Anda di halaman 1dari 14

Pasal 4 ayat 2 Undang-undang pajak penghasilan menyebutkan,

bahwa :”Atas penghasilan berupa bunga deposito, dan tabungan lainya,


penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainya di bursa efek, penghasilan
dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu
lainya, pengenaan pajaknya diatur dengan peraturan pemerintah”.

A. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Deposito Dan Tabungan,


Dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga deposito dan
tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di atur dengan peraturan
pemerintah No. 131 tahun 2000. Menurut PP No 131 tahun 2000, atas penghasilan
berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang
diterima oleh wajib pajak dalam negeri dan BUT dikenakan Pajak Penghasilan yang
bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto.

PPh (final) = 20% X Bruto

1. PPh atas bunga deposito


Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada
waktu tertentu berdasarkan perjanjian Nasabah Penyimpan dengan bank.
Contoh :
Pada tanggal 1 Januari 2008 Tuan Budi menyimpan uang di Bank Mandiri
berbentuk deposito sebesar Rp. 100.000.000 dengan tingkat suku bunga 12 % per
tahun, kesepakatan penarikan antara Tuan Budi dan pihak bank yaitu 1 tahun yaitu
pada 1 Januari 2009, sehingga menerima bunga setiap bulan sebesar Rp. 1.000.000.
Atas bunga sebesar Rp. 1.000.000 dipotong PPh Pasal 4 (2) sebesar :
Rp. 1.000.000 X 20 % = Rp. 200.000
Uang yang diterima tuan budi dari bunga deposito per bulan sebesar :
Rp. 1.000.000 – Rp. 200.000 = Rp. 800.000

2. PPh atas bunga tabungan


Bapak Budi pempunyai tabungan di Bank Mandiri. Sehingga Bapak Budi
memperoleh bunga atas tabungan total sebesar Rp. 30.000.000 per bulan. Pajak
yang dikenakan atas penghasilan berupa bunga tersebut yaitu :
20% X Rp. 30.000.000,00 = Rp. 6.000.000,00
3. PPh atas Diskonto Sertifikat Bank Indonesia
Diskonto adalah Jumlah selisih kurang antara nilai kini kewajiban (present
value) dengan nilai jatuh tempo kewajiban (maturity value) karena tingkat bunga
nominal lebih rendah dari tingkat bunga efektif.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan
oleh Bank Indonesia . SBI merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh
Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk melakukan operasi pasar terbuka. Bank
Indonesia mengeluarkan SBI untuk menyerap kelebihan uang yang beredar.
Penghasilan berupa imbalan atau penghasilan sejenis lainnya dengan nama
dan dalam bentuk apapun dari Sertifikat Bank Indonesia dan Sertifikat Bank
Indonesia Syariah.
Contoh :
Tahun 2011 Tuan Budi membeli surat berharga yang dikeluarkan Bank Indonesia
senilai Rp 20.000.000, kemudian pada tahun 2013 dijual kepada Tuan Amin senilai
Rp. 22.000.000. Maka Tuan budi mendapat bruto sebesar Rp. 2.000.000,00
tersebut.
20% x Rp. 2.000.000 = Rp. 400.000
Sedangkan wajib pajak luar negeri selain Bentuk Usaha Tetap, biasanya PPh
yang dipotong adalah 20% dari jumlah bruto atau tarif berdasarkan perjanjian
penghindaran Pajak Berganda yang berlaku.
Potongan PPh ini tidak dilakukan terhadap :
1. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.
2. Bunga deposito dan tabungan serta Sertifikat bank Indonesia, sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi
Rp. 7.500.000,00 dan bukan merupakan jumlah yang pecah-pecah.
3. Bunga deposito dan tabungan, serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
dana pensiun yang pendirianya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
4. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintan dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana,atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
Catatan :
Bagi wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang seluruh penghasilanya (termasuk
bunga dan diskonto) dalam satu tahun pajak tidak melebihi Panghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP), atas pajak yang telah dipotong dapat diajukan permohonan restitusi.
B. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Atau Diskonto Obligasi
Yang Dijual Di Bursa Efek
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto
obligasi yang dijual di bursa efek diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 6
Tahun 2002. Menurut PP No. 6 tahun 2002, atas penghasilan yang diterima wajib
pajak berupa bunga dan diskonto obligasi yang diperdagangkan dan atau dilaporkan
di bursa efek dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya pajak
penghasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Atas bunga obligasi dengan kupon (interest bearing bond) sebesar :
a. 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT (Bentuk Usaha
Tetap), BUT adalah bentuk usaha Tidak kurang dari 183 (seratus delapan
puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.
b. 20% atau tarif sesuai dengan ketentuan persetujuan penghindaran pajak
berganda (P3B) yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di
luar negri. Perjanjian penghindaran pajak berganda antara dua negara
bilateral yang mengatur mengenai pembagian hak pemajakan atas
penghasilan yang diperoleh atau
diterima oleh penduduk dari salah satu atau kedua negara pihak pada
persetujuan (both contracting states).
Dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan (holding period)
obligasi.
2. Atas diskonto obligasi dengan kupon sebesar :
a. 20% atau tarif sesuai ketentuan persetujuan penghindaran pajak berganda
(P3B) yang berlaku, bagi wajib pajak penduduk/berkedudukan di luar
negeri
b. 20% atau tarif sesuai ketentuan Penghindaraan Pajak Berganda (P3B) yang
berlaku bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan diluar negeri.
Dari selisih harga jual obligasi atau nilai nominal di atas harga perolehan
obligasi, tidak termasuk bunga berjalan.
3. Atas diskonto obligasi tanpa bunga (zero coupon bond) sebesar:
a. 20% bagi wajib pajak dalam negeri dan BUT (Bentuk Usaha Tetap)
b. 20% atau tariff sesuai dengan ketentuan persetujuan perhindaran pajak
berganda yang berlaku bagi wajib pajak penduduk/berkendudukan di luar
negeri.
Dari selisih harga jual atau nilai nominal diatas harga perolehan obligasi.

PPh (final) = 20% X Bruto


Diperbarui :
1. Bunga Obligasi dengan kupon, tarif untuk WPDN/BUT 15%, WPLN 20%
dari bruto
2. Diskonto obligasi dengan kupon, tarif untuk WPDN/BUT 15%, WPLN
20% dari selisih harga jual
3. Diskonto obligasi tanpa bunga, tarif untuk WPDN/BUT 15%, WPLN 20%
dari selisih harga jual
4. Bunga/diskonto diterima reksadana, tahun 2009-2010 = 0% (bebas), tahun
2011-2013 = 5%, mulai 2014 =15%. Reksadana adalah wadah dan pola
pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi
dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar modal baik
berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya.

Contoh untuk Bunga Obligasi dengan kupon :


PT Sukses pada 1 Juli 2002, menerbitkan obligasi dengan kupon yang jangka
waktunya 5 tahun. Nilai nominal Rp. 10.000.000,- Bunga tetap 12 % per tahun,
jatuh tempo bunga 31 Desember.
Saat penerbitan perdana, PT STAN (investor) membeli 10 lembar obligasi.
Penghitungan bunga dan PPh final yang terutang oleh PT STAN pada saat jatuh
tempo bunga 1 tahun adalah :
Bunga = (12% X Rp 10.000.000) X 10lembar X 5thn = Rp. 60.000.000
PPh Final = 20% X Rp. 60.000.000 = Rp. 12.000.000 (dipotong oleh emiten atau
kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayar)
Catatan:
Atas bunga atau diskonto obligasi yang diterima atau diperoleh wajib pajak:
1. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia
2. Dana pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan
3. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
selama 5 tahun pertama sejak pendirian atau pemberian izin usaha
Tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.

C. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Sewa Tanah Dan/Atau Bangunan


Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa sewa tanah dan atau
bangunan diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 2002.Menurut ketentuan
tersebut penghasilan berupa sewa tanah dan atau bangunan dikenakan Pph
bersifat final. Besarnya Pph yang dipotong adalah sebesar 10% baik atas
penghailan yang diterima oleh Wajib Pajak badan maupun orang pribadi dari
jumlah bruto nilai persewaan tanah dan atau bangunan.

Pph (final)= 10% X bruto


Contoh:
PT.BDS menyewa sebuah ruko dari tuan Wibawa untuk dijadikan kantor dengan
nilai sewa sebesar Rp. 40.000.000,00 per bulan. Pph pasal 4 ayat 2 yang dipotong
oleh PT. BDS adalah :
10% X Rp. 40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00

D. PPh Final Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Atau
Bangunan
 Wajib pajak orang pribadi dan yayasan atau organisasi yang sejenis yang
mengalihkan hak atas tanah dan atau bangunan wajib membayar Pph Final 5%
dari jumlah Bruto Nilai Pengalihan (nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta
jual beli/pengalihan dan NJOP tanah & bangunan sesuai SPPT PBB).
 Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang jumlah penghasilannya melebihi
penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), apabila melakukan pengalihan hak atas
tanah dan atau bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,00
penghasilan yang diperoleh dari pengalihan tersebut merupakan objek Pajak
Penghasilan dan pajak penghasilan terutang yang bersifat final sebesar 5% dari
jumlah bruto nilai pengalihan, wajib dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dengan
Surat Setoran Pajak Final sebelum akhir tahun pajak yang bersangkutan,
kecuali penghasilan yang diperoleh dari pengalihan penjualan, tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
 Atas transaksi penghasilan hak atas tanah dan atau bangunan yang
dilakukan Wajib Pajak Badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan di luar kegiatan usaha pokok, diwajibkan meyetor Pph 5%
melalui bank persepsi. Setoran Pph tersebut tidak bersifat final, sehingga
merupakan angsuran Pph dalam tahun berjalan yang dapat dikreditkan.

Pph (Final) = 5% X Bruto

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan termasuk
koperasi yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan ha katas tanah dan
atau bangunan pengenaan pajak penghasilannya berdasarkan ketentuan umum
Pasal 16 ayat (1) dan pasal 17 UU Pph. Dengan demikian, kewajiban pembayaran
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan terutang dan dilaksanakan sendiri
berdasrkan ketentuan Pasal 25.

Contoh :
Pada tahun 2000 Bapak Herman membeli tanah Tanah seluas 50m persegi senilai
Rp. 60.000.000,00. Pada tahun 2009 terjual dengan harga Rp. 115.000.000,00
Diket Bruto Bapak Herman Rp. 115.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 = Rp.
55.000.000,00
5% X 55.000.000,00 = Rp. 2.750.000,00
E. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Usaha Jasa Konstruksi
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008. Berikut ini adalah
beberapa pengertian menurut PP No.51 Tahun:
 Jasa konstruksi adalah layanan jasa konstruksi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa
konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.
 Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing
beserta kelengkapannya untuk mewujutkan suatu bangunan atau bentuk fisik
lain.
 Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesiona dibidangl perencanaan jasa konstruksi
yang mampu mewujutkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan
bangunan fisik lain.
 Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatan untuk mewujutkan suatu
hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan bentuk fisik lain,termasuk
didalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi penggabungan fungsi layanan
dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan
(engineering,proturement and contruction) serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan (design and build).
 Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pengawasan konstrusi,yang
mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan jasa konstrusi sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstrusi sampai selesai dan diserahterimakan.
 Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk tetap, yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai
perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawasan kostruksi maupun
sup-supnya.
Atas penghasilan daru usaha jasa konstruksi dikenakan pajak penghasilan yang
bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebagai berikut:

1. PPh(final)=2% X Jumlah jasa


2% (dua persen) untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil.

2. PPh(final)=4% X Jumlah jasa


4% (empat persen) untuk pelaksaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha
3. PPh(final)= 3% X Jumlah jasa
3% (tiga persen) untuk pelaksanaan konstruksi yang dilakukan oleh penyedia
jasa memiliki kualifikasi usaha besar/menengah;

4. PPh(final)= 4% X Jumlah jasa


4% untuk perencanaan konstruksi atau pengawasan konstruksi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang memiliki kualifikasi usaha

5. PPh(final)= 6% X Jumlah jasa


6% untuk perencanaan konstruksi atau pengawas konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha

Pajak penghasilan atas jasa konstruksi :


 Dipotong oleh pengguna jasa pada saat pembayaran, dalam hal pengguna jasa
merupakan pemotong pajak; atau
 Disetor sendiri oleh penyedia jasa, dalam hal pengguna jasa bukan merupakan
pemotong pajak.
Contoh :
CV Polan merupakan pelaksana usaha konstruksi yang memiliki kualifikasi usaha
kecil, menerima penghasilan atas jasa kosntruksi yang diserahkannya ke Dinas
Pendidikan kota A sebesar Rp500.000.000,-. Besarnya PPh Pasal 4 ayat (2) yang
harus dipotong Dinas Pendidikan Kota A atas penghasilan yang diterima CV Polan
yaitu :
2% X Rp500.000.000 = Rp10.000.000,-
F. Pajak Penghasilan Atas Hadiah Undian
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan berupa hasiah undian di atur
dalam peratiran pemerintah No. 132 Tahun 2000. Menurut ketentuan peraturan
tersebut penghasilan berupa undian dengan nama dan dalam bentuk apapun
dipotong atau dipungut pajak penghasilan yang bersifat final. Besarnya pajak
penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut adalah sebesar 25% dari jumlah
bruto hadiah undian.
PPh(final)= 25% X Bruto

Contoh :
PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan
undian dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp. 100.000.000,00. PPh pasal 4
ayat 2 yang dipotong oleh PT. Dipta adalah :
25% X Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
G. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa
Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa
Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final. Yang dimaksud dengan “transaksi
derivatif’ adalah transaksi yang didasari pada kontrak atau perjanjian pembayaran
yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku
bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti, dan indeks, baik yang diikuti dengan
pergerakan maupun tanpa pergerakan dana atau instrumen. Yang dimaksud
dengan “kontrak berjangka” adalah suatu perjanjian termasuk kontrak standar
untuk membeli atau menjual sejumlah efek atau komoditi yang jumlah, mutu, jenis,
tempat, dan waktu penyerahan di kemudian hari telah ditetapkan. Yang dimaksud
dengan “bursa” adalah bursa efek dan bursa berjangka di Indonesia yang
menyelenggarakan transaksi kontrak berjangka.

Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari transaksi derivitif


berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa diatur dalam peraturan
pemerintah No. 17 Tahun 2009. Atas penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh
oleh orang pribadi atau badan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka
yang diperdagangkan di bursa dikenai pajak penghasilan yang bersifat final sebesar
2.5% dari margin awal.

PPh(final)= 2,5% X Margin Awal

Contoh :
Misalnya, A dan B membuat kontrak pada 1 Januari 2008. A akan menjual US$ 1
juta dengan kurs Rp 9.600 per US$ kepada B pada 30 Juni 2008. A dan B sepakat
memeberikan uang sebesar Rp. 60.000.000 kepada badan usaha lembaga kliring
dan penjamin. Maka Pphnya yaitu?
PPh(final)= 2,5% X Rp. 60.000.000 = Rp. 1.500.000

H. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan saham di bursa efek


Saham adalah tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan
yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh
seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Bursa
efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian
dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa itu. Berikut rumus
perhitungan Pphnya :

PPh(final)= 0,1% X Bruto


Contoh :
Pada dasarnya,batasan minimal atau jumlah nominal membeli saham tidak ada tapi
di Bursa Efek Indonesia pembelian minimal 500 lembar atau 1 lot.
Misalnya harga saham perusahaan XYZ senilai Rp. 100 maka dana minimal yang
dibutuhkan untuk membeli satu lot sama dengan Rp. 50.000 ( 500 lembar dikali Rp.
100). Perusahaan XYZ mendapatkan bruto Rp. 20.000. Maka Pphnya yaitu :
PPh (final) = 0.1% X Rp. 20.000 = Rp. 20

I. Pajak Penghasilan Atas Penjualan saham perusahaan modal ventura


Modal ventura adalah merupakan suatu investasi dalam bentuk
pembiayaan berupa penyertaan modal ke dalam suatu perusahaan swasta sebagai
pasangan usaha (investee company) untuk jangka waktu tertentu. Berikut
perhitungan Pphnya :

PPh(final)= 0,1% X Bruto

Contoh :
Tuan Basri menginvestasikan modal sebesar Rp. 90.000.000 ke perusahaan swasta
baru berdiri yaitu pweusahaan ABC. Setahun kemudian perusahaan tersebut
berkembang pesat, sehingga Tuan Basri memperoleh bruto sebesar Rp. 50.000.000.
Maka Pphnya yaitu :
PPh (final) = 0,1 X Rp. 50.000.000 = Rp. 50.000

J. Pajak Penghasilan Atas Bunga simpanan koperasi


Bunga simpanan koperasi kepada anggota lebih dari Rp 240.000 per bulan
PPh terutang yaitu :

PPh(final)= 10% X Bruto

Contoh :
Sebuah koperasi simpan pinjam di lingkungan tertentu mempunyai 30 anggota, tiap
anggota mendapatkan bunga tiap bulannya sebesar Rp. 3.000.000. jadi PPh pasal 4
ayat 2 yaitu
PPh (final) = 10% X Rp. 3.000.000
= Rp. 300.000

DAFTAR OBJEK DAN TARIF PAJAK PENGHASILAN

Obyek Dasar
Tarif Sifat
PPh Pasal 4 ayat (2) Perhitungan
1. Bunga deposito dan tabungan serta
20% (untuk
diskonto SBI Jumlah Bruto
WPDN & Final
Dasar Hukum : PP No. 131 Tahun 2000 Bunga
BUT)
Pengecualian: 20% atau
a. Bunga deposito dan tabungan serta Tarif P3B
diskonto SBI sepanjang jumlah (untuk
deposito dan tabungan serta SBI WPLN)
tersebut tidak melebihi Rp
7.500.000,00 dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima
atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia.
c. Bunga deposito dan tabungan serta
diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang telah
disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1992
Tentang Dana Pensiun.
d. Bunga tabungan pada bank yang
ditunjuk Pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan
sangat sederhada, kapling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana, atau rumah susun
sederhana sepanjang untuk dihuni
sendiri.

2. Transaksi Saham Di Bursa Efek


Dasar Hukum PP No. 41 Tahun 1994
: jo.
PP No. 14 Tahun 1997
a. Bukan Saham Pendiri 0,1% X Nilai Transaksi
(0,1% X Nilai Transaksi)
+ (0,5% X nilai saham
Final
b. Saham Pendiri pasar saat Penawaran
Umum Perdana (IPO))

3. Bunga atau Diskonto Obligasi yang


Diperdagangkan di Bursa Efek
Final
Dasar Hukum : PP No. 16 TAHUN 2009
Bunga Obligasi dengan kupon (interest
a.
bearing bond)
1. WP DN & BUT 15 % Jumlah bruto
20 % atau bunga sesuai
Tarif dengan masa
2. WP LN selain BUT
berdasarkan kepemilikan
P3B obligasi

b. Diskonto Obligasi dengan kupon


1. WP DN & BUT 15 % Selisih lebih
harga jual
atau nilai
nominal di
20 % atau atas harga
Tarif perolehan
2. WP LN selain BUT
berdasarkan obligasi,
P3B tidak
termasuk
bunga
berjalan

Diskonto Obligasi tanpa bunga (zero


c.
coupon bond)
1. WP DN & BUT 20 % Selisih lebih
harga jual
20 % atau atau nilai
Tarif nominal di
2. WP LN selain BUT
berdasarkan atas harga
P3B perolehan
obligasi

d. bunga dan/atau diskonto dari Obligasi


yang diterima dan/atau diperoleh Wajib
Pajak reksadana yang terdaftar pada
Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan
untuk tahun 2009 sampai dengan Jumlah bruto
1. 0%
tahun 2010 bunga sesuai
untuk tahun 2011 sampai dengan dengan masa
2. 5%
tahun 2013 kepemilikan
obligasi /
3. untuk tahun 2014 dan seterusnya 15 % Selisih lebih
harga jual
atau nilai
nominal di
atas harga
perolehan
obligasi

Pengecualian :
a. Wajib Pajak dana pensiun yang
pendirian atau pembentukannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan
memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia
4. Hadiah Undian Jumlah Bruto
Dasar Hukum : PP No. 132 Tahun 2000 25% Hadiah Final
KEP-395/PJ./2001 Undian
5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum PP No. 29 Tahun 1996
10% Jumlah Bruto Final
: jo.
PP No. 5 Tahun 2002
6. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum PP No. 48 Tahun 1994
: jo.
PP No. 27 Tahun 1996
jo.
PP No. 79 Tahun 1999
jo.
PP No. 71 Tahun 2008
Wajib Pajak yang melakukan transaksi Jumlah Bruto
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau 5% Nilai Final
bangunan Pengalihan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mengalihkan Hak atas Tanah dan/atau
Jumlah Bruto
Bangunan yang jumlah bruto nilai
b. 5% Nilai
pengalihannya kurang dari Rp. 60 jt
Pengalihan
namun penghasilan lainnya dalam 1
tahun melebihi PTKP.
pengalihan hak atas Rumah Sederhana
dan Rumah Susun Sederhana yang Jumlah Bruto
c. dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha 1% Nilai
pokoknya melakukan pengalihan hak Pengalihan
atas tanah dan/atau bangunan

7. Usaha Jasa Konstruksi


Dasar Hukum PP No. 51 Tahun
: 2008 jo.
PP No. 40 Tahun 2009
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang
Penghasilan
a. dilakukan oleh Penyedia Jasa yang 2%
bruto
memiliki kualifikasi usaha kecil
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang
Penghasilan
b. dilakukan oleh Penyedia Jasa yang 4%
bruto
tidak memiliki kualifikasi usaha
Jasa Pelaksanaan Konstruksi yang
dilakukan oleh Penyedia Jasa selain Penghasilan
c. 3%
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud bruto
Final
dalam huruf a dan huruf b
Jasa Perencanaan Konstruksi atau
Pengawasan Konstruksi yang Penghasilan
d. 4%
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang bruto
memiliki kualifikasi usaha
Jasa Perencanaan Konstruksi atau
Pengawasan Konstruksi yang Penghasilan
e. 6%
dilakukan oleh Penyedia Jasa yang bruto
tidak memiliki kualifikasi usaha
8. Penghasilan perusahaan modal ventura
dari transaksi penjualan saham atau Jumlah Bruto
pengalihan penyertaan modal pada Nilai
perusahaan pasangan usahanya Transaksi
Dasar Hukum : PP No. 4 Tahun 1995 0,1 % Penjualan/ Final
Pengalihan
Syarat : Penyertaan
a. merupakan perusahaan kecil, Modal
menengah, atau yang melakukan
kegiatan dalam sektor-sektor usaha
yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan; dan
b. sahamnya tidak diperdagangkan di
bursa efek di Indonesia.
9. Penghasilan dari transaksi derivarif berupa
kontrak berjangka yang diperdagangkan di 2.5% Margin awal Final
bursa
10. Bunga simpanan koperasi kepada anggota
lebih dari Rp 240.000 per bulan PPh 10% Bruto Final
terutang

Anda mungkin juga menyukai