Anda di halaman 1dari 11

EKONOMI SYARIAH

DIBUAT OLEH :
MAULIDA LIZZAIDA HADINI 17.1.01.10677

FITRI DWI NUR ANNISYAH 17.1.01.10678

ALPHA HATI SHANIA 17.1.01.10679

ERMITA CINDY KRISMANDARI 17.1.01.10719

NANDA DWI KURNIAWAN 17.1.01.10720

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “EKONOMI SYARIAH” dapat selesai tepat pada waktunya. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada
karya tulis ini.

Harapan kami bahwa karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang Ekonomi Syariah. Kami menyadari bahwa
karya tulis ini masih jauh dari sempurna dengan keterbatasan yang kami miliki. Tegur sapa
dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan
karya tulis ini.

Surabaya, 01 Oktober 2017

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………ii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………….1

LATAR BELAKANG……………………………………………………………iii

RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………iv

TUJUAN……………………………………………………………………………v

MANFAAT………………………………………………………………………….vi

BAB 2 PEMBAHASAN ………………………………………………………………2

PENGERTIAN …………………………………………………………vii

MANFAAT ………………………………………………………………viii

PRINSIP……………………………………………………………………viiii

TUJUAN…………………………………………………………………….x

BAB 3 PENUTUPAN …………………………………………………………………….3

KESIMPULAN ……………………………………………………………xi
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Sesungguhnya ekonomi syariah adalah ekonomi islam yang bisa disebut
dengan aturan yang mencakup dalam sebuah al-quran dan setiap aturan yang di
terangkan dalam ekonomi syariah terdapat pada setiap ayat dan arti yang
terkandung dalam al quran dan ekonomi syariah ini juga mengajarkan sesuai
dengan yang diajarkan dalam islam seperti bank syariah menerapkan dalam islam
bahwa tidak ada potongan dalam apapun dan terdapat potongan yang seperti zakat
atau wakaf

B. RUMUSAN
1. Apa pengertian dari ekonomi syariah ?
2. Apakah tujuan dari ekonomi syariah ?
Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran
agama Islam, yaitu Al Qur'an dan Sunnah Nabi (P3EI, 2012:17).
Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri
(maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah)
melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan
falah yang ingin dicapai oleh Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun
makro, mencakup horizon waktu dunia atau pun akhirat (P3EI, 2012:54).

C. TUJUAN
1. Mengetahui dan paham apa sesungguhnya ekonomi Syariah
2. Memberikan dan menganalisis arti dalam ekonomi syariah
3. Menerapkan konsep syariah yang sangat mudah untuk dimengerti

D. MANFAAT
1. Mengerti dan mengusai dalam konsep ekonomi syariah
2. Mengetahui dalam pengertian,tujuan,prinsip, manfaat
3. Memahami dan mengusai dalam konsep ekonomi syariah
BAB II

Pengertian Ekonomi Syariah

Ekonomi Syariah adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berupaya untuk
memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-permasalahan
ekonomi dengan cara-cara Islam, yaitu berdasarkan atas ajaran agama Islam, yaitu Al
Qur'an dan Sunnah Nabi (P3EI, 2012:17).

Ekonomi syariah memiliki dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem ekonomi
syariah yaitu Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah, hukum-hukum yang diambil dari kedua
landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak dapat berubah
kapanpun dan dimana saja).

Berikut ini beberapa pengertian Ekonomi Syariah dari beberapa sumber buku:

Menurut Monzer Kahf dalam bukunya The Islamic Economy menjelaskan bahwa
ekonomi Islam adalah bagian dari ilmu ekonomi yang bersifat interdisipliner dalam arti
kajian ekonomi syariah tidak dapat berdiri sendiri, tetapi perlu penguasaan yang baik dan
mendalam terhadap ilmu-ilmu syariah dan ilmu-ilmu pendukungnya juga terhadap ilmu-
ilmu yang berfungsi sebagai tool of analysis seperti matematika, statistik, logika dan
ushul fiqih (Rianto dan Amalia, 2010:7).

M.A. Mannan mendefinisikan ilmu ekonomi syariah sebagai suatu ilmu pengetahuan
sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai
islam (Mannan, 1992:15).

Definisi ekonomi syariah berdasarkan pendapat Muhammad Abdullah Al-Arabi


(1980:11), Ekonomi Syariah merupakan sekumpulan dasar-dasar umum ekonomi yang
kita simpulkan dari Al Qur'an dan As-sunnah, dan merupakan bangunan perekonomian
yang kita dirikan di atas landasan dasar-dasar tersebut sesuai dengan tiap lingkungan dan
masa.
Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam

Sistim keuangan dan perbankan Islam adalah merupakan bagian dari konsep yang
lebih luas tentang ekonomi Islam, yang tujuannya, sebagaimana dianjurkan oleh para
ulama, adalah memperkenalkan sistim nilai dan etika Islam ke dalam lingkungan ekonomi.
Karena dasar etika ini maka keuangan dan perbankan Islam bagi kebanyakan muslim
adalah bukan sekedar sistem transaksi komersial. Persepsi Islam dalam transaksi finansial
itu dipandang oleh banyak kalangan muslim sebagai kewajiban agamis. Kemampuan
lembaga keuangan Islam menarik investor dengan sukses bukan hanya tergantung pada
tingkat kemampuan lembaga itu menghasilkan keuntungan, tetapi juga pada persepsi
bahwa lembaga tersebut secara sungguh-sungguh memperhatikan restriksi-restriksi agamis
yang digariskan oleh Islam.

Islam berbeda dengan agama-agama lainnya, karena agama lain tidak dilandasi dengan
postulat iman dan ibadah. Dalam kehidupan sehari-hari, Islam dapat diterjemahkan ke
dalam teori dan juga diinterpretasikan ke dalam praktek tentang bagaimana seseorang
berhubungan dengan orang lain. Dalam ajaran Islam, perilaku individu dan masyarakat
diarahkan ke arah bagaimana cara pemenuhan kebutuhan mereka dilaksanakan dan
bagaimana menggunakan sumber daya yang ada. Hal ini menjadi subyek yang dipelajari
dalam Ekonomi Islam sehingga implikasi ekonomi yang dapat ditarik dari ajaran Islam
berbeda dengan ekonomi tradisional. Oleh sebab itu, dalam Ekonomi Islam, hanya
pemeluk Islam yang berimanlah yang dapat mewakili satuan ekonomi Islam.
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam itu secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Dalam Ekonomi Islam, berbagai jenis sumber daya dipandang sebagai pemberian atau
titipan Tuhan kepada manusia. Manusia harus memanfaatkannya seefisien dan seoptimal
mungkin dalam produksi guna memenuhi kesejahteraan secara bersama di dunia yaitu
untuk diri sendiri dan untuk orang lain. Namun yang terpenting adalah bahwa kegiatan
tersebut akan dipertanggung-jawabkannya di akhirat nanti.
2. Islam mengakui kepemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu, termasuk kepemilikan
alat produksi dan faktor produksi. Pertama, kepemilikan individu dibatasi oleh
kepentingan masyarakat, dan Kedua, Islam menolak setiap pendapatan yang diperoleh
secara tidak sah, apalagi usaha yang menghancurkan masyarakat.
3. Kekuatan penggerak utama Ekonomi Islam adalah kerjasama. Seorang muslim, apakah
ia sebagai pembeli, penjual, penerima upah, pembuat keuntungan dan sebagainya, harus
berpegang pada tuntunan Allah SWT dalam Al Qur’an: ‘Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan jalan batil, kecuali dengan
perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kamu…’ (QS 4 : 29).
4. Pemilikan kekayaan pribadi harus berperan sebagai kapital produktif yang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Al
Qur’an mengungkap kan bahwa, ‘Apa yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya sebagai
harta rampasan dari penduduk negeri-negeri itu, adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang dalam perjalanan, supaya
harta itu jangan hanya beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu…’ (QS
57:7). Oleh karena itu, Sistem Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan
yang N dikuasai oleh beberapa orang saja. Konsep ini berlawanan dengan Sistem
Ekonomi Kapitalis, dimana kepemilikan industri didominasi oleh monopoli dan oligopoli,
tidak terkecuali industri yang merupakan kepentingan umum.
5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk
kepentingan orang banyak. Prinsip ini didasari Sunnah Rasulullah yang menyatakan
bahwa, “Masyarakat punya hak yang sama atas air, padang rumput dan api” (Al Hadits).
Sunnah Rasulullah tersebut menghendaki semua industri ekstraktif yang ada
hubungannya dengan produksi air, bahan tambang, bahkan bahan makanan harus dikelola
oleh negara. Demikian juga berbagai macam bahan bakar untuk keperluan dalam negeri
dan industri tidak boleh dikuasai oleh individu.
6. Orang muslim harus takut kepada Allah dan hari akhirat, seperti diuraikan dalam Al
Qur’an sebagai berikut: ‘Dan takutlah pada hari sewaktu kamu dikembalikan kepada
Allah, kemudian masing-masing diberikan balasan dengan sempurna usahanya. Dan
mereka tidak teraniaya…’ (QS 2:281). Oleh karena itu Islam mencela keuntungan yang
berlebihan, perdagangan yang tidak jujur, perlakuan yang tidak adil, dan semua bentuk
diskriminasi dan penindasan.
7. Seorang muslim yang kekayaannya melebihi tingkat tertentu (Nisab) diwajibkan
membayar zakat. Zakat merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya (sebagai
sanksi atas penguasaan harta tersebut), yang ditujukan untuk orang miskin dan orang-
orang yang membutuhkan. Menurut pendapat para alim-ulama, zakat dikenakan 2,5% ‘
“(dua setengah persen) untuk semua kekayaan yang tidak produktif (Idle Assets),
termasuk di dalamnya adalah uang kas, deposito, emas, perak dan permata, pendapatan
bersih dari transaksi (Net Earning from Transaction), dan 10% (sepuluh persen) dari
pendapatan bersih investasi.
8. Islam melarang setiap pembayaran bunga (Riba) atas berbagai bentuk pinjaman, apakah
pinjaman itu berasal dari teman, perusahaan perorangan, pemerintah ataupun institusi
lainnya. Al Qur’an secara bertahap namun jelas dan tegas memperingatkan kita tentang
bunga. Hal ini dapat dilihat dari turunnya ayat-ayat Al Qur’an secara berturut-turut dari
QS 39:39, QS 4:160-161, QS 3:130-131 dan QS 2:275-281.

Tujuan Ekonomi Syariah

Tujuan Ekonomi Syariah selaras dengan tujuan dari syariat Islam itu sendiri (maqashid
asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata
kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah). Tujuan falah yang ingin dicapai
oleh Ekonomi Syariah meliputi aspek mikro ataupun makro, mencakup horizon waktu
dunia atau pun akhirat (P3EI, 2012:54).
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga
sasaran hukum Islam yang menunjukkan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu (Rahman, 1995:84):

Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan
lingkungannya.

Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup aspek


kehidupan di bidang hukum dan muamalah.

Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa


maslahah yang menjad puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar, yaitu:
keselamatan keyakinan agama (al din), kesalamatan jiwa (al nafs), keselamatan akal (al
aql), keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl) dan keselamatan harta benda (al mal).

Manfaat Ekonomi Syariah

Apabila mengamalkan ekonomi syariah akan mendatangkan manfaat yang besar bagi
umat muslim dengan sendirinya, yaitu:

Mewujudkan integritas seorang muslim yang kaffah, sehingga islam-nya tidak lagi
setengah-setengah. Apabila ditemukan ada umat muslim yang masih bergelut dan
mengamalkan ekonomi konvensional, menunjukkan bahwa keislamannya belum kaffah.

Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan islam, baik
berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan
mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia diperoleh melalui bagi
hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah terbebas dari unsur riba
yang diharamkan oleh Allah.

Praktik ekonomi berdasarkan syariat islam mengandung nilai ibadah, karena telah
mengamalkan syariat Allah.

Mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan syariah, berarti mendukung


kemajuan lembaga ekonomi umat Islam.
Mengamalkan ekonomi syariah dengan membuka tabungan, deposito atau menjadi
nasabah asuransi syariah berarti mendukung upaya pemberdayaan ekonomi umat. Sebab
dana yang terkumpul akan dihimpun dan disalurkan melalui sektor perdagangan riil.

Mengamalkan ekonomi syariah berarti ikut mendukung gerakan amar ma'ruf nahi
munkar. Sebab dana yang terkumpul pada lembaga keuangan syariah hanya boleh
disalurkan kepada usaha-usaha dan proyek yang halal.

PONTENSI EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

Organisasi masyarakat di bidang ekonomi syariah, Masyarakat Ekonomi Syariah


(MES) menilai pada 2015 ekonomi syariah akan tumbuh lebih baik daripada tahun ini.
Hal ini menyesuaikan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi secara nasional yang juga
diperkirakan akan membaik di sekitar 5,5%. Beberapa perkiraan industri terkait ekonomi
syariah seperti perbankan syariah dan asuransi syariah mendukungnya. Pertumbuhan
perbankan syariah yang diperkirakan akan mencapai pangsa pasarnya antara 5-6%.
Industri asuransi syariah Indonesia yang kini memegang posisi keempat dunia akan
tumbuh sebesar 20% pada 2015. Menurut MES (Masyarakat ekonomi Syariah)
pertumbuhan ekonomi Syariah pada tahun 2015 akan lebih baik

CIRI KHAS EKONOMI SYARIAH

Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur'an, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan-alasan yang sangat tepat, Al Qur'an dan Sunnah banyak
sekali membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai
produsen, konsumen dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi.
Sebagaimana diungkapkan dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Selain itu, ekonomi
syariah menekankan empat sifat, antara lain:

1. Kesatuan (unity)
2. Keseimbangan (equilibrium)
3. Kebebasan (free will)
4. Tanggung jawab (responsibility)

Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik,
karena semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia
adalah kepercayaan-Nya di bumi. Di dalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam
sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi bahasa berarti "kelebihan". Dalam Al
Qur'an surat Al Baqarah ayat 27 disebutkan bahwa ”Orang-orang yang makan
(mengambil)riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”

Penerapan Ekonomi Syariah

Perkembangan sistem finansial syariah yang pesat boleh jadi mendapat tambahan
dorongan sebagai alternatif atas kapitalisme, dengan berlangsungnya krisis perbankan dan
kehancuran pasar kredit saat ini, demikian menurut pendapat para akademisi Islam dan
ulama. Dengan nilai 300 miliar dolar dan pertumbuhan sebesar 15 persen per tahun,
sistem ekonomi Islam itu melarang penarikan atau pemberian bunga yang disebut riba.
Sebagai gantinya, sistem finansial syariah menerapkan pembagian keuntungan dan
pemilikan bersama.
Kehancuran ekonomi global memperlihatkan perlunya dilakukan perombakan radikal
dan struktural dalam sistem finansial global. Sistem yang didasarkan pada prinsip Islam
menawarkan alternatif yang dapat mengurangi berbagai risiko. Bank-bank Islam tak
membeli kredit, tetapi mengelola aset nyata yang memberikan perlindungan dari berbagai
kesulitan yang kini dialami bank-bank Eropa dan AS.
Dalam kehidupan ekonomi Islam, setiap transaksi perdagangan harus dijauhkan dari
unsur-unsur spekulatif, riba, gharar, majhul, dharar, mengandung penipuan, dan yang
sejenisnya. Unsur-unsur tersebut diatas, sebagian besarnya tergolong aktifitas-aktifitas
non real. Sebagian lainnya mengandung ketidakjelasan pemilikan. Sisanya mengandung
kemungkinan munculnya perselisihan. Islam telah meletakkan transaksi antar dua pihak
sebagai sesuatu yang menguntungkan keduanya; memperoleh manfaat yang real dengan
memberikan kompensasi yang juga bersifat real. Transaksinya bersifat jelas, transparan,
dan bermanfaat. Karena itu, dalam transaksi perdagangan dan keuangan, apapun
bentuknya, aspek-aspek non real dicela dan dicampakkan. Sedangkan sektor real
memperoleh dorongan, perlindungan, dan pujian. Hal itu tampak dalam instrumen-
instumen ekonomi berikut:
1. Islam telah menjadikan standar mata uang berbasis pada sistem dua logam, yaitu
emas dan perak. Sejak masa pemerintahan Khalifah Abdul Malik ibn Marwan,
mata uang Islam telah dicetak dan diterbitkan (tahun 77 H). Artinya, nilai nominal
yang tercantum pada mata uang benar-benar dijamin secara real dengan zat uang
tersebut.
2. Islam telah mengharamkan aktifitas riba, apapun jenisnya; melaknat/mencela para
pelakunya. Allah SWT berfirman: “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah
kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kalian orang-
orang yang beriman” QS Al Baqarah 278. Berdasarkan hal ini, transaksi riba yang
tampak dalam sistem keuangan dan perbankan konvensional (dengan adanya
bunga bank), seluruhnya diharamkan secara pasti; termasuk transaksi-transaksi
derivative yang biasa terjadi di pasar-pasar uang maupun pasar-pasar bursa.
Penggelembungan harga saham maupun uang adalah tindakan riba.
3. Transaksi spekulatif, kotor, dan menjijikkan, nyata-nyata diharamkan oleh Allah
SWT, sebagaimana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
minum khamr, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan
anak panah adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan” (QS Al maidah
90).
4. Transaksi perdagangan maupun keuangan yang mengandung dharar/bahaya
(kemadaratan), baik bagi individu maupun bagi masyarakat, harus dihentikan dan
dibuang jauh-jauh.
5. Islam melarangAl- Ghasy, yaitu transaksi yang mengandung penipuan,
pengkhianatan, rekayasa, dan manipulasi.
6. Islam melarang transaksi perdagangan maupun keuangan yang belum memenuhi
syarat-syarat keuangan yang belum sempurnanya kepemilikan seperti yang biasa
dilakukan dalam future trading.
7. Seluruh jenis transaksi yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya ini
tergolong ke dalam transaksi-transaksi non real atau dzalim yang dapat
mengakibatkan dharar/bahaya bagi masyarakat dan negara, memunculkan high
cost dalam ekonomi, serta bermuara pada bencana dan kesengasaraan pada umat
manusia. Sifat-sifat tersebut melekat dalam sistem ekonomi kapitalis dengan
berbagai jenis transaksinya. Konsekuensi bagi negara dan masyarakat yang
menganut atau tunduk dan membebek pada sistem ekonomi kapitalis yang
dipaksakan oleh negara-negara Barat adalah kehancuran ekonomi dan
kesengsaraan hidup.

BAB 3
KESIMPULAN

Bahwa ekonomi syariah tersebut memiliki arti yaitu suatu cabang ilmu pengetahuan yang
berupaya untuk memandang, menganalisis, dan akhirnya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan ekonomi dengan cara-cara Islam, tanpa melakukan riba, spekulatif, gharar,
majhul, dharar, mengandung penipuan, serta tidak mengeksploitasi pekerja demi
keuntungan pribadi/pengusaha dan yang sejenisnya. Ada 2 hal pokok yang menjadi
landasan hokum system ekonomi Syariah yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah,
hukumyang diambil dari landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap.

Ekonomi merupakan hasrat manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan di dunia dan
akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayyibah).
Menerapkan dan mengamalkan ekonomi syariah melalui lembaga keuangan islam, baik
berupa bank, asuransi, pegadaian, maupun BMT (Baitul Maal wat Tamwil) akan
mendapatkan keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia diperoleh melalui bagi
hasil yang diperoleh, sedangkan keuntungan di akhirat adalah terbebas dari unsur riba
yang diharamkan oleh Allah.

Anda mungkin juga menyukai