)
pengetahuan tersebut.
Al-Qur’an di samping mengandung petunjuk-petunjuk dan tuntunan-
tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga mengandung
petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani manusia untuk mengolah dan
menyelidiki alam semesta.
Intuisi disebut juga makrifah yaitu pengetahuan yang datang dari
Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Istilah ini sering disebut
iluminasi.

Dalam teks-teks Islam Qur'an dan Sunnah- dijelaskan tentang sumber


dan alat pengetahuan: yaitu Indra, akal dan Hati. Sasaran pendidikan adalah
manusia sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat
manusia menjadi tugas pendidikan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah ilmu pengetahuan?
2. Apakah sumber ilmu pengetahuan?
3. Apa saja jenis-jenis ilmu dalam pandangan filsafat pendidikan
islam?

1
4. Bagaimana upaya pengembangan ilmu pengetahuan?

C. TUJUAN
Tujuan di buatnya makalah ini adalah untuk mengetahui pandangan
filsafat pendidikan islam terhadap ilmu pengetahuan. Yakni untuk
memahami apa itu ilmu pengetahuan baik menurut filsafat maupun dalam
pandangan Al-Qur’an, lalu memahamidari mana kah ilmu pengetahuan itu
berasal, jenis-jenis dari ilmu itu sendiri dan bagaimanakah usaha
pengembangannya dizaman sekarang.

2
BAB I

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU PENGETAHUAN

Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam bebrbagai bentuk terdapat


854 kali dalam Al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian
tujuan. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari
segi ontology, epistimologi maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap
sebagai ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
Amin Abdullah, Ali syaria'ati seorang intelektual muslim terkemuka
iran, menyebutkan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan manusia
tentang dunia fisik dan fenomenanya. Sidi Gazalba memberikan definisi
ilmu pengetahuan adalah hasil pengalaman manusia dengan sistem berfikir
bebas, sistematis dan radikal, bersetumpu atas hasil penelitian.1
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai
pengetahuan atau kepandaian, baik itu segala yang masuk jenis kebatinan
maupun yang berkenaan dengan keadaan alam akhir, pengetahuan mengenai
segala sesuatu sesudah hidup di dunia ini; Ilmu akhlak misalnya, berbicara
pengetahuan tentang tabiat manusia. Dalam bahasa Inggris , ilmu
pengetahuan adalah terjemahan dari kata science of language misalnya
diartikan ilmu pengetahuan.2
Dalam dictionary of modern written arabic, ilmu diartikan bermacam-
macam. Pertama, ilmu mencakup semua jenis atau macam pengetahuan,
baik pengetahuan yang bersifat eksakta, bahasa, fenomena alam, fenomena
sosial, sejarah, pengetahuan agama, pengetahuan tentang kehidupan ini dan
akhirat. Kedua, karena pengetahuan diperoleh melalui observasi, penelitian,
perenungan dan percobaan yang menggunakan segenap pemikiran manusia,
maka ilmu itu merupakan hasil usaha manusia, kecuali ilmu yang di berikan

1
H. darmadi, S.Ag, integrasi agama & ilmu pengetahuan, Yogyakarta, hlm: 16-18
2
Dr. h. abuddin nata, islam & ilmu pengetahuan, 2018, hlm 7

3
oleh Tuhan melalui Wahyu atau kitab sucinya. Ketiga, ilmu dapat berfungsi
sebagai informasi, pengakuan, argumentasi, dan tanggapan.3

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-ya’lamu-‘il), yang


berarti pengetahuan (al-ma’rifah), kemudian berkembang menjadi
pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang dipahami secara mendalam. Dari
asal kata ‘ilm ini selanjutnya di Indonesiakan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu
pengetahuan.’ Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan
mendalam hasil usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan
muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas persoalan-persoalan duniawī dan ukhrāwī
dengan bersumber kepada wahyu Allah.4
Karena itu, hubungan antara ilmu dan agama memperlihatkan relasi
yang harmonis, ilmu tumbuh dan berkembang berjalan seiring dengan
agama. Karena itu, dalam sejarah peradaban Islam, ulama hidup rukun
berdampingan dengan para ilmuwan. Bahkan banyak ditemukan para
ilmuwan dalam Islam sekaligus sebagai ulama.5

Selanjutnya dalam memahami pengertian ilmu ada tiga hal yang


penting, yaitu: (The Liang Gie 90) 6
1. Ilmu sebagai proses: yaitu sebagai aktivitas penelitian
Sebagai aktivitas pemikiran atau proses penelitian menyangkut
beberapa hal sebagai berikut:
a. Rasional; yaitu proses pemikiran yang berpegang pada kaidah-
kaidah logika
b. Kognitif: proses mengetahui dan memperoleh pengetahuan
c.Teleologis: mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan, melakukan penerapan dengan melalui
peramalan atau pengendalian. (The Liang Gie,108)

2. Ilmu sebagai prosedur: yaitu serangkaian metode ilmiah.

3
Ibid, hlm 8
4
M. Kosim, ilmu pengetahuan dalam islam perspektif filosofis-historis, 2008, hlm 122-123
5
Ibid, hlm 123
6
Ibid, hlm 125-126

4
Adapun ilmu pengetahuan memilki beberapa sifat:7

1. terbuka: ilmu terbuka bagi kritik, sanggahan atau revisi baru dalam
suatu dialog ilmiah sehingga menjadi dinamis.

2. milik umum, ilmu bukan milik individual tertentu termasuk para


penemu teori atau hukum. Semua orang bisa menguji kebenarannya,
memakai, dan menyebarkannya.

3. objektif: kebenaran ilmu sifatnya objektif. Kebenaran suatu teori,


paradigma atau aksioma harus didukung oleh fakta-fakta yang berupa
kenyataan. Ilmu dalam penyusunannya harus terpisah dengan subjek,
menerangkan sasaran perhatiannya sebagaimana apa adnya.

4. relatif: walaupun ilmu bersifat objektif, tetapi kebenaran yang


dihasilkan bersifat relative/tidakl mutlak termasuk kebenaran ilmu-
ilmu alam. Tidak ada kebenaran yang absolut yang tidak terbantahkan,
tidak ada kepastian kebenaran, yang ada hanya tingkat probabilitas
yang tinggi.

B. SUMBER8
Dalam filsafat ilmu dikenal sebuah istilah epistemology atau teori
ilmu pengetahuan yang didalamnya selalu membicarakan dua hal yakni :
apa itu pengetahuan? dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan?
Terkait dengan pertanyaan pertama, apa itu pengetahuan?,
epistemologi Islam menjawab bahwa pengetahuan ilmiah adalah segala
sesuatu yang bersumber dari alam fisik dan non-fisik. Dengan demikian
menjadi jelas bahwa sumber pengetahuan dalam Islam adalah alam fisik
yang bias diindra dan alam metafisik yang tidak bisa diindera (Tuhan,
malaikat, alam kubur, alam akhirat). Alam fisik dan alam non-fisik sama
bernilainya sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam Islam.

7
Ibid, hlm 126
8
Ibid, hlm 130

5
Hal ini sangat berbeda dengan epistemologi Barat yang hanya
mengakui alam fisik sebagai sumber ilmu pengetahuan. Oleh karenanya
sesuatu yang bersifat non-indrawi, non-fisik, dan metafisik tidak termasuk
ke dalam obyek yang dapat diketahui secara ilmiah.
Berkenaan dengan masalah epistemologi yang kedua, bagaimana
ilmu pengetahuan diperoleh? Terdapat perbedaan antara Islam dan Barat.
Dalam epistemologi Islam, ilmu pengetahuan bisa dicapai melalui tiga
elemen;
1. indra, indra untuk metode observasi (bayānī)
Dengan panca indra, manusia mampu menangkap obyek-obyek indrawi
melalui observasi, dengan menggunakan akal manusia dapat menangkap
obyek-obyek spiritual (ma’qūlāt) atau metafisik secara silogistik, yakni
menarik kesimpulan tentang hal-hal yang tidak diketahui dari hal-hal yang
telah diketahui. Dengan cara inilah akal manusia, melalui refleksi dan
penelitian terhadap alam semesta, dapat mengetahui Tuhan dan hal-hal gaib
lainnya.
2. akal, akal untuk metode logis atau demonstrative (burhānī),
3. hati untuk metode intuitif (‘irfānī).

Antara akal dan intuisi, meskipun sama-sama mampu menangkap


obyek-obyek spiritual, keduanya memiliki perbedaan fundamental secara
metodologis dalam menangkap obyek-obyek tersebut.
Konflik tersebut tercermin dalam dua aliran filsafat, yakni
Rasionalisme dan Empirisme. Rasionalisme yang dipelopori Rene Descartes
(1596-1650) berpandangan bahwa sumber pengetahuan yang dipandang
memenuhi syarat ilmiah adalah akal budi. Akal merupakan satu-satunya
sumber pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang diperoleh melalui akal
tidak mungkin salah. Sementara itu empirisme berpendapat bahwa sumber
satu-satunya pengetahuan manusia adalah pengalaman indrawi, yakni
pengalaman yang terjadi melalui dan berkat bantuan panca indra.
Dalam pandangan kaum empiris, panca indra memainkan peranan
penting dibanding akal budi karena; pertama, semua proposisi yang

6
diucapkan manusia merupakan hasil laporan dari pengalaman. Kedua,
manusia tidak memiliki konsep atau ide apapun tentang sesuatu kecuali
yang didasarkan pada apa yang diperoleh dari pengalaman. Ketiga, akal
budi hanya bisa berfungsi apabila memiliki acuan ke realitas atau
pengalaman.
Dalam teks-teks Islam -Qur'an dan Sunnah- dijelaskan tentang sumber

dan alat pengetahuan:

1. Indra dan akal

Allah swt. berfirman, "Dan Allah yang telah mengeluarkan kalian

dari perut ibu kalian, sementara kalian tidak mengetahui sesuatu pun, dan

(lalu) Ia meciptakan untuk kalian pendengaran, penglihatan dan hati ( atau

akal) agar kalian bersyukur ". (QS. al-Nahl: 78).

Islam tidak hanya menyebutkan pemberian Allah kepada manusia

berupa indra, tetapi juga menganjurkan kita agar menggunakannya,

misalnya dalam al-Qur'an Allah swt. berfirman, "Katakanlah, lihatlah

segala yang ada di langit-langit dan di bumi." (QS. Yunus: 101 ). Dan ayat-

ayat yang lainnya yang banyak sekali tentang anjuran untuk bertafakkur.

Qur'an juga dalam membuktikan keberadaan Allah dengan pendekatan alam

materi dan pendakatan akal yang murni seperti, "Seandainya di langit dan di

bumi ada banyak tuhan selain Allah, niscaya keduanya akan hancur." (QS.

al-Anbiya': 22). Ayat ini menggunakan pendekatan rasional yang biasa

disebut dalam logika Aristotelian dengan silogisme hipotesis.

Atau ayat lain yang berbunyi, "Allah memberi perumpamaan, seorang

yang yang diperebutkan oleh banyak tuan dengan seorang yang

7
menyerahkan dirinya kepada seorang saja, apakah keduanya Allah swt

berfirman sama ?" (QS. al-Zumar: 29)

2. Hati

"Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah,

niscaya Ia akan memberikan kepada kalian furqon." (QS. al-Anfal: 29)

Maksud ayat ini adalah bahwa Allah swt. akan memberikan cahaya yang

dengannya mereka dapat membedakan antara yang haq dengan yang batil.

Atau ayat yang berbunyi, "Dan bertakwalah kepada Allah maka Ia

akan mengajari kalian. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS.

al-Baqarah: 282). Dan ayat-ayat yang lainnya.

C. JENIS ILMU PENGETAHUAN

Ilmu pengetahuan dalam wajahnya yang sekarang ini telah melewati


sejararah panjang. Ilmu pengetahuan berkembang dari pengetahuan yang
sederhana ke pengetahuan yang lebih sempunra baik dari segi metode
mapun logika berpikir. Secara umum dilihat dari segi aras (taraf), terdapat
empat pengetahuan: (Abbas Hamami, 55- 56)
1. Pengetahuan pra ilmiah/pengetahuan biasa ( ordinary
knowledge/common sense knowledge)
Pengetahuan ini muncul karena kegiatan akal sehat manusia yang
ingin mengetahui sesuatu terhadap kejadian kejadian sehari-hari.
Pengetahuan ini diperoleh melalui persepsi dngan menggunakan panca
indera. Pengetahuan non ilmiah ialah pengetahuan yang diperoleh dengan
menggunakan cara-cara yang tidak termasuk dalam kategori metode ilmiah.
Secara umum pengetahuan non ilmiah ialah hasil pemahaman manusia
mengenai suatu objek tertentu yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

8
2. pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ini mempunyai rasa yang lebih tinggi dan sempurna dari
pada pengetahuan biasa. Pengetahuan biasa bisa menjadi pengetahuan
ilmiah dengan adanya syarat-syarat tertentu. Pengetahuan ilmiah ialah
segenap hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan
metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah suatu pengetahuan yang sudah
lebih sempurna karena telah mempunyai dan memenuhi syarat tertentu
dengan cara berpikir yang khas, yaitu metodologi ilmiah.

3. Pengetahuan Filsafat (Philosophical Knowledge)


Pengetahuan ini adalah pengetahuan yang membahas hal-hal yang
sifatnya dasar atau hakekat dari objek yang dipikirkannya. Pengetahuan
Noesis (filsafat) adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga
yang dicari adalah sebab-sebab yang paling hakiki. Pengetahuan yang
berminat mencapai pengetahuan kebanaran yang asli yang mengandung
ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika
atau pengetahuan yang objeknya adalah arche ialah prinsip utama yang
mencakup epistemo-logik dan metafisik, ontologi dan aksiologi.

4. Pengetahuan Keagamaan (Religious Knowledge)


Pengetahuan ini adalah pengetahuan proses terjadinya
mempergunakan keyakinan sebagai dasar pembenaran. Pengetahuaan ini
sifatnya dogmatic. Pengetahuan ini bersumber dari wahyu. Definisi
Pengetahuan agama adalah pengetahuan yang hanya diperoleh dari Tuhan
melalui para Nabi dan Rasul-Nya yang bersifat mutlak dan wajib diikuti
para pemeluknya. Menjadi tolak ukur kebenaran dalam suatu keyakinan dan
perpegang pada kitab yang dipegang para pememluknya.

Sementara itu pengetahuan menurut Soejono Soemargono yang


dikutip oleh Rizal Mustamsyir dipandang dari segi karakteristiknya dapat
dibedakan sebagai berikut: (Rizal Mustamsir, 25, 26)

9
Selain itu ada penggolongan lain tentang pengetahuan berdasarkan
sumbernya yaitu: pengetahuan wahyu, pengetahuan intuitif, pengetahuan
rasional, pengetahuan empiris, pengetahuan otoritas. (Fuad Ihsan, 92-96)

Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat


diperolehnya dengan melalui beberapa sumber.

1. Pengetahuan wahyu (revealed knowledge). Manusia memperoleh


pengetahuan dan kebenaran atas dasar wahyu yang diberikan Tuhan
kepada manusia. Tuhan telah member pengetahuan dan kebenaran kepada
manusia pilihannya, yang dapat dijadikan petunjuk bagi manusia dan
kehidupannya.Wahyu merupakan firman Tuhan. Kebenarannya adalah
mutlak dan abadi.
2. Pengetahuan intuitif (intuitive knowledge). Pengetahuan intuitif diperoleh
manusia dari dalam dirinya sendiri.Mengenai proses kerjanya , pribadi,
dan memiliki watak yang tidak komunikatif khusus memilikinya atau
tidak.
3. Pengetahuan rasional (rational knowledge). Pengetahuan rational
merupakan pengetahuan yang diperoleh dengan latihan ratio/akal semata,
tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwa-peristiwa faktual.
4. Pengetahuan empiris (empirical knowledge). Pengetahuan empiris
diperoleh atas bukti penginderaan, dengan penglihatan, pendengaran, dan
sentuhan indera-indera lainnya, sehingga memiliki konsep dunia di sekitar
kita.
5. Pengetahuan otoritas (authoritative knowledge). yaitu pengetahuan yang
dianut atas dasar kredibilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang dinggap

profesional dalam bidangnya.

Ilmu pengetahuan berbeda dengan pengetahuan (episteme). Ilmu


pengetahuan bisa berasal dari pengetahuan tetapi tidak semua pengetahuan
itu adalah ilmu. Ada beberapa syarat suatu pengetahuan dikategorikan

10
ilmu. Menurut I.R. Poedjowijatno ilmu pengetahuan memiliki beberapa
syarat: (Noor Ms Bakry, 4)
1. Berobjek: objek material sasaran/bahan kajian, objek formal yaitu sudut
pandang pendekatan suatu ilme terhadap objeknya
2. Bermetode, yaitu prosedur/cara tertentu suatu ilmu dalam usaha mencari
kebenaran
3. Sistematis, ilmu pengetahuan seringkali terdiri dari beberapa unsur tapi
tetap merupakan satu kesatuan. Ada hubungan, keterkaitan antara bagian
yang satu dengan bagian yang lain.
4. Universal, ilmu diasumsikan berlaku secara menyeluruh, tidak meliputi
tempat tertentu atau waktu tertentu. Ilmu diproyekasikan berlaku seluas-
luasnya.

D. USAHA PENGEMBANGANNYA

Gejala-gejala yang terdapat di alam semesta ditangkap oleh manusia


melalui panca indranya, bahkan ada yang menggunakan indra keenam
seperti intuisi. Segala yang ditangkap oleh indera-indera tersebut
dimasukkan ke dalam pikiran dan perasaan manusia. Dengan segala
keyakinan dan kepercayaannya ditarik kesimpulankesimpulan yang benar.
Kesimpulan yang benar merupakan pengetahuan (ilmu, seni, dan agama).
Upaya mendapatkan pengetahuan dapat dibedakan antara upaya yang
bersifat aktif dan pasif.
Upaya aktif yaitu upaya melalui penalaran pikiran dan perasaan,
sedangkan upaya pasif yaitu upaya melalui keyakinan dan kepercayaan
terhadap kebenaran sesuatu yang di beritakan (misalnya wahyu Tuhan
melalui Nabi,ataupun pengetahuan dan ilmu lainnya).
Baik secara aktif maupun pasif, keyakinan atau kepercayaan itu
memegang peran penting untuk menyatakan dan menerima kebenaran .
Bedanya, dalam upaya aktif orang harus yakin atau percaya terlebih dahulu,
sedangkan dalam upaya pasif tidak perlu yakin atau percaya terlebih dahulu.
Kesimpulan yang benar yang diperoleh melalui alur kerangka pikiran logis (
penalaran) adalah bersifat logis dananalitis; sedangkan yang diperoleh

11
melalui perasaan dan yang hanya melalui keyakinan atau kepercayaan
bersifat tidak logis dan tidak analitis dari hasil penalaran logis dan analitis
diperoleh pengetahuan yang disebut ilmu, sedangkan dari perasaan dan
keyakinan atau kepercayaan disebut pengetahuan seni dan agama.
Dari uraian tersebut dapatlah diketahui tentang kedudukan ilmu dalam
pengetahuan, dan perbedaan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya.
Keterangan lain menyatakan bahwa upaya aktif untuk memperoleh
pengetahuan
keilmuan ( pengetahuan ilmiah atau ilmu), tidak dilakukan dengan
semen-mena, melainkan menurut aturan-aturan atau metode-metode dan
teknik-teknik tertentu.
Upaya semacam ini disebut penyelidikan (inquiry) baik empirik
maupun non empirik. Secara empirik dapat dilakukan dengan penelitian (
research) atau dengan pemeriksaan (investigation), dimana keduaduanya
mempergunakan prinsip-prinsip observasi ( pengamatan).
Perkembangan ilmu tidak bisa dilepaskan dari rasa keingin tahuan
yang besar diiringi dengan usaha-usaha yangsungguh-sungguh melalui
penalaran, percobaan, penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi
sehingga menghasilkan penemuan-penemuan yang bermanfaat bagi suatu
generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi generasi selanjutnya untuk
mengoreksi,menyempurnakan, mengembangkan, dan menemukan
penemuan selanjutnya.

Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi pemacu bagi pesatnya


perkembangan ilmu yang melatar belakangi semakin cepatnya penemuan
dalam bidang teknologi yang kadang membuat sebagian orang terlena
karenanya sehingga tidak sadar bahwa sebagian ilmu yang disalah gunakan
bisa menjadi ancaman serius bagi kehidupan mereka.

Poin penting yang perlu dicatat di sini adalah pesatnya perkembangan


ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan moral-spiritual
manusianya, karena sebagaimana kita tahu, perkembangan ilmu
pengetahuan selain berdampak positif, ia juga berdampak negatif bagi

12
kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah semakin mempermudah
kehidupan manusia, sementara dampak negatifnya adalah semakin
mengancam kehidupan mereka. Oleh karena itu, agar tatanan kehidupan
manusia di dunia ini tetap lestari, maka perkembangan ilmu mesti diiringi
dengan pengembangan moral-spiritual manusia itu sendiri. Perkembangan
ilmu tanpa pengembangan moral-spiritual bisa menjadi ancaman bagi
kehidupan manusia seperti yang bisa kita rasakan akhir-akhir ini yang
berupa penyalah gunaan teknologi nuklir. Demikian pula pengembangan
moral-spiritual tanpa diiringi perkembangan ilmu bisa menjadikan sebagian
manusia kurang kreatif.9

9
Sri rahayu, ilmu dalam perspektif filsafat, hlm 100

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang sudah di sampaikan, bisa di ambil kesimpulan


bahwa pandangan filsafat pendidikan islam terhadap ilmu pengetahuan
meliputi :
1. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahaun yang jelas tentang sesuatu.
Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi, maupun
aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai ilmu walaupun orang
menyebutnya ilmu juga.
2. Perintah al-Qur'an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua
aspek:
a. Al-Qur'an menrusuh manusia menggunakan akal
b. Al-Qur'an menyuruh manusia meneliti alam semesta
3. Dalam filsafat ilmu cara mendapatkan ilmu dinamakan
epistimologi. Dalam epistimologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui dua
cara, Pertama melalui usaha manusia, Kedua yang diberikan oleh Allah
SWT.
4. Sumber utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah al-
Qur'an. Al-Qur'an adalah kebenaran yang langsung disampaikan Allah
kepada salah seorang hamba-Nya, yang dipilih-Nya, yang disebut Rasul
atau Nabi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995.


Darmadi, integrasi agama& ilmu pengetahuan, 2017, Yogyakarta, diandra kreatif
Nata, abuddin, islam & ilmu pengetahuan, 2018, Jakarta, kencana
Kosim, Muhammad, ilmu pengetahuan dalam perspektif filosofis-historis, 2008,
e-journal tadris volume 3 no.2
rahayu, sri, ilmu dalam perspektif filsafat, e-journal Humanika vol 2 no 2,
universitas diponogoro
muslih, Muhammad, pendidikan islam dalam perpsektif filsafat ilmu, jurnal studi
islamika vol 1 no 7, 2011

15

Anda mungkin juga menyukai