D. PPh Final Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Atau
Bangunan
Wajib pajak orang pribadi dan yayasan atau organisasi yang sejenis yang
mengalihkan hak atas tanah dan atau bangunan wajib membayar Pph Final 5%
dari jumlah Bruto Nilai Pengalihan (nilai tertinggi antara nilai berdasarkan akta
jual beli/pengalihan dan NJOP tanah & bangunan sesuai SPPT PBB).
Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang jumlah penghasilannya melebihi
penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), apabila melakukan pengalihan hak atas
tanah dan atau bangunan yang jumlah brutonya kurang dari Rp. 60.000.000,00
penghasilan yang diperoleh dari pengalihan tersebut merupakan objek Pajak
Penghasilan dan pajak penghasilan terutang yang bersifat final sebesar 5% dari
jumlah bruto nilai pengalihan, wajib dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dengan
Surat Setoran Pajak Final sebelum akhir tahun pajak yang bersangkutan,
kecuali penghasilan yang diperoleh dari pengalihan penjualan, tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, atau cara lain kepada pemerintah guna
pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum yang memerlukan
persyaratan khusus.
Atas transaksi penghasilan hak atas tanah dan atau bangunan yang
dilakukan Wajib Pajak Badan yang melakukan pengalihan hak atas tanah dan
atau bangunan di luar kegiatan usaha pokok, diwajibkan meyetor Pph 5%
melalui bank persepsi. Setoran Pph tersebut tidak bersifat final, sehingga
merupakan angsuran Pph dalam tahun berjalan yang dapat dikreditkan.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak badan termasuk
koperasi yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan ha katas tanah dan
atau bangunan pengenaan pajak penghasilannya berdasarkan ketentuan umum
Pasal 16 ayat (1) dan pasal 17 UU Pph. Dengan demikian, kewajiban pembayaran
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan terutang dan dilaksanakan sendiri
berdasrkan ketentuan Pasal 25.
Contoh :
Pada tahun 2000 Bapak Herman membeli tanah Tanah seluas 50m persegi senilai
Rp. 60.000.000,00. Pada tahun 2009 terjual dengan harga Rp. 115.000.000,00
Diket Bruto Bapak Herman Rp. 115.000.000,00 – Rp. 60.000.000,00 = Rp.
55.000.000,00
5% X 55.000.000,00 = Rp. 2.750.000,00
E. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Usaha Jasa Konstruksi
Pengenaan pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi
diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2008. Berikut ini adalah
beberapa pengertian menurut PP No.51 Tahun:
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konstruksi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan layanan jasa
konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing
beserta kelengkapannya untuk mewujutkan suatu bangunan atau bentuk fisik
lain.
Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesiona dibidangl perencanaan jasa konstruksi
yang mampu mewujutkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan
bangunan fisik lain.
Pelaksanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa
konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatan untuk mewujutkan suatu
hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan bentuk fisik lain,termasuk
didalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi penggabungan fungsi layanan
dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan, dan pembangunan
(engineering,proturement and contruction) serta model penggabungan
perencanaan dan pembangunan (design and build).
Pengawasan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan
yang dinyatakan ahli yang profesional dibidang pengawasan konstrusi,yang
mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan jasa konstrusi sejak awal
pelaksanaan pekerjaan konstrusi sampai selesai dan diserahterimakan.
Penyedia jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk tetap, yang
kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik sebagai
perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawasan kostruksi maupun
sup-supnya.
Atas penghasilan daru usaha jasa konstruksi dikenakan pajak penghasilan yang
bersifat final. Besarnya PPh yang dipotong adalah sebagai berikut:
Contoh :
PT. Dipta dalam rangka mempromosikan produk barunya menyelenggarakan
undian dengan hadiah berupa uang tunai senilai Rp. 100.000.000,00. PPh pasal 4
ayat 2 yang dipotong oleh PT. Dipta adalah :
25% X Rp. 100.000.000,00 = Rp. 25.000.000,00
G. Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa
Kontrak Berjangka yang Diperdagangkan di Bursa
Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final. Yang dimaksud dengan “transaksi
derivatif’ adalah transaksi yang didasari pada kontrak atau perjanjian pembayaran
yang nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang mendasari seperti suku
bunga, nilai tukar, komoditi, ekuiti, dan indeks, baik yang diikuti dengan
pergerakan maupun tanpa pergerakan dana atau instrumen. Yang dimaksud
dengan “kontrak berjangka” adalah suatu perjanjian termasuk kontrak standar
untuk membeli atau menjual sejumlah efek atau komoditi yang jumlah, mutu, jenis,
tempat, dan waktu penyerahan di kemudian hari telah ditetapkan. Yang dimaksud
dengan “bursa” adalah bursa efek dan bursa berjangka di Indonesia yang
menyelenggarakan transaksi kontrak berjangka.
Contoh :
Misalnya, A dan B membuat kontrak pada 1 Januari 2008. A akan menjual US$ 1
juta dengan kurs Rp 9.600 per US$ kepada B pada 30 Juni 2008. A dan B sepakat
memeberikan uang sebesar Rp. 60.000.000 kepada badan usaha lembaga kliring
dan penjamin. Maka Pphnya yaitu?
PPh(final)= 2,5% X Rp. 60.000.000 = Rp. 1.500.000
Contoh :
Tuan Basri menginvestasikan modal sebesar Rp. 90.000.000 ke perusahaan swasta
baru berdiri yaitu pweusahaan ABC. Setahun kemudian perusahaan tersebut
berkembang pesat, sehingga Tuan Basri memperoleh bruto sebesar Rp. 50.000.000.
Maka Pphnya yaitu :
PPh (final) = 0,1 X Rp. 50.000.000 = Rp. 50.000
Contoh :
Sebuah koperasi simpan pinjam di lingkungan tertentu mempunyai 30 anggota, tiap
anggota mendapatkan bunga tiap bulannya sebesar Rp. 3.000.000. jadi PPh pasal 4
ayat 2 yaitu
PPh (final) = 10% X Rp. 3.000.000
= Rp. 300.000
Obyek Dasar
Tarif Sifat
PPh Pasal 4 ayat (2) Perhitungan
1. Bunga deposito dan tabungan serta
20% (untuk
diskonto SBI Jumlah Bruto
WPDN & Final
Dasar Hukum : PP No. 131 Tahun 2000 Bunga
BUT)
Pengecualian: 20% atau
a. Bunga deposito dan tabungan serta Tarif P3B
diskonto SBI sepanjang jumlah (untuk
deposito dan tabungan serta SBI WPLN)
tersebut tidak melebihi Rp
7.500.000,00 dan bukan merupakan
jumlah yang dipecah-pecah.
b. Bunga dan diskonto yang diterima
atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia.
c. Bunga deposito dan tabungan serta
diskonto SBI yang diterima atau
diperoleh Dana Pensiun yang telah
disahkan Menteri Keuangan,
sepanjang dananya diperoleh dari
sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1992
Tentang Dana Pensiun.
d. Bunga tabungan pada bank yang
ditunjuk Pemerintah dalam rangka
pemilikan rumah sederhana dan
sangat sederhada, kapling siap bangun
untuk rumah sederhana dan sangat
sederhana, atau rumah susun
sederhana sepanjang untuk dihuni
sendiri.
Pengecualian :
a. Wajib Pajak dana pensiun yang
pendirian atau pembentukannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan dan
memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Perubahan Keempat atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar
negeri di Indonesia
4. Hadiah Undian Jumlah Bruto
Dasar Hukum : PP No. 132 Tahun 2000 25% Hadiah Final
KEP-395/PJ./2001 Undian
5. Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum PP No. 29 Tahun 1996
10% Jumlah Bruto Final
: jo.
PP No. 5 Tahun 2002
6. Penghasilan dari Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum PP No. 48 Tahun 1994
: jo.
PP No. 27 Tahun 1996
jo.
PP No. 79 Tahun 1999
jo.
PP No. 71 Tahun 2008
Wajib Pajak yang melakukan transaksi Jumlah Bruto
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau 5% Nilai Final
bangunan Pengalihan
Wajib Pajak Orang Pribadi yang
mengalihkan Hak atas Tanah dan/atau
Jumlah Bruto
Bangunan yang jumlah bruto nilai
b. 5% Nilai
pengalihannya kurang dari Rp. 60 jt
Pengalihan
namun penghasilan lainnya dalam 1
tahun melebihi PTKP.
pengalihan hak atas Rumah Sederhana
dan Rumah Susun Sederhana yang Jumlah Bruto
c. dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha 1% Nilai
pokoknya melakukan pengalihan hak Pengalihan
atas tanah dan/atau bangunan