Anda di halaman 1dari 15

Ketentuan Umum

Pemungutan Pajak
Mega Arisia Dewi,SE.,MSA
Yurisdiksi Pemungutan Pajak
 Negara, dalam melakukan pemungutan pajak, terikat pada yurisdiksi dari Negara yang
bersangkutan. Yurisdiksi adalah batas kewenangan yang dapat dilakukan oleh suatu
Negara dalam memungut pajak terhadap warga negaranya, agar pemungutannya tidak
menjadi berulang-ulang yang bisa memberatkan orang yang dikenakan pajak.
 Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas-asas
pemungutan pajak, sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith yang menyatakan
bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada asas-asas berikut :
Pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan
Equality
kemampuan membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. WP harus
Certainty
mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan
harus dibayar, serta batas waktu pembayarannya.
Kapan WP itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat
Convenience
yang tidak menyulitkan WP.
Biaya Pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi WP
Economy diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang
ditanggung WP
Yurisdiksi Pemungutan Pajak
 Asas pemungutan pajak dapat pula dibagi dalam beberapa asas, sebagai berikut :
1. Asas Menurut Falsafah Hukum
Hukum pajak harus mendasarkan pada keadilan, dimana memunculkan beberapa teori
mendasar seperti Teori Asuransi, Teori Kepentingan, Teori Gaya Pikul, Teori Bakti dan
Teori Asas Daya Beli.
2. Asas Yuridis
Pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang. Landasan Hukum
pemungutan pajak di Indonesia adalah Pasal 23A Amandemen UUD 1945.
3. Asas Pemungutan Pajak lainnya
Tiga asas untuk memungut pajak dalam Pajak Penghasilan sebagai berikut :
a. Asas Tempat Tinggal
Negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan WP berdasarkan
tempat tinggal WP
b. Asas Kebangsaan
Pengenan pajak dihubungkan dengan suatu negara, asas ini diberlakukan kepada setiap
orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.
c. Asas Sumber
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada
suatu negara yang memungut pajak dimana WP menerima/memperoleh penghasilan
dari Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal WP.
Stelsel Pemungutan Pajak
Stelsel Pajak
Suatu sistem yang digunakan untuk memperhitungkan pajak yang harus kita bayarkan.
Stelsel nyata (riel stelsel)
1.
 Pengenaan pajak didasarkan pada objek / penghasilan yang sesungguhnya diperoleh,
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
 Kelebihan : pajak yang dikenakan lebih realistis
 Kelemahan : pajak baru dapat dikenakan pada akhir periode (setelah penghasilan riil
diketahui)

2.Stelsel anggapan (fictive stelsel)


▪ Pengenaan pajak didasarkan pada anggapan yang diatur undang-undang, sehingga
pajak sudah dapat dikenakan pada awal tahun pajak. Dimana, penghasilan tahun
berjalan dianggap sama dengan penghasilan tahun sebelumnya.
▪ Kelebihan : pajak yang dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu akhir
tahun
▪ Kelemahan : pajak yang dibayar tidak berdasarkan pada keadaan uanh sesungguhnya.
Stelsel Pemungutan Pajak
3. Stelsel Campuran
Pada awal tahun pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan, kemudian
pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya
Bila besarnya pajak riel > pajak fictive maka WP harus menambah
Bila besarnya pajak riel < pajak fictive maka WP bisa meminta kembali
kelebihannya.
PenggolonganJenis Pajak
Pembagian pajak Pembedaan pajak
- Pajak langsung
Pajak yang harus ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan pembebanannya tidak
dapat dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh: PBB, Pajak Penghasilan (PPh)
Golongan - Pajak tidak langsung
Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Bea Balik Nama (BBN)
- Pajak subyektif
Pajak yang berdasarkan pada subjeknya dan selanjutnya dicari syarat objektifnya
(memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak). Contoh : Pajak Penghasilan
Sifat - Pajak Obyektif
Pajak yang berdasarkan objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai

- Pajak pusat
Pajak yang dipungut langsung oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
Lembaga Pemungutnya Contoh: PPh, PPN, PPNBM.
- Pajak daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga daerah.
Contoh: Pajak Provinsi (Pajak kendaraan bermotor, pajak air permukaan); Pajak
Kabupaten/Kota (Pajak reklame, restoran, hotel, hiburan).
Sistem Pemungutan Pajak
1. Official Assessment System
 Sistem yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus/aparatur perpajakan) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang.
 Ciri – Cirinya :
a.Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b.WP bersifat pasif
c.Utang Pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus

2. Self Assessment System


 Sistem yang memberi wewenang, kepercayaan & tanggung jawab kepada wajib pajak
untuk menghitung, memperhitungkan, menyetorkan & melaporkan sendiri pajak yang
harus di bayar.
 Ciri – Cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada WP sendiri
b. WP bersifat aktif
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
Sistem Pemungutan Pajak
3. Withholding System
 Sistem yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memungut
atau memotong pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri – Cirinya : Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada
pada pihak ketiga
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Ada 2 ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak sbb:
1. Ajaran Formil
a) Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat
ketetapan pajak oleh fiskus.
b) Diterapkan pada Official Assessment System

2. Ajaran Materiil
a) Utang pajak timbul karena berlakunya Undang- Undang,
dimana seseorang dikenakan pajak karena suatu
keadaan dan perbuatan.
b) Diterapkan pada Self Assessment System
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Adapun hapusnya utang pajak disebabkan oleh hal-hal sbb:
1. Pembayaran
Utang pajak yang melekat pada WP akan dihapus karena pembayaran pajak yang
dilakukan ke kas negara.

2. Kompensasi
Keputusan yang ditujukan kepada kompensasi utang pajak dengan tagihan seseorang
diluar pajak tidak diperkenankan.
Kompensasi terjadi apabila WP mempunyai tagihan berupa kelebihan pembayaran pajak
dimana kelebihan pajak yang diterima sebelumnya dikompensasikan dengan pajak
lainnya yang terutang.

3. Daluwarsa
Hak untuk melakukan penagihan pajak, daluawarsa telah lampau waktu 10 tahun
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak yang bersangkutan
sehingga dapat memberikan kepastian hukum kapan utang pajak tidak dapat ditagih lagi
Daluwarsa penagihan pajak tertangguhkan antara lain dapat terjadi apabila diterbitkan
Surat Teguran dan Surat Paksa
Timbul dan Hapusnya Utang Pajak
Adapun hapusnya utang pajak disebabkan oleh hal-hal sbb:
4. Pembebasan
Utang pajak tidak berakhir dalam arti yang semestinya, tetapi karena
ditiadakan.
Pembebasan umumnya tidak diberikan terhadap pokok pajaknya, tetapi
terhadap sanksi administrasi.

5. Penghapusan
Penghapusan utang pajak sama sifatnya dengan pembebasan, tetapi
diberikannya karena keadaan WP, misalnya : keadaan keuangan WP
Tarif Pajak
Adalah tarif untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak
yang harus dibayar) yang besarannya dinyatakan dalam
persentase.

Dalam PPh tarifnya dapat dibedakan sbb :


1. Tarif Marginal
Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar
pengenaan pajak.
2. Tarif Efektif
Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan
atas dasar pengenaan pajak tertentu
Tarif Pajak
 Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase sbb :
1. Tarif Pajak Proporsional / Sebanding
Tarif pajak berupa % tetap terhadap jumlah berapapun yang menjadi dasar pengenaan
pajak. Contoh :pengenaan PPN sebesar 10% atas penyerahan barang kena pajak.

2. Tarif Pajak Progresif


Tarif Pajak yang % menjadi lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya
semakin besar. Contoh : tarif PPh yang berlaku di Indonesia untuk WPOP
Ketentuan Tarif PPh
Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
Di atas Rp50.000.000 sampai Rp250.000.000 15 %
Di atas Rp250.000.000 sampai Rp500.000.000 25 %
Di atas Rp500.000.000 30 %

Menurut kenaikan persentase tarifnya, dibagi sbb:


1.Tarif Progresif progresif : kenaikan % semakin besar
2.Tarif Progresif tetap : kenaikan % tetap
3.Tarif Progresif degresif : kenaikan % semakin kecil
Tarif Pajak
 Struktur tarif yang berhubungan dengan pola persentase sbb :
3. Tarif Pajak Degresif
Persentase tarif pajak yang semakin menurun apabila jumlah
yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi semakin besar

4. Tarif Pajak Tetap


 Tarif berupa jumlah yang tetap (sama besarnya ) terhadap
berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang adalah tetap.
 Contoh : Tarif bea materai.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai